Anda di halaman 1dari 29

A.

TUJUAN
1. Mampu mengenali bentuk dan jenis resistor.
2. Mampu menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warnanya.
3. Mampu merangkai resistor secara seri maupun paralel.
4. Memahami penggunaan hukum Ohm pada rangkaian resistor.
5. Mengetahui pengaruh hambatan yang dirangkai secara seri dan parallel terhadap
besarnya tegangan dan arus listrik
6. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hambatan kawat penghantar

B. ALAT DAN BAHAN


1. Power Supply (catu daya)
2. Multitester (2 buah)
3. Resistor
4. Kabel penghubung
5. Papan rangkaian

C. TEORI DASAR
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol W (Omega). Bentuk resistor yang umum adalah seperti
tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk
cincin kode warna untuk mengetahui besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Ilustrasinya seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Urutan cincin warna pada resistor


Gambar 2. Urutan cincin warna pada resistor (lanjutan)

Berdasarkan kebutuhan dalam rangkaian yang berbeda, maka bentuk dari sebuah
resistor dapat berbeda pula, hal ini terkait dengan daya yang mampu bekerja pada resistor
tersebut. Untuk daya yang rendah, berkisar antara 0,25 Watt – 1 Watt umumnya memiliki
bentuk yang kecil, sedangkan untuk daya yang yang cukup besar, berkisar 2 Watt - 25
Watt, umumnya memiliki bentuk yang lebih besar. Ilustrasinya seperti pada gambar

berikut.

Gambar 3. Beberapa bentuk resistor fix (nilai tetap)

a b c d
Gambar 4. Beberapa bentuk resistor variable: a,b :Trimpot, c: Multiturn, d:potensio meter

Non linier resistor


Ini adalah resistor yang nilai resistansinya tidak linier, artinya reistansinya
dipengaruhi faktor lain, misal untuk LDR ( Light Dependent Resistor ), akan dipengaruhi
oleh perubahan intensitas cahaya yang mengenai permukaan LDR tersebut.
Gambar 5. Nonlinear resistor a. NTC, b. PTC, c. LDR
Kode warna untuk resistor dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association)
seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Nilai warna pada cincin resistor


Warna Cincin I Cincin II Cincin III Cincin IV Cincin V
Cincin Angka ke-1 Angka ke-2 Angka ke-3 Pengali Toleransi
Hitam 0 0 0 x100
Coklat 1 1 1 x101 ±1%
Merah 2 2 2 x102 ± 2%
Jingga 3 3 3 x103
Kuning 4 4 4 x104
Hijau 5 5 5 x105
Biru 6 6 6 x106
Ungu 7 7 7 x107
abu-abu 8 8 8 x106
Putih 9 9 9 x109
Emas x10-1 ± 5%
Perak x10-2 ± 10 %
tanpa
± 20 %
warna

Besarnya ukuran resistor sangat tergantung Watt atau daya maksimum yang
mampu ditahan oleh resistor. Berikut ini adalah contoh perhitungan :

Urutan cincin warna (resistor 4 cincin warna): merah kuning biru emas

Merah Ungu Biru Emas Hasilnya


2 7 X 106 ± 5% 27M Ω ± 5 %

Urutan cincin warna (resistor 5 cincin warna): coklat merah hitam jingga coklat

Coklat Merah Hitam Jingga Coklat Hasilnya


1 2 0 X 103 ± 1% 120K Ω ± 1 %

Rangkaian Resistor
Rangkaian resistor secara seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin
besar. Di bawah ini adalah contoh resistor yang dirangkai secara seri.

Gambar 6. Rangkaian resistor secara seri

Pada rangkaian resistor seri berlaku rumus


RTOTAL=R 1+ R 2 (1)

Sementara itu, pada rangkaian resistor yang disusun secara paralel akan
mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin kecil. Di bawah ini contoh resistor
yang dirangkai secara paralel.

Gambar 7. Rangkaian resistor secara parallel

Hukum Ohm
Sekitar tahun 1825, George Simon ohm yang berasal dari Jerman, melakukan
serangkaian percobaan. Percobaan itu menunjukan bahwa tidak ada penghantar listrik
yang sempurna, Artinya setiap jenis zat mempunyai sifat penghambat arus listrik. Ohm
menunjukan bahwa untuk bahan yang sama, kawat panjang memiliki hambatan lebih
besar dari pada kawat pendek. Selain itu, dalam suatu rangkaian, makin besar hambatan
makin besar pula potensial yang diperlukan untuk mengalirkan aliran listrik.
Hukum Ohm yang berbunyi “besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya”.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya
tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan 

V =I × R (2)
Adapun keterangan dari persamaan tersebut adalah:
V = Beda potensial (tegangan ) kedua ujung penghantar ( Volt )
R = Tahanan atau hambatan ( Ohm )
I = Kuat arus yang mengalir dalam penghantar ( Ampere )
Namun demikian, perlu ditekankan bahwa hubungan ”V = IR” bukanlah
merupakan sebuah pernyataan hukum Ohm. Sebuah penghantar menuruti hukum ini
hanya jika pada beda potensial dan kuat arusnya sebanding. Hukum ohm adalah sebuah
sifat spesifik dari bahan-bahan tertentu dan bukan merupakan suatu hukum umum
mengenai keelektromagnetan.1

Arus listrik
Arus listrik didefinisikan aliran muatan listrik. Arus listrik mengukur berapa
banyak muatan listrik yang mengalir per satuan waktu. Jika dalam selang waktu t
jumlah muatan listrik yang mengalir adalah Q , maka besarnya arus listrik didefinisikan
sebagai
∆Q
I= (3)
∆t

Satuan muatan listrik adalah coulomb dan disingkat C dan satuan arus listrik adalah
ampere, yang disingkat A. Dengan demikian 1 ampere = 1 colulomb/detik. Muatan listrik
ada yang bertanda positif dan ada yang bertanda negatif. Arah arus listrik didefinisikan
searah dengan arah aliran muatan positif. Pada logam-logam sebenarnya yang mengalir
adalah electron-elektron yang memiliki muatan negative. Muatan positif berupa atom-
atom yang ditinggalkan electron tidak dapat mengalir karena terikat kuat membangun
logam tersebut. Mengingat definisi arus listrik searah dengan aliran muatan positif maka
arah arus listrik dalam logam berlawanan dengan arah aliran electron. Jadi, ketika kita
mengambar arah arus dalam kawat dari kanan ke kiri sebenarnya yng terjadi adalah aliran
electron dari kiri ke kanan.
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda
potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat yang
memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus dengan beda
potensial, V, antara dua tempat, atau I V . Kesebandingan di atas selanjutnya dapat
ditulis
1
I= V (4)
R

dengan R didefinisikan hambatan listrik antara dua titik. Satuan hambatan listrik adalah
Ohm dan disingkat . R disebut hambatan listrik, sebab berperan menghambat
mengalirnya muatan listrik. Makin besar R maka arus listrik makin sulit mengalir yang
ditandai dengan arus yang makin kecil. Persamaan (4) dinamakan hukum Ohm. Simbol
untuk hambatan listrik tampak pada Gambar 82

1
Tim Dosen Fisika Dasar, 2018, “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”, Jakarta, Universitas Negeri Jakarta
2
Mikrajuddin Abdullah, “Fisika Dasar II” (3) : 208-209, Kampus Ganesa, 2017
Gambar 8 Simbol Hambatan Listrik

Resistansi dan Resistivitas


Resistansi (hambatan) dapat diartikan sebgaia kemampuan menghambat listrik.
Sedangkan resistivitas (hambat jenis) adalah besar resistansi yang ada pada suatu
penghantar yang panjangnya 1 meter dan luas penampangnya 1 mm 2. Pada umumnya
logam mempunyai sifat sebagai konduktor, yaitu mampu menghantarkan arus listrik. Hal
ini karena keberadaan elektron-elektron bebas yang ada pada logam. Logam yang
elektronya sulit bergerak akan sulit menghantarkan listrik. Logam yang demikian
dikatakan memiliki resistansi (hambatan) yang besar. Sedangkan logam yang elektronya
mudah bergerak akan mudah menghantarkan listrik. Logam yang demikian memiliki
resistansi yang kecil.3
Konduktansi dan Konduktivitas
Jika kemampuan menghambat disebut resistansi maka kemampuan untuk
menghantarkan arus listrik disebut sebagai konduktansi. Konduktivitas (G) adalah
kebalikan dari resistivitas dan dirumuskan :
1
G=
R
Dalam SI satuan konduktivitas dinyatakan dalam satuan ℧ (dibaca = mho).4
Hambatan listrik
Semua material memiliki hambatan listrik. Besi, kayu, batu, karet, air, udara, dan
lain-lain memiliki hambatan listrik. Namun, hambatan listrik yang dimiliki batu, kayu
kering, karet, dan lain-lain sangat besar sehingga begitu diberi beda potensial antar dua
ujungnya, hampir tidak ada arus yang mengalir. Benda yang tidak dapat dialiri arus listrik
dinamakan isolator. Sebaliknya, logam memiliki hambatan yang sangat kecil. Dengan
memberi beda potensial yang kecil saja antar dua ujungnya, arus yang mengalir cukup
besar. Material yang mudah dialiri arus listrik dinamakan konduktor.
Hambatan listrik yang dimiliki bahan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Makin besar jika bahan makin panjang (R  L)
2) Makin kecil jika ukuran penampang bahan makin besar (R  1/A).
Hubungan antara hambatan listrik yang dimiliki bahan dengan ukuran bahan memenuhi:5
L
R=ρ
A
Dengan :
R hambatan yang dimiliki bahan
L panjang bahan,
A luas penampang bahan
 disebut hambatan jenis bahan
3
Ratih Listiyanti, “Dasar Listrik dan Elektronika”, (1) : 10, Yogyakarta, 2018
4
Ratih Listiyanti, “Dasar Listrik dan Elektronika”, (1) : 11, Yogyakarta, 2018
5
Mikrajuddin Abdullah, “Fisika Dasar II” (3) : 213-214, Kampus Ganesa, 2017
Hambatan Jenis
Hambatan jenis yaitu kecenderungan  suatu bahan untuk melawan aliran arus
listrik, dengan symbol ρ (rho). Hambatan  jenis adalah sifat dari suatu material pada
suhu tertentu, yang menunjukkan besar  hambatan tiap satuan panjang. Secara  matematis
dirumuskan :
RA
ρ=
L
Keterangan 
R : hambatan (Ω) 
A : Luas penampang penghantar (m2)
L: panjang penghantar (m) 
ρ : hambatan jenis (Ωm) 

Hambatan jenis juga dipengaruhi oleh  suatu penghantar tersebut. Akibatnya,  hambatan
suatu penghantar juga  tergantung suhu. Satuan dari hambatan adalah ohm dan diberi
simbol ( Ω ).6

Hambatan Komersial
Di pasar kita mejumpai hambatan listrik pada berbagai nilai hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut digunakan dalam perancangan rangkaian elektronika. Nilai
hambatan bervariasi mulai dari di bawah 1  hingga di atas 107  (10 M). Nilai yang
dimiliki hambatan tersebut tidak tertera pada komponen. Nilai hambatan dinyatakan dalam
kode-kode warna yang melingkar pada komponen seperti diilustrasikan pada Gambar 3.9.
Jumlah kode umumnya 3 buah. Tetapi untuk hambatan yang lebih teliti, jumlah kode warna ada
empat buah.

Gambar 9. Kode warna Hambatan


Nilai hambatan ditentukan oleh tiga kode warna pertama. Kode warna keempat disebut
toleransi yang menentukan ketelitian nilai hambatan. Angka yang berkaitan dengan kode-
kode warna tampak pada Tabel 1.

6
Dianradika Prasti dan Vicky Bin Djusmin, “Aplikasi Menghitung Nilai Hambatan Resistor (Studi Kasus
Pada  Mata Kuliah Elektronika)”, Jurnal Ilmiah d’ComPutarE Volume 2, 2012
Gambar 10. Cara menentukan nilai hambatan berdasarkan kode warna

Hambatan = (nilai gelang pertama)(nilai gelang kedua)  10(nilai gelang ketiga)7

Faktor-Faktor Penghambat Arus LIstrik


Hambatan lisstrik berasal dari beberapa hal yaitu komponen listrik yang khusus
dibuat untuk menghasilkan hambatan listrik yang disebut penghambat atau resistor,
hambatan yang dipengaruhi oleh susunan rangkaian (hambatan buatan) dan hambatan
yang berasal dari penghantar itu sendiri (hambatan alami). Selain resistor dan susunan
hambatan, faktor berikutnya yang menjadi penghambat arus listrik adalah hambatan
kawat penghantar. George Simon Ohm (1789-1854) melalui eksperimennya
menunjukkan bahwa tidak ada konduktor listrik sempurna. Setiap jenis zat, bahkan zat
yang terbaik sekalipun akan menghambat arus listrik yang melaluinya. Hambatan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu hambat jenis, panjang kawat, dan luas
penampang.
Salah satu ciri khas zat adalah massa jenisnya. Dengan kata lain, zat-zat yang
sejenis memiliki massa jenis yang sama dan zat-zat yang tidak sejenis memiliki massa
jenis berbeda. Mirip dengan itu, hambatan jenis adalah ciri khas dari bahan penghantar.
Penghantar yang terbuat dari bahan-bahan yang sejenis memiliki hambat jenis yang sama
dan penghantar kawat yang terbuat dari bahan-bahan tidak sejenis memiliki hambat jenis
berbeda. Jadi, hambat jenis penghantar tembaga, penghantar besi, dan penghantar
aluminium berbeda walaupun ketiganya memiliki panjang dan diameter sama. Selain
hambat jenis, faktor yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan suatu penghantar
adalah panjang kawat dan luas penampang. Berdasarkan hasil eksperimennya, Ohm
menjelaskan bahwa semakin panjang suatu penghantar kawat, hambatannya akan
semakin besar dan semakin kecil luas penampang kawat hambatannya justru akan
semakin besar. Kawat yang berbeda jenis menghasilkan hambatan yang berbeda pula.
Secara matematis hambatan suatu penghantar dapat dirumuskan sebagai berikut :8
L
R=ρ
A
Dengan :
R=¿hambatan penghantar (Ω ¿

7
Mikrajuddin Abdullah, “Fisika Dasar II” (3) : 219-221, Kampus Ganesa, 2017
8
Saminan, “Pembelajaran Konsep Listrik dan Magnet”, (2) : 58-60, Banda Aceh, 2018
L=¿ panjang kawat (m)

A=¿ luas penampang (m 2)

ρ=¿ hambatan jenis (Ωm ¿

Kebergantungan Hambatan pada Suhu


Hambatan suatu material berubah dengan terjadinya perubahan suhu. Umumnya,
makin tinggi suhu maka makin besar hambatan benda. Untuk kebanyakan bahan logam,
kebergantungan hambatan pada suhu memenuhi persamaan :

R=R 0 [ 1+ α ( T −T 0 ) ] (5)
dengan T suhu, T 0suhu acuan, R nilai hambatan pada suhu T, R0 nilai hambatan pada
suhu acuan , dan  koefisien suhu dari hambatan (℃ )-1. 9

9
Mikrajuddin Abdullah, “Fisika Dasar II” (3) : 216, Kampus Ganesa, 2017
A. CARA KERJA
Kuat arus tetap
1. Memasang rangkaian listrik seperti gambar (seri dan paralel) diatas dan
memberitahu kepada Asisten lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian
tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan
2. Setelah memeriksa, mengatur saklar dalam posisi terhubung (ON )
3. Mengatur potensi pada catu daya sehingga amperemeter menunjukan pada angka
tertentu ( I1) mencatat penujukan pada Amperemeter dan voltmeter serta besarnya
resistor yang digunakan
4. Mengulangi langkah 2-3 dengan mengganti resistor
5. Dengan mengubah nilai arus, melakukan langkah 2-4
6. Mengulangi hingga 7 variasi arus

Hambatan tetap

1. Memasang rangkaian listrik seperti gambar diatas (seri dan paralel) dan meberitahu
kepada Assisten lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan
dengan sumber tegangan.
2. Setelah memeriksa, mengatur saklar dalam posisi terhubung (ON )
3. Mengatur ujung Voltmeter pada hambatan dengan nilai tertentu (R1) dan mencatat
besarnya arus dan tegangan
4. Pada resistor yang sama, melakukan 7 variasi nilai tegangan dan mencatat besar
tegangan dan arus yang diperoleh.
5. Mengulangi langkah 2-4 dengan mengganti resistor (R2)
6. Mengulangi hingga 3 variasi hambatan.

B. PERTANYAAN

1. Gambarkanlah grafik arus versus tegangan (I vs V)!

2. Gambarkanlah grafik arus versus tegangan (I vs V)!


C. DATA PENGAMATAN

R1=220 Ω

R2=1000 Ω

Hasil pengukuran mengunakan multimeter

Rangkaian Seri
V sumber I total VR 1 VR 2
3,362 2,72 0,579 2,694
3,362 2,73 0,579 2,694
3,361 2,73 0,579 2,694
3,360 2,72 0,578 2,695
3,362 2,73 0,579 2,695

V sumber I total VR 1 VR 2
6,58 5,39 1,167 5,38
6,58 5,39 1,167 5,39
6,60 5,39 1,167 5,39
6,58 5,37 1,168 5,40
6,59 5,40 1,167 5,40

Rangkaian Paralel
VR paralel I total IR 1 IR 2
3,382 18,38 15,67 3,20
3,382 18,38 15,67 3,18
3,380 18,39 15,67 3,20
3,381 18,40 15,65 3,15
3,382 18,38 15,66 3,15

VR paralel I total IR 1 IR 2
6,50 36,35 30,16 6,40
6,50 36,44 30,14 6,39
6,49 36,43 30,15 6,38
6,49 36,44 30,16 6,38
6,49 36,45 30,14 6,40
D. PENGOLAHAN DATA

a) Tegangan pada Rangkaian Seri


Tegangan Pada Saat R=220 Ω
Saat Vs = 3,362 Volt dan I= 2,72×10-3A Saat Vs = 3,362 Volt dan I= 2,73×10-3A

Perc. VR VR2 Perc. VR VR2


1 0,579 0,335 1 0,579 0,335
2 2,694 7,258 2 2,694 7,258
Σ 3,273 7,593 Σ 3,273 7,593

VR=
∑ VR VR=
∑ VR
n n
3 , 273 3 , 273
= =
2 2
=1 ,6365 Volt =1 ,6365 Volt
2 2 2 2

ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 7 , 593 )−( 3 , 273 )


2
ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 7 , 593 )−( 3 , 273 )


2
=
2 2−1√
=1 ,058 Volt
=
2 2−1√
=1 ,058 Volt
ΔVR ΔVR
Ksr= ×100 % Ksr= ×100 %
VR VR
1,058 1,058
= ×100 % = ×100 %
1,6365 1,6365
=64,650 %(2 AP) =64,650 %(2 AP)
VR=( VR±ΔVR ) VR=( VR±ΔVR )
=( 1,6±1,1 ) Volt =( 1,6±1,1 ) Volt
Saat Vs = 3,361 Volt dan I= 2,73×10-3A Saat Vs = 3,360 Volt dan I= 2,72×10-3 A

Perc. VR VR2 Perc. VR VR2


1 0,579 0,335 1 0,578 0,334
2 2,694 7,258 2 2,695 7,263
Σ 3,273 7,593 Σ 3,273 7,597

VR=
∑ VR VR=
∑ VR
n n
3 , 273 3 , 273
= =
2 2
=1 ,6365 Volt =1 ,6365 Volt
2 2 2 2

ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 7 , 593 )−( 3 , 273 )


2
ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 7 , 597 )− (3 ,273 )
2
=

2 2−1
=1 ,058 Volt
=

2 2−1
=1 ,058 Volt
ΔVR ΔVR
Ksr= ×100 % Ksr= ×100 %
VR VR
1,058 1,058
= ×100 % = ×100 %
1,6365 1,6365
=64,650 %(2 AP) =64,650 %(2 AP)
VR=( VR±ΔVR ) VR=( VR±ΔVR )
=( 1,6±1,1 ) Volt =( 1,6±1,1 ) Volt
Saat Vs = 3,362 Volt dan I= 2,73×10-3A

Perc. VR VR2
1 0,579 0,335
2 2,695 7,263
Σ 3,274 7,598

VR=
∑ VR
n
3 ,274
=
2
=1 ,637 Volt
2 2

ΔVR=
n n−1 √
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 7 , 598 )−( 3 , 274 )


2
=

2 2−1
=1 ,058 Volt
ΔVR
Ksr= ×100%
VR
1 ,058
= ×100%
1 ,637
=64,630%(2 AP)
VR=( VR±ΔVR )
=( 1,6±1,1 ) Volt

Tegangan Pada Saat R=1000 Ω


Saat Vs = 6,58 Volt dan I= 5,39×10-3 A Saat Vs = 6,58 Volt dan I= 5,39×10-3 A

Perc. VR VR2 Perc. VR VR2


1 1,167 1,362 1 1,167 1,362
2 5,38 28,944 2 5,39 29,052
Σ 6,547 30,306 Σ 6,557 30,414

VR=
∑ VR VR=
∑ VR
n n
6 ,547 6 , 557
= =
2 2
=3 ,274 Volt =3 , 279 Volt
2 2 2 2

ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 30 , 306 )−( 6 ,547 )


2
ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 30 , 414 )−( 6 , 557 )


2
=

2 2−1
=2 ,106 Volt
=

2 2−1
=2 ,112 Volt
ΔVR ΔVR
Ksr= ×100 % Ksr= ×100%
VR VR
2,106 2,112
= ×100% = ×100%
3,274 3,279
=64,325%(2 AP) =64 ,410%(2 AP )
VR=( VR±ΔVR ) VR=( VR±ΔVR )
=( 3,3±2,1 ) Volt =( 3,3±2,1 ) Volt
Saat Vs = 6,60 Volt dan I= 5,39×10-3A Saat Vs = 6,58 Volt dan I= 5,37×10-3A

Perc. VR VR2 Perc. VR VR2


1 1,167 1,362 1 1,168 1,364
2 5,39 29,052 2 5,40 29,16
Σ 6,557 30,414 Σ 6,568 30,524

VR=
∑ VR VR=
∑ VR
n n
6 , 557 6 ,568
= =
2 2
=3 , 279 Volt =3 ,284 Volt
2 2 2 2

ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 30 , 414 )−( 6 , 557 )


2
ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 30 , 524 ) −( 6 ,568 )
2
=

2 2−1
=2 ,112 Volt
=

2 2−1
=2 ,116 Volt
ΔVR ΔVR
Ksr= ×100% Ksr= ×100%
VR VR
2,112 2,116
= ×100% = ×100%
3,279 3,284
=64 ,410%(2 AP ) =64,434 %(2 AP)
VR=( VR±ΔVR ) VR=( VR±ΔVR )
=( 3,3±2,1 ) Volt =( 3,3±2,1 ) Volt
Saat Vs = 6,59 Volt dan I= 5,40×10-3A

Perc. VR VR2
1 1,167 1,362
2 5,40 29,16
Σ 6,567 30,522

VR=
∑ VR
n
6 ,567
=
2
=3 ,284 Volt
2 2

ΔVR=
n n−1√
1 n ( ∑ VR ) −( ∑ VR )

1 2 ( 30 , 522 )−( 6 , 567 )


2
=

2 2−1
=2 ,117 Volt
ΔVR
Ksr= ×100%
VR
2,117
= ×100%
3,284
=64,464 %(2 AP)
VR=( VR±ΔVR )
=( 3,3±2,1 ) Volt
b) Arus Listrik pada Rangkaian Paralel
Tegangan Pada Saat R=220 Ω
Saat Vp = 3,382 Volt dan I= 18,38×10-3 Saat Vp = 3,382 Volt dan I= 18,38×10-3
A A

Perc. IR IR2 Perc. IR IR2


1 15,67×10-3 245,549×10-6 1 15,67×10-3 245,549×10-6
2 3,20×10-3 10,24×10-6 2 3,18×10-3 10,112×10-6
Σ 18,87×10-3 255,789×10-6 Σ 18,85×10-3 255,661×10-6

IR=
∑ IR IR=
∑ IR
n n
18 ,87×10−3 18 , 85×10−3
= =
2 2
=0, 009435 A =0 ,009425 A
2 2

Δ IR=

2
1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2
Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2

=

1 2 ( 255 , 789×10−6 ) −( 18 , 87×10−3 )
2 2−1
2 =

1 2 ( 255 , 661×10−6 ) −( 18 , 85×10−3 )
2 2−1
=0 , 006 A
=0 , 006 A Δ IR
Δ IR Ksr= ×100 %
Ksr= ×100 % IR
IR 0,006
0,006 = ×100 %
= ×100 % 0,009
0,009 =66,667%(2 AP)
=66,667%(2 AP) IR=( IR± Δ IR )
IR=( IR± Δ IR ) =( 0,9±0,6 )×10−2 A
=( 0,9±0,6 )×10−2 A
Saat Vp = 3,380 Volt dan I= 18,39×10-3 Saat Vp = 3,381 Volt dan I= 18,40×10-3
A A

Perc. IR IR2 Perc. IR IR2


1 15,67×10-3 245,549×10-6 1 15,65×10-3 244,923×10-6
2 3,20×10-3 10,24×10-6 2 3,15×10-3 9,923×10-6
Σ 18,87×10-3 255,789×10-6 Σ 18,80×10-3 254,846×10-6

IR=
∑ IR IR=
∑ IR
n n
18 ,87×10−3 18 , 80×10−3
= =
2 2
=0, 009435 A =0 ,0094 A
2 2 2 2

Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
−3 2
Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2
=

1 2 ( 255 , 789×10−6 ) −( 18 , 78×10 )
2 2−1
=0 , 006 A
=

1 2 ( 254 ,846×10−6 ) −( 18 , 80×10−3 )
2 2−1
=0 , 006 A
Δ IR Δ IR
Ksr= ×100 % Ksr= ×100 %
IR IR
0,006 0,006
= ×100 % = ×100 %
0,009 0,009
=66,667%(2 AP) =66,667%(2 AP)
IR=( IR± Δ IR ) IR=( IR± Δ IR )
=( 0,9±0,6 )×10−2 A =( 0,9±0,6 )×10−2 A
Saat Vp = 3,382 Volt dan I= 18,38×10-3
A

Perc. IR IR2
1 15,66×10-3 245,236×10-6
2 3,15×10-3 9,923×10-6
Σ 18,81×10-3 255,159×10-6

IR=
∑ IR
n
18 ,81×10−3
=
2
=0 , 009405 A
2 2

Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2
=

1 2 ( 255 , 159×10−6 ) −( 18 , 81×10−3 )
2 2−1
=0 , 006 A
Δ IR
Ksr= ×100 %
IR
0,006
= ×100 %
0,009
=66,667%(2 AP)
IR=( IR± Δ IR )
=( 0,9±0,6 )×10−2 A
Tegangan Pada Saat R=1000 Ω
Saat Vp = 6,50 Volt dan I= 36,35×10-3 Saat Vp = 6,50 Volt dan I= 36,44×10-3 A
A
Perc. IR IR2
2
Perc. IR IR 1 30,14×10-3 908,420×10-6
-3 -6
1 30,16×10 909,626×10 2 6,39×10-3 40,832×10-6
2 6,40×10-3 40,96×10-6 Σ 36,53×10-3 949,252×10-6
-3 -6
Σ 36,56×10 950,586×10

IR=
∑ IR
IR=
∑ IR n
n 36 , 53×10−3
36 , 56×10−3 =
= 2
2 =0 ,018 A
=0 ,018 A 2 2

Δ IR=

2
1 n ( ∑ IR )−( ∑ IR )
n n−1
2 Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2

=

1 2 ( 950 , 586×10−6 )−( 36 ,56×10 )
2 2−1
−3 2 =

1 2 ( 949 , 252×10−6 ) −( 36 , 53×10−3 )
2 2−1
=0 , 012 A
=0 , 012 A Δ IR
Δ IR Ksr= ×100%
Ksr= ×100% IR
IR 0,012
0,012 = ×100%
= ×100% 0,018
0,018 =66,667 %(2 AP)
=66,667 %(2 AP) IR=( IR± Δ IR )
IR=( IR± Δ IR ) =( 1,8±1,2 ) ×10−2 A
=( 1,8±1,2 ) ×10−2 A
Saat Vp = 6,49 Volt dan I= 35,43×10-3 Saat Vp = 6,49 Volt dan I= 36,44×10-3 A
A
Perc. IR IR2
Perc. IR IR2 1 30,16×10-3 909,626×10-6
1 30,15×10-3 909,023×10-6 2 6,38×10-3 40,704×10-6
2 6,38×10-3 40,704×10-6 Σ 36,54×10-3 950,330×10-6
Σ 36,53×10-3 949,727×10-6

IR=
∑ IR
IR=
∑ IR n
n 36 ,54×10−3
36 , 53×10−3 =
= 2
2 =0 , 018 A
=0 ,018 A 2 2

Δ IR=

2
1 n (∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2 Δ IR=

1 n ( ∑ IR ) −( ∑ IR )
n n−1
2

=

1 2 ( 949 , 727×10−6 )−( 36 ,53×10−3 )
2 2−1
2 =

1 2 ( 950 , 330×10−6 )−( 36 , 54×10−3 )
2 2−1
=0 , 012 A
=0 , 012 A
Δ IR Δ IR
Ksr= ×100% Ksr= ×100%
IR IR
0,012 0,012
= ×100% = ×100%
0,018 0,018
=66,667 %(2 AP) =66,667 %(2 AP)
IR=( IR± Δ IR ) IR=( IR± Δ IR )
=( 1,8±1,2 ) ×10−2 A =( 1,8±1,2 ) ×10−2 A
Saat Vp = 6,49 Volt dan I= 36,45×10-3
A

Perc. IR IR2
1 30,14×10-3 908,420×10-6
2 6,40×10-3 40,96×10-6
Σ 36,54×10-3 949,380×10-6

IR=
∑ IR
n
36 ,54×10−3
=
2
=0 , 018 A
2 2

Δ IR=

1 n ( ∑ IR )−( ∑ IR )
n n−1
2
=

1 2 ( 949 , 380×10−6 )−( 36 , 54×10−3 )
2 2−1
=0 , 012 A
Δ IR
Ksr= ×100%
IR
0,012
= ×100%
0,018
=66,667 %(2 AP)
IR=( IR± Δ IR )
=( 1,8±1,2 ) ×10−2 A

E. PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Perhitungan

1. I Terhadap V Pada Rangkaian Seri

a) I Terhadap V Pada Saat R=220 Ω


X X2 Y
No XY
(V) (V2) (I)
1. 1,6365 2,67813225 0,00272 0,00445128
2. 1,6365 2,67813225 0,00273 0,004467645
3. 1,6365 2,67813225 0,00273 0,004467645
4. 1,6365 2,67813225 0,00272 0,00445128
5. 1,637 2,679769 0,00273 0,00446901
∑ 6,835 13,3922298 0,01363 0,02230686

∑ y⋅∑ x 2 −∑ x⋅∑ xy
a=
n ∑ x 2−(∑ x ) 2
0 , 01363⋅13 , 392298−8 , 183⋅0 , 02230686
¿
5⋅13 , 392298−(8 ,183 )2
0 , 1825370217−0 , 1825370354
¿
66 , 96149−66 ,961489
−0 , 0000000137
¿
0 , 000001
¿−0 , 0137
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b=
n ∑ x 2−(∑ x )2
5⋅0 , 02230686−8 ,183⋅0 , 01363
¿
5⋅13 , 392298−(8 ,183 )2
0 , 1115343−0 , 11153429
¿
0 , 000001
0 , 0000001
¿
0 , 000001
¿ 0,1
y=ax+b
=−0,0137 x+0,1

X Y=(-0,0137x+0,1)
1,6365 0,07757995
1,6365 0,07757995
1,6365 0,07757995
1,6365 0,07757995
1,637 0,0775731
Grafik I Terhadap V Rangkaian Seri Pada Saat R = 220𝛺
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
1,636 1,636 1,636 1,636 1,637

Column2

b) I Terhadap V Pada Saat R=1000 Ω

X X2 Y
No XY
(V) (V2) (I)
1. 3,274 10,719076 0,00539 0,01764686
2. 3,279 10,751841 0,00539 0,01767381
3. 3,279 10,751841 0,00539 0,01767381
4. 3,284 10,784656 0,00537 0,01763508
5. 3,284 10,784656 0,0054 0,0177336
∑ 16,4 53,79207 0,0269 0,08836316

a=
∑ y⋅∑ x 2−∑ x⋅∑ xy
n ∑ x 2−( ∑ x) 2
0 , 0269⋅53 , 79207−16 , 4⋅0 , 08836316
¿
5⋅53 , 79207−(16 , 4 )2
1 , 447006683−1 , 449155824
¿
268 , 96035−268 , 96
−0 , 002149141
¿
0 , 00035
¿−6 ,1404
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b=
n ∑ x 2−(∑ x )2
5⋅0 , 08836316−16 , 4⋅0 , 0269
¿
5⋅53 , 79207−(16 , 4 )2
0 , 4418158−0 , 44116
¿
0 , 00035
0 , 0006558
¿
0 , 00035
¿ 1 ,8737
y=ax+b
=−6 ,1404 ,x+1,8737
X Y=(-6,1404x+1,8737)
3,274 -18,2299
3,279 -18,2607
3,279 -18,2607
3,284 -18,2914
3,284 -18,2914

Grafik I terhadap V Rangkaian Seri Pada R = 1000𝛺


-181,800
3,274 3,279 3,279 3,284 3,284
-182,000

-182,200

-182,400

-182,600

-182,800

-183,000

Column2

2. I Terhadap V Pada Rangkaian Pararel

a) I Terhadap V Pada Saat R=220 Ω

X X2 Y
No XY
(V) (V2) (I)
1. 3,382 11,437924 0,009435 0,030438
2. 3,382 11,437924 0,009425 0,030438
3. 3,380 11,4244 0,009435 0,03042
4. 3,381 11,431161 0,0094 0,030429
5. 3,382 11,437924 0,009405 0,030438
∑ 16,907 57,169333 0,0471 0,152163
∑ y⋅∑ x 2 −∑ x⋅∑ xy
a=
n ∑ x 2−(∑ x ) 2
0 , 0471⋅57 , 169333−16 , 907⋅0 ,152163
¿
5⋅57 , 169333−(16 , 907)2
2 ,692675584−2 , 572619841
¿
285 , 846665−285 , 846649
0 , 120055743
¿
0 , 000016
¿ 7503 , 4839

n ∑ xy−∑ x ∑ y
b=
n ∑ x 2−( ∑ x)2
5⋅0 , 152163−16 ,907⋅0 , 0471
¿
5⋅57 , 169333−(16 , 907)2
0 , 76 ,0815−0 , 7963197
¿
0 , 000016
−0 , 0355047
¿
0 , 000016
¿−2219 ,04375

y=ax+b
=7503 ,48396 x−219 ,04375

X Y= (7503,48396x - 2219,04375)
3,382 23157,73900272
3,382 23157,73900272
3,380 23142,7320348
3,381 23150,23551876
3,382 23157,73900272
Grafik I Terhadap R Rangkaian Paralel Pada Saat R = 220𝛺
25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

0
3,382 3,382 3,380 3,381 3,382

Column2

b) I Terhadap V Pada Saat R=1000 Ω

No X X2 Y XY
(V) (V2) (I)
1. 6,50 42,25 0,01828 0,1182
2. 6,50 42,25 0,018265 0,1187225
3. 6,49 42,1201 0,017715 0,1187225
4. 6,49 42,1201 0,01822 0,1182478
5. 6,49 42,1201 0,018225 0,11828025
∑ 32,47 210,8603 0,090705 0,5884209

a=
∑ y⋅∑ x 2−∑ x⋅∑ xy
n ∑ x 2−( ∑ x ) 2
0 , 090705⋅210 , 8603−32 , 47⋅0 , 5884209
¿
5⋅210 , 8603−(32 , 47)2
19 ,12608351−19 , 10602662
¿
1054 , 3015−1054 ,3009
0 , 02005689
¿
0 , 0006
¿ 33 , 42815
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b=
n ∑ x 2−( ∑ x )2
5⋅0 , 5884209−32 , 47⋅0 , 090705
¿
5⋅210 , 8603−(32 , 47)2
2 ,94221045−2 , 94519135
¿
0 , 000001
−0 , 00308685
¿
0 , 0006
¿−5 ,14475
y=ax+b
=33,42815 x−5,14475

X y = 33,42815x - 5,14475

6,50 212,138225
6,50 212,138225
6,49 211,8039435
6,49 211,8039435
6,49 211,8039435

Grafik I Terhadap V Rangkaian Paralel Pada Saat R = 1000𝛺


21,220,000

21,210,000

21,200,000

21,190,000

21,180,000

21,170,000

21,160,000
6.5 6.5 6.49 6.49 6.49

Column2

ANALISIS
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang resistor dan hukum ohm.
Kami melakukan percobaan yaitu kuat arus tetap dan hambatan tetap. Percobaan dilakukan
mengggunakan 2 rangkaian yaitu rangkaian seri dan rangkaian parallel, dimana pada masing–
masing percobaan kami melakukan 5 kali percobaan pada setiap resistor, kami menggunakan
2 resistor yaitu 200 Ω dan 1000 Ω. Dari percobaan tersebut, perbandingan nilai arus dan
tegangan di setiap resistor memiliki nilai yang berbeda terhadap pemberian suatu tegangan
catu daya. Metode prakteknya diukur dengan multimeter sebagai amperemeter dan voltmeter.
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian, sehingga terhubung seri dengan
komponen yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial
antara dua titik. Pemakaian voltmeter dipasang secara paralel dengan komponen yang akan
diukur beda potensialnya.
Hukum Ohm yang berbunyi “besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya”.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak
bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Secara
matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan :
V =I × R
Berdasarkan perhitungan dari data yang telah di dapatkan dengan menggunakan rumus diatas
pada rangkaian seri dengan resistor 220 Ω didapatkan nilai arus dan tegangan sebesar

V (Tegangan ) I (Kuat Arus)


1,6365 V 0,00272 A
1,6365 V 0,00273 A
1,6365 V 0,00273 A
1,6365 V 0,00272 A
1,637 V 0,00273 A
Sedangkan pada rangkaian seri dengan resistor 1000 Ω didapatkan tegangan dan nilai arus
sebesar

V (Tegangan ) I (Kuat Arus)


3,274 V 0,00539 A
3,279 V 0,00539 A
3,279 V 0,00539 A
3,284 V 0,00537 A
3,284 V 0,0054 A

Berdasarkan perhitungan dari data, pada rangkaian paralel dengan resistor 220 Ω didapatkan
nilai arus dan tegangan sebesar

V (Tegangan ) I (Kuat Arus)


3,382 V 0,009435 A
3,382 V 0,009425 A
3,380 V 0,009435 A
3,381 V 0,0094 A
3,382 V 0,009405 A
Sedangkan pada rangkaian paralel dengan resistor 1000 Ω didapatkan tegangan dan nilai arus
sebesar

V (Tegangan ) I (Kuat Arus)


6,50 V 0,01828 A
6,50 V 0,018265 A
6,49 V 0,017715 A
6,49 V 0,01822 A
6,49 V 0,018225 A

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat perbedaan antara rangkaian seri dengan paralel.
Pada rangkaian seri nilai arus akan sama untuk masing-masing resistor, sedangkan tegangan
berbeda yang mana nilainya tergantung nilai resistansi dan resistornya. Pada rangkaian paralel
nilai tegangan akan bernilai tetap pada masing-masing resistor, sedangkan nilai arus yang
diperoleh berbeda pada masing-masing resistor.
Dari data tersebut juga dapat membuktikan bahwa semakin besar tegangan yang
digunakan, maka semakin besar pula arusnya. Hal tersebut sesuai dengan Hukum ohm yang
menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik akan selalu berbanding
lurus. Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap. Semakin besar beda
potensial semakin besar juga kuat arus yang mengalir.
Pada percobaan ini, data hasil percobaan yang saya coba bersama kelompok saya
sangatlah kurang akurat. Adapun kesalahan-kesalahan dalam percobaan bisa disebabkan
karena beberapa faktor seperti, alat yang digunakan untuk percobaan kurang berfungsi dengan
baik ataupun sudah rusak, kurangnya ketelitian dalam membaca alat ukur, dan kesalahan pada
praktikum dalam pengukuran dan perhitungan.
F. PERTANYAAN AKHIR
1. Gambarkan grafik arus versus tegangan (I vs V)!
a. Pada rangkaian seri R = 220

Grafik I Terhadap V Rangkaian Seri Pada Saat


R = 220𝛺
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
0.08
1,636 1,636 1,636 1,636 1,637

Column2

b. Pada rangkaian seri R = 1000

Grafik I terhadap V Rangkaian Seri Pada R =


1000𝛺
-181,800
3,274
-182,000 3,279 3,279 3,284 3,284
-182,200
-182,400
-182,600
-182,800
-183,000

Column2

c. Pada rangkaian parallel R = 220

Grafik I Terhadap R Rangkaian Paralel


Pada Saat R = 220𝛺
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
3,382 3,382 3,380 3,381 3,382

Column2

d. Pada rangkaian parallel R = 1000


Grafik I Terhadap V Rangkaian Paralel
Pada Saat R = 1000𝛺
21,220,000
21,210,000
21,200,000
21,190,000
21,180,000
21,170,000
21,160,000
6.5 6.5 6.49 6.49 6.49

Column2

G. KESIMPULAN
1. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus
yang mengalir dalam suatu rangkaian. Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung
dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin
kode warna untuk mengetahui besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Jenis-jenis resistor yaitu, resistor karbon, resistor variable, potensiometer,
fotoresistor (LDR), dan Trimpot (Trimer Potensio).
2. Menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warna dengan di gunakan rumus
Hambatan = (nilai gelang pertama)(nilai gelang kedua)  10(nilai gelang ketiga).
Dengan nilai hambatan dinyatakan dalam kode-kode warna yang melingkar. Nilai
hambatan ditentukan oleh tiga kode warna pertama. Kode warna keempat disebut toleransi
yang menentukan ketelitian nilai hambatan. Angka yang berkaitan dengan kode-kode
warna
3. Rangkaian seri dan paralel dapat dirangkai seperti pada gambar dibawah ini :

Rangkaian Seri Rangkaian Paralel


4. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya
tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan V =I × R
5. Susunan rangkaian dapat mempengaruhi nilai hambatan listrik. Rangkaian resistor secara
seri akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar. Sementara itu, pada rangkaian
resistor yang disusun secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti semakin
kecil.
6. Faktor yang mempengaruhi hambatan kawat penghantar, yakni:
1. Hambatan jenis penghantar, semakin kecil resistivitas sebuah penghantar maka
semakin baik karena resistansinya semakin kecil
2. Panjang penghantar, semakin panjang sebuah penghantar akan semakin besar juga
resistansinya.
3. Luas penampang pengantar, semakin luas penampang penhantar akan semakin kecil
resistansi penghantar tersebut yang berarti arus yang dialirkan makin besar.
4. Suhu, jika suatu penghantar mendapat perubahan temperature maka resistansinya juga
ikut berubah.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Fisika Dasar, 2018, “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”, Jakarta, Universitas
Negeri Jakarta
Abdullah, Mikrajuddin, 2017, “Fisika Dasar II”, Kampus Ganesa

Dianradika Prasti dan Vicky Bin Djusmin, 2012, “Aplikasi Menghitung Nilai Hambatan Resistor
(Studi Kasus Pada  Mata Kuliah Elektronika)”, Jurnal Ilmiah d’ComPutarE Volume 2

Ratih Listiyanti, 2018 “Dasar Listrik dan Elektronika”, Yogyakarta

Saminan, 2018,“Pembelajaran Konsep Listrik dan Magnet”, Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai

  • Simbol Lab
    Simbol Lab
    Dokumen5 halaman
    Simbol Lab
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Modul
    Modul
    Dokumen111 halaman
    Modul
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Ekologi 2
    Ekologi 2
    Dokumen27 halaman
    Ekologi 2
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Laprak 2
    Laprak 2
    Dokumen9 halaman
    Laprak 2
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Laprak 3
    Laprak 3
    Dokumen7 halaman
    Laprak 3
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Cermin Dan Lensa (KELOMPOK 5) - 1
    Cermin Dan Lensa (KELOMPOK 5) - 1
    Dokumen27 halaman
    Cermin Dan Lensa (KELOMPOK 5) - 1
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Buku Panduan Mentor
    Buku Panduan Mentor
    Dokumen3 halaman
    Buku Panduan Mentor
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Laprak 8 Finallll
    Laprak 8 Finallll
    Dokumen30 halaman
    Laprak 8 Finallll
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Laprak 6 Akhirrrr
    Laprak 6 Akhirrrr
    Dokumen23 halaman
    Laprak 6 Akhirrrr
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Laprak Awal
    Laprak Awal
    Dokumen7 halaman
    Laprak Awal
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat
  • Teks Moderator
    Teks Moderator
    Dokumen1 halaman
    Teks Moderator
    syakira kautsarina
    Belum ada peringkat