Anda di halaman 1dari 2

Pengobatan Ketulian Sejak Lahir Kini Dikembangkan!

Faktor genetik merupakan faktor yang bertanggungjawab dalam kasus


keterbelakangan fisiologis tubuh yang dialami manusia sejak lahir, salah satunya adalah tuli
sejak lahir. Faktor genetik tersebut berkaitan dengan materi genetik yang berada dalam satuan
unit terkecil dalam manusia, yaitu sel. Materi genetik pada manusia berupa DNA yang
diwujudkan dalam DNA kromosomal (DNA yang berada di dalam kromosom) dan
ekstrakromosomal (DNA yang berada di luar kromosom, salahsatunya di mitokondria).
Karena itu, beberapa kelainan genetik dapat timbul jika mitokondria tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, seperti demensia1, kebutaan, kelainan fungsi jantung, dan kelemahan
otot. Mutasi pada DNA sirkular yang berada di mitokondria juga dapat menyebabkan
ketulian sejak lahir dan/atau kehilangan kemampuan pendengaran.
Berawal dari pengetahuan itulah para ilmuwan dari Yale Medical School,
Connecticut, Amerika Serikat, yang mencoba menangani kasus ketidakmampuan mendengar
sejak lahir. Mereka berhasil menemukan bahwa reduksi jumlah produksi salah satu enzim
mitokondria, yaitu AMP Kinase dapat menyelamatkan kemampuan pendengaran seseorang
melalui model mencit yang telah direkayasa secara genetika.
Gerald Shadel, Ph.D., Guru Besar Patologi dan Genetik Yale Medical School,
menyatakan bahwa penyakit disfungsi mitokondria sangat heterogen dan kompleks, serta
memiliki karakter berupa respon dan patologi sel dan jaringan yang sangat spesifik. Salah
satu contoh ekstrim dalam spesifitas patologi jaringan pada kelainan mitokondria ini adalah
mutasi pada nukleotida adenin menjadi guanin pada DNA mitokondria di urutan 1555
(A1555G) yang menyebabkan ketulian sejak lahir.
Dalam menginvestigasi hal ini, tim peneliti membiakkan model mencit transgenik
(Tg-mtTFB1) yang telah termutasi A1555G pada DNA mitokondrianya. Agar dapat diamati
secara progresif, maka secara genetik mencit ini dikembangkan dengan cara overekspresi
faktor transkripsi pada DNA mitokondria (mtTFB1) untuk meningkatkan ekspresi produk gen
yang dikode pada DNA mitokondria. Mencit transgenik ini menunjukkan kehilangan
kemampuan pendengaran lebih cepat dan progresif daripada kontrol yang berupa wild-type
model2.
Untuk mencoba dan mendapatkan pengaruh dari mutasi DNA mitokondria terhadap
kemampuan pendengaran mencit, maka dilakukan perbandingan antara jalur pendengaran
(hearing pathway) secara anatomis dan fisiologis pada mencit transgenik terhadap kontrol
negatif. Para ilmuwan mengobservasi kelainan pada cochlea, organ pada telinga yang
mengubah bunyi menjadi impuls saraf untuk dikirimkan ke otak.
Secara spesifik, para peneliti menyampaikan bahwa proses terjadinya kehilangan
pendengaran dimulai dengan adanya spesi oksigen reaktif pada mitokondria yang
menstimulasi enzim AMP Kinase yang menyebabkan kerusakan pada proses pengubahan
1
Demensia adalah suatu kondisi dimana kemampuan otak seseorang, baik kemampuan kognitif maupun
memorinya mengalami kemunduran sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-harinya
2
Wild-type model adalah individu yang secara alami terdapat di alam dan tidak mengalami perubahan sifat
sinyal pendengaran pada organ telinga bagian dalam. Dari sini, tim peneliti menyimpulkan
hipotesis awal bahwa reduksi aktivitas enzim AMP Kinase pada mitokondria dapat mencegah
kehilangan kemampuan pendengaran di dalam mencit transgenik yang telah diinduksi
menjadi tuli secara genetik ini.
Untuk menguji hipotesis ini, dikembangkan lagi mencit yang secara genetik telah
dihilangkan satu alel gen yang mengkode enzim AMP kinase pada DNA mitokondrianya.
Model mencit ini menunjukkan peningkatan kemampuan pendengaran dibandingkan dengan
mencit transgenik yang tidak diperlakukan demikian, sehingga dapat dinyatakan bahwa AMP
kinase memang memediasi proses hilangnya kemampuan pendengaran dan dapat dijadikan
target obat dalam mengatasi ketidakmampuan pendengaran sejak lahir. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penghambatan AMP kinase membuka peluang untuk pengobatan ketulian
sejak lahir, khususnya untuk pasien yang mengalami mutasi A1555G pada DNA
mitokondrianya. (Fajrul/Okti)

Pustaka:
McKay, S. E., W. Yan, J. Nouws, M. J. Thormann, N. Raimundo, A. Khan, J. Santos-Sacchi,
L. Song, dan G. S. Shadel, 2015, Auditory Pathology in a Transgenic mtTFB1 Mouse Model
of Mitochondrial Deafness, Am. J. Pathol., S0002-9440(15)00502-7.

Anda mungkin juga menyukai