Oleh :
Fakhriyyatur Rahmi M 1940312036
Rahmayuni Elsya 1940312020
Preseptor :
Dr. dr. Masrul Basyar, Sp.P(K), FISR, FAPSR
dr. Yessy Susanty Sabri, Sp.P(K), FISR
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini berupa hasil
pemeriksaan pasien, rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu
pada berbagai literatur, termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan utama:
Sesak napas meningkat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat TB paru ada. Riwayat minum OAT ada, BTA (+) radiologi (+)
diberikan oleh dokter selama 6 bulan, BTA akhir pengobatan (-),
pengobatan dihentikan oleh dokter
Riwayat DM tidak ada
Riwayat Hipertensi tidak ada
Riwayat keganasan tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 36,7ºC
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 46 kg
5
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Leher
JVP : 5+1 cmH2O
Deviasi trakea : tidak ada
Pembesaran KGB tidak ada
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
6
Perkusi
Kanan : sonor
Kiri : hipersonor
Auskultasi
Kanan : Suara napas ekspirasi memanjang, ronkhi (-), wheezing (-)
Kiri : Suara napas menghilang
Abdomen
Inspeksi : Tidak membuncit, distensi (-)
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
7
2.4 Gambaran Rontgen Toraks
8
2.7 Rencana Pengobatan
- O2 2 L/menit
- IVFD NaCl 0,9 % 12 jam/kolf
- Drip aminofilin 15 cc + 35 cc NaCl 0,9%
- Injeksi ampicillin sulbactam 3x1,5gr
- Injeksi levofloxacin 1x750 mg
- Nebu combivent 4 x 1
- Metilprednisolon 2x62,5 mg
- N-asetil sistein 2x200 mg
- Pemasangan WSD
- Cek kultur dan sitologi sputum
- Cek TCM, BTA I & II
- Rontgen thoraks post pemasangan WSD
2.8 Follow Up
Tanggal S O A P
1 Maret - Sesak nafas berkurang KU: Sdg - Pneumothoraks - Pemeriksaan kultur &
- Nyeri di tempat Kes: CMC spontan sensitivitas sputum
2020
pemasangan selang Td: 120/80 sekunder ec - Cek BTA I & II
berkurang Nd: 93x/i SOPT - Cek TCM
- Batuk berkurang Nf: 22x/i terpasang WSD - O2 10 L/menit (18.00-
- Demam tidak ada hari ke-2 06.00)
Paru: - CAP
Kanan: suara nafas - IVFD NaCL 0,9% 12
bekspirasi jam/kolf
memanajang, Rh-, - 02 2 L/menit
Wh-. - Inj. Ampisilin
Kiri: suara nafas kiri Sulbactam 3x1,5 g
intensitasnya lemah - Inj. Levofloxacin 1x750
dibanding kanan mg
- Inj. Metilprednisolon
WSD : 2x62,5 mg
- Undulasi (+) - Ranitidin 2x1
- Buble (+) - Nebu combivent 4x1
- Cairan (-) - N-asetil sistein 2x200
mg
Kulit : Krepitasi (-) - Drip aminofilin 15 cc +
35 cc Nacl 0,9% kec. 2,1
cc/jam
2 Maret - Sesak nafas berkurang KU: Sdg - Pneumothoraks - O2 10 L/menit (18.00-
- Nyeri di tempat Kes: CMC spontan 06.00)
9
2020 pemasangan selang Td: 120/80 sekunder ec
berkurang Nd: 90x/i SOPT - IVFD NaCL 0,9% 12
- Batuk (+) sesekali Nf: 20x/i terpasang WSD jam/kolf
- Demam tidak ada hari ke-3 - 02 2 L/menit
Paru: - CAP - Inj. Ampisilin
Kanan: suara nafas - Bekas TB DD/ Sulbactam 3x1,5 g
bekspirasi TB Relaps - Inj. Levofloxacin
memanajang, Rh-, 1x750 mg
Wh-. - Inj. Metilprednisolon
Kiri: suara nafas kiri 2x62,5 mg
intensitasnya lemah - Ranitidin 2x1
dibanding kanan - Nebu combivent 4x1
- N-asetil sistein 2x200
WSD : mg
- Undulasi (+) - Drip aminofilin 15 cc +
- Buble (+) 35 cc Nacl 0,9% kec. 2,1
- Cairan (-) cc/jam
Kulit :
Krepitasi (-)
3 Maret - Sesak nafas berkurang KU: Sdg - Pneumothoraks - O2 10 L/menit (18.00-
- Nyeri di tempat Kes: CMC spontan 06.00)
2020
pemasangan selang Td: 125/80 sekunder ec
berkurang Nd: 98x/i SOPT - IVFD NaCL 0,9% 12
- Batuk berkurang Nf: 23x/i terpasang WSD jam/kolf
- Demam tidak ada hari ke-4 - 02 2 L/menit
Paru: - CAP - Inj. Ampisilin
Kanan: suara nafas - Bekas TB DD/ Sulbactam 3x1,5 g
bekspirasi TB Relaps - Inj. Levofloxacin
memanajang, Rh-, 1x750 mg
Wh-. - Inj. Metilprednisolon
Kiri: suara nafas kiri 2x62,5 mg
intensitasnya lemah - Ranitidin 2x1
dibanding kanan - Nebu combivent 4x1
- N-asetil sistein 2x200
WSD : mg
- Undulasi (+) - Drip aminofilin 15 cc +
- Buble (+) 35 cc Nacl 0,9% kec. 2,1
- Cairan (-) cc/jam
10
Suara nafas - Bekas TB Sulbactam 3x1,5 g
bronkovesikuler rh-/- - Inj. Levofloxacin
wh-/- 1x750 mg
Intensitas SN kiri - Inj. Metilprednisolon
lemah dibanding 2x62,5 mg
kanan - Ranitidin 2x1
- Nebu combivent 4x1
WSD : - N-asetil sistein 2x200
- Undulasi (+) mg
- Buble (+) - Drip aminofilin 15 cc +
- Cairan (-) 35 cc Nacl 0,9% kec. 2,1
cc/jam
11
BAB 3
DISKUSI
12
pada rongga pleura yang menekan dan mengakibatkan kolaps paru. Gambaran
fibroinfiltrat memberi kesan TB paru. Dari pemeriksaan penunjang ini
menunjukkan pneumothoraks dengan bekas TB.
Luas kolaps paru dapat dihitung dari hasil foto rontgen thoraks. Adapun
cara untuk menghitung luasnya kolaps paru adalah rasio antara selisih luas
hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas hemitoraks. Luas ini
menentukan indikasi terapi dekompresi, dimana kasus pneumothoraks yang
luasnya >15% diindikasikan terapi dekompresi dengan water seal drainage
(WSD).5
Dilakukan pemeriksaan kultur dan sitologi sputum, tes cepat molekur dan
pemeriksaan BTA untuk menyingkirkan diagnosis banding pada pasien, yaitu TB
relaps. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil BTA I negatif dan BTA II negatif,
sehingga diagnosis banding dapat disingkirkan dan dapat dinyatakan pasien bekas
TB.
Terapi
13
Tindakan dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus
pneumothoraks yang luasnya >15%. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi
tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan
udara luar dengan cara pemasangan WSD. Pada pasien dimasukkan chest tube
dengan trocar pada kulit yang telah diinsisi di sela iga ke-4 line mid aksilaris dan
dihubungkan dengan WSD. Dengan demikian, tekanan udara positif di rongga
pleura akan berubah menjadi negatif karena dialirkan keluar.6
Pasien diberikan terapi oksigen 2 L/menit dan disaat tertentu 10 L/menit
secara berulang. Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura
telah menutup, maka udara yang berada di dalam rongga pleura tersubt akan
diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2.6
Pasien diberikan antibiotik injeksi ampicillin sulbactam 3x1,5gr dan
injeksi levofloxacin 1x750 mg sebagai profilaksis setelah tindakan dan selama
rawatan. Hal ini dipertimbangkan agar tidak terjadi komplikasi pada pasien.
Pemberian nebu combivent yang merupakan bronkodilator, metilprednisolon dan
N-asetil sistein merupaka tatalaksana tambahan untuk penyebab dasar
pnumothoraks pada pasien, yaitu adanya obstruksi kronis yang terjadi pasca TB.
14
DAFTAR PUSTAKA
15