Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm.

110-118

EFEK TERAPEUTIK DRY NEEDLING DALAM TATA LAKSANA NYERI


MUSKULOSKELATAL
Dessy R Emril*

sinapsunsrat@gmail.com

*Divisi Nyeri dan Nyeri Kepala Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/ RSUD
Dr Zainoel Banda Aceh

ABSTRAK
Myofasial trigger poins (MTrPs) menyebabkan nyeri kronik terutama pada leher dan punggung. Nyeri
myofascial sangat terkait dengan daerah tubuh yang memiliki trigger points (TrPs) dan setiap orang
memiliki potensi MTrPs, baik bersifat aktif maupun pasif (laten) sehingga nyeri myofascial sangat
umum terjadi. Diskusi ini membahas tentang patofisiologi dan penanganan MTrPs dengan teknik dry
needling. Dry needling adalah teknik yang menggunakan jarum filiform tipis untuk menembus kulit
dan merangsang titik-titik yang mendasari myofascial trigger otot dan jaringan ikat untuk pengelolaan
nyeri dan gangguan gerakan neuromusculoskeletal. Dry needling baik yang superfisial maupun yang
dalam terbukti efektif mengurangi nyeri akibat MTrPs.

Kata kunci: dry needling, Myofascial Trigger Points (MTrPs) Pain

PENDAHULUAN gangguan nyeri kronis. Prevalensi


Myofascial Trigger Points (MTrPs) Pain keseluruhan pada orang dewasa hingga
merupakan nyeri yang timbul akibat paruh baya (30-60 tahun) adalah 37% pada
adanya penekanan pada MTrPs, yaitu spot pria dan 65% pada wanita dengan tingkat
kecil yang hiperiritasi dan terletak prevalensi rata-rata pada orang tua ( ≥65
memusat yang timbul di dalam taut band tahun) mendekati 85%. 4,5
otot skeletal yang mengalami cedera atau Nyeri yang timbul dapat berupa
beban kerja yang berlebihan dan terus- nyeri lokal yang terletak disekitar lokasi
menerus (statis) yang memproduksi nyeri kompresi maupun nyeri alih yang
lokal dan nyeri alih.1,2 dirasakan setidaknya 1 cm diluar area
Penelitian terbaru dari Kiralp et al. nyeri lokal.6 Nyeri tersebut timbul akibat
menunjukkan pentingnya MTrPs dalam adanya penekanan pada myofascial trigger
menimbulkan nyeri, baik nyeri kepala points (MTrPs), yaitu spot kecil yang
primer maupun myofascial pain syndrome hiperiritasi dan terletak memusat yang
(MPS), yaitu sindrom nyeri timbul di dalam taut band otot skeletal
mukuloskeletal kronis yang paling umum yang mengalami cedera atau beban kerja
terjadi dengan karakteristik nyeri regional yang berlebihan dan terus-menerus
dan nyeri otot. 3,2 (statis).1,2 Penekanan pada spot ini tidak
Penelitian lainnya yang dilakukan hanya menimbulkan nyeri setempat yang
oleh Srbely menyatakan bahwa MTrPs spesifik disertai fenomena otonomik dan
yang menyebabkan MPS ditemukan disfungsi sensorik-motorik tetapi juga
hingga 95% kasus pada pasien dengan

110
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

menjalarkan rasa nyeri tersebut ke daerah nyeri pada otot dan mengaktivasi MTrPs
1
tubuh yang berbeda. yang pada akhirnya memberikan
Nyeri myofascial sangat terkait kontribusi secara potensial untuk
dengan daerah tubuh yang memiliki menimbulkan nyeri kepala. Hal ini juga
trigger points (TrPs) dan setiap orang menjelaskan alasan ditemukannya MTrPs
memiliki potensi MTrPs, baik bersifat aktif dalam jumlah yang lebih tinggi pada
aktif maupun pasif (laten) sehingga nyeri pasien dengan nyeri kepala primer
myofascial sangat umum terjadi. Hampir dibandingkan dengan subjek sehat atau
95% orang pernah mengalaminya.7 pasien yang jarang mengalami serangan
Myofascial trigger points (MTrPs) muncul nyeri kepala.9 Hasil penelitian lainnya
ketika otot mengalami ketegangan yang yang dilakukan oleh Fernandez et al.
konstan disertai kekurangan oksigen dan menemukan bahwa terdapat korelasi
nutrisi sehingga menghasilkan banyak positif antara parameter klinis nyeri kepala
1
racun/limbah. Daerah yang tidak terlepas dengan MTrPs, yaitu lama dideritanya
dari adanya MTrPs adalah kepala dan nyeri kepala, tingginya intensitas nyeri
leher. Penekanan pada MTrPs, terutama kepala, atau durasi rata-rata nyeri kepala
yang aktif, di daerah tersebut memberikan yang lebih lama berhubungan dengan
kontribusi yang signifikan terhadap nyeri luasnya area penjalaran nyeri akibat
yang dialami pasien baik akut maupun penekanan MTrPs.8 Hubungan ini semakin
kronis yang diduga menyebabkan berbagai tampak jelas dengan banyaknya penelitian,
kelainan setempat, seperti nyeri kepala dan salah satunya penelitian yang juga
8
nyeri mekanis pada leher. Hal itu dilakukan oleh Fernandez et al. yang telah
menunjukkan bahwa sensitasi perifer membuktikan bahwa inaktivasi MTrPs
memiliki peran dalam patofisilogi nyeri aktif pada otot telah terbukti bermanfaat
kepala. Sejalan dengan penelitian terbaru untuk menghilangkan nyeri kepala.8
dari Karadas et al. yang juga telah
menyoroti pentingnya MTrPs dalam KLASIFIKASI
menimbulkan nyeri yang diyakini Myofascial Trigger Points (MTrPs)
memainkan peran yang relevan dalam terbagi menjadi dua, 1 yaitu:
mencetuskan nyeri kepala.3 Keberadaan 1. Myofascial Trigger Points (MTrPs)
MTrPs aktif pun telah dinyatakan aktif
berhubungan dengan tingkat keparahan Sebuah MTrPs aktif dapat
serta durasi nyeri kepala. Mekanisme yang menyebabkan keluhan nyeri klinis.1
mendasari keberadaan MTrPs aktif dalam Myofascial Trigger Points (MTrPs)
setiap jenis nyeri kepala tidak jauh aktif ditandai dengan adanya nyeri
berbeda. Nyeri kronis maupun nyeri akut spontan (nyeri yang timbul karena
yang berulang akan merangsang reseptor adanya pergerakan secara tiba-tiba)

111
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

dan nyeri tekan pada taut band otot dibandingkan MTrPs laten.11
skeletal yang akan menghasilkan Penelitian yang dilakukan oleh
nyeri yang familiar (nyeri yang biasa Barbero et al. melaporkan bahwa
dirasakan oleh pasien selama kegiatan MTrPs aktif dan laten mengandung
sehari-hari yang terkait dengan substansi biokimia yang sama
timbulnya nyeri dan/atau saat (bradikinin, substansi P, dan
istirahat) yang dapat berupa nyeri serotonin) namun konsentrasi
lokal atau nyeri alih yang mengacu ke substansi tersebut lebih rendah pada
area yang lebih luas.7,10 MTrPs laten dibandingkan MTrPs
Selain itu, MTrPs aktif yang aktif.10 Keberadaan MTrPs laten pada
dikompresi juga sering menimbulkan orang yang bebas nyeri cukup
fenomena autonom, umumnya pada penting, yaitu untuk memodulasi
zona nyeri alih. MTrPs aktif dapat aktivitas otot selama kerja motoric.7,12
mencegah fase pemanjangan penuh
otot, melemahkan kerja otot, dan PATOFISIOLOGI
memediasi respon kedutan lokal Massa tubuh manusia 60% nya adalah
serat-serat otot ketika dirangsang otot. Otot bertanggung jawab untuk semua
1
secara adekuat. gerakan tubuh manusia. Sehingga otot
2. Myofascial Trigger Points (MTrPs) sering didera kelelahan dan cedera.11 Ada
laten kesepakatan umum bahwa setiap jenis otot
Myofascial Trigger Points (MTrPs) yang mengalami cedera, baik cedera
laten memiliki karakteristik lain dari langsung ataupun tidak langsung yang
MTrPs aktif, yaitu MTrPs laten tidak disebabkan peningkatan kerja otot yang
menghasilkan keluhan nyeri klinis berlebihan atau trauma dapat
namun selalu memiliki taut band meningkatkan aktivitas MTrPs.
yang meningkatkan ketegangan otot Peningkatan kerja otot dianggap
1,7
dan membatasi jangkauan gerak. berlebihan apabila hasil dari kontraksi otot
Myofascial Trigger Points (MTrPs) telah melebihi kapasitas otot yang dapat
laten juga tidak menghasilkan nyeri disebabkan oleh berbagai mekanisme,
7
spontan. Nyeri akibat MTrPs laten seperti kontraksi otot yang lemah namun
timbul bila ada rangsangan berkelanjutan atau berulang, kontraksi otot
(kompresi) secara langsung.10 eksentrik, dan kontraksi otot konsentris
Perbedaan klinis antara MTrPs maksimal atau submaksimal yang
aktif dengan laten semakin diperkuat menimbulkan gangguan protein
dengan adanya substansi kimia yang sitoskeletal, seperti desmin, titin, serta
mengandung mediator neuroaktif distrofin.1,7,13
yang lebih tinggi pada MTrPs aktif

112
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

Secara fisiologis, aliran darah tetap berkontraksi hingga cukup tersedia


kapiler sementara terhambat selama terjadi ATP untuk melakukan pompa kalsium
kontraksi otot. Hal ini ditunjukkan dengan sampai kalsium tidak terakumulasi di
tekanan darah kapiler yang pada awalnya intraseluler. Akumulasi kalsium sendiri
(sisi arteri) 35 mmHg menjadi 15 mmHg telah terbukti berperan penting dalam
1,14
pada akhir kapiler (sisi vena). Pada menimbulkan kerusakan otot dan
16
kondisi ini, pasokan oksigen dan nutrisi menimbulkan MTrPs.
tidak terlalu banyak. Normalnya aliran Sementara itu, selama kontraksi otot
darah intramuskular terperbaiki segera berkelanjutan, metabolisme otot sangat
dengan fase relaksasi. Proses ini dikenal bergantung pada ketersediaan oksigen dan
sebagai mekanisme pompa otot. Namun, glukosa yang sedikit sehingga untuk
peningkatan kerja otot yang berlebihan mencukupi pasokan ATP, otot beralih
menimbulkan ketegangan pada otot akibat dalam beberapa detik untuk melakukan
otot yang terlibat mengalami kontraksi glikolisis anaerobik. Pada keadaan
terus-menerus hingga menekan pembuluh anaerobik, sebagian besar asam piruvat
darah setempat dan menyebabkan suplai yang dihasilkan selama glikolisis diubah
darah yang mengangkut oksigen serta menjadi asam laktat sehingga
nutrisi semakin menurun. Kondisi ini pada meningkatkan keasaman intramuskular
akhirnya mengakibatkan hipoksia yang yang ditandai dengan penurunan pH.1
menyebabkan kerusakan pada pompa Penurunan pH ini dapat mengakibatkan
kalsium yang berfungsi untuk peningkatan produksi bradikinin yang
mengembalikan kalsium ke dalam menginduksi degranulasi sel mast. Sel
1,2
retikulum sarkoplasma. mast yang mengalami degranulasi akan
Aktivitas pompa kalsium melepaskan histamin, serotonin 5-HT, dan
dipengaruhi oleh adenosine trifosfat (ATP) TNF-α. TNF-α akan menstimulasi
yang mungkin habis karena terjadinya norepinefrin (NE) yang turut
1
hipoksia. Kegagalan mekanisme meningkatkan pelepasan ACh pada motor
pengembalian kalsium ke retikulum endplate. Substansi P juga meningkatkan
sarkoplasma melalui pompa kalsium inilah pelepasan IL-1β, IL-6, dan IL-8. Baik
yang memicu kontraksi sarkomer dan substansi P, bradikinin, serotonin, maupun
pemendekan otot yang berkelanjutan histamin akan merangsang aktivitas sistem
hingga akhirnya menyebabkan saraf otonom yang juga meningkatkan
peningkatan lokal dalam pengeluaran motor endplate dalam menghasilkan Ach.5
energi dan penurunan aliran darah yang Penelitian yang dilakukan The US
semakin mendorong terjadinya hipoksia National Institutes of Health menemukan
dan iskemia pada otot.1,15 Pada kasus bahwa pH dibawah 5 lebih dari cukup
deplesi energi yang parah, sarkomer akan untuk merangsang nosiseptor otot, saluran

113
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

ion penghasil asam, dan reseptor MTrPs.17 memilki diameter saraf aferen lebih
+ 19,20,7
Peningkatan kecil dari konsentrasi H , besar. Akibatnya non-nosiseptif juga
seperti yang terjadi pada proses inflamasi, dapat merangsang nyeri lokal dan nyeri
peningkatan kerja otot yang berlebihan, tekan pada MTrPs walaupun dengan
maupun iskemia, sudah cukup untuk sensitasi yang lebih rendah dibandingkan
menimbulkan sensitasi sentral dan nosiseptif. Sebuah studi tidak lama ini dari
1,18
hiperalgesia mekanik. Lebih jauh lagi, Fernandez et al. menunjukkan keberadaan
penurunan pH membatasi pengeluaran nosiseptif dan non-nosiseptif yang
asetilkolinesterase (AChE), meningkatkan hipersensitifitas pada MTrPs. Penelitian
efektivitas asetilkolin (ACh), dan ini juga menyatakan bahwa MTrPs aktif
mempertahankan kontraksi berlebih dari merupakan fokus sensitisasi perifer dari
sarkomer.15 Hal itu juga memicu pelepasan ujung saraf nosiseptif dan non-nosiseptif
beberapa substansi nosiseptif, seperti yang menyalurkan sejumlah rangsangan
calcitonin gene-related peptide (CGRP) nyeri.8,19
yang dapat meningkatkan pelepasan ACh Iskemia jaringan dan spasme otot
dari motor endplate sekaligus menurunkan juga dapat menstimulasi rasa nyeri. Pada
efektivitas AChE pada celah sinaps yang keadaan iskemia, sejumlah besar asam
semakin mempengaruhi kontraksi laktat terakumulasi di dalam jaringan
1,18
sarkomer. Kontraksi sarkomer dengan akibat proses metabolisme anaerob.
diameternya yang semakin meningkat Bahan-bahan kimiawi lainnya pun akan
pada segmen serat otot akan membentuk terbentuk di dalam jaringan yang
kontraksi simpul yang pada akhirnya mengalami kerusakan akibat iskemia. Hal
1
membentuk zona MTrPs. Oleh karena itu, inilah yang akan merangsang ujung
dapat disimpulkan bahwa MTrPs serabut saraf nyeri. Spasme otot juga dapat
disebabkan oleh umpan balik positif yang menimbulkan iskemia akibat pembuluh
dicetuskan oleh stimulus mekanik atau darah yang tertekan. Iskemia yang terjadi
kimia patologis yang meningkatkan akibat spasme otot tersebut pun relatif
pelepasan ACh pada motor endplate berat akibat meningkatnya kecepatan
selama kondisi istirahat (gambar 2.1).5 metabolisme dalam jaringan otot. Selain
Nosiseptor telah diketahui secara itu, pada spasme otot terjadi perangsangan
umum berperan dalam m\eningkatkan reseptor nyeri yang bersifat
rangsangan nyeri di ujung akhir nosiseptif, mekanosensitif.21
termasuk nyeri yang ditimbulkan pada Nyeri yang ditimbulkan dan
MTrPs. Namun, non-nosiseptif yang dipersepsikan tidak selalu sama
biasanya tidak memberikan kontribusi intensitasnya. Intensitas nyeri sangat
terhadap persepsi nyeri kini terlibat dalam berhubungan dengan kecepatan kerusakan
menimbulkan nyeri, terutama yang jaringan yang terjadi. Intensitas nyeri juga

114
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

berkorelasi dengan bahan-bahan kimiawi tubuh dan fungsi yang menyebabkan


yang dihasilkan di daerah yang mengalami peningkatan aktivitas dan partisipasi.
cedera, diantaranya dengan peningkatan Teknik DN harus didasarkan oleh uji
konsentrasi ion kalium setempat atau acak klinis, penelitian dasar, tinjauan
peningkatan enzim proteolitik yang dapat sistematis, dan expertise, pendidikan
secara langsung menyerang ujung-ujung Clinician, pelatihan, dan pengalaman
saraf nosiseptor dan membuat membran klinis dengan DN harus jelas
saraf tersebut menjadi lebih permeabel dikomunikasikan kepada pasien. Klinisi
terhadap ion-ion.21 harus menggunakan DN hanya setelah
Fenomena nyeri alih pada MTrPs memperoleh pengetahuan, keterampilan,
tergantung pada sensitifitas dari MTrPs itu dan atribut yang terkait dengan teknik DN
sendiri. Aktif MTrPs lebih banyak aman dan efektif. Pasien harus
menginduksi nyeri alih dengan intensitas memberikan persetujuan secara lisan
nyeri yang lebih tinggi dibandingkan sebelum setiap pengobatan dengan DN.
7,22
MTrPs laten. Peranan MTrPs aktif Beberapa yurisdiksi memang
dalam menimbulkan nyeri alih mungkin membutuhkan persetujuan tertulis untuk
terkait dengan adanya sensitasi sentral. perawatan dengan DN.
Selain nyeri alih, MTrPs memilki peran Dalam praktek klinis, DN dilakukan
yang signifikan dalam menimbulkan nyeri setelah pemeriksaan terapi fisik dan
lokal. Myofascial trigger points (MTrPs) evaluasi selesai dan tujuan terapi yang
pain juga terlibat dalam proses transisi jelas dan tujuan yang ditetapkan. Jarum
7
nyeri lokal ke kondisi nyeri umum. filamen padat memungkinkan untuk
menargetkan jaringan yang tidak teraba
DRY NEEDLING DALAM secara manual, seperti subscapularis,
MANAJEMEN NYERI iliacus, dan otot pterygoideus lateralis.
Dry needling adalah teknik yang Akupunktur dan dry needling
menggunakan jarum filiform tipis untuk menggunakan jenis jarum yang sama, akan
menembus kulit dan merangsang titik-titik tetapi merupakan dua perawatan yang
yang mendasari myofascial trigger, otot, sangat berbeda. Akupunktur tradisional
dan jaringan ikat untuk pengelolaan nyeri digunakan untuk diagnosis dan
dan gangguan gerakan pengobatan pada kondisi patologis
neuromusculoskeletal. Dry needling (DN) termasuk disfungsi visceral dan sistemik,
adalah teknik yang digunakan untuk sementara dry needling digunakan untuk
mengobati disfungsi dalam otot rangka, penilaian dan pengobatan sindrom nyeri
fasia, dan jaringan ikat, dan mengurangi myofacial dan disfungsi myofacial karena
rangsangan nociceptive, dan mengurangi daerah tersebut merupakan titik pemicu /
atau mengembalikan gangguan struktur

115
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

ketegangan / kejang otot / meningkatkan yang bermanifestasi sebagai sebagai


tonisitas. kedutan local. Setelah otot berkedut,
Hilangnya nyeri pada akupuntur aktivitas listrik spontan mereda sehingga
terjadi melalui pelepasan endorfin dan nyeri mengalami penurunan secara
menciptakan keseimbangan dalam tingkat dramatis.
energi tubuh. Melalui pelepasan serum Akhirnya, review sistematis
kortisol akupunktur juga dapat memiliki terbaru Cochrane dari 35 RCTs23
efek anti-inflamasi. disimpulkan bahwa ada bukti perbaikan
Dry needling juga bertindak melalui fungsional dari nyeri punggung kronis
pelepasan endorfin dan kortisol serum yang berkurang dengan penggunaan dry
tetapi juga menghilangkan nyeri dan re- needling dibandingkan dengan tanpa
fungsi biomekanik oleh menon-aktifkan pengobatan atau plasebo. Efek ini hanya
trigger point pada tingkat sel otot dan diamati segera setelah akhir sesi dan pada
sehingga menghilangkan fokus jangka pendek tindak lanjut. Paper yang
nociceptive otot. Jarum juga menyebabkan diterbitkan oleh Gunn et AL26 sekitar 30
pendarahan lokal yang menyebabkan tahun yang lalu, menunjukkan bahwa,
penyembuhan dengan merangsang kolagen dalam clinical trial dari 56 pasien yang
dan pembentukan protein. dirawat di Kompensasi Pekerja Board,
Model radiculopathy adalah model kelompok yang telah diobati dengan dry
yang paling umum digunakan dan needling secara signifikan lebih baik
didasarkan pada pengamatan empiris oleh daripada kelompok kontrol (P< 0,05). Dry
dokter Kanada Dr Chan Gunn, yang needling tampaknya menjadi pilihan
merupakan salah satu pelopor dry tambahan yang berguna untuk terapi nyeri
needling. Untuk membedakan pendekatan punggung ringan yang kronis.
ini dari metode dry needling yang lain, Dr Beberapa penelitian telah
Gunn menamakannya intramuscular membandingkan keberhasilan teknik dry
stimulation (IMS). Pemendekan otot needling dangkal dan dalam. Naslund dan
paraspinal, terutama otot-otot multifidi, colleagues membandingkan efek deep dry
menyebabkan kompresi disk dan needling dibandingkan superficial dry
penyempitan foramen intervertebralis, atau needling (yang dianggap sebagai plasebo)
tekanan langsung pada akar saraf, yang pada 58 orang dengan nyeri lutut anterior
kemudian menghasilkan perifer neuropati idiopatik. Para peneliti tidak menemukan
dan pengembangan supersensitive perbedaan statistik antara 2 metode
nociceptors dan nyeri. Dry needling pada tersebut. Pengukuran nyeri menurun
sebuah MTrP paling efektif bila timbul secara signifikan pada kedua kelompok
kedutan lokal, mungkin karena pada 3 dan 6 bulan pertama. Ceccherelli et
depolarisasi cepat serat otot yang terlibat, AL31 membandingkan efek terapi

116
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

superfisial dan deep dry needling, pada 42 sangat umum dijumpai. Pemahaman
pasien dengan nyeri myofascial lumbar. tentang patofisologi, lokalisasi taut band,
Pada kelompok pertama, jarum serta penatlaaksanaan yang menyeluruh
dimasukkan ke dalam kulit di atas MTrP termasuk intervensi menggunakan teknik
hingga kedalaman 2 mm. Kelompok kedua dry needling akan sangat bermanfaat
menerima tusukan jarum intramuskular dalam penataksanaannya.
(sekitar 1,5 cm) pada 4 MTrPs yang
dipilih secara acak. Tidak ada perbedaan DAFTAR PUSTAKA
antara kedua kelompok pada akhir 1. Bron C, Dommerhol JD. Etiology of
Myofascial Trigger Points. Curr Pain
pengobatan, tetapi setelah 3 bulan, teknik
Headache. 2012; 16: p. 439-44.
deep dry needling menghasilkan analgesia 2. Kiralp MZ, Uzun G, Dincer U, Sen
A, Yildiz S, Tekin L, et al. A Novel
yang secara signifikan lebih baik daripada
Treatment Modality for Myofascial
teknik dry needling superfisial. Pain Syndrome: Hyperbaric Oxygen
Therapy. Journal of The National
Menurut pendekatan Gunn's15,
Medical Association. 2009 January;
dry needling dilakukan tidak hanya di 101: p. 77-80.
3. Karadas O, L Gul H, Inan L E.
lokasi nyeri, tetapi juga di otot-otot
Lidocaine injection of pericranial
paraspinal dari segmen tulang belakang myofascial trigger points in the
treatment of frequent episodic tension
yang sama yang menginervasi otot-otot
type headache. The Journal of
yang sakit. Dalam sebuah singleblinded Headache and Pain. 2013; 14: p. 44.
4. Srbely J. New trends in the treatment
RCT, Ga dkk membandingkan khasiat dari
and management of myofascial pain
dry needling pada MTrPs dengan dan syndrome. Curr.Pain Headache Rep.
2010; 14(5): p. 346-352.
tanpa tusuk jarum paraspinal pada 40
5. Desai MJ, Bean MC, Heckman TW,
pasien usia lanjut dengan sindrom nyeri Jayaseelan D, Moats N, Nava A.
Treatment of myofascial pain. Future
myofascial. Delapan belas pasien
Medicine. 2013; 3(Dermitzakis, et al.,
dilakukan dry needling selama 3 minggu 2010): p. 67-79.
6. Xu YM, Ge HY, Arendt-Nielsen L.
pada MTrP trapezius bagian atas, dan 22
Sustained nociceptive mechanical
pasien menerima perlakuan yang sama stimulation of latent myofascial
trigger point induces central
dengan tambahan tusukan di daerah
sensitization in healthy subjects. J
paraspinal. Pada akhir sesi, kelompok pain. 2010; 11: p. 1348-55.
7. Ge HY, Fernandez-de-las-Penas C,
yang memiliki dry needling paraspinal
Youe SW. Myofascial trigger points:
memiliki pengurangan nyeri subjektif spontaneous electrical activity
and its consequences for pain
lebih besar dari kelompok yang menerima
induction and propagation. Chinese
tusuk jarum kering saja. Medicine. 2011; 6: p. 13.
8. Fernandez-de-las-Penas C,
Fernandez-Mayoralas DM, Ortega-
KESIMPULAN Santiago R, Ambite-Quesada S,
Palacios-Cena D, A. Pareja J.
Myofascial Trigger Points (MTrPs) pain
Referred pain from myofascial trigger
merupakan nyeri muskuloskeletal yang points in head and neck shoulder

117
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118

muscles reproduces head pain 15. R. G. Myofascial pain syndrome: here


features in children with chronic we are, where must we go? J
tension type headache. J Headache Musculoskeletal Pain. 2010; 18:
Pain. 2011; 12: p. 35-43. p. 329-47.
9. Indonesia PDSS. Konsensus Nasional 16. Hoyle JA, Marras WS, Sheddy J, Hart
III Diagnostik dan Penatalaksanaan DE. Effects of postural and visual
Nyeri Kepala. Machfoed MH, SI, stressos on myofascial trigger point
editor. Surabaya; 2010. development and motor unit rotation
10. Barbero M, Cescon C, Tettamanti A, during computer work. J
Leggero V, Macmillan F, Coutts, F, Electromyogr Kinesiol. 2011; 21: p.
et al. Myofascial trigger points and 41-8.
innervation zone locations in upper 17. T. K. Current studies on myofascial
trapezius muscles. BMC pain syndrome. Curr Pain Headache
Musculoskeletal Disorders. 2013; 14: Rep. 2009; 13: p. 365-69.
p. 179. 18. Gautam M, Benson CJ, Sluka KA.
11. Blanco CA, Svenson P. Characteristic Increased response of muscle sensory
of Referred Muscle Pain to The Head neurons to decreases in pH
from Active Trigger Points in Women after muscle inflammation.
with Myofascial Temporomandibular Neuroscience. 2010; 170(3): p. 893-
Pain and Fibromyalgia Syndrome. 900.
The Journal of Headache and Pain, 19. J. D. Dry needling-peripheral and
Springer Link. 2012 Agustus;(13). central considerations. J Manual
12. Lucas N, Macaskill P, Irwig l, Moran Manipul Ther. 2011; 19: p. 223-37.
R, Baogduk N. Reliability of physical 20. Li LT, Ge HY, Yue SW, Arendt-
examination for diagnosis of Nielsen L. Nociceptive and non-
myofascial trigger points: a nociceptive hypersensitivity at
systematic review of the literature. latent myofascial trigger points. Clin
Clin. J. Pain. 2009; 25(Dermitzakis, J Pain. 2009; 25: p. 132-37.
et al., 2010): p. 80-9. 21. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar
13. V. F. Penurunan nyeri dan disabilitas Fisiologi Kedokteran (terjemahan).
dengan integrated neuromuscular 11th ed. Rachman LY, editor.
inhibition techniques (INIT) Jakarta: EGC; 2007.
dan massage effleurage pada 22. Wang YH, Ding XL, Zhang Y, Chen
myofascial trigger point syndrome J, Ge HY, Aendt-Nielsen L, et al.
otot trapezius bagian atas. Sport Ischemic compression block
and Fitness Journal. 2013 Juni; 1: p. attenuates mechanical hyperalgesia
60-71. evoked from latent myofascial trigger
14. Sherwood L. Fisiologi Manusia : dari points. Exp Brain Res. 2010; 202: p.
sel ke sistem (terjemahan). 6 th ed. 265-70.
Yesdelita N, editor. Jakarta: EGC;
2011.

118

Anda mungkin juga menyukai