2018
Dinah, Rahma
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5233
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN PENGGUNA JKN
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH:
RAHMA DINAH S
140200511
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Oleh
RAHMA DINAH S
140200511
Disetujui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Nim : 140200511
Rahma Dinah S
140200511
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo. Skripsi ini
Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari para
2. Prof. Dr. OK. Saidin,S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
3. Ibu Puspa Melati, S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas
skripsi ini.
9. Kepada kedua orang tua tercinta yang menjadi motivasi terbesar penulis
ini.
ii
12. Sahabat di kampus Sylvia Rouse Haloho dan Delvina Nova Sigalingging
13. Sahabat tercencen, Syahfitri Lubis, Reggy Zurcher, Bonita Anggia, Sarah
15. Kepada seluruh teman dan sahabat yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu.
Penulis
iii
*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I, Dosen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
***
Dosen Pembimbing II, Dosen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
iv
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai hak setiap manusia, dan kewajiban negara memenuhi hak itu terutama
pada situasi bahwa tidak setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
perhatian lebih dari pemerintah. Kehidupan dan kebebasan manusia akan menjadi
tiada arti apabila tidak didukung oleh kesehatan yang baik. Hal ini bukan tanpa
daya manusia yang mana merupakan salah satu unsur penting dalam
pengembangan suatu negara menjadi negara yang maju. Dengan demikian maka
unggul.
Kesehatan adalah hak mendasar bagi setiap manusia (hak asasi manusia).
Hak atas pemeliharaan kesehatan merupak salah satu dari hak dasar sosial
1
Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di
Indonesia,PT Alumni,Bandung,2007,hlm.2
Maka dari itu, Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi hak asasi
1945 yang berbunyi “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan dalam pasal 28 H ayat (3) yang
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
2
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum dan Masalah Medik ,Lembaga Penerbitan
Universitas Airlangga,Surabaya,1984,hlm.22.
3
Titon Slamet Kurnia,Op.cit.,hlm.1
4
Lihat Konsiderat huruf a Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
hubungan antara pelaku usaha (rumah sakit) dan konsumen (pasien) harus saling
pelayanan yang berbeda terhadap pasien. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila terutama sila kelima yang menyatakan bahwa keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial disini juga merupakan hak seluruh
yang melibatkan semua pihak agar meningkatkan pelayanan kesehatan baik dalam
hal tenaga kesehatan, sarana dan prasarana yang baik maupun mutu dari
ialah agar setiap warga negara mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
SJSN ini menyebutkan bahwa “Jaminan sosial adalah salah satu bentuk
program jaminan nasional yang dilakukan oleh beberapa lembaga jaminan sosial.6
5
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
6
Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
7
Pasal 5 Ayat (3) Undang-Undang Nomer 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
BPJS dibagi atas dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Pasien Pengguna JKN BPJS Kesehatan di RSU Kabanjahe Kabupaten Karo ” ini
8
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
9
Pasal 9 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
penting dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan ini karena rumah sakit
BPJS diseluruh Kabupaten Karo yang terdiri dari banyak desa-desa kecil.
terjangkau. Maka dari itu keberadaan dan keikutsertaan RSU Kabanjahe sebagai
merupakan segala upaya untuk menjamin adanya kepastian hukum atas segala
tindak medis yang diberikan kepada pasien pengguna JKN BPJS Kesehatan. Hal
ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan rumah sakit terhadap pasien
pengguna JKN BPJS Kesehatan sampai dengan upaya hukum apa yang dapat
diambil pasien pengguna JKN BPJS Kesehatan apabila ada kesalahan dari pihak
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
3. Apa saja upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pasien peserta JKN
penelitian tersebut. 10
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2012, hlm.118
3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat ditempuh oleh pasien
JKN BPJS Kesehatan jika haknya tidak dipenuhi oleh RSU Kabajahe
Kabupaten Karo.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian
2. Manfaat Praktis
D. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang akan
mendukung hasil penelitian dengan data yang lengkap. Oleh karena itu, dalam
a) Jenis Penelitian
Kabupaten Karo.
b) Sifat Penelitian
2. Lokasi Penelitian.
3. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data primer
11
Ibid, hlm. 52
10
lainnya.
Nasional.
11
sebagainya.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana hukum.
Sebelum mengajukan judul ini, penulis terlebih dahulu membaca beberapa buku
dan sumber informasi lainya untuk menemukan masalah hukum yang akan
Sumatera Utara Departeman Perdata, penulis terlebih dahulu mengajukan judul ini
perpustakaan fakultas maka dinyatakan tidak ada judul yang sama persis
serupa, maka diharapkan penulisan ini dapat saling melengkapi serta menambah
F. Sistematika Penulisan
diperlukan untuk memudahkan dalam membaca dan memahami skripsi ini. Untuk
itu, penulisan skripsi ini dibuat secara menyeluruh dan saling berhubungan satu
12
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
Bab ini berisikan tiga sub bab yaitu pengertian pasien, sub bab
kedua yaitu hak dan kewajiban pasien dan sub bab ketiga yaitu
pasien.
iuran BPJS serta hak dan kewajiban para pihak dalam BPJS, sub
13
Kabupaten Karo.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi
14
A. Pengertian Pasien
badaniah/rohaniah yang perlu ditolong agar lekas sembuh dan berfungsi kembali
Besar Bahasa Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter),
penderita (sakit).13
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Dari
a) setiap orang
membutuhkan pertolongan orang lain (dokter dan tenaga kesehatan lainnya) yang
12
Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Medan :Woya Medika, 1997, hlm. 17
13
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pasien diakses tanggal 14 Okt Oktober 2017, pukul
21.18 WIB
15
sebagai orang yang memiliki kebutuhan khusus dalam hal kesehatan dan
Dalam hubungan antara pasien, tenaga kesehatan dan rumah sakit dapat
ditinjau dari segi hubungan antara kosumen dan pelaku usaha. Pasien sebagai
pelayanan kesehatan sedangkan tenaga kesehatan dan rumah sakit sebagai pelaku
usaha dalam pemberian jasa layanan kesehatan. Hal tersebut karena adanya
hubungan timbal balik antara pasien atau kosumen dengan pelaku usaha atau
tenaga kesehatan yaitu pelaku usaha memberikan jasa dan konsumen memperoleh
tersebut oleh ahli hukum pada umumnya telah disepakati untuk mengartikan
sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa (uiteindelijk gebruiker van goederen
barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya), penerima pesan
14
Hermein Hadiati Koeswadji,Op.Cit, hlm. 31.
16
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
angka 3 adalah setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirkan dan berkedudukan atau
Konsumen tidak dapat begitu saja diberlakukan dalam hubungan dokter dengan
Pasien secara yuridis tidak dapat diidentikan dengan konsumen, hal ini
karena hubungan yang terjadi diantara mereka bukan merupakan
hubungan jual beli yang diatur dalam KUHPerdata dan KUHD, melainkan
15
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ diakses tanggal 14 Okt Oktober 2017, pukul 21.18
WIB
16
John M. Echols & Hasan Sadily,Kamus Inggris-Indonesia.Jakarta: Gramedia, 1986,
hlm. 124.
17
kepada pasien sebagai pengguna jasa kesehatan. Maka dari itu untuk mengetahui
kedudukan pasien sebagai konsumen atau tidak, maka kita dapat membandingkan
1. Setiap Orang.
setiap orang dan bukan badan usaha, kerena pengobatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan merupakan pengobatan untuk diri sendiri dan tidak dapat
diwakilkan.
2. Pemakai.
konsumen antara dan kosumen akhir. Konsumen antara adalah konsumen yang
keuntungan. Sedangkan konsumen akhir adalah pemakai akhir dari suatu barang
17
Sofyan Lubis, Mengenal Hak Konsumen dan Pasien, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2009, hlm.38
18
orang (perorangan atau badan usaha) yang mengkonsumsi jasa dan/atau barang.
Jika dilihat dari hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan, maka terjadi
peralihan jasa. Pasien merupakan pengguna jasa layanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan. Setalah terjadi peralihan jasa, maka setelah itu akan terjadi
transaksi ekonomi baik secara langsung maupu tidak langsung yaitu pembayaran
dimaksud dengan barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat
18
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta: Sinar
Grafika,2008,hlm.28
19
Ibid, hlm.29
19
satu orang. Jika demikian halnya, layanan yang bersifat khusus (tertutup) dan
Konsumen. Hal ini karena jasa (prestasi) yang diberikan berupa pengobatan yang
diberikan kepada masyarakat luas tanpa terkecuali. Secara umum, jasa pelayanan
barang, yaitu: 21
tidak dapat diraba, dicium, atau dirasakan. Tidak dapat dinilai (dinikmati)
dapat memiliki.
mutu, dan jenisnya sangat tergantung dari siapa, kapan dan dimana jasa
20
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007,hlm. 14.
21
A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004, hlm. 237-238
20
people based dan high contac personnel sangat ditentukan oleh kualitas
d) Perishability, jasa merupakan sesuatu yang tidak dapat disimpan dan tidak
tahan lama. Tempat tidur rumah sakit yang kosong, atau waktu tunggu
dokter yang tidak dimanfaatkan oleh pasien akan hilang begitu saja karena
dari ada tidaknya orang sakit. Tidak etis jika rumah sakit atau dokter
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa yang seolah-olah ada. Dalam artian
bahwa seharusnya pelaku usaha hanya boleh menawarkan barang yang sudah
tersedia dipasaran.
ekonomi hal tersebut tidak lagi menjadi ketentuan mutlak. Misalnya pengusaha
21
5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mahluk hidup lain.
ialah untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan mahluk
hidup lain. Dengan demikian bahwa jika barang dan/jasa tersebut bukan
digunakan untuk pemenuhan kepentingan itu, maka tidak dapat dikatakan orang
bahwa konsumen yang dimaksud dalam udang-undang ini adalah konsumen akhir.
22
terlebih dahulu. Pelayanan kesehatan baru dapat dirasakan apabila orang yang
pasien juga dapat dikategorikan sebagai konsumen. Hal ini karena pasien
dengan konsep konsumen dan pelaku usaha maka dokter dan tenaga kesehatan
lain merupakan pelaku usaha dalam bidang jasa kesehatan, sedangkan pasien
1. Hak Pasien
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
23
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak merupakan sesuatu yang pasti
dimiliki setiap orang, baik haknya sebagai bagian dari suatu sistem masyarakat
22
Ahmad Miru dan Sutarman, Op.cit ,hlm.6
23
Muhamaa Sais Is, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT. Kharisma Putra
Utama,2015,hlm.102
23
dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang
a) Hak legal dan hak moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas
hukum, sedangkan hak moral adalah hak yang didasarkan hanya pada
etis saja.
b) Hak positif dan hak negatif. Hak positif ialah suatu hak yang bersifat
positif, yakni jika itu merupakan haknya seseorang harus berbuat sesuatu
yang bersifat negative, yakni jika seseorang memiliki hak tersebut maka
tersebut.
c) Hak khusus dan hak umum. Hak khusus adalah suatu relasi khusus
terhadap orang lain. Sedangkan hak umum adalah hak yang dimiliki
d) Hak individual dan hak sosial. Hak individu disini menyangkut hak yang
Sedangkan hak sosial disini bukan saja hak kepentingan terhadap negara
24
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Yogyakarta, Liberty
Yogyakarta,1985,hlm.24
24
anggota lainnya.25
Hak pasien merupakan hak asasi yang bersumber dari hak dasar individu
dalam bidang kesehatan. Dalam hubungan antara dokter dan pasien, secara
relative pasien berada dalam posisi yang lebih lemah. Kekurang mampuan pasien
bersifat komando, yakni pasien selalu menuruti apa yang dikatakan petugas tanpa
yakni pasien dan tenaga kesehatan memiliki kedudukan yang sama. Secara umum,
bermutu.
1) Hak atas informasi dan/atau memberi persetujuan, hal ini biasanya dikenal
kesehatan. Hak ini menjadi relative pada kondisi tertentu, seperti adanya
25
Muhamad Said Is, Op.cit, hlm.103-105
26
Danny Wiradharma dan Dionisia Sri Hartati, Penuntun Kuliah Hukum
Kedokteran,Sagung Seto,Jakarta, 2014,hlm. 51
27
Ns. Ta,adi, Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat Profesionla,Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2010, hlm. 28-30
25
segala sesuatu yang oleh pasien secara sadar atau tidak disampaikan
diketahui sewaktu mengobati dan merawat pasien. Namum hak pasien ini
wabah)
petugas harus sudah menjelaskan tentang alasan tindakan dan resiko jika
secara mandiri. Sebenarnya hal ini dapat dilakukan atas saran petugas itu
26
tentang Praktik Kedokteran, pasal 47 ayat (1) menyatakan tentang hak atas
kesehatan sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien. Bagi dokter dan
merawat pasien.
Selian itu ada beberapa hak pasien menurut Dr. Amrin, DSF dalam buku
1) Hak memilih dokter dan rumah sakit. Hak ini kadang tidak bersifat
mutlak. Di rumah sakit telah ada jadwal dan pembagian tugas dokter jaga.
Pasien harus menaati tata kerja di rumah sakit tersebut. Demikian juga hak
dibidang keuangan.
kesehatan masih sering mengabaikan hak pasien atas informasi ini. Hak
atas informasi ini bias menjadi sangat penting pada tindakan invasive dan
beresiko yang harus dilakukan dokter baik untuk tindakan terapeutik atau
diagnostik.
27
4) Hak atas rahasia dirinya. Hak atas rahasia tentang diri pasien telah
5) Hak untuk memutus hubungan antara dokter dengan pasien. Hak ini sama
7) Hak atas bantuan yuridis. Hak atas bantuan hukum (yuridis) ini
sebenarnya berlaku umum dan dimiliki setiap warga negara. Hak ini tidak
hanya berlaku untuk pasien saja tetapi untuk semua yang berperkara.
Sakit, hak.-hak dari pasien yang dipenuhi oleh rumah sakit adalah:
Rumah Sakit.
28
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
data-data medisnya.
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
di Rumah sakit.
dirinya.
29
terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut, maka
Hak pasien lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan
mendapat ganti rugi apabila yang didapat tidak sebagai mana mestinya.
28
Titik Triwulan Tutik dan Shinta Febriana, Op.cit, hlm. 30
29
Ibid,hlm. 31
30
Dengan adanya hak pasien, maka secara otamatis akan muncul juga
kewajiban pasien. Kewajiban pasien adalah hal-hal yang harus diberikan pasien
sebelum memenuhi hak-hak pasien. Dokter dan petugas kesehatan memiliki tugas
Maka masyarakat atau pasien yang baik akan memenuhi kewajibannya setelah
haknya dipenuhi oleh petugas kesehatan atau dokter yang melayaninya. Secara
memperoleh pengobatan.
30
Soekidjo Notoatmodjo, Etika Hukum dan Kesehatan,PT Rineka Cipta,
Jakarta,2010,hlm.175-177
31
Oleh karena itu, bagi pasien yang telah mnyerahkan proses penyembuhan
concent)
telah disiapkan oleh dokter. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar,
32
honorarium dokter.
mempunyai kewajiban:
kewajiban yang harus dilakukan untuk kesembuhannya dan sebagai imbangan dari
kewajiban terhadap: 31
riwayat penyakit. Kerja sama pasien juga diperlukan pada waktu dokter
31
Danny Wiradharma dan Dionisia Sri Hartati, Op.cit,hlm. 66
33
kesembuhan.
3. memberi honorarium.
1. menaati peraturan rumah sakit yang pada dasarnya dibuat dalam rangka
dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban pasien merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Setiap orang yang mempunyai hak, maka harus
disertai dengan kewajiban. Oleh karena itu hak dan kewajiban memiliki hubungan
b. Hak atas diri sendiri tidak ada, yang ada adalah kewajiban terhadap diri
tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan tata tertib
dalam masyarakat yang harus ditaati oleh setiap anggota masyarakat, berdasarkan
34
ialah mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan adil. Perdamaian diantara
yang merugikan.
atau pasien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perlindungan adalah tempat
uang dibuat oleh yang berwenang. Perlindungan ini dapat berupa upaya preventif
ataupun represif. Perlindungan hukum bagi pasien menyangkut berbagai hal yaitu
masalah hubungan hukum pasien dengan tenaga kesehatan, hak dan kewajiban
“mala” artinya salah atau tidak semestinya, sedangkan praktik adalah proses
32
Muhamad Said Is, Op.cit, hlm. 51
33
https://kbbi.kemdikbud.go.ig/entri/Perlindungan diakses pada 20 November 2017 pukul
20.00 WIB
35
malapraktik yang dilakukan tenaga kesehatan, tetapi juga segala hal yang
tenaga kesehatan tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati atau
penyembuhan pasien.
hanya terlihat suprioritas dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis,
hanya ada kegiatan dokter sedangkan pasien tetap pasif. Hubungan ini berat
34
Muhamad Said Is, Op.cit, hlm.56
36
(misbruik van omstandigheden atau undue influence). Hal ini berhubungan dengan
pasien, berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua
belah pihak. Adapun objek dari perjanjian itu adalah upaya yang dilakukan dokter
pandangan hukum perdata adalah perjanjian. Untuk sahnya suatu perjanjian ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Hal ini diatur dalam Pasal 1320
35
Ibid,hlm. 96
36
Titon Slamet Kurnia,Op.cit, hlm. 118
37
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter,Rineka Cipta,
Jakarta, 2005,hlm.11
37
Wanprestasi (ingkar janji) dalam pelayanan kesehatan adalah suatu keadaam yang
apabila: 38
dilakukan rumah sakit atau tenaga kesehatan dapat menuntut ganti kerugian. Dan
Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu
apabila siberhutang tidak memenuhi kewajiban, medapatkan
penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan pergantian biaya, rugi dan
bunga. 39
Apabila pasien atau keluarga merasa dirugikan akibat dari perbuatan
wanprestasi tenaga kesehatan atau rumah sakit yang tidak melaksakana kewajiban
38
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Bandung, 1990, hlm. 45
39
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
2004,hlm.324
38
dapat dituntuntu untuk mengganti kerugian yang terjadi akibat perbuatan tersebut.
Dokter atau tenaga kesehatan tidak dapat berdalih dari tuntutan pasien akan
pasien, dan pasien berhak menuntut ganti rugi akan hal tersebut.
tenaga kesehatan saja. Tetapi rumah sakit juga mempunyai tanggung jawab
40
Ibid, hlm. 346
41
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia,
Jakarta, 2003,hlm.117
39
atas kesalahan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berada
Seorang dokter dapat dikenakan pasal 359,360, dan 361 KUHP bila
kesalahan medis dilakukan dengan sangat tidak hati-hati, kesalahan serius, dan
sembrono. Dalam KUHP, perbuatan yang menyebabkan orang lain luka berat atau
mati yang dilakukan secara tidak sengaja dirumuskan dalam pasal 359 dan 360
42
Subekti, Loc.cit
43
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000,hlm. 125
40
d. Adanya hubungan kasual atau wujud perbuatan dan akibat kematian orang
lain
berupa kematian atau cacatnya seseorang. Hukum pidana berperan sebagai hukum
mencari siapa yang salah dalam suatu peristiwa yang dipidanakan dan dimintai
lingkup pidana adalah kelalaian oleh dokter dalan melaksanakan tindakan medik.
dilaksanakan
44
Sofyan Dahlan, Hukum Kesehatan Rambu-Rambu bagi Profesi Dokter, Badan Penerbit Undip,
Semarang, 1999, hlm. 63
41
apakah tindakan yang dilakukan oleh dokter sudah sesuai dengan prosedur dan
kewajibannya, serta perjanjian teraupetik antara dokter dengan pasien. Karena hal
ini merupakan hal yang berkaitan dengan kepercayaan pasien terhadap terhadap
tenaga kesehatan.
Konsumen
perlindunga hukum bagi konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
adalah:
melindungi diri
mendapatkan informasi
42
dalam berusaha
pasien, tetapi karena pasien juga merupakan konsumen dalam bidang kesehatan,
bermula dari “benih hidup dalam rahim ibu sampai tempat pemakaman dan segala
konsumen.45
45
Titik Triwulan dan Shita Febriana, Op.cit, hlm. 38
43
1945. Perwujutan hak asasi tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam hak dan
kewajiban setiap orang dalam kesehatan. Hak setipa orang dalam kesehatan yaitu:
b. Hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang
kesehatan47
terjangkau48
dirinya49
kesehatan50
46
Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
47
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
48
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
49
Pasal 5 ayat (3 ) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
50
Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
51
Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
44
dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterima dari tenaga
kesehatan52
mengenai perlindungan hukum bagi pasien. Hal ini terdapat dalam Bab IV,
Pasal 56
(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku pada :
a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular
kedalam masyarakat yang lebih luas
b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri, atau
c. gangguan mental berat
(3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan perundang-
udangan
Pasal 57
(1) Setiap orang bersedia atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya
yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan
(2) Ketentuan mengenai hak rahasia kondisi kesehatan pribadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
a. perintah undang-undang
b. perintah pengadilan
c. izin yang bersangkutan
d. kepentingan masyarakat, atau
e. kepentingan orang tersebut
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/ atau penyelenggara kesehatan yang
52
Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
45
Kedokteran
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dalam
pasien sudah seharusnya melakukan yang terbaik untuk pasien atau masyarakat.
Itu merupakan kewajiban umum yang harus dipenuhi dokter dan tenaga
kesehatan yang baik juga berkewajiban mematuhi semua anjuran dokter maupun
tenaga medis lainnya untuk mencegah hasil pengobatan yang negatif maupun
46
kesehatan
undang-undang ini diatur dalam Bab VII, Bagian Kedua tentang Pengaduan yang
menyatakan bahwa:
Pasal 66
(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tidakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadu secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Dokter Indonesia.
(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:
53
Pasal 52 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
54
Pasal 53 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
47
pasien. Hak – hak pasien yang diberikan rumah sakit selaku penyelenggara
48
masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang diharapkan. 55 Selain itu
rumah sakit juga bertanggung jawab atas semua kerugian yang ditimbulkan akibat
segala keluhan dari pasien, biasanya di rumah sakit terdapat sebuah unit yang
dibentuk oleh rumah sakit sebagai bentuk kepedulian rumah sakit akan kinerjanya.
55
Pasal 43 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
49
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
Indonesia termasuk orang asing yang berkerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia.
BPJS bertanggung jawab kepada presiden. Organ BPJS terdiri dari Dewan
Pengawas dan Direksi. Anggota direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh
presiden. Presiden menetapka Direktur Utama BPJS. BPJS diawasi oleh pengawas
BPJS, yaitu Dewan Pengawas dan sebuah unit kerja di bawah Direksi yang
56
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
50
2. Program BPJS
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 5 ayat (2), BPJS terbagi atas
dua yaitu:
a. BPJS Kesehatan
b. BPJS Ketenagakerjaan
57
Susatyo Herlambang, Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit, Gosyen
Publishing, Yogyakarta, 2016,hlm. 61
58
Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2001
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
59
Susatyo Herlambang, Op.cit, hlm. 62
51
2) Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
pengembangannya
undang SJSN
dalam setahun.
DSJN.
52
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta,
pemberi kerja, dan/atau pemerintah. Peserta BPJS terbagi menjadi 2 kategori yaitu
strata ekonomi tidak mampu yang telah didata oleh kelurahan untuk mendapatkan
bantuan dan Peserta Mandiri yang membayar sendiri iuran wajib setiap bulannya.
sendiri ke Kantor BPJS, peserta mandiri masuk dalam kelompok masyarakat yang
menjadi:
dibayar pemerintah
dan peserta bukan pekerja dibayar oleh peserta atau pihak lain atas
nama peserta.
53
Rp 80.000
tersebut lebi dari satu bulan, maka peserta BPJS Kesehatan akan diberhentikan
sementara.61
(empat puluh lima) hari sejak pengaktifan keanggotaan kembali, peserta BPJS
kepada BPJS Kesehatan sebesar 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap
60
Pasal 16F ayat (1)Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
61
Pasal 17A.1 ayat (1)Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
54
Nomo 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Sosial. Pada peraturan ini mengubah besaran
iuran Jaminan Kesehatan peserta pekerja bukan penerima upah kategori golongan
III yang semula sebesar Rp 30.000 per orang perb bulan menjadi Rp 25.500 per
orang per bulan. Ketentuan ini berlaku sejak 1 April 2016. Dalam hal ini,
tersebut.
Hak dan kewajiban para pihak dalam BPJS Kesehatan diatur dalam
a. Pihak BPJS
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lain sesuai dengan
62
Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
55
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
g. Memberi informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan
56
DJSN63
Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, serat sejahtera. JKN merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan sistem asuransi kesehatan sosial. Jaminan ini disebut JKN karena
dikelola oleh BPJS ini termasuk orang asing yang telah bekerja paling sedikit
a. Prinsip Kegotongroyongan
peserta yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
63
Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
64
Kementrian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat Jendral,
hlm.16
57
rakyat Indonesia.
b. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS merupakan nirlaba (non profit) bukan
untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya ialah untuk
c. Prinsip Prortabilitas
e. Prinsip amanat
Dana yang terhimpun dari peserta BPJS merupakan dana titipan yang
58
keanggotaan yang bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia dan warga negara
asing yang tinggal di Indonesia minimal 6 (enam) bulan. Pada penjelasan pasal 4
dalam ketentuan ini adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi
1. Penerima bantuan iuran, yang meliputi fakir miskin dan orang tidak
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahas medis habis
Pada masa sekarang ini, kehidupan manusia selalu diliputi akan rasa
hidup yang banyak, persaingan yang semakin ketat menyebabkan banyak aspek
65
Ibid, hlm.22
59
karena itu seiring pesatnya resiko yang dihadapi, pemerintah perlu membentengi
sistem asuransi sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran demi
dimasa yang akan datang. Dalam SJSN terdapat Jaminan Kesehatan Nasional
tersedinya pelayanan kesehatan yang baik dan terjangkau bagi seluruh masyarakat
Indonesia.
jaminan sosial dibidang kesehatan. Antara lain Asuransi Kesehatan (ASKES) bagi
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta, serta
Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak
60
Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 program ini berubah nama
jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK
JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta
karena sebesar 72,3% penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan.
66
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta diakses pada 10 Desember
2017 pukul 15.30 WIB
67
http://jogja.tribunnews.com/2017/08/02/hingga-juli-2017-jumlah-penduduk-indonesia-
bertambah-jadi-262-juta-jiwa-lebih diakses pada 10 Desember 2017 pukul 16.00 WIB
61
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.68
rumah sakit bertambah bukan saja kuratif tapi juga bersifat pemulihan
pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan rumah sakit adalah institusi
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
68
Susatyo Herlambang,Op.cit,hlm. 33
69
Ibid.
62
Sumatera Utara yang memiliki jumlah penduduk sekitar 382.622 jiwa (tahun
2014)70. Jumlah penduduk ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan
Salah satu sarana dan prasarana yang harus menjadi perhatian khusus
prasarana kesehatan merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan demi
pembangunan sumber daya manusia yang unggul. 71 Salah satunya ialah dengan
Kabanjahe).
oleh Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1921 dengan nama Bataks Institute
70
https://karokab.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/42 diakses pada 10 Desember 2017
pukul 22.00 WIB
71
http://www.karokab.go.id/id/profil/strategi-pembangunan diakses pada 10 Desember
2017 pukul 22.05 WIB
63
dari Belanda yang melakukan penyebaran Injil di Tanah Karo, sehingga Bataks
Daerah Kabupaten Karo dengan nama Rumah Sakit Umum Kabanjahe (RSU
Kabanjahe).
64
sebuah organisasi, tentunya rumah sakit memiliki visi dan misi. Visi merupakan
72
A.A.Gde Muninjaya,Op.cit, hlm. 226
73
Soedarmono Soejitno, Reformasi Perumahsakitan Indonesia,PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 2002,hlm.94
65
fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.74 Rumah sakit dibedakan dalam
Penetapan Kelas Rumah Sakit yang titetapkan melalui Surat Keputusan Menteri
2014. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar,
74
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
75
Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
76
Penjelasan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit
66
memenuhi tingkat mutu pelayanan yang baik. Pada 8 Desember 2009, RSU
terakreditasi penuh untuk 5 jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite
b. Pelayanan medis.
c. Pelayanan keperawatan.
e. Rekam medis.
status BLUD penuh sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Karo Nomor:
Rumah sakit sebagai salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan sangat
67
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
Daerah Kabupaten Karo memiliki fungsi yang sangat penting dalam pemberian
kebutuhan akan kesehatan yang sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Karo.
jenis pelayanan maupun tenaga pelayanan dokter spesialis yang ada. Dalam
77
Pasal 5 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
68
tenaga kesehatan dan pekerja lain serta fasilitas medis yang memadai. RSU
Kabanjahe memiliki 12 (dua belas) orang dokter umum, 23 (dua puluh tiga) orang
Selain itu, RSU Kabanjahe juga telah terakreditasi penuh untuk 5 (lima)
jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit
Karo.
spesialistik mencakup:
1. Administrasi pelayanan
78
Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe, hlm.4
79
Susatyo Herlambang, Op.cit, hlm. 63-64
69
mencakup:
indikasi medis
70
pelayanan kesehatan dari rumah sakit, terlebih dahulu peserta harus meminta
sakit milik pemerintah, RSU Kabanjahe secara otamatis menjadi mitra dari BPJS
Kesehatan. Hal ini sebagai bentuk singkronisasi program yang dijalankan oleh
pemerintah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Kabanjahe, pada tahun 2016
jumlah pasien yang melakukan perawatan baik rawat jalan maupun rawat inap
adalah sebanyak 68.093 jiwa. Dari jumlah pasien tersebut, 58.516 jiwa merupakan
pasien peserta JKN BPJS Kesehatan. Dengan kata lain, 86% dari seluruh total
71
pemberian pelayanan yang baik bagi seluruh penduduk Indonesia. Program ini
merupakan asuransi kesehatan nasional yang bersifat wajib bagi seluh masyarakat
Indonesia dan orang asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia.
BPJS Kesehatan, yang mana rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik
pemerintah daerah sehingga secara langsung menjadi mitra dari BPJS Kesehatan.
RSU Kabanjahe telah bekerjasana dengan BPJS Kesehatan sejak tahun 2014. Dan
sejak saat itu RSU Kabanjahe terus berkomitmen untuk memberi pelayanan
pasien umum.
72
b. Praktik dokter
bagi pasien JKN BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL) yang mana RSU Kabanjahe juga termasuk di dalam kategorinya adalah
sebagai berikut:
peserta JKN dan surat rujukan, kecuali kasus emergency, tanpa surat
rujukan.
73
pelayanan
3) Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap
9) Dalam hal rumah sakit belum memiliki dokter spesialis kedokteran fisik
74
sakit.
10) Apabila dikemudian hari rumah sakit tersebut sudah memiliki dokter
prosedur pelayanan pasien JKN BPJS Kesehatan sesuai dengan Peraturan Mentri
kepada pasien mulai dari awal kedatangan sampai pasien dinyatakan boleh pulang
terdiri dari:
1) Pelayanan Administrasi
2) Pelayanan Dokter
Pelayanan dokter dapat dikatakan sebagai pelayaan inti dan yang menjadi
3) Pelayanan Perawat
75
hubungan paling erat dengan pasien. Hal ini karena tenaga perawat berada
5) Pelayanan Obat
6) Lingkungan Perawatan
Pelayanan makan dan gizi untuk pasien yang menjalani rawat inap di
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
76
apabila harapan pasien terhadap rumah sakit terpenuhi, maka pelayanan dapat
2) Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini
akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan pasien
jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.
kepuasan pasien terhadap rumah sakit sangat baik. Hal ini karena tidak
ditemukannya adanya keluhan yang berarti dari pasien terhadap RSU Kabanjahe.
80
Imbalo S. Pohan, Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Buku Kedokteran BGC,
Jakarta, 2004, hlm.239
81
A.A.Gede Muninjaya, Op.cit, hlm. 239
77
kesehatan bagi peserta JKN BPJS Kesehatan di RSU Kabanjahe juga dapat
ditinjau dari pemenuhan hak-hak pasien. Sejauh ini RSU Kabanjahe secara umum
sudah memenuhi hak-hak pasien. Hal ini sesuai dengan hasil pengawasan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo yang tidak menemukan atau menerima laporan
kepada subjek hukum baik itu manusia maupun badan hukum yang melakukan
perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata atau melakukan tindak pidana.82
sebagai berikut:83
fault);
liability)
82
Sunarto Adi Wibowo, Hukum Kontrak Teraupetik di Indonesia,Pustaka Bangsa Press,
Medan, 2009, hlm. 49
83
Titik Triwulan dan Shinta Febriana, Op.cit, hlm. 49
78
Dokter yang merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berkerja dirumah sakit,
bertanggung jawab atas setiap tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien.
Tanggung jawab etis dokter terhadap pasien didasarkan pada Kode Etik
yang mencakup kewajiban umum seorang dokter, hubungan dokter dengan pasien,
sendiri.
1. Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan atas jasa dari
84
Muhamad Said Is, Op.cit, hlm. 101-104
79
4. Abortus provokatus
derajat pendidikan yang sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuninya. Dengan
80
apabila dari hasil pemeriksaan luar didapatkan hasil yang kurang akurat sehingga
dokter dalam bidang hukum yaitu dalam bidang hukum perdana, hukum pidana
Rumah sakit sebagai salah satu sarana penyedia layanan kesehatan juga
dengan tenaga kesehatan, dokter atau dokter gigi dan rumah sakit dalam hal
teraupatik ini maka secara langsung akan menyebabkan tanggung jawab perdata
dokter atau rumah sakit. Tanggung jawab perdata ini berupa wanprestasi
(onrechtmatig daad) yang terdapat dalam pasal 1239 KUHPerdata dan perbuatan
81
unsur-unsur berikut:85
teraupetik
pelaku, asas kepatutan serta melanggar hak orang lain ataupun tata susila)
uang atau penggantian barang/jasa yang sejenisnya atau setara dengan nilainya.
85
Bahder Johan Nasution, Op.cit, hlm. 63
82
mana setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
2. Tanggungjawab Pidana
Hubungan antara dokter dan pasien yang lahir dari transaksi teraupetik
selain menyangkut aspek hukum perdata, tetapi juga menyangkut aspek hukum
dilakukan jika pasien menderita cacat permanen atau meninggal dunia. Dalam
KUHP, perbuatan yang menyebabkan orang lain luka berat atau mati secara tidak
sengaja dirumuskan dalam pasal 359 dan 360 KUHP. Adapun unsur-unsur pasal
tersebut adalah:86
orang lain.
keperdataan antara dokter dan pasien (teraupetik). Namum langkah yang diambil
86
Adami Chazawi, Kejahatan terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta, Raja Grafindo
Persada,2000,hlm. 125
83
pidana.
setelah menerima pelayanan dari rumah sakit. Apabila terjadi sebuah cacat atau
kematian setelah perawatan dokter atau tenaga medis lainnya maka harus
adalah penipuan pasien (pasal 378 KUHP), tindak melanggar kesopanan (pasal
290,294 285 dan 286 KUHP), sengaja membiarkan pasien tidak tertolong (304
KUHP), pengguguran kandungan tanpa indikasi medis (299, 384, dan 349
kematian dan luka-luka (359,360 dan 361 KUHP), memberi atau menjual obat
palsu (386 KUHP), dan membuat surat keterangan palsu (263 dan 267 KUHP.
Kesalahan yang dilakukan oleh tenaga medis dan rumah sakit dalam
yang dapat diberikan kepada tenaga medis dan rumah sakit adalah sanksi
84
disiplin.
diawasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo. Selain itu RSU Kabanjahe juga
Kabanjahe merupakan rumah sakit milik pemerintah, maka tidak ada perjanjian
khusus antara Dinas Kesehatan dengan RSU Kabanjahe terhadap pelaksaan JKN
BPJS Kesehatan.
Jadi hak dan kewajiban RSU Kabanjahe dalam pelaksanaan JKN BPJS
administratif yang bisa diberikan oleh Dinas Kesehatan apabila RSU Kabanjahe
C. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan oleh Pasien Peserta JKN BPJS
tidak ada kendala berarti yang dihadapi oleh RSU Kabanjahe. Hal ini karena RSU
Kabanjahe telah berusaha dalam memberi pelayanan kesehatan yang nyaman dan
85
pasien JKN BPJS Kesehatan adalah kendala yang datang dari diri pasien itu
sendiri. Kabupaten Karo merupakan wilayah yang memiliki luas 2.127 km 2 yang
terdiri dari 17 Kabupaten. Sebagai wilayah yang masih didominasi oleh penduduk
yang tinggal dipedesaan, kendala yang dialami adalah banyaknya peserta JKN
peserta JKN BPJS Kesehatan akan kewajibannya, melainkan karena tidak adanya
masyarakat hanya membayar iuran ketika mereka memiliki keperluan ke kota atau
masyarakat mengenai JKN BPJS Kesehatan ini, sehingga ada beberapa kebijakan
yang tidak diketahui oleh peserta. Walaupun berdasarkan program dari BPJS
86
mekanisme dan prosedur yang jelas dan terbuka sehingga masyarakat yang
87
b. Mengidentifikasi keluhan
dituju.
pasien
Selama tahun 2016, ada beberapa keluhan yang disampaikan melalui kotak
saran. Akan tetapi keluhan tersebut terkait ketidak mengertian pasien akan
tidak mencapai kesepakatan yang baik, pasien dapat membawa kasus ke luar
Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 Tahun 2014
terjadi masalah antara peserta dengan fasilitas kesehatan atas pelayanan yang
88
mengadu secara tertulis kepada MKDKI. Pelaporan kepada MKDKI ini tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya tindak pidana pada
b. Melalui Litigasi
Penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui jalu
perdata dan jalur pidana. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sengketa
medik yang diselesaikan melalui jalur perdata adalah untuk mendapat ganti rugi
87
Pasal 64 Undan-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
89
mereka lakukan. Sedangkan jalur pidana hanya dapat ditempu apabila pasien
umum. Untuk kasus perdata pihak konsumen diberi hak mengajukan gugatan
syarat dan/atau
4) Pemerintah dan atau institusi terkait jika barang dan/atau jasa yang
90
PENUTUP
A. Kesimpulan
dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti tidak adanya keluhan dari
tidak ada sengketa sampai saat ini ada beberapa upaya hukum yang dapat
91
yang dilakukan oleh tenaga medis. Upaya tersebut adalah upaya non
litigasi yaitu upaya melalui jalur di luar pengadilan dan upaya hukum
B. Saran
pelayanan yang baik kepada pasien dan sesuai dengan prosedur akan
hukum petugas kesehatan dan rumah sakit terhadap pasien. Aturan ini
Karo.
92
BUKU
Universitas Indonesia.
Amir, Amri, 1997, Bunga Serampai Hukum Kedokteran, Medan: Woya Medika.
Chazawi, Adami, 2000, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta: Raja
Persada Grafindo.
Gramedia.
Gosyen Publising.
Is, Muhamad Said, 2015, Etika Hukum Kedokteran, Jakarta: PT Kharisma Putra
Utama.
Is, Muhanad Said, 2015, Etika Hukum Kesehatan, Jakarta: Prenada Media Grup.
Universitas Airlangga.
93
Grafika.
Kurnia, Titen Slamet, 2007, Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM
Lubis, Sofyan, 2009, Mengenal Hak Konsumen dan Pasien, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Liberty Yogyakarta.
Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Etika Hukum dan Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kedokteran EGC.
94
Paramita.
Ta’adi, NS, 2010, Hukum Kesehatan menuju Perawat Profesional, Jakarta: Buku
Kedokteran AGC.
Pustaka Bangga
Widharma, Danny dan Dionisa Sri Hartati, 2014, Penuntun Kuliah Hukum
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Konsumen
Kedokteran
95
Sakit
INTERNET
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pasien
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta
96
97
98
99