110-118
sinapsunsrat@gmail.com
*Divisi Nyeri dan Nyeri Kepala Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/ RSUD
Dr Zainoel Banda Aceh
ABSTRAK
Myofasial trigger poins (MTrPs) menyebabkan nyeri kronik terutama pada leher dan punggung. Nyeri
myofascial sangat terkait dengan daerah tubuh yang memiliki trigger points (TrPs) dan setiap orang
memiliki potensi MTrPs, baik bersifat aktif maupun pasif (laten) sehingga nyeri myofascial sangat
umum terjadi. Diskusi ini membahas tentang patofisiologi dan penanganan MTrPs dengan teknik dry
needling. Dry needling adalah teknik yang menggunakan jarum filiform tipis untuk menembus kulit
dan merangsang titik-titik yang mendasari myofascial trigger otot dan jaringan ikat untuk pengelolaan
nyeri dan gangguan gerakan neuromusculoskeletal. Dry needling baik yang superfisial maupun yang
dalam terbukti efektif mengurangi nyeri akibat MTrPs.
110
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
menjalarkan rasa nyeri tersebut ke daerah nyeri pada otot dan mengaktivasi MTrPs
1
tubuh yang berbeda. yang pada akhirnya memberikan
Nyeri myofascial sangat terkait kontribusi secara potensial untuk
dengan daerah tubuh yang memiliki menimbulkan nyeri kepala. Hal ini juga
trigger points (TrPs) dan setiap orang menjelaskan alasan ditemukannya MTrPs
memiliki potensi MTrPs, baik bersifat aktif dalam jumlah yang lebih tinggi pada
aktif maupun pasif (laten) sehingga nyeri pasien dengan nyeri kepala primer
myofascial sangat umum terjadi. Hampir dibandingkan dengan subjek sehat atau
95% orang pernah mengalaminya.7 pasien yang jarang mengalami serangan
Myofascial trigger points (MTrPs) muncul nyeri kepala.9 Hasil penelitian lainnya
ketika otot mengalami ketegangan yang yang dilakukan oleh Fernandez et al.
konstan disertai kekurangan oksigen dan menemukan bahwa terdapat korelasi
nutrisi sehingga menghasilkan banyak positif antara parameter klinis nyeri kepala
1
racun/limbah. Daerah yang tidak terlepas dengan MTrPs, yaitu lama dideritanya
dari adanya MTrPs adalah kepala dan nyeri kepala, tingginya intensitas nyeri
leher. Penekanan pada MTrPs, terutama kepala, atau durasi rata-rata nyeri kepala
yang aktif, di daerah tersebut memberikan yang lebih lama berhubungan dengan
kontribusi yang signifikan terhadap nyeri luasnya area penjalaran nyeri akibat
yang dialami pasien baik akut maupun penekanan MTrPs.8 Hubungan ini semakin
kronis yang diduga menyebabkan berbagai tampak jelas dengan banyaknya penelitian,
kelainan setempat, seperti nyeri kepala dan salah satunya penelitian yang juga
8
nyeri mekanis pada leher. Hal itu dilakukan oleh Fernandez et al. yang telah
menunjukkan bahwa sensitasi perifer membuktikan bahwa inaktivasi MTrPs
memiliki peran dalam patofisilogi nyeri aktif pada otot telah terbukti bermanfaat
kepala. Sejalan dengan penelitian terbaru untuk menghilangkan nyeri kepala.8
dari Karadas et al. yang juga telah
menyoroti pentingnya MTrPs dalam KLASIFIKASI
menimbulkan nyeri yang diyakini Myofascial Trigger Points (MTrPs)
memainkan peran yang relevan dalam terbagi menjadi dua, 1 yaitu:
mencetuskan nyeri kepala.3 Keberadaan 1. Myofascial Trigger Points (MTrPs)
MTrPs aktif pun telah dinyatakan aktif
berhubungan dengan tingkat keparahan Sebuah MTrPs aktif dapat
serta durasi nyeri kepala. Mekanisme yang menyebabkan keluhan nyeri klinis.1
mendasari keberadaan MTrPs aktif dalam Myofascial Trigger Points (MTrPs)
setiap jenis nyeri kepala tidak jauh aktif ditandai dengan adanya nyeri
berbeda. Nyeri kronis maupun nyeri akut spontan (nyeri yang timbul karena
yang berulang akan merangsang reseptor adanya pergerakan secara tiba-tiba)
111
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
dan nyeri tekan pada taut band otot dibandingkan MTrPs laten.11
skeletal yang akan menghasilkan Penelitian yang dilakukan oleh
nyeri yang familiar (nyeri yang biasa Barbero et al. melaporkan bahwa
dirasakan oleh pasien selama kegiatan MTrPs aktif dan laten mengandung
sehari-hari yang terkait dengan substansi biokimia yang sama
timbulnya nyeri dan/atau saat (bradikinin, substansi P, dan
istirahat) yang dapat berupa nyeri serotonin) namun konsentrasi
lokal atau nyeri alih yang mengacu ke substansi tersebut lebih rendah pada
area yang lebih luas.7,10 MTrPs laten dibandingkan MTrPs
Selain itu, MTrPs aktif yang aktif.10 Keberadaan MTrPs laten pada
dikompresi juga sering menimbulkan orang yang bebas nyeri cukup
fenomena autonom, umumnya pada penting, yaitu untuk memodulasi
zona nyeri alih. MTrPs aktif dapat aktivitas otot selama kerja motoric.7,12
mencegah fase pemanjangan penuh
otot, melemahkan kerja otot, dan PATOFISIOLOGI
memediasi respon kedutan lokal Massa tubuh manusia 60% nya adalah
serat-serat otot ketika dirangsang otot. Otot bertanggung jawab untuk semua
1
secara adekuat. gerakan tubuh manusia. Sehingga otot
2. Myofascial Trigger Points (MTrPs) sering didera kelelahan dan cedera.11 Ada
laten kesepakatan umum bahwa setiap jenis otot
Myofascial Trigger Points (MTrPs) yang mengalami cedera, baik cedera
laten memiliki karakteristik lain dari langsung ataupun tidak langsung yang
MTrPs aktif, yaitu MTrPs laten tidak disebabkan peningkatan kerja otot yang
menghasilkan keluhan nyeri klinis berlebihan atau trauma dapat
namun selalu memiliki taut band meningkatkan aktivitas MTrPs.
yang meningkatkan ketegangan otot Peningkatan kerja otot dianggap
1,7
dan membatasi jangkauan gerak. berlebihan apabila hasil dari kontraksi otot
Myofascial Trigger Points (MTrPs) telah melebihi kapasitas otot yang dapat
laten juga tidak menghasilkan nyeri disebabkan oleh berbagai mekanisme,
7
spontan. Nyeri akibat MTrPs laten seperti kontraksi otot yang lemah namun
timbul bila ada rangsangan berkelanjutan atau berulang, kontraksi otot
(kompresi) secara langsung.10 eksentrik, dan kontraksi otot konsentris
Perbedaan klinis antara MTrPs maksimal atau submaksimal yang
aktif dengan laten semakin diperkuat menimbulkan gangguan protein
dengan adanya substansi kimia yang sitoskeletal, seperti desmin, titin, serta
mengandung mediator neuroaktif distrofin.1,7,13
yang lebih tinggi pada MTrPs aktif
112
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
113
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
ion penghasil asam, dan reseptor MTrPs.17 memilki diameter saraf aferen lebih
+ 19,20,7
Peningkatan kecil dari konsentrasi H , besar. Akibatnya non-nosiseptif juga
seperti yang terjadi pada proses inflamasi, dapat merangsang nyeri lokal dan nyeri
peningkatan kerja otot yang berlebihan, tekan pada MTrPs walaupun dengan
maupun iskemia, sudah cukup untuk sensitasi yang lebih rendah dibandingkan
menimbulkan sensitasi sentral dan nosiseptif. Sebuah studi tidak lama ini dari
1,18
hiperalgesia mekanik. Lebih jauh lagi, Fernandez et al. menunjukkan keberadaan
penurunan pH membatasi pengeluaran nosiseptif dan non-nosiseptif yang
asetilkolinesterase (AChE), meningkatkan hipersensitifitas pada MTrPs. Penelitian
efektivitas asetilkolin (ACh), dan ini juga menyatakan bahwa MTrPs aktif
mempertahankan kontraksi berlebih dari merupakan fokus sensitisasi perifer dari
sarkomer.15 Hal itu juga memicu pelepasan ujung saraf nosiseptif dan non-nosiseptif
beberapa substansi nosiseptif, seperti yang menyalurkan sejumlah rangsangan
calcitonin gene-related peptide (CGRP) nyeri.8,19
yang dapat meningkatkan pelepasan ACh Iskemia jaringan dan spasme otot
dari motor endplate sekaligus menurunkan juga dapat menstimulasi rasa nyeri. Pada
efektivitas AChE pada celah sinaps yang keadaan iskemia, sejumlah besar asam
semakin mempengaruhi kontraksi laktat terakumulasi di dalam jaringan
1,18
sarkomer. Kontraksi sarkomer dengan akibat proses metabolisme anaerob.
diameternya yang semakin meningkat Bahan-bahan kimiawi lainnya pun akan
pada segmen serat otot akan membentuk terbentuk di dalam jaringan yang
kontraksi simpul yang pada akhirnya mengalami kerusakan akibat iskemia. Hal
1
membentuk zona MTrPs. Oleh karena itu, inilah yang akan merangsang ujung
dapat disimpulkan bahwa MTrPs serabut saraf nyeri. Spasme otot juga dapat
disebabkan oleh umpan balik positif yang menimbulkan iskemia akibat pembuluh
dicetuskan oleh stimulus mekanik atau darah yang tertekan. Iskemia yang terjadi
kimia patologis yang meningkatkan akibat spasme otot tersebut pun relatif
pelepasan ACh pada motor endplate berat akibat meningkatnya kecepatan
selama kondisi istirahat (gambar 2.1).5 metabolisme dalam jaringan otot. Selain
Nosiseptor telah diketahui secara itu, pada spasme otot terjadi perangsangan
umum berperan dalam m\eningkatkan reseptor nyeri yang bersifat
rangsangan nyeri di ujung akhir nosiseptif, mekanosensitif.21
termasuk nyeri yang ditimbulkan pada Nyeri yang ditimbulkan dan
MTrPs. Namun, non-nosiseptif yang dipersepsikan tidak selalu sama
biasanya tidak memberikan kontribusi intensitasnya. Intensitas nyeri sangat
terhadap persepsi nyeri kini terlibat dalam berhubungan dengan kecepatan kerusakan
menimbulkan nyeri, terutama yang jaringan yang terjadi. Intensitas nyeri juga
114
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
115
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
116
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
superfisial dan deep dry needling, pada 42 sangat umum dijumpai. Pemahaman
pasien dengan nyeri myofascial lumbar. tentang patofisologi, lokalisasi taut band,
Pada kelompok pertama, jarum serta penatlaaksanaan yang menyeluruh
dimasukkan ke dalam kulit di atas MTrP termasuk intervensi menggunakan teknik
hingga kedalaman 2 mm. Kelompok kedua dry needling akan sangat bermanfaat
menerima tusukan jarum intramuskular dalam penataksanaannya.
(sekitar 1,5 cm) pada 4 MTrPs yang
dipilih secara acak. Tidak ada perbedaan DAFTAR PUSTAKA
antara kedua kelompok pada akhir 1. Bron C, Dommerhol JD. Etiology of
Myofascial Trigger Points. Curr Pain
pengobatan, tetapi setelah 3 bulan, teknik
Headache. 2012; 16: p. 439-44.
deep dry needling menghasilkan analgesia 2. Kiralp MZ, Uzun G, Dincer U, Sen
A, Yildiz S, Tekin L, et al. A Novel
yang secara signifikan lebih baik daripada
Treatment Modality for Myofascial
teknik dry needling superfisial. Pain Syndrome: Hyperbaric Oxygen
Therapy. Journal of The National
Menurut pendekatan Gunn's15,
Medical Association. 2009 January;
dry needling dilakukan tidak hanya di 101: p. 77-80.
3. Karadas O, L Gul H, Inan L E.
lokasi nyeri, tetapi juga di otot-otot
Lidocaine injection of pericranial
paraspinal dari segmen tulang belakang myofascial trigger points in the
treatment of frequent episodic tension
yang sama yang menginervasi otot-otot
type headache. The Journal of
yang sakit. Dalam sebuah singleblinded Headache and Pain. 2013; 14: p. 44.
4. Srbely J. New trends in the treatment
RCT, Ga dkk membandingkan khasiat dari
and management of myofascial pain
dry needling pada MTrPs dengan dan syndrome. Curr.Pain Headache Rep.
2010; 14(5): p. 346-352.
tanpa tusuk jarum paraspinal pada 40
5. Desai MJ, Bean MC, Heckman TW,
pasien usia lanjut dengan sindrom nyeri Jayaseelan D, Moats N, Nava A.
Treatment of myofascial pain. Future
myofascial. Delapan belas pasien
Medicine. 2013; 3(Dermitzakis, et al.,
dilakukan dry needling selama 3 minggu 2010): p. 67-79.
6. Xu YM, Ge HY, Arendt-Nielsen L.
pada MTrP trapezius bagian atas, dan 22
Sustained nociceptive mechanical
pasien menerima perlakuan yang sama stimulation of latent myofascial
trigger point induces central
dengan tambahan tusukan di daerah
sensitization in healthy subjects. J
paraspinal. Pada akhir sesi, kelompok pain. 2010; 11: p. 1348-55.
7. Ge HY, Fernandez-de-las-Penas C,
yang memiliki dry needling paraspinal
Youe SW. Myofascial trigger points:
memiliki pengurangan nyeri subjektif spontaneous electrical activity
and its consequences for pain
lebih besar dari kelompok yang menerima
induction and propagation. Chinese
tusuk jarum kering saja. Medicine. 2011; 6: p. 13.
8. Fernandez-de-las-Penas C,
Fernandez-Mayoralas DM, Ortega-
KESIMPULAN Santiago R, Ambite-Quesada S,
Palacios-Cena D, A. Pareja J.
Myofascial Trigger Points (MTrPs) pain
Referred pain from myofascial trigger
merupakan nyeri muskuloskeletal yang points in head and neck shoulder
117
Jurnal Sinaps, Vol. 1 No. 1 (2018), hlm. 110-118
118