Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dinda Mulyani

NIM : 1911210162

Matkul : Strategi Pembelajaran

Dosen : Dr. Mus Mulyadi, S.Ag M.Pd

1. Apa yang dimaksud pembelajaran yang menyenangkan?


Secara arti bahasa menyenangkan adalah menjadikan senang, membuat
bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati),
merasa senang (puas), dan sebagainya. (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2011:
110).
Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull learning) bukan semata-mata
pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak,
melainkan sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat
antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang
ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Joyfull learning pada dasarnya
adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk membuat siswa
lebih dapat menerima materi yang disampaikan dikarenakan suasana yang
menyenangkan dan tanpa ketegangan. (Hermansyah, 2009 : 3).
Pembelajaran yang menyenangkan dapat diartikan sebagai proses
penyampaian suatu bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik dengan
suatu metode atau cara tertentu dengan benar, dan tentunya membuat hati para
peserta didik senang. Istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses
pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan
mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan
menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Disamping itu, pembelajaran
yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi peserta didik
yang pada gilirannya akan mendorong motivasi semakin aktif dan berprestasi
pada kegiatan belajar berikutnya.
Learning is fun, belajar itu menyenangkan. Lingkungan belajar yang baik
adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.
Selain itu, proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus
menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan
terhadap suasana di kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya.(Anonim : 2008).

1
Adapun menurut pendapat kami, pembelajaran menyenangkan adalah adanya
pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini,
guru dituntut untuk mampu mendesain materi pembelajaran yang mengedepankan
keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz, role
playing dan sebagainya. Dengan adanya hal demikian, peserta didik akan mampu
untuk berfikir, akan timbul kreativitas yang tinggi, dan akan timbul kemandirian
dalam diri peserta didik.
2. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi terlaksananya
pembelajaran yang menyenangkan?
Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Strategi
Pembelajaran Yang Menyenangkan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Memahami sifat anak
Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk
menjadi seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing
anak tersebut. Seorang guru yang mampu memahami dari sifat anak maka
sudah dapat dikatakan telah menjalankan satu faktor yang menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu
kelas, ada anak yang memiliki sifat pemalu, pemberani, dan bahkan pemalas
(cepat bosan). Maka, seorang guru harus mampu memahami mereka, dan
dalam mengatasi pun dengan cara yang berbeda. Suasana pembelajaran
yang menyenangkan tidak akan tercapai apabila seorang guru belum mampu
memahami sifat dari masing– masing anak (Indrawati, 2009:24).
2. Mengenal anak secara perorangan
Mengenal anak secara perorangan sangat perlu dilakukan oleh seorang
pendidik. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter
yang sama. dengan memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan
semakin dekat dengan peserta didik. Metode ini mampu menjadikan
hubungan yang erat antara peserta didik dengan pendidik, seolah-olah
mereka menjadikan orang tua saat di sekolah. Mereka akan merasa lebih
mengenal lebih dekat dan senang terhadap pendidik tersebut. Berawal dari
suka atau senang terhadap guru maka apapun yang akan diajarkan di
sekolah mereka pun akan menyukainya. Pembelajaranpun akan lebih mudah
di terima dan tentunya akan menyenangkan (Indrawati, 2009 : 24).

2
3. Memanfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Perilaku anak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan
atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Pengerjaan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,
anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk
berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi
dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan
tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang (Indrawati,
2009 : 25)
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah
Selama ini proses pembelajaran di setiap tingkat pendidikan hanya
terbatas pada peningkatan kemampuan kognitif saja. Padahal ciri khusus
dari proses pembelajaran adalah penekankan pada proses deduktif yang
memerlukan penalaran logis dan aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga
merupakan proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan yang
menyenangkan, memberikan sumbangan yang penting kepada peserta didik
dalam pengembangan nalar, berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif, dan
bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan
(Indrawati, 2009 : 25).
Harapan terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan peserta didik
sebagai pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu, perlu
peningkatan kemampuan berpikir mulai level terendah yaitu recall
(kemampuan bersifat ingatan dan spontanitas), basic (kemampuan bersifat
pemahaman), sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu
aspek pengetahuan tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah proses berpikir untuk menyusun,
mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis argumen dan memberikan
interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih, logical reasoning.
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengembangkan ruang
kelas untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bisa dilakukan
dengan cara, memajang hasil pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain
itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain, yang

3
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau
kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,
puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan
hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam
pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah (Indrawati, 2009 : 26).
6. Memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar
Ruang kelas merupakan tempat yang pokok dalam proses pembelajaran.
Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan membutuhkan
ruang kels yang mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik
merasa betah dan dapat menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa
SD sampai SMA biasanya masih menggunakan ruang kelas sebagai tempat
yang pokok dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak jarang juga
pelaksanaan di luar kelas. Ruang kelas yang bersih, nyaman, dan menarik
dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Indrawati, 2009 :
26).
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki
pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru
tidak harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang
sesuai dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu
guru dapat memberikan umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu
upaya mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan
aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa itu.
Guru yang baik harus berterus terang memberikan hasil observasinya
terhadap kemampuan siswa dengan menceritakan hal yang sesungguhnya
dengan cara yang tidak membuat siswa semakin terpuruk, semakin minder
akibat kehilangan kepercayaan pada dirinya. Misalnya guru harus
menghindarkan katakata “kamu tidak bisa”, “kamu tidak mengerti apa-apa”,
tetapi diutarakan dengan kata “belum bisa” ketika siswa belum mampu
melaksanakan tugas gerak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan harapan
guru. Hal terpenting lagi adalah guru tetap memiliki pendirian yang
konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru penjas yang baik adalah
guru yang selalu berupaya mendengarkan dan memperhatikan segala hal
yang diutarakan siswa untuk memperbaiki kinerja pembelajaran penjas.
Guru penjas yang baik pun adalah orang yang mampu mengerti dan

4
menerima perasaan orang lain (berempati), termasuk perasaan siswa
(Indrawati, 2009 : 26).
8. Menjadikan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
Lingkungan sekitar sangat mendukung sekali sebagai sumber belajar dan
menyenangkan. Sebagai makhluk hidup, peserta didik selain berinteraksi
dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk
hidup lainnya dan benda-benda mati atau makhluk hidup yang lain.
Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan,
sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia
merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan
penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem
tersebut (Indrawati, 2009 : 26).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu
sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris
peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle,
area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di
sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk
hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup),
abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Proses pembelajaran yang monoton sering membuat proses pembelajaran
yang menjenuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya metode untuk
menghilangkan kejenuhan tersebut yaitu dengan cara menjadikan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dengan demikian, peserta didik
akan merasa menemukan suasana atau tempat yang baru untuk mereka
belajar.
Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar salah satunya
yaitu dengan melakukan observasi atau pengamatan-pengamatan mengenai
materi pembelajaran yang sedangdiajarkan. Alasan mengapa memilih
lingkungan sebagai sumbelar belajar yaitu karena jumlah sumber belajar
yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya
tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber
belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan
pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding
kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami

5
secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk
berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian, proses
pembelajaran akan menyenangkan.
9. Membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif mental.
Kata aktif dapat diartikan sebagai terbiasa berbuat segala hal dengan
menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran
yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental,
emosional, bahkan moral dan spiritual. Seorang guru dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan harus mampu membedakan
antara yang aktif fisik dengan mental. Banyak guru yang sudah merasa puas
jika menyaksikan anak didiknya sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi
dengan bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling
berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah metode yang benar dalam
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan karena yang ada hanya aktif
dalam segi fisik.
Pembelajaran yang menyenangkan selain dalam aktif fisik harus ada pula
aktif mental, karena aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik.
Sering bertanya, mempertanyakan gagasan atau hal yang kurang dimengerti.
Mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental yaitu tumbuhnya perasaan tidak takut. Takut
digunjing, takut ditertawakan, disepelekan atau takut dimarahi jika salah.
Oleh karena itu, pendidik hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut
tersebut. Baik yang datang dari pendidik itu sendiri maupun dari temannya
(Indrawati, 2009 : 27).
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan pembelajaran
yang menyenangkan. Karena dengan adanya rasa aktif dari peserta didik
baik dari segi mental maupun fisik maka akan menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan dan hal tersebut menunjukan adanya perasaan senang
dalam diri peserta didik.
3. Sebutkan dan jelasakan usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru PAI agar
pembelajaran menyenangkan
Menciptakan Pembelajaran Siswa Yang Menyenangkan Menurut Budiningsih
(2005 : 7-10), dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :
a. Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat,
maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena

6
itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat
kepada siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian
adalah anakanak bapak atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut
wajah cerah memantulkan energi positif yang dapat mempegaruhi semangat
para siswa. Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai
pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu
saja suasana kelas menjadi menegangkan
b. Menciptakan suasana rileks
Ciptakanlah lingkungan yang rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan
yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala
sesuai keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-
lain. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan
kesalahan. Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam
mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa
jika jawabannya salah katakan “KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang
belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.
c. Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran.
Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan
umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar
bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena
rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang
menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan
belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi
yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi
untuk belajar, maka tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik
yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil
lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-
asalan. Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa
memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk
aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan.
Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula
keberhasilan yang akan dicapai. Banyak cara dalam memberikan motivasi
kepada siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi.

7
d. Menggunakan ice breaking
Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang
mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran
saat itu menjadi kurang nyaman. Ice breaking berguna untuk menaikkan
kembali derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan
oleh guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk
dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit.
Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian
(fokus). Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan
bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking
agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa
yel-yel, tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan
games.
e. Menggunakan metode yang variatif
Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan,
dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa
seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading
dan Kinesthetic. Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua
siswa belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat
menggunakan metode yang bervariasi. Untuk mendukung hal tersebut
beberapa metode praktis (Ismail, 2008: 74- 88) yang dapat diterapkan antara
lain :
1. Every one is a teacher here
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan
sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah
atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan diacak
kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang
dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan
semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada
padanya dan menjawabnya sesuai dengan kemampuannya, selanjutnya
diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan
jawabannya.
2. The Power of two and four
Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi
yang telah atau sedang dipelajari. Setiap siswa diminta memikirkan
jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan untuk

8
mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-masing,
siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan persoalan
yang sama.
3. Card sort
Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok
yang telah atau sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic
utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada
setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu
induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan
membuat kelompok sesuai dengan topik atau kartu induknya dan menyusun
rincian sesuai dengan urutannya masing-masing. Guru kemudian mengecek
apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam
mengurutkan rinciannya
4. Reading aloud
Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topik
pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca
dengan keras oleh siswa secara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut
berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan
poinpoin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau
memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat
jika para siswa menunjukan minat dalam bagian tertentu.

Anda mungkin juga menyukai