Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI

Disusun oleh :

Dinda Mulyani ( 1911210162)

Dosen pengampu :

Dr. Mus Mulyadi S.Ag M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan


banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menguasai prinsip-prinsip dan prosedur penggunaan model pembelajaran
kelompok pengolahan informasi: Model PBL ( Problem-Based Learning)” dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini. Diluar
itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Pengertian strategi pembelajaran Problem Based Learning.......................2
B. Langkah-langkah strategi pembelajaran Problem Based Learning............3
C. Karakteristik strategi pembelajaran Problem Based Learning...................5
D. Tujuan strategi pembelajaran Problem Based Learning.............................6
E. Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem based learning 9
F. Landasan Teoritik Strategi Pembelajaran Problem Based Learning........10
G. Evaluasi Strategi Pembelajaran Problem Basid Learning........................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik.
Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan
kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan.
Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, Dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai
masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah
yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang
harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta
didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi
jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu
sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik
dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta
didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis
melalui masalah yang dihadapi.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari strategi pembelajaran problem based learning baik bahasa
maupun istilah
2. Bagaimana langkah-langkah strategi pembelajaran problem based learning
3. Apa saja karakteristik strategi pembelajaran problem based learning
4. Apa tujuan strategi pembelajaran problem based learning
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem based learning
6. Bagaimana landasan strategi pembelajaran problem based learning
7. Bagaimana cara mengevaluasi strategi pembelajaran problem based learning

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran problem based learning baik
bahasa maupun istilah
2. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi pembelajaran problem based learning
3. Untuk mengetahui karakteristik strategi pembelajaran problem based learning
4. Untuk mengetahui tujuan strategi pembelajaran problem based learning
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem based
learning
6. Untuk mengetahui landasan strategi pembelajaran problem based learning
7. Untuk mengetahui cara mengevaluasi strategi pembelajaran problem based learning

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian strategi pembelajaran Problem Based Learning

Secara umum strtegi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum guru dan anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Sanjaya (2007: 126) mengemukakan bahwa strategi diartikan sebagai


perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, sedangkan kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan.

Menurut Barrow yang di kutip dalam Arend (2004: 392) dalam menyatakan bahwa
PBL merupakan pembelajaran yang merupakan hasil dari suatu proses menginvestigasi,
pemahaman dan memberikan solusi dari suatu masalah. Dengan demikian prinsip utama
dari PBL adalah pemecahan masalah yang otentik. Masalah yang dibawa ke dalam kelas
merupakan stimulus awal dan kerangka utama proses 16 pembelajaran. Dalam PBL, siswa
akan menimbulkan keterampilan memecahkan masalah secara efektif, yang nantinya
berguna di kehidupan profesionalnya.

Problem Based Learningadalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata


(autentik) yang tidak terstruktur (illstructured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi
peserta didik untuk mengembangka keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir
kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBM
(pembelajaran berbasis masalah) menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses
belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui konsep formal. (Faturrohman:112)
2
Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan serta
melakukan penyelidikan untuk menyelsaikan masalah tersebut, dengan menyelsaikan
masalah tersebut peserta didik mempreroleh atau membangun pengetahuan tertentu atau
sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelsaikan
masalah. Mungkin, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tersebut masih bersifat
informal. Namun, melalui proses diskusi, pengetahuan tersebut dapat di konsolidasikan
sehingga menjadi pengetahuan formal yang terjalin dengan pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik.

Menurut Kamdi (2007:77) Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dari sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Menurut M. Taufiq Amir (2009 : 22 ) Problem Based Learning adalahsuatu model


pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang 17
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran


berbasis masalah (PBL) adalah strategi pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu masalah yang
diberikan guru mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, selain itu siswa
juga diharapkan untuk berpikir kritis agar mendapatkan wawasan atau pengetahuan yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning /PBL) adalah


konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik
(nyata).Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Siswa lebih diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang
diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.

B. Langkah-langkah strategi pembelajaran Problem Based Learning


Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Guru atau fasilitator
memberikan konsep dasar, petunjuk refrensi dan skill dalam pembelajarantersebut. Hal ini
dimaksud agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan pola tentang arah dan tujuan pembelajaran.

Terdapat 8 (delapan) langkah dalam penerapan Strategi pembelajaran bebasis masalah


(panen, 2001 ;Dasna 2007), yaitu :
3
1) Mengidentifikasi masalah
2) Mengumpulkan data
3) Menganalisis data
4) Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya
5) Memilih cara untuk memecahkan masalah
6) Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
7) Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Menurut Arends (1997) menyatakan, bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran


PBL adalah:

1) Mengorientasi peserta didik pada masalah


2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
3) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok:

1) Mendefinisikan masalah, Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang


mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji.
Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang
sedang dikaji.
2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
3) Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas.
4) Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dilakukan.
5) Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Langkah-langkah oprasional implementasi dalam proses pembelajaran PBL:

1) Konsep Dasar
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
refrensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan peta yang akurat tentang arah tujuan pembelajaran.
2) Pendefisian Masalah
Fasilitator menyampaikan sekenario atau permasalahan dalam kelompoknya.
Pertama yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan sekenario secara bebas, sehingga
dimungkinkanmuncul bebagai macam alternatif pendapat.setiap kelompok memiliki
hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kerja
keras.Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus.

4
Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam
kelompok untuk mencari refrensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat.
3) Pembelajaran Mandiri
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didikmencari bebagai
sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinfestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan diperpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
4) Pertukaran pengetahuan
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya pesrta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapata dilakukan
dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompoknya.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek yaitu : pengetahuan,
kecakapan dan sikap. Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaansoftskill, yaitu kaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerja sama dalam tim, dan kehadirandalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.1

C. Karakteristik strategi pembelajaran Problem Based Learning


Pembelajaran Problem Based Learning tugas guru merumuskan tugas-tugas kepada
siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran, dengan harapan siswa bisa
mendapatkan pola pembelajaran sesuai yang dibutuhkan dan diinginkan siswa sehingga
hasil belajaranya akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal
Menurut Arend (2004: 392), strategi problem based learning memiliki lima
karakteristik sebagai berikut.
1) Pembelajaran didasarkan atas pemecahan masalah.
Dalam proses pembelajaran, siswa dibawa kepada masalah dalam kehidupan nyata
yang sifatnya penting dalam kehidupan sosial dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
Masalah yang dibawa hendaknya kompleks dan memungkinkan adanya berbagai
macam solusi untuk masalah tersebut. Misalnya, dalam pelajaran kimia lingkungan,
siswa ditugaskan untuk mencari solusi menanggulangi tingginya populasi eceng
gondok pada waduk Selorejo akibat cemaran fosfat dari deterjen. Masalah tersebut
memiliki berbagai macam solusi, antara lain eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai
bahan briket, bahan kertas karton dan kreasi anyaman.

2) Adanya keterkaitan antar disiplin.

1
Arends, R. I, Learning to Teach Belajar Untuk Mengajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), hlm. 7-15
5
Meskipun PBL diterapkan pada mata pelajaran tertentu, misalnya kimia, namun
nantinya dalam pemecahan masalahnya akan dapat melibatkan disiplin ilmu lain
tergantung kemampuan dan kemauan siswa. Misalnya, dalam pelajaran kimia
lingkungan, siswa ditugaskan untuk mencari solusi seperti fisika, biologi, ekonomi dan
sosial.
3) Penyelidikan autentik.
PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan eksperimen
jika diperlukan, membuat analisis serta merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk/karya dan mempresentasikannya.
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
atau peragaan yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Produk tersebut berupa laporan, model fisik, rekaman video, program komputer, tabel,
gambar, dll. Karya tersebut selanjutnya didemonstrasikan kepada teman-teman yang
lainnya.
5) Kerja sama dalam kelompok kerja.
Kelompok kerja merupakan aspek yang penting dalam PBL untuk beberapa alasan.
Pertama, kelompok kerja membangun rasa nyaman bagi siswa untuk mengutarakan
pertanyaan terkait masalah dan ide pemecahan masalah. Kedua, kelompok kerja
membantu membangun kemampuan berkomunikasi dan mengorganisasikan kelompok.
Terakhir, kelompok kerja membangun motivasi siswa sehingga mereka aktif terlibat
dalam penyelesaian tugas karena merasa bertanggung jawab terhadap anggota
kelompok lainnya. Namun kelompok tidak selalu dapat bekerja efektif tanpa adanya
pembimbing. Oleh karena itu, tugas guru adalah memonitor interaksi dalam kelompok.

Berdasarkan pendapat diatas, guru harus memperhatikan langkah-langkah dalam


kegiatan belajar pada siswa agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan maksimal. Melalui
pembelajaran Problem Based Learning, dapat membantu siswa agar lebih aktif dan
mandiri dalam proses belajar mengajar, mampu meningkatkan kompetensi yang dimiliki
sehingga dapat membantu terhadap keterampilan berpikir siswa

D. Tujuan strategi pembelajaran Problem Based Learning

Siswa akan memiliki pengalaman memecahkan masalah nyata sehingga dapat


menumbuhkan beberapa kompetensi dari dalam diri siswa. Menurut Hmelo-Silver (2004:
240-241), kompetensi siswa yang menjadi tujuan pembelajaran PBL adalah sebagai
berikut:

1) Membangun ketrampilan berpikir tingkat tinggi.


Menurut Resnick dalam Arend (2004: 393) berpikir tingkat tinggi adalah bukan
algoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya,
berpikir tingkat tinggi cenderung kompleks, memiliki beberapa solusi, melibatkan
pertimbangan dan interpretasi, melibatkan banyak kriteria, melibatkan ketidak pastian,

6
melibatkan pencarian makna dan harus kerja keras. Masalah dalam kehidupan nyata
yang dibawa kedalam kelas pada strategi PBL merupakan masalah yang kompleks dan
hanya dapat dicari solusinya melalui berpikir tingkat tinggi. Dengan kata lain, Saat
memecahkan masalah yang bersifat kompleks, maka siswa dengan sendirinya
membangun keterapilan berpikir tingkat tinggi.
2) Membangun ketrampilan memecahkan masalah secara efektif.
Masalah dalam kehidupan nyata yang dibawa kedalam kelas pada strategi PBL harus
dicari solusinya oleh siswa melalui kerja ilmiah. Kerja ilmiah merupakan keterampilan
yang paling efektif untuk memecahkan masalah. Disisi lain, strategi PBL dapat
menimbulkan keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakonitif berkaitan
dengan kesadaran untuk menentukan suatu cara pemecahan masalah, memonitor suatu
perkembangan langkah yang telah dikerjakan dan mengevaluasi suatu pemecahan
masalah yang telah ditemukan.
3) Membangun ketrampilan belajar bekelanjutan.
Strategi metakognitif juga penting untuk membangun ketrampilan belajar
berkelanjutan, yaitu belajar secara mandiri untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Pertama, siswa yang memiliki keterampilan metakognitif
mengetahui apa yang telah mereka pahami dan apa yang belum mereka pahami terkait
dengan suatu masalah. Kedua, mereka dapat menentukan sendiri tujuan dari
pembelajarannya, yaitu mengidentifikasi apa yang dipelajari lebih 19 lanjut untuk
memecahkan masalah. Ketiga, mereka dapat menentukan strategi yang digunakan unuk
dapat memecahkan masalah.
4) Menumbuhkan kemampuan berkolaborasi.
Salah satu karakteristik strategi PBL adalah adanya siswa yang bekerja sama satu
dengan lainnya, bisa secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama
dapat meningkatkan keterampilan sosial, antara lain melatih ketrampilan berdiskusi,
bertanggung jawab terhadap tugas, mengajukan pendapat dan menerima pendapat
orang lain, mengorganisasikan kelompok hingga membuat persetujuan kelompok.
5) Menumbuhkan motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik akan tumbuh dalam diri siswa bila apa yang dipelajari siswa
dikelas berkaitan dengan apa yang disukai dan terkait dengan kehidupan sehari-harinya,
dalam strategi PBL siswa diberikan kebebasan untuk menentukan topik sesuai dengan
materi atau tema yang diberikan guru yang menarik baginya dan menentukan
bagaimana akan mempelajarinya.

Tujuan pembelajaran Problem Based Learning menurut Barrows, Tamblyn (1980) dan
Engel (1977), Problem Based Learning dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan
dalam hal (a) adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan, (b) aplikasi dari pemecahan
masalah dalam situasi yang baru atau yang akan datang, (c) pemikiran yang kreatif dan
kritis, (d) adopsi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi, (e) apreasisasi
dari beragam cara pandang, (f) kolaborasi tim yang sukses, (g) identifikasi dalam
mempelajari kelemahan dan kekuatan,(h) kemajuan mengarahkan diri sendiri, (i)
kemampuan komunikasi yang efektif, (j) uraian dasar-dasar atau argumentasi

7
pengetahuan, (k) kemampun dalam kepemimpinan , dan (l) pemanfaatan sumber-sumber
yang bervariasi dan relevan. (Siregar, Nara :121)
Menurut Arends (2008 : 70) bahwa pembelajaran Problem Based Learning bertujuan
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkunkan siswa
untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk
berpikir dan menjadi pelajar yang lebih mandiri.
Strategi pembelajaran Problem based learning ini, siswa mempunyai kesempatan untuk
mengeksplor dan membangun pemikiran kreatif sehingga siswa dapat memecahkan
masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar yang ada di
kelas bisa menjadi lebih efektif. dengan demikian siswa dapat mengetahui apa yang telah
dketahui dan apa yang belum diketahui dan siswa dapat menentukan tujuan dari
pembelajarannya. Strategi pembelajaran Problem Based Learning merupakan strategi
pembelajaran yang dapat mengekatifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah
dengan jalan membaca sendiri, memecahkan masalah sendiri, sehingga apa yang mereka
pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka
mengingatnya

Menurut Rohman (2011: 189) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan dari
pembelajaran problem based learning, yaitu:

a. Untuk mendorong kerjasama penyelesaian tugas antar siswa.


b. Memiliki elemen-elemen belajar mengajar sehingga mendorong tingkah laku
pengamatan siswa dan dialog dengan lainnya.
c. Melibatkan siswa dan menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
memahami dan menjelaskan fenomena dunia nyata.
d. Melibatkan ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang
sehingga hasilnya bisa lebih lama diingat oleh siswa.
e. Dapat membangun optimisme siswa bahwa masalah adalah sesuatu yang menarik
untuk dipecahkan bukan suatu yang harus dihindari.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran


dilingkungan sekolah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan yang lainnya
yakni mendorong peningkatan hasil belajar pada siswa menjadi lebih baik. Oleh sebab itu
sangat diperlukan guru pembimbing dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik
masalah yang sedang terjadi maupun yang belum terjadi untuk dipecahkan alternatif dan
solusinya.2

E. Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem based learning

1. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)


Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model Problem Based
Learning diantaranya:
2
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 21-27
8
1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi
nyata.
2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas
belajar.
3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya
tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal
atau menyimpan informasi.
4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan,
internet, wawancara, dan observasi.
6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan
diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam
bentuk peer teaching.

Sedangkan menurut Suyanti (2010) kelebihan dalam penerapan model Problem


Based Learning diantaranya adalah:

1. PBL dirancang utamanya untuk membantu pebelajar dalam membangun


kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah, dan intelektual mereka, dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan dengan pengetahuan
baru.
2. Membuat mereka menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas.
3. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi
pelajaran, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
5. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada
dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku.
7. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus-menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal berakhir.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dengan menggunakannya


model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:

1. Melatih siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, kemampuan memecahkan


masalah, dan membangun pengetahuannya sendiri.
2. Terjadinya peningkatan dalam aktivitas ilmiah siswa.
3. Mendorong siswa melakukan evaluasi atau menilai kemajuan belajarnya sendiri.
4. Siswa terbiasa belajar melalui berbagai sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
5. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep jika saling mendiskusikan masalah
yang dihadapi dengan temannya.

9
2. Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa selain memiliki kelebihan,


model Problem Based Learning juga memilki kelemahan, diantaranya sebagai berikut:

1. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan
aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang
menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi
kesulitan dalam pembagian tugas.

Sedangkan menurut Suyanti (2010) kelemahan dalam penerapan model Problem Based


Learning diantaranya adalah:

1. Manakala siswa tidak memilki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based learning membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas adalah model Problem
Based Learning ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, Pembelajaran dengan model ini
membutuhkan minat dari siswa untuk memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki
minat tersebut maka siswa cenderung bersikap enggan untuk mencoba, dan model
pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan pemecahan
masalah.

F. Landasan Teoritik Strategi Pembelajaran Problem Based Learning


Problem Based Learning (PBL) pertama kali dikembangkan dan diimplementasikan
pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada pada tahun 60-an. PBL sangat
efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan
kemudian dituntut untuk memecahkannya. Katerampilan untuk memecahkan masalah
sangat dibutuhkan dalam profesi dokter karena pada kenyataannya para dokter selalu
dihadapkan pada masalah pasiennya sehingga harus mampu menyelesaikannya. Walaupun
pertama dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada
perkembangan selanjutnya diterapkan dalan pembelajaran secara umum.
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah(PBL) adalah interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan
sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara 22 efektif sehingga masalah
yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Menurut Suparno (1997:56) dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning
siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru
sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam

10
seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari. Karakteristik Problem Based Learning lebih mengacu pada aliran
pendidikan kontruktivisme, dimana belajar merupakan proses aktif dari pembelajaran
untuk pengetahuan. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tapi
juga secara fisik. Artinya, melalui aktifitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif
dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengetahuan yang yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental.

G. Evaluasi Strategi Pembelajaran Problem Basid Learning


Seperti yang telah disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah ( Problem
based learning) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran
tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan
prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak cukup hanya dengan tes.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah
adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian itu
antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan
agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah melihat
bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan.
Banyakan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan
jaman dan konteks atau lingkungannya, maka perlu dikembangkan model pembelajaran
yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar
(Learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa
akan mudah beradaptasi dan dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran.3

BAB III
3
Amir, M Taufiq, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2012), hlm 14-21
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Problem Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan
permasalahan untuk pembelajarannya. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah mereka
sendiri, sehingga siswa lebih aktif di dalam kelas.
Tujuan dari metode ini adalah untuk, menghasilkan pengetahuan yang terpadu,
mengembangkan kemandirian, mengembangkan keterampilan, mengembangkan motivasi
belajar, mengembangkan kepedulian sosial, mengembangkan kerja sama, meningkatkan
adaptasi, mampu memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
Karakteristik metode ini yaitu student centered, membentuk kelompok kecil, guru
sebagai fasilitator, permasalahan menstimulus pelajaran, perolehan informasi secara
mandiri, mengembangkan keterampilan.
Langkah-langkah PBL yaitu mengklarifikasi definisi kerja, menganalisis implikasi,
diskusi, evaluasi, dan hipotesis kerja, menghasilkan tujuan pembelajaran, meneliti tujuan
pembelajaran, melaporkan kembali, mensintesis masalah.
Peran Guru adalah sebagai pemandu atau fasilitator ytang berwenang untuk
mengarahkan siswa untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan dengan
menggunakan metode-metode atau tahapan yang sesuai.
Kelebihan metode ini ialah memotovasi siswa untuk aktif, memberi peluang siswa
untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan, memfasilitasi integrasi kurikulum,
menguntungkan bagi guru karena metodenya berpusat ke siswa, meningkatkan
kemampuan berfikir kritis, membangun konsep pengetahuan sendiri.
Kelemahan metode ini ialah tutor yang tidak biasa menggunakan metode ini akan
kewalahan, banyak orang yang terlibat, siswa memerlukan pengetahuan dari buku atau
internet, siswa kurang komunikasi dengan guru, siswa tidak yakin akan informasi yang di
dapat.

B. Saran
Model pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam proses belajar dan
pembelajaran, karena minat siswa dalam belajar tergantung dengan bagaimana guru
tersebut menyampaikan materi yang diajarkannya. Oleh karena itu, sebaiknya pendidik
memilih dengan bijak dengan mempertimbangkan beberapa factor untuk memilih model
pembelajaran yang akan menjadi dasar dalam menyampaikan materi pembelajarannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2000. Learning to Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Amir, M Taufiq. 2012. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Prenada Media Group

13

Anda mungkin juga menyukai