Logo Ummi
Oleh:
AJENG NURMAULINA
NIM. 34403517119
a
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Aplikasi Tindakan Terapi Cermin Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien
Stroke Non Hemoragik Di Kampung Ancol Desa Maleber Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Cianjur”. Shalawat beserta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad saw, para keluarganya, para sahabatnya, para tabiin, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan. Secara
khusus ucapan terima kasih peneliti persembahkan kepada:
1. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi
2. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
4. Selaku Pembimbing yang selalu membimbing, memberi pengarahan serta
masukan selama dikampus.
5. Sselaku klien dan pendamping klien yang bersedia untuk menjadi
partisipan dalam penelitian ini. Semoga senantiasa diberikan kesehatan,
Amin.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diperlukan. Peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Cianjur, 18 Mei 2020
Peneliti
iii
ABSTRAK
Masriah, Siti. 2020. Aplikasi Tindakan Terapi Cermin Terhadap Kekuatan Otot
pada Pasien Stroke Non Hemoragik di Kampung Ancol Desa Maleber
Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur. Program Diploma III
Keperawatan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur.
Pembimbing : Sri Kurnia Dewi,Ns., M.Kep.
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat dan
berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam
jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia
yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Masalah yang dirasakan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, gangguan penglihatan, dan tidak
dapat berkomunikasi. Alternatif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien
Stroke Non Hemoragik, seperti latihan ROM dengan tindakan terapi cermin.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode sampling yang
digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel yang diambil sebanyak satu
responden yaitu pasien stroke non hemoragik yang mengalami penurunan
kekuatan otot. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan metode
wawancara, dan observasi pemeriksaan fisik. Setelah ditabulasi data yang ada
dianalisis dengan menggunaan analisis penjelesan dan deret waktu. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke
non hemoragik. Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya tindakan terapi
cermin agar dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
v
DAFTAR ISI
vii
2. Mekanisme/regulasi Keseimbangan Tonus Otot ..........................39
3. Pengukuran Kekuatan Otot ...........................................................40
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kekuatan Otot ..............40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................42
B. Subjek Penelitian/Partisipan ................................................................43
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................44
D. Setting Penelitian .................................................................................44
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................45
F. Metode Uji Keabsahan Data ................................................................46
G. Metode Analisa Data ............................................................................47
H. Etik Penelitian ......................................................................................49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................52
1. Pengkajian .....................................................................................52
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................53
3. Intervensi ......................................................................................54
4. Implementasi .................................................................................56
5. Evaluasi .........................................................................................61
6. Aplikasi dari tindakan utama ........................................................64
B. Pembahasan ..........................................................................................65
1. Pengkajian .....................................................................................65
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................66
3. Intervensi ......................................................................................67
4. Implementasi .................................................................................68
5. Evaluasi .........................................................................................69
6. Analisis PICOT .............................................................................70
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................73
B. Saran .......................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................76
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern ini segala jenis penyakit kerap bermunculan tak hanya
penyakit akut namun kronik juga timbul di saat bersamaan. Indonesia
sekarang berada dalam ancaman yang disebabkan karena polutan yang
bertebaran serta gaya kehidupan yang menyimpang dari peraturan dan
konsumsi makanan yang tak sesuai dengan kebutuhan, yang pada akhirnya
akan terjadi gangguan pada fungsi pengindraan dan pergerakan, salah satunya
penyakit stroke yang saat ini menjadi perbincangan. Stroke digunakan untuk
menamakan sindrom hemiparesis akibat lesi vaskuler yang dapat berlangsung
dalam beberapa detik (Tutu, 2014 p.41).
Menurut Smeltzer (2000, sebagaimana dikutip dalam Tutu, 2014 p.41)
stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak, biasanya merupakan akumulasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. Stroke adalah gangguan fungsi otak
yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan berlangsung lebih dari 24 jam karena
gangguan suplai darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah
dapat menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia yang dapat merusakkan
atau mematikan sel-sel otak (Wiwit, 2010 p.13).
Gangguan aliran darah ke otak merupakan masalah yang paling serius,
dan bahkan bisa berakibat fatal. Aliran darah ke otak pada dasarnya memasok
nutrisi dan oksigen ke sel-sel saraf otak, jika aliran darah dan pasokan
oksigen ke otak berjalan lancar, maka fungsi otak pun akan berfungsi normal.
Selama ini, mungkin orang menganggap bahwa stroke hanya menyerang
mereka yang sudah dalam masa lanjut usia. Namun, stroke juga dapat
menyerang masa anak-anak, remaja serta dewasa (Wiwit, 2010 p.14).
World Health Organization WHO (2016) melaporkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian nomor dua dan penyebab utama kecacatan
dengan angka sekitar 5,54 juta kematian. Jumlah ini merupakan 9,5% dari
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan Tindakan Terapi Cermin Terhadap Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke Non Hemoragik di Kampung Ancol Desa Maleber
Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
5
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di Kampung Ancol
Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di Kampung Ancol
Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di Kampung Ancol
Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di Kampung Ancol
Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di Kampung Ancol Desa
Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
f. Menganalisis aplikasi tindakan keperawatan terapi cermin pada
pasien stroke non hemoragik dalam Meningkatkan Kekuatan Otot di
Kampung Ancol Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten
Cianjur
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa
pengembangan ilmu keperawatan serta informasi di bidang keperawatan
medikal bedah tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dengan penerapan terapi cermin.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Sebagai tambahan informasi bagi perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam upaya peningkatan kekuatan otot dengan
6
A. Konsep Stroke
1. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi siklusi
saraf otak. Istilah Stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum (Nurarif dan Hardi, 2015 p.151).
Menurut Smeltzer (2001, sebagaimana dikutip dalam Tutu, 2014
p.41) Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak, biasanya merupakan akumulasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. Stroke didefinisikan
sebagai gangguan saraf permanen akibat terganggunya peredaran darah
ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih. Sindrom klinis ini terjadi
secara mendadak serta bersifat progresif sehingga menimbulkan
kerusakan otak secara akut dengan tanda klinis yang terjadi secara fokal
dan atau global (Lingga, 2013 p.1).
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-
tiba) dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke
otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi bio-kimia yang dapat merusakkan atau mematikan
sel-sel otak (Wiwit, 2010 p.13).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian.
2. Jenis Stroke
a. Stroke non-hemoragik (Iskemik)
Stroke jenis ini terjadi jika aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis (penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah)
7
8
5. Pathway Stroke
Menjadi
kapur/mamengandung Distensi kandung kemih
kolestrol dgn infiltrasi
limfosit
Udem dan memar di uretra
Thrombus/emboli di
cerebral Gangguan
Aliran darah terhambateliminasi urin
Stroke Kompresi
hemoragik jaringan otak
Stroke non hemoragik
Eritrosit bergumpul, endotel
Heriasi rusak
Ketidakmampuan
Kebutaan bicara Hemiparesis
Ketidakmampuan kanan dan kiri
menghirup,
mengecap, melihat
Kerusakan
komunikasi Hambatan
verbal mobilitas
Gangguan perubahan fisik
perubahan persepsi
sensori
disfagia
Anoreksia
14
15
7. Penatalaksanaan Stroke
Menurut Harsono (1996, sebagaimana dikutip dalam Tutu, 2014 p.50)
Untuk menurunkan edema otak dapat dilakukan hal-hal berikut ini.
a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-30°
b. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik
c. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin. Posisi klien harus diubah tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif (Muttaqin, 2011 p.252).
8. Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998, sebagaimana dikutip
dalam Tutu, 2014 p.52) adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi dini (0-4 jam pertama)
1) Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat,
mengakibatkan peningkatan tekanan intra kranial, dan kematian.
2) Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke
stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-4 hari pertama)
1) Pneumonia : akibat immobilisasi lama.
2) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke.
c. Komplikasi jangka panjang
1) Hipoksia serebral.
2) Penurunan darah serebral.
3) Embolisme serebral.
16
c) Suhu
Biasanya berada dalam batas normal 36,5-37,5°C
d) Respirasi
Biasanya bervariasi terkadang berada dalam batas normal 16-
24 x/menit dan terkadang dalam keadaan takipnea,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
4) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala
Bentuk kepala normosefalik, rambut umumnya tidak ada
kelainan, wajah umumnya tidak simetris yaitu moncong ke
salah satu sisi, kulit akan tampak pucat jika terjadi
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek.
b) Mata
Ukuran/reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil,
terjadi hemonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
penglihatan) atau diplopia (penglihatan ganda).
c) Telinga
Bentuk dan ukuran telinga simetris. Terjadi kemunduran
pendengaran (tuli satu telinga).
d) Hidung
Bentuk hidung simetris, terjadi penurunan fungsi penciuman.
e) Mulut
Mulut moncong ke kiri atau kekanan, mukosa bibir pucat,
lidah moncong bila dijulurkan, kesulitan mengunyah, disfagia
(kesulitan dalam menelan), bicara pelo/tidak jelas.
f) Leher
Terdapat peningkatan JVP pada pasien stroke yang
disebabkan oleh penyakit jantung, kaku kuduk jarang terjadi,
kesulitan dalam menelan (disfagia).
21
g) Dada
kesimetrisan dada, ekspansi kedua dinding dada, adanya jejas
atau tidak. Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan
h) Abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan terkadang terdapat kembung.
i) Ekstremitas atas dan bawah
Ataksia (berjalan tidak mantap/tegak), Sering didapatkan
kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama dalam
tubuh. Reflek tendon melemah secara kontralateral
j) Genetalia
Kadang terdapat inkontinensia atau retensi urine.
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harsono (1996, sebagaimana dikutip dalam Tutu, 2014 p.50)
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke
adalah sebagai berikut :
1) CT scan bagian kepala, pada strok non-hemoragi akan terlihat
adanya infark sedangkan pada stroke hemoragi akan terlihat
adanya pendarahan.
2) Pemeriksaan lumbal fungsi, pada pemeriksaan lumbal fungsi
untuk pemeriksaan diagnostik diperiksa kimia sitologi,
mikrobiologi dan virologi. Disamping itu, dilihat pula tetesan
cairan serebrospinal saat keluar baik kecepatannya,
kejernihannya, warna dan tekanan yang menggambarkan proses
terjadi di intraspinal. Pada stroke non hemoragik akan ditemukan
tekanan normal dari cairan serebrospinal yang jernih.
3) Elektrokardiografi (EKG) untuk mengetahui keadaan jantung
dimana jantung berperan dalam suplai darah ke otak.
22
verbal
6. DS : Kelemahan otot Kerusakan integritas
Biasanya mengeluh ↓ kulit
gatal, Tirah baring lama
ketidaknyamanan pada ↓
kulitnya Luka dekubitus
DO :
↓
a. Kulit kering
Kerusakan integritas
b. Tampak ruam dan
kulit
kemerahan
c. Penurunan
kekuatan otot < 3
(0-5)
Sumber : Doenges, 2018 p.276. Nurarif dan Hardi, 2015 p.157
2. Diagnosa Keperawatan Stroke
Gordon (1976, sebagaimana dikutip dalam Nursalam, 2013 p.59)
mendifinisikan bahwa diagnosis keperawatan adalah masalah kesehatan
aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan. Kewenangan tersebut dapat diterapkan berdasarkan standar
praktik keperawatan dan kode etik keperawatan yang berlaku.
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
menyatakan bahwa diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik
mengenai respons individu (klien dan masyarakat) tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial. Semua diagnosis keperawatan harus
didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi
karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala.
Tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah suatu
yang dirasakan oleh klien (Nursalam, 2013 p.59).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke antara lain:
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,
hemiparesis
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
d. Gangguan perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
penekanan saraf sensori
25
Intervensi Rasional
a) Kaji tipe/derajat disfungsi. a) Membantu menentukan daerah
Seperti pasien tidak tampak dan derajat kerusakan serebral
memahami kata atau yang terjadi dan kesulitan pasien
mengalami kesulitan dalam beberapa tahap proses
berbicara komunikasi
b) Perhatikan kesalahan dalam b) Pasien kehilangan kemampuan
komunikasi dan berikan untuk memantau ucapan yang
umpan balik keluar dan tidak menyadari
bahwa komunikasi yang
diucapkan tidak nyata.
c) Minta pasien untuk c) Melakukan penilaian terhadap
mengikuti perintah adanya kerusakan sensorik
sederhana (seperti : “buka (afasia sensorik)
mata”, “tunjuk pintu”).
d) Tunjukkan objek dan minta d) Melakukan penilaian terhadap
pasien untuk menyebutkan adanya (afasia motorik), seperti
nama benda tersebut. pasien mengenali tapi tidak bisa
menyebutkannya
G
Gambar 2.4 Posisi Fleksi ambar 2.5 Posisi Fleksi 45°
Sumber : Pratibha Singh, 2019
b) Ekstensi elbow (gerakan mendorong) : dibagi menjadi 3
posisi :
(1) kedua lengan atas diletakkan di meja
(2) lengan atas terangkat 45⁰ dari meja
(3) kedua lengan atas membentuk sudut 90⁰ terhadap meja.
Instruksi verbal : “saya akan mencontohkan beberapa
gerakan, nanti ikuti ya Pa/Bu”. Lalu terapis melakukan
gerakan bersama dengan subjek hingga ia mampu
melakukannya sendiri berdasarkan nomer, misal : posisi 1,
posisi 2, dan seterusnya.
e. Tahap terminasi
1) Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan.
2) Berpamitan dengan pasien.
3) Membereskan dan merapihkan alat ke tempat semula.
4) Cuci tangan 6 langkah.
f. Evaluasi
1) Melakukan evaluasi kepada pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
2) Melakukan komunikasi terapeutik selama melakukan
pemeriksaan.
g. Dokumentasi
1) Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan
2) Menyertakan nama jelas dan tanda tangan.
39
A. Desain Penelitian
Strategi pendekatan yang dipakai yaitu penelitian kualitatif yang
digolongkan ke dalam strategi penelitian case study research (penelitian studi
kasus). Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah. Penelitian ini menghimpun data-data naratif dengan kata-kata
(bukan angka-angka, nonnumerical) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan. Biasanya penelitian ini memiliki beberapa jenis rancangan
(design) dalam bidang sosial dan kesehatan, metode ini merupakan salah satu
bentuk penelitian formatif yang menerapkan teknik tertentu untuk
memperoleh jawaban yang mendekati tentang apa yang dipikirkan dan
dirasakan khalayak sasaran (William Chang, 2014 p.30). Studi kasus (case
study) dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu
orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya
keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi
kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan
dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian
khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi
kasus terhadap perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi
kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara
mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan
berbagai teknik serta integratif (Notoatmodjo, 2014 p.47). Metode ini dipilih
oleh peneliti untuk mengaplikasikan tindakan terapi cermin terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik.
42
43
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien stroke
non hemoragik yang mengalami penurunan kekuatan otot di Kampung Ancol
Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur. Teknik yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya (Nursalam, 2016 p.174).
Kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke
non hemoragik yang mengalami penurunan kekuatan otot. Dalam penelitian
ini partisipan yang dilibatkan adalah satu orang klien dengan diagnosis stroke
non hemoragik. Adapun yang menjadi alasan partisipan yang dilibatkan satu
orang klien karena peneliti mempertimbangkan keterlibatan waktu, tenaga
dan biaya.
1. Kriteria Inkulsi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah
harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. (Nursalam,
2016 p.172). Yang termasuk dalam kriteria inklusi dalam peneltian ini
diantaranya :
a. Pasien stroke non hemoragik yang berada di Kampung Ancol Desa
Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
b. Pasien stroke non hemoragik yang bersedia menjadi partisipan.
c. Pasien stroke non hemoragik yang mengalami penurunan kekuatan
otot ekstremitas.
d. Pasien stroke non hemoragik berusia 25-80 tahun.
e. Pasien stroke non hemoragik yang tanpa indikasi dan komplikasi.
2. Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara lain
44
D. Setting Penelitian
Klien berada di Desa Maleber, tepatnya dijalan K.H Opo Mustopa
Kampung Ancol rt 01/02 Desa Maleber Kecamatan Karangtengah. Penelitian
dilaksanakan di rumah klien tepatnya di ruang tamu dengan suasana saat
dilaksanakan penelitian yakni terasa tenang, nyaman dan tidak banyak tamu
maupun keluarga klien. Saat dilaksanakan penelitian hanya ada klien dan satu
anggota keluarganya (anak pertamanya).
45
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data penelitian melalui
dokumen (data sekunder) seperti statistik, status pemeriksaan pasien,
rekam medik, laporan, dan lain-lain (Hidayat, 2017 p.85). Peneliti
menggunakan pengumpulan data dengan metode studi dokumen karena
dokumen memberi informasi tentang situasi yang tidak dapat diperoleh
langsung melalui observasi langsung atau wawancara. Sejumlah besar
data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Peneliti
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan pada
lima pokok asuhan keperawatan yaitu, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
H. Etik Penelitian
Etik dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etik penelitian harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.
Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk
meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Etik-etik dalam melakukan
penelitian yaitu (Hidayat, 2017 p.86).
Penelitian dilakukan setelah peneliti meminta izin kepada pihak kampus
Akademi Keperawatan Pemkab Cianjur dan pengambilan data penelitian
dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari pihak klien dan keluarga.
Setelah ada persetujuan barulah penelitian ini dilakukan dengan menekankan
pada masalah kesehatan yang meliputi :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadikan responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka subjek
50
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 April 2020, pukul 09.00 WIB.
Data diperoleh dengan cara wawancara dan observasi langsung. Hasil
pengkajian klien berinisial Tn. R berumur 70 tahun, berjenis kelamin laki-
laki, beragama islam, dan berstatus duda. Pendidikan terakhir Tn. R tamat
SMP, bekerja sebagai petani. Tn. R bersuku bangsa Sunda/Indonesia,
beralamat di Jalan K.H. Opo Mustopa Rt 01/02 Kp.Ancol Desa Maleber
Kecamatan Karangtengah, dengan diagnosa medis stroke non hemoragik.
Pada saat pengkajian klien mengeluh lemah di bagian ekstremitas
atas dan bawah bagian kanan serta sulit menggerakan anggota badannya.
Lemah dirasakan secara mendadak saat klien sedang berjalan menuju ke
kamar mandi kemudian terjatuh dan lemah berkurang saat klien
beristirahat. Lemah dirasakan seperti tertimpa benda berat. Lemah
dirasakan di ekstremitas atas bagian kanan dan menjalar ke ekstremitas
bawah pada sisi yang sama. Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 3
(0-5). Klien mengatakan lemah sejak 3 bulan yang lalu dan masih terasa
sampai sekarang.
Klien mengatakan sebelumnya mempunyai riwayat penyakit
hipertensi selama 10 tahun dan tidak pernah berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan karena klien menganggap bahwa istirahat sebentar
dan meminum obat warung serta minum obat tradisional juga dapat
menyembuhkan rasa sakitnya. Ini pertama kalinya bagi klien mengalami
penyakit stroke. Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit,
saat stroke terjadi klien memanggil dokter untuk mengatasi penyakit
strokenya, dan melakukan terapi di rumah serta rajin meminum minuman
ion. Hal tersebut klien lakukan karena menurutnya di rawat di rumah sakit
52
53
kekuatan otot 3 (0-5) reflex bisep (-) serta trisep (-), sedangkan pada
bagian ekstremitas bawah kanan terjadi kelemahan (hemiparesis)
dengan kekuatan otot 3(0-5) dan reflek patella (-), dan berjalan tidak
mantap (ataksia) dengan menggunakan alat bantu tongkat yang terbuat
dari kayu.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan
data subjektif didapatkan klien mengatakan nyeri pada bagian kepala,
dan data objektif klien tampak meringis kesakitan dan tampak selalu
memijat bagian kepalanya, skala nyeri 4 (0-10), TD 160/100 MmHg.
c. Gangguan perubahan persepsi sensori : penglihatan berhubungan
dengan penekanan saraf sensori ditandai dengan data subjektif klien
mengatakan penglihatannya buram, dan data objektif klien sulit
membaca papan nama dengan jarak 30 cm, dan sulit melihat objek
yang berjarak jauh (miopi), terjadi penurunan lapang pandang.
3. Intervensi
a. Bedasarkan diagnosa pertama yaitu Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan, hemiparesis dengan tujuan jangka
panjang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya. Tujuan jangka pendek setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam klien dapat menggerakan bagian ekstremitas
atas sesuai dengan kemampuannya dengan kriteria hasil tidak terjadi
kontraktur sendi (mempertahankan posisi optimal dan mempertahan
kan fungsi secara optimal), meningkatnya kekuatan otot dan fungsi
bagian tubuh yang terkena atau kompensasi, mendemonstrasikan
teknik terapi cermin. Peneliti menyusun perencanaan antara lain, kaji
kemampuan kekuatan otot dengan rasional mengidentifikasi
kekuatan /kelemahan dan memberi informasi mengenai pemulihan.
Demonstrasikan terapi cermin (Menurut penelitian Fery (2017), yang
berjudul Pengaruh Mirror Theraphy Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke Non Hemoragik) dengan rasional terapi cermin dapat
55
B. Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan yang akan menguraikan analisa dan
perbandingan teori dan aplikasi yang terdapat dilapangan. Pembahasan ini
memfokuskan pada proses keperawatan yang terdiri dari mulai pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 April 2020, pukul 09.00 WIB.
Data diperoleh dengan cara wawancara dan observasi langsung dengan
pendekatan IPPA (insfeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) yang sesuai
dengan metode pengambilan data menurut Hidayat (2017 p.84). Pada saat
pengkajian Tn. R didapatkan data bahwa klien mengeluh lemah di bagian
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan serta sulit menggerakan anggota
badannya. Hal tersebut sesuai dengan teori pengkajian keperawatan pada
klien dengan stroke menurut Mubarak et al, (2015 p.103).
Klien dengan stroke mengalami defisit lapang penglihatan yakni
terjadi kesulitan melihat pada suatu objek serta kesulitan menilai jarak
adapula Diplopia (penglihatan ganda). Selain itu dapat pula terjadi defisit
motorik dimana terjadi hemiparesis yakni kelemahan wajah, lengan, dan
kaki pada sisi yang sama, serta ataksia, berjalan tidak mantap atau tidak
66
tegak, tidak mampu menyatukan kaki serta perlu dasar berdiri yang luas.
Defisit verbal dapat terjadi afasia ekspresif yakni tidak mampu
membentuk kata yang dapat dipahami, dan dapat bicara dalam respon kata
tunggal. Kemudian ada afasia resptif yakni tidak mampu memahami kata
yang dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal ataupun afasia
global yakni kombinasi antara afasia resptif dan ekspresif. (Smeltzer
2001, dalam Tutu 2014 p.46). Sesuai dengan teori tersebut Tn. R
mengalami defisit penglihatan yakni terjadi kesulitan melihat pada suatu
objek serta kesulitan menilai jarak serta mengalami defisit motorik
dimana klien mengalami hemiparesis yakni kelemahan lengan, dan kaki
pada sisi kanan, serta ataksia yakni berjalan tidak mantap atau tidak tegak,
klien tidak mampu menyatukan kaki serta perlu dasar berdiri yang luas.
Dari uraian diatas, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yakni
pada kasus klien dan teori menurut Smeltzer (2001, Sebagaimana dikutif
dalam Tutu, 2014 p.46) sama-sama terjadi hemiparesis yakni kelemahan
lengan, dan kaki pada sisi yang sama, serta mengalami defisit lapang
pandang dimana terjadi kesulitan melihat pada suatu objek yang berjarak
jauh.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan
utama yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,
hemiparesis. Peneliti mengambil diagnosa keperawatan hambatan
mobilitas fisik mengacu pada batasan karakteristik yaitu klien stroke non
hemoragik yang mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas dengan
kekuatan otot 3(0-5) yang tanpa indikasi dan komplikasi.
Terdapat kesenjangan antara teori dan diagnosa yang muncul dari
kasus. Menurut Doenges (2018 p.274), bahwa terdapat 6 diagnosa
keperawatan yang muncul pada stroke non hemoragik, namun yang
menjadi dignosa keperawatan utama yaitu hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan, hemiparesis. Kelemahan pada otot
disebabkan oleh terjadi transport aktif kalsium dihambat sehingga kalsium
67
A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi keperawatan dan
menerapkan pemberian tindakan terapi cermin terhadap peningkatan kekuatan
otot pada asuhan keperawatan kasus Tn. R dengan stroke non hemoragik di
Kampung Ancol Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian
Pada pengkajian keperawatan hasil yang didapatkan yakni terjadi
hemiparesis yakni kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah sisi kanan
yang sama dengan kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah kanan klien
dalam rentang 3 (0-5) selain itu klien mengalami defisit lapang pandang
dimana tidak dapat melihat dengan jelas suatu objek yang berjarak jauh.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada stroke non hemoragik memiliki 6
diagnosa keperawatan. beberapa diagnosa yang muncul yakni hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, hemiparesis. Nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan TIK dan Gangguan perubahan persepsi
sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf sensori.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat disusun untuk mengatasi
diagnosa keperawatan yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan, hemiparesis adalah kaji kemampuan kekuatan otot.
Demonstrasikan terapi cermin (Menurut penelitian Fery (2017), yang
berjudul Pengaruh Mirror Theraphy Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke Non Hemoragik). Posisikan lutut dan panggul dalam posisi
ekstensi. Tinggikan tangan dan kepala.
73
74
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan, hemiparesis adalah mengkaji kemampuan kekuatan otot,
mendemonstrasikan terapi mirror satu kali sehari selama 10 menit.
Memposisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi, serta
meninggikan tangan dan kepala.
5. Evaluasi
Evaluasi untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan, hemiparesis dengan data subjektif klien
mengatakan tangan kanannya masih sulit untuk digerakkan dengan
bebas, data objektif klien dapat mendemonstrasikan terapi cermin, klien
terlihat dapat menggerakkan jari jari nya pada ekstremis atas kanan dan
mengangkatnya secara perlahan, kekuatan otot ekstremitas atas 4(0-10)
dan bawah sisi kanan 3(0-5) dan ekstremitas atas dan bawah sisi kiri 5
(0-5).
6. Penerapan Pemberian Tindakan Terapi Cermin
Dalam penerapan Pemberian tindakan terapi cermin dari hasil
analisa PICOT didapatkan setelah dilakukan tindakan terapi cermin
selama 3 hari, terdapat kesamaan antara kasus dan teori dimana hasil
penelitian menunjuk-kan bahwa tindakan terapi cermin efektif untuk
meningkatkan kekuatan otot pada klien stroke non hemoragik
B. Saran
Setelah peneliti melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
stroke non hemoragik peneliti memberikan masukan positif, khususnya
dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Perawat
Diharapkan perawat dapat menerapkan tindakan terapi cermin pada klien
stroke non hemoragik dalam meningkatkan kekuatan otot.
75
Mubarak, W, I., Indrawati, L., & Susanto, J. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
76
77