Anda di halaman 1dari 14

JUAL BELI

Artikel
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu: Leliya, M. H

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Sri Haryati ( 1808202139 )


Nurmala ( 1808202140 )
Maitssa Aisy Dyah Firdaus ( 1808202141 )

Hukum Ekonomi Syariah D/ Semester 3

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM ( FSEI)
HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2019/2020
A. PENDAHULUAN
Dalam masalah kegiatan perjanjian jual beli, jual beli merupakan bagian dari
hukum perdata dan merupakan peristiwa hukum serta sah di mata hukum yang
mengikat dua belah pihak atau lebih yang pada awalnya terdapat kesepakatan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Apabila terjadi suatu hal yang tidak sesuai atau terdapat pihak yang dirugikan
maka hal tersebut yang akan di sarankan di depan pengadilan. Namun, pada
kenyataan dalam melakukan perjanjian jual beli seringkali kita tidak menyadari
bahwa apa yang kita lakukan adalah suatu perbuatan hkum yang dapat
menimbulkan akibat hukum apabila terjadi kecurangan ataus salah satu pihak
mengingkari dalam perjanjian.
Unsur pokok perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara
penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang
menjadi objek jual beli. Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua
belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari
perjanjian jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 KUHPer yang berbunyi
“jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah
mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskpun barang ini
belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.”1

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli secara etimologis artinya: Menukar harta dengan harta. Sedangkan
menurut istilah adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang
dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lainnya atas
dasar saling merelakan dan sesuai dengan hukum syara.

1
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditiya Bakti, 2014),
317
Jual beli dalam bahasa Inggris disebut dengan “Sale and Purchase” atau dalam
bahasa Belanda disebut “Koop en Verkoop” merupakan sebuah kontrak /
perjanjian. Yang dimaksud dengan Jual Beli adalah suatu kontrak dimana satu
pihak mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak
lainnya yang disebut dengan pihak pembeli mengikatkan dirinya untuk
membayar harga dari benda tersebut yang telah disepakati bersama. Pada setiap
jual beli setidak-tidaknya terdapat dua belah pihak yaitu pihak penjual yang
mempunyai kewajiban menyerahkan barang objek jual beli, dan pihak pembeli
yang berkewajiban membayar harga pembelian. 2Jual beli adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan (Pasal
1457 BW). Dasar hukum dari kontrak jual beli adalah sebagai berikut :
- Kitab undang-undang hukum perdata buku ketiga (III) tentang perikatan.
- Undang-undang Agraria/pertanahan sepanjang menyangkut dengan jual beli
tanah.
- Hukum adat setempat terhadap jual beli yang tekait dengan masyarakat adat.
- Yurisprudensi
- Perjanjian internasional sejauh yang menyangkut dengan jual beli
internasional.
- Kebiasaan perdagangan baik nasional maupun internasional.
- Doktrin atau pendapat ahli.3

2. Metode Pembayaran dalam Transaksi Jual Beli


Metode pembayaran adalah cara yang dilakukan pelanggan untuk membayar
barang dan jasa. Penting untuk menimbang metode pembayaran apa yang akan

2
http://blogranda.blogspot.com/2013/01/hukum-jual-beli.html?m=1 diakses pada tanggal 12
September 2019 pukul 12.43
3
Penyusun, KUHPerdata dan KUHAPerdata, (Jakarta: Pustaka Buana, 2015), 224
Anda tawarkan saat memulai bisnis dan memeriksanya secara rutin untuk
mengetahui apakah sesuai kebutuhan bisnis dan pelanggan.
Saat memulai bisnis, Anda perlu memutuskan bagaimana Anda akan
mengumpulkan pembayaran dari pelanggan sebagai bagian dari pengelolaan
keuangan bisnis. Ini adalah aspek penting untuk memastikan Anda mengelola
arus kas bisnis Anda secara efektif.
Metode pembayaran yang Anda pilih juga akan menentukan fasilitas dalam
bisnis. Sebaiknya secara berkala tinjau metode pembayaran yang Anda tawarkan
berdasarkan biaya, karena biaya sering berubah seiring metode pembayaran
tertentu menjadi lebih populer.
a. Kartu Kredit dan Debit
Kartu kredit dan debit adalah kartu yang dikeluarkan oleh bank atau
lembaga keuangan tertentu untuk pembayaran. Kartu kredit memungkinkan
pelanggan membayar barang dan jasa dengan berhutang pada penyedia kartu
kredit. Sedang kartu debit mengurangi jumlah uang dari dari rekening bank.
Perbedaan antara kartu kredit dan kartu debit biasanya tidak penting
untuk menjalankan bisnis. Di bagian depan, kartu kredit dan kartu debit
memiliki tanggal penerbitan, tanggal kadaluarsa dan nomor kartu kredit atau
debit. Di belakang, mereka biasanya memiliki kode keamanan dan tanda
tangan.
Beberapa kartu debit dan kartu kredit memiliki chip untuk pembayaran
menggunakan teknologi. Kartu kredit dan debit memiliki Personal
Identification Number (PIN) yang harus digunakan pelanggan untuk
mengotorisasi pembayaran, dan hal ini kadang bisa bergantung pada jumlah
pembelian.
b. Pembayaran online
Pembayaran Online memungkinkan pelanggan membayar barang dan
jasa Anda melalui situs web, seperti Paypal dan lainnya. Karena pembayaran
online biasanya otomatis, mereka memiliki biaya lebih rendah daripada
metode pembayaran manual, seperti cek, wesel, uang tunai.
Metode pembayaran online memudahkan penjualan barang dan layanan
secara online. Pembayaran online dapat dilakukan secara otomatis, dan bisa
memudahkan pelanggan Anda. Setelah diproses, pembayaran umumnya
langsung masuk ke rekening bank, sehingga berisiko rendah terhadap
pencurian.
c. Mata Uang Digital
Mata uang digital seperti Bitcoin adalah pilihan yang semakin populer
untuk menerima dan melakukan pembayaran. Jika Anda menerima atau
menggunakan Bitcoin dalam bisnis Anda, atau sudah melakukannya, ini bisa
menghemat waktu dan uang Anda nanti.
Uang digital mirip dengan uang biasa, dan bisa digunakan untuk
membeli barang dan jasa, juga bisa dibeli dan dijual di pasar bursa dan dibuat
dalam jumlah terbatas. Karenanya, banyak yang mau berinvestasi pada jenis
mata uang digital seperti ini.
d. Pembayaran Tunai
Pembayaran tunai mengacu pada saat pelanggan membayar
menggunakan mata uang fisik, seperti uang kertas dan koin. Pembayaran tunai
tidak secara otomatis bisa tercatat. Pelanggan bisa memilih pembayaran tunai
saat membeli barang atau jasa pribadi, seperti obat-obatan dan layanan medis.
Pembayaran tidak memerlukan otorisasi seperti mengetik kode PIN.
Pembayaran tunai dimungkinkan dilakukan di lokasi tanpa listrik dan tidak
rentan terhadap masalah teknis. Satu kelemahan yaitu adanya uang kertas
palsu yang beredar.
e. Cek
Cek adalah dokumen yang memberitahu bank untuk membayar uang
dari rekening orang lain. Cek dapat ditolak jika akun pelanggan tidak
memiliki cukup uang untuk membayar. Cek juga bisa ditolak jika ada masalah
lain, seperti dugaan kecurangan. Jika cek ditolak, bisnis Anda tidak akan
bekembang.
Pembayaran cek tentu saja punya kelemahan, yaitu cek palsu dan cek
kosong. Cek palsu biasa terjadi saat aksi tipu-tipu, sedang cek kosong terjadi
saat rekening pelanggan tidak ada isinya. Pastikan dulu akun bank pelanggan
sebelum menerima pembayaran dalam bentuk cek.
f. Hadiah dan voucher
Hadiah atau voucher adalah kartu dengan nominal tertentu yang bisa
digunakan pelanggan Anda untuk membayar, praktiknya hampir sama dengan
metode pembayaran lainnya seperti kartu kredit dan uang tunai. Beberapa
kartu hadiah hanya bekerja pada bisnis atau kelompok bisnis tertentu.
Misalnya, kartu hadiah dari pusat perbelanjaan mungkin hanya bisa
digunakan di pusat perbelanjaan itu. Yang lain bekerja di mana saja kartu
kredit diterima. Kelemahan dari hadiah dan voucher yaitu tidak fleksibel
dipakai dalam berbagai transaksi bisnis.
g. Pembayaran debit langsung
Debit langsung adalah pembayaran otomatis yang terjadi secara berkala
setelah pelanggan memintanya. Metode ini secara otomatis mentransfer uang
dari rekening bank pembeli ke rekening bank penjual. Menjadi pengguna
debet langsung membutuhkan sudah memiliki bisnis mapan.
Pembayaran debit langsung sangat cepat. Selama Anda mengajukan
permintaan dalam waktu kerja, dana akan masuk langsung ke rekening Anda
maksimal pada hari kerja berikutnya. Metode pembayaran seperti ini sudah
menggunakan software payroll dan biasa diterapkan oleh E-Commerce besar.4

3. Wanprestasi dan Ganti Rugi, Force Majuere, dan Masalah Resiko


a) Wanprestasi dan Ganti Rugi

4
https://kompasiana.com/ diakses pada 30 September 2019 pukul 08.30
Wanprestasi adalah prestasi yang tidak terpenuhi. Wansprestasi timbul apabila
salah satu pihak (debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikan. Adapun
bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan;
c) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;
d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.5
Wanprestasi bagi pembeli adalah ketika pembeli tidak melakukan
kewajibannya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, antara lain karena
tidak melakukan kewajiban utamanya dalam membayar harga barang yang
telah dibelinya tersebut.
Wanprestasi bagi pihak penjual adalah tidak menyerahkan barang yang
menjadi objek jual beli yang diatur dalam kontrak jual beli,
pemilikan/penggunaan barang yang menjadi objek jual beli tidak aman bagi
pembeli, dan ada cacat tersembunyi pada benda yang menjadi objek jual beli
tersebut.6
Akibat dari Wansprestasi
Akibat-akibat wansprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat bagi debitur
yang melakukan wansprestasi, dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni
1) Membayar Kerugian yang Diderita oleh Kreditur (Ganti Rugi). Ganti rugi
sering diperinci meliputi tiga unsur, yakni:
- Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata
sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak;
- Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditor yang diakibat oleh kelalaian si debitor;

5
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), 239
6
http://wordpress-com.cdn.ampproject.org diakses pada tanggal 17 September 2019 pukul
08.25
- Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung oleh kreditor.

Pihak yang dimintakan ganti kerugian meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Ganti rugi saja


 Pelaksanaan kontrak tanpa ganti rugi
 Pelaksanaan kontrak dengan ganti rugi
 Pembatalan kontrak tanpa ganti rugi
 Pembatalan kontrak dengan ganti rugi.
2) Pembatalan Perjanjian atau Pemecahan Perjanjian
Di dalam pembatalan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan
Pasal 1248 KUH Perdata. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum
perjanjian diadakan.
3) Peralihan Risiko
Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu
peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan
menjadi obyek perjanjian sesuai dengan Pasal 1237 KUH perdata. Ada dua
alasan:
a. Karena Wanprestasi. kesalahan, kesengajaan, kekhilafan dari debitur
b. Overmacht. Karena keadaan memaksa. Dalam Wanprestasi tentu ada
kelalaian/alpa, cidera janji. Kesengajaan, kesalahan overmacht ada pada
“debitur”.7

b) Force Majeure
Force majeure dapat diartikan sebagai clausula yang memberikan dasar
pemaaf pada salah satu pihak dalam suatu perjanjian, untuk menanggung
sesuatu hal yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam force majeure
7
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor: Ghalia Indonesia,2010), 265
atau yang sering diterjemahkan sebagai “keadaan memaksa” merupakan
keadaan di mana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya
karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak,
keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada
debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad dapat
menunaikan kewajibannya berdasarkan kontrak yang telah diperjanjikan.
Dalam ruang lingkup yang lebih spesifik, terdapat istilah “Acts of God”,
yang merupakan cakupan dari Force Majeure itu sendiri . Sesungguhnya dapat
diuraikan bahwa Force Majeure Clause adalah klausula yang memberikan dasar
pemaaf atas terjadinya event-event atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami
pihak tertentu. Event-event atau kejadian-kejadian tersebut dapat berupa
kejadian atau event yang tergolong sebagai kehendak Tuhan (Acts of God)
seperti banjir, gempa bumi dan Tsunami atau kejadian yang tidak tergolong
sebagai kehendak Tuhan seperti krisis ekonomi, terhentinya proses produksi
karena unjuk rasa dll.
Senada dengan hal tersebut di atas, menurut Harimurti Subanar, kondisi
force major mengandung risiko yang tidak terdugaduga. Sehingga apabila
risiko tersebut datang, pengusaha tidak sempat untuk melakukan persiapan dan
upaya lain, risiko tersebut dapat berupa antara lain yaitu; mesin rusak atau
terbakar tanpa sebab, gempa bumi besar disekitar lokasi usaha, kecelakaan
individu atau musibah yang menimpa karyawan, pemilik sakit atau meninggal,
adanya kegiatan tertentu yang merugikan bagi kelangsungan hidup perusahaan
misalnya penutupan ruas jalan sebagai akibat adanya perbaikan jalan, jembatan,
kegiatan lain yang menuju ke perusahaan.
Dalam hal ini, kejadian-kejadian yang merupakan force major tersebut
tidak pernah terduga oleh para pihak sebelumnya. sebab, jika para pihak sudah
dapat menduga sebelumnya akan adanya peristiwa tersebut, maka seyogyanya
hal tersebut harus sudah dinegosiasi di antara para pihak. Dengan demikian,
dari berbagai risiko tersebut di atas, maka siapa yang bertanggung jawab
tentunya harus dilihat secara kasuistis dan proporsional. Sedangkan adanya
perubahan keadaan setelah dibuatnya perjanjian, maka sesuai dengan rasa
keadilan dan kepatutan di Indonesia dan berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata
yang berdasarkan pada ajaran berlakunya itikad baik dan kepatutan sebagai
yang melenyapkan (derogerende werking), maka apabila terjadi perubahan
keadaan setelah dibuatnya perjanjian, yang perlu diperhatikan ialah bahwa
risiko dibagi dua antar kedua belah pihak. Kecuali apabila perubahan keadaan
itu praktis sangat berat bagi salah satu pihak untuk memenuhi perjanjiannya
kita selalu berhadapan dengan dengan keadaan memaksa (overmacht).8
Ketentuan hukum yang umum tentang force majeure menentukan tidak
ada satu orang pun dapat dimintakan pertanggung jawaban hukumnya ketika
terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan force majeure tersebut karena
kejadian-kejadian tadi diluar kesalahan dan kewenangan para pihak.
Yang menanggung resiko dalam hukum tentang jual beli (menurut KUH
Perdata) dengan tegas ditentukan bahwa begitu kontrak jual beli sudah ditanda
tangani, maka resiko sudah beralih kepada pihak pembeli meskipun barang
belum diserah terimakan. Selain daripada itu, penentuan siapa yang akan
menanggung resiko juga harus dilihat dari bentuk penyerahan benda yaitu
apakah dengan tegas ditentukan bahwa benda tersebut diterima pembeli
ditempat pembeli misalnya sehingga kewajiban pengangkutan barang, termasuk
kewajiban menanggung resiko jika barang hilang ditengah jalan, menjadi
tanggung jawab penjual.9

c) Masalah Resiko
Resiko menurut para ahli:

8
http://blogranda.blogspot.com/2013/01/hukum-jual-beli.html?m=1 diakses pada tanggal 12
September 2019 pukul 12.43
9
http://wordpress-com.cdn.ampproject.org diakses pada tanggal 17 September 2019 pukul
08.25
 Abas Salim Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin
melahirkan peristiwa kerugian (loss)”
 Soekarto Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
 Sri Redjeki Hartono Resiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang akan
datang tentang kerugian”
 Subekti "Resiko kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena sutau
kejadian di luar kesalahan salah satu pihak”
 Ahli Statistik Resiko adalah derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar
suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
 Menurut hukum perikatan Risiko adalah suatu ajaran tentang sipakah yang
harus menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam
keadaan force majeure.
Macam resiko
Dalam berinvestasi terdapat berbagai macam resiko:
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, yang berarti jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan
turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga
saham akan meningkat.
2. Risiko pasar
Yang dimaksud risiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara
keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi,
kerusuhan, maupun perubahan politik.
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Maka dari itu, risiko ini juga bisa disebut sebagai
risiko daya beli.
4. Risiko bisnis
Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan
bisnis suatu jenis industri. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak di
bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri
tekstil itu sendiri.
5. Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan
hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan,
maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Dan
demikian pula sebaliknya.
7. Risiko nilai tukar mata uang (valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik
dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama
currency risk atau exchange rate risk.
8. Risiko Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan
dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di
luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan
sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Selain risiko di atas tersebut, dalam manajemen investasi dikenal pembagian
risiko dalam dua jenis, yaitu risiko sistematis dan risiko unsistematis. Risiko
sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di
pasar secara keseluruhan. Sedangkan risiko unsistematis merupakan risiko
yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar secara keseluruhan.10

C. KESIMPULAN
Jual Beli adalah suatu kontrak dimana satu pihak mengikat dirinya untuk
menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak lainnya yang disebut dengan pihak
pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar harga dari benda tersebut yang
telah disepakati bersama.
Metode Pembayaran dalam Transaksi Jual Beli diantaranya dengan kartu
kredit dan debit, pembayaran online, mata uang digital, pembayaran tunai, cek,
hadiah dan voucher, serta pembayaran debit langsung.
Wanprestasi adalah prestasi yang tidak terpenuhi. Wansprestasi timbul apabila
salah satu pihak (debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikan. Akibat dari
wanprestasi yaitu terjadinya ganti rugi, yang memiliki unsur diantaranya biaya,
rugi, dan bunga. Force Majeure adalah suatu keadaan dimana pihak debitur
dalam suatu kontrak terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan
atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak tersebut, keadaan
atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur
sementara debitur juga tidak mempunyai itikad buruk. Contoh banjir/bah, angin
puting beliun, maka tidak ada satu orang pun dapat dimintakan pertanggung
jawaban hukumnya karena diluar kesalahan dan kewenangan para pihak.

10
http://blogranda.blogspot.com/2013/01/hukum-jual-beli.html?m=1 diakses pada tanggal 12
September 2019 pukul 12.43
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
- Muhamad, Abdulkadir. 2014. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT Citra
Aditiya Bakti.
- Penyusun. 2015. KUHPerdata dan KUHAPerdata. Jakarta: Pustaka Buana.
- Purwaningsih, Endang. 2010. Hukum Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia.
- Yani Nurhayani, Neng. 2018. Hukum Perdata. Bandung: CV Pustaka Setia.

2. Internet
- http://blogranda.blogspot.com/2013/01/hukum-jual-beli.html?m=1
- http://wordpress-com.cdn.ampproject.org
- https://kompasiana.com/

Anda mungkin juga menyukai