DI RUANG UGD
OLEH:
RIZAL
N201901048
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
COMBUSTIO
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit di akibatkan oleh panas kimia
atau radio aktif (Wong,2003),
Lu bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan
kontrak dengan sumber panas seperti api,air panas bahan kimia, listrik dan
radeasi(Moenajar,2002)
Menurut Betz C, L & Sowden, L, A (2009, Hal : 56) luka bakar adalah
kerusakan jaringan karena karenakontak dengan agens, tremal, kimiawi,
atau listrik.
2. Etiologi
Menurut Semellzer (2002) Luka bakar di sebabkan oleh pengalihan
energi dari satu sumber panas ke pada tubuh melelui hantaran atau radiasi
elektromagnetik beberapa penyebab luka bakar antara lain:
Listrik : Voltage tinggi,petir
a. Panas: seperti api,air panas uap panas
b. Radiasi
c. Listrik
d. Petir
e. Bahan kimia
f. Ledakan kompor
g. Sinar matahari
3. Manifestasi Klinik
Menurut (suriadi 2010).
a. GradeI
Kerusakanpada epidermis, kulitkeringkemerahan, nyerisekali,
sembuhdalam 3-7 dantidakadajaringanparut.
b. GradeII
Kerusakanpada epidermis dan dermis, terdapatvesikeldan edema
subkutan, lukamerah, basahdanmengkilat, sangatnyeri, sembuhdalam
28 haritergantungkomplikasiinfeksi.
c. GradeIII
Kerusakanpadasemualapisankulit, tidakadanyeri, lukamerahkeputih-
putihandanhitamkeabu-abuan, tampakkering, lapisan yang
rusaktidaksembuhsendirimakaperluSkin graff.
4. Klasifikasi
Berikut ini merupakan klasifikasi luka bakar :
a. Berdasarkan penyebab:
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik
5) Luka bakar karena radiasi
6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1) Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di
dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut.
Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang
berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi
oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh
darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis
dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitivitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh
tanpa bekas.
2) Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh,
dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Luka bakar derajat II ada 2:
a) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3) Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-
abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis,
tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.
c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
1) Luka bakar ringan/ minor
a) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
a) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
b) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun
atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
c) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun
dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
a) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun
atau di atas usia 50 tahun
b) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
e) Luka bakar listrik tegangan tinggi
f) Disertai trauma lainnya
g) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
d. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu :
1) Wallace Rule of Nine (Adult)
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai masing-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
2) Rule of Nine (Child)
a) Kepala dan leher : 14%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai masing-masing 16% : 32%
Total : 100%
3) Rule of Nine (Infant)
a) Kepala dan leher : 18%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai masing-masing 14% : 28%
Total : 100%
Gambar ilustrasi Rule of Nine
5. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
b. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
c. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda
ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat
stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai
oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang
berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
d. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat.
Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan
status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan
darah, curah jantung, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi
denyut nadi.
e. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis
dalam urin
6. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal
cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan
natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema
menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera
ditangani Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke
ginjal.
GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak
adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka
cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase
diuresis.
Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
1) Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera.
2) Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
3) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
4) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.
5) Elektrolit serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
6) Glukosa serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
7) Albumin serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
8) BUN/Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
9) Alkali fosfatase: peningkatan sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial/ gangguan pompa natrium.
10) Kultur luka: data dasar dan diulang secara periodik.
11) Urine Lengkap: Warna hitam kemerahan pada urine sehubungan
dengan mioglobin.
b. Rontgen: Foto Thorax, dll (mengetahui adanya edema paru dll)
c. Scan Paru : dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
d. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia, terutama pada luka bakar listrik.
e. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
8. Algoritma Kasus
9. Diagnosa Keperawatan dan intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute abnormal luka.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respons imun.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
4) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka,
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
5) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding
dada, keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
b. IntervensiKeperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil
Kekurangan NOC NIC
volume cairan Fluid balance Fluid Management
Hydration Timbang popok/pembalut jika
Nutritional Status: diperlukan
Food and Fluid Pertahankan catatan intake dan
Intake output yang akurat
Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi (kelembaban
Mempertahankan membran mukosa, nadi adekuat,
urine output sesuai tekanan darah ortostatik), jika
dengan usia dan diperlukan
BB, BJ urine normal, Monitor vital sign
HT normal Monitor masukan makanan/cairan
Tekanan darah, dan hitung intake kalori harian
nadi, suhu tubuh Kolaborasikan pemberian cairan IV
dalam batas normal Monitor status nutrisi
Tidak ada tanda- Berikan cairan IV pada suhu
tanda dehidrasi, ruangan
elastisitas turgor Dorong masukan oral
kulit baik, membran
Berikan penggantian nesogatrik
mukosa lembab,
sesuai output
tidak ada rasa haus
Dorong keluarga untuk membantu
yang berlebihan
pasien makan
Tawarkan snack (jus buah, buah
segar)
Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah
intake oral
Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
Resiko infeksi NOC NIC
Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
berhubungan
Knowledge : Bersihkan lingkungan setelah
dengan hilangnya Infection control dipakai pasien lain
Risk control Pertahankan teknik isolasi
barier kulit dan
Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu
terganggunya Klien bebas dari Instruksikan pada pengunjung untuk
respons imun. tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi setelah berkunjung meninggalkan
Mendeskripsikan pasien
proses penularan Gunakan sabun antimikrobia untuk
penyakit, faktor cuci tangan
yang mempengaruhi Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan keperawatan
penatalaksanaanny Gunakan baju, sarung tangan
a sebagai alat pelindung
Menunjukkan Pertahankan lingkungan aseptik
kemampuan untuk selama pemasangan alat
mencegah Ganti letak IV perifer dan line central
timbulnya infeksi dan dressing sesuai dengan
Jumlah leukosit petunjuk umum
dalam batas normal Gunakan kateter intermiten untuk
Menunjukkan menurunkan infeksi kandung
perilaku hidup sehat kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
infection protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas,
drainase
Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindar infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Level, Paint management
dengan inflamasi pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara
dan kerusakan comfort level komprehensif termasuk lokasi,
jaringan Setelah dilakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi.
selama …. Pasien tidak Observasi reaksi nonverbal dari
mengalami nyeri, ketidaknyamanan.
dengan kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk
Mampu mengontrol mencari dan menemukan dukungan.
nyeri (tahu Kontrol lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
mampu ruangan, pencahayaan dan
menggunakan kebisingan.
tehnik Kurangi faktor presipitasi nyeri.
nonfarmakologi Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
untuk mengurangi menentukan intervensi.
nyeri, mencari Ajarkan tentang teknik non
bantuan).
farmakologi: napas dala, relaksasi,
Melaporkan bahwa distraksi, kompres hangat/ dingin.
nyeri berkurang Berikan analgetik untuk mengurangi
dengan
nyeri: ……...
menggunakan Tingkatkan istirahat.
manajemen nyeri. Berikan informasi tentang nyeri
Mampu mengenali seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri (skala, nyeri akan berkurang dan antisipasi
intensitas, frekuensi ketidaknyamanan dari prosedur.
dan tanda nyeri). Monitor vital sign sebelum dan
Menyatakan rasa sesudah pemberian analgesik
nyaman setelah pertama kali
nyeri berkurang.
Tanda vital dalam
rentang normal.
Tidak mengalami
gangguan tidur
Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk
dengan lesi pada Membranes menggunakan pakaian yang longgar.
kulit Setelah dilakukan Hindari kerutan pada tempat tidur.
tindakan keperawatan Jaga kebersihan kulit agar tetap
selama….. kerusakan bersih dan kering.
integritas kulit pasien Mobilisasi pasien (ubah posisi
teratasi dengan kriteria pasien) setiap dua jam sekali.
hasil: Monitor kulit akan adanya
Integritas kulit yang kemerahan .
baik bisa Oleskan lotion atau minyak/baby oil
dipertahankan pada derah yang tertekan .
(sensasi, elastisitas, Monitor aktivitas dan mobilisasi
temperatur, hidrasi, pasien.
pigmentasi)
Monitor status nutrisi pasien.
Tidak ada luka/lesi
Memandikan pasien dengan sabun
pada kulit.
dan air hangat.
Perfusi jaringan
Kaji lingkungan dan peralatan yang
baik.
menyebabkan tekanan.
Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang.
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola nafas Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation Buka jalan nafas, gunakan teknik
dengan deformitas Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
dinding dada, Airway patency Posisikan pasien untuk
keletihan otot-otot Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
pernafasan, Setelah dilakukan Identifikasi pasien perlunya
hiperventilasi tindakan keperawatan pemasangan alat jalan nafas buatan
selama….ketidakefektif Pasang mayo bila perlu
an pola nafas pasien Lakukan fisioterapi dada jika perlu
teratasi dengan kriteria
Keluarkan sekret dengan batuk atau
hasil :
suction
Mendemonstrasikan
Auskultasi suara nafas, catat adanya
batuk efektif dan
suara tambahan
suara nafas yang
Lakukan suction pada mayo
bersih, tidak ada
Berikan bronkodilator bila perlu
sianosis dan
Berikan pelembab udara kassa
dyspneu ( mampu
basah NACl Lembab
mengeluarkan
Atur intake untuk cairan
sputum, mampu
mengoptimalkan keseimbangan
bernafas dengan
Monitor respirasi dan status O2
mudah, tidak ada
Oxygen Therapy
pursed lips )
Bersihkan mulut, hidung dan sekret
Menunjukkan jalan trakea
nafas yang paten Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
( klien tidak merasa
Monitor aliran oksigen
tercekik, irama Pertahankan posisi pasien
nafas, frekuensi Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
pernafasan dalam Monitor adanya kecemasan pasien
rentang normal , terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
tidak da suara nafas Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
abnormal ) Catat adanya fuktuasi tekanan
darah
Tanda Tanda vital
Monitor VS saat pasien berbaring,
dalam rentang duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
normal ( tekanan
dan bandingkan
darah, nadi, Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
pernafasan ) selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN KASUS COMBUSTIO DI RUANG UGD
TRIAGE
Masalah keperawatan : -
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
Keluhan lain:
Masalah keperawatan :
Deformita Ya Tidak Lokasi ...............................
s Ya Tidak Lokasi ...............................
Contusio Ya Tidak Lokasi ...............................
Abrasi Ya Tidak Lokasi ...............................
Penetrasi Ya Tidak Lokasi ...............................
Laserasi Ya Tidak Lokasi ...............................
Edema Ya Tidak Lokasi ...............................
Luka Grade..........% Lokasi ...............................
Bakar
Jika terdapat Luas Luka ......................
Luka/ Warna DasarLuka
vulnus, kaji: ......................
KedalamanLuka
......................
Keluha lain:
Masalah Keperawatan :
Saturasioksigen :%
tidakada
Tidak
Terapi Medis:
Lain-lain:
Masalah keperawatan :
Pemeriksaan Diagnostik :
Hasil :
EKG :
Foto thoraks :
Ada
Problem :
Regio :
Skala :
Timing :
Lain-lain
Mekanisme cidera
SECONDARY SURVEY
gejala :
Alergi :
Medication /
pengobatan : Post
Medical History :
Inspeksi :
Palpasi:
Dada
(kardiovaskular)
Inspeksi: Terdapat
bagian dada
Auskultas
i:
Perkusi:
Palpasi:
Abdomen:
Inspeksi ....
..
Palpasi ......
Perkusi ......
Pelvis:
Ektremitas Atas/Bawah:
Neurologis
: Keluhan
lain:
Masalah keperawatan :
Posterior:
INSPECT THE POSTERIOR SURFANCE
Jejas:
Perubahan warna
Luka:
Krepitasi:
Deformita
s:
Dislokasi:
Nyeri:
Keluhan lain:
Masalah keperawatan :
2. DiagnosaKeperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka bakar)
2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat
luka bakar)
3. Intervensi, Implementasi DanEvaluasi.
Ja Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi Par
m Keperawat af
an
NyeriAkut ManajemenNyeri Mengidentifikasilok S:
asi, karakteristik,
Observasi: Klienmengataka
durasi,
Identifikasilokasi, frekuensikualitasda nmasihmerasan
karakteristik, durasi, nintensitasnyeri yeripadabagianl
frekuensikualitasdanint Mengidentifikasiska
ensitasnyeri lanyeri ukabakar
Identifikasiskalanyeri Mengdentifikasiresp O:
Identifikasiresponnyeri onnyeri non verbal
non verbal Memberikanteknikn Skalanyeri 5
Identifikasifaktor yang onfarmakologisuntu Klien
memperberatdanmem kmengurangi rasa Nampak
peringannyeri nyeri meringis
Identifikasipengaruhny (relaksasinafasdala Tampakerite
eripadakualitashidup m) madanbulapa
Terapeutik: Mengajarkanteknik dalukabakar
nonfarmakologisunt A:
Berikantekniknonfarma
ukmengurangi rasa masalahbelumte
kologisuntukmenguran
nyeri
gi rasa nyeri (mis. ratasi
Mengkolaborasikan
TENS, hypnosis,
pemberiananalgetik P:
akupresur,
,
terapimusik, Intervensidilanju
biofeedback,
terapipijat, aroma tkan
terapi,
teknikimajinasiterbimbi
ng,
kompreshangat/dingin,
terapibermain)
Fasilitasiistirahatdantid
ur
Edukasi
Jelaskanpenyeba
b, periode,
danpemicunyeri
Jelaskanstrategim
eredakannyeri
Ajarkantekniknonf
armakologisuntukmen
gurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasipember
iananalgetik, jikaperlu
Kekurangan Monitor status memonitor S:pasien
hidrasi status hidrasi mengatakan
volume
(kelembapan (kelembapan masih merasa
cairan membran mukosa membran panas,
dan nadi adekuat) mukosa dan O: pasien
Dorong pasien nadi adekuat) tampak lemah,
untuk menambah Mendorong
intake oral, pasien untuk mukosa bibir
kolaborasi menambah masih tampak
pemberian cairan intake oral, dan
intravena. Melakukan kering, A:
kolaborasi masalah belum
pemberian
cairan infus RL teratasi,
P: lanjutkan
intervensi.
Daftar Pustaka
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.