Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT KERACUNAN


DOSEN : ABDI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK
1. ENIKA SYAHRI (1723019)
2. ERDIANTO (1723020)

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA

JAKARTA

2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................2
Kata Pengantar.....................................................................................................3
BAB I Pendahuluan.............................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penelitian...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................5
BAB II Pembahasan............................................................................................6
A. Definisi Keracunan...........................................................................6
B. Etiologi Keracunan...........................................................................6
C. Klasifikasi Keracunana.....................................................................7
D. Phatofisologi Keracunan.................................................................11
E. Phatway Keracunan........................................................................13
F. Komplikasi Klinis Keracunan........................................................14
G. Pemeriksaan Penunjang Keracunan................................................14
H. Penatalaksaan Keracunan...............................................................15
I. Manifestasi......................................................................................17
J. Perencanaan Pencegahan................................................................18
BAB III Konsep Dasar Keperawatan................................................................20
A. Pengkajian Keracunan...................................................................20
B. Diagnosa Keracunan.......................................................................20
C. Intervensi Keracunan......................................................................21
D. Implementasi Keracunan................................................................23
E. Evalusi Keracunan..........................................................................23
BAB III Penutup................................................................................................25
A. Kesimpulan......................................................................................25
B. Saran................................................................................................25
Daftar Pustaka...................................................................................................26

2
KATA PENGANTAR

           Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan tuntunanNya, sehingga Makalah Matkul Gawat darurat tentang
Keracunan ini dapat kami selesaikan. Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengajar yang telah memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang


dengan ikhlas membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya
karya tulis ini. Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami
sampaikan masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 03 April 2019

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi
pada anak-anak dibawah umur usia 5 tahun dan hampir selalu terjadi
dirumah. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan racun. Untungnya
kasus ini sudah menurun dengan adanya kemasan produk yang baik dan
banyak pusat-pusat pengendalian keracunan (National Safety Council,
2010).
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia.
Kasus keracunan makanan dan penyakit infeksi karena makanan cenderung
meningkat. Hasil laporan tahunan BPOM Kota Samarinda dari 268 kasus
keracunan yang disebabkan karena keracunan makanan dan minuman
sebanyak 107 kasus (39,92%) (BPOM, 2011). Racun adalah zat atau
senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Keracunan?
2. Apa saja penyebab Keracunan ?
3. Bagaimana Patofiologi Keracunan?
4. Bagaimana pengobatan dan pencegahan Keracunan?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita Keracunan?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Keracunan.
2. Tujuan Khusus

4
a) Dapat memahami pengkajian terhadap pasien dengan kasus
Keracunan.
b) Dapat memahami cara merumuskan diagnosa keperawatan
terhadap pasien dengan kasus Keracunan..
c) Dapat memahami cara menentukan perencanan keperawataan
terhadap pasien dengan kasus Keracunan.
d) Dapat memahami cara menerapkan tindakan keperawatan
terhadap pasien dengan kasus Keracunan.
e) Dapat memahami cara mengevaluasi tingkat keberhasilan dalam
penerapan asuhan keperawatan terhadap pasien Keracunan .

D. MANFAAT PENELITIAN

Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca


terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
kegawat daruratan keracunan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan
cedera tubuh dengan adanya reaksi kimia (Nurarif kusuma, 2015).
Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui
system pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (Christense, Paula J. 2009)
Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. ( Brunner &
Suddarth, 2013).

B. ETIOLOGI

Penyebab keracunan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa


macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara
umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh:
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d.   Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f.   Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat

6
3. Toksin
a. Jamur
b.   Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

C. Klasifikasi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri
yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang
patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun. Di Indonesia ada
beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara
lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman
ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan
jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu,
kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah
secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36
jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang

7
kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh
kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal
ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan
kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai
mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah,
penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas
dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter
air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas
buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan,
cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol
yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-
kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita
diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang
rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.Pada
keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

8
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.Diduga
racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu.
Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul
kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual,
muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah
bernafas.
Tindakan pertolongan:  usahakan agar dimuntahkan kembali
makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula
pembilasan lambung dan pernafasan buatan.Obat yang khas untuk
keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong
beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan
binatangpun tidak mau memakan daunnya.Racun asam biru
tersebut bekerja sangat cepat.Dalam beberapa menit setelah
termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.Dalam dosis
besar, racun itu cepat mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi
minyak tanah:
1)   Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-
negara berkembang.
2)   Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3)   Pria > wanita
4)   Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran


napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk,
tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya
sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten
dapat terjadi kemudian.

9
3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang
berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan
golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat
lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb
(landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia
urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang.Miosis, salvias,
lakrimasi, bronkospasme, kram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan
letargi biasanya terlihat sejak awal.Kematian biasanya karena depresi
pernafasan.
4. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia
biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan
atau produk industri.
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise,
ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan
kematian.Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan
kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling
buruk.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau
serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa,
namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan
pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk
organ-organ penting (vital)
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan

10
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan,
tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)
4) Pusing dan kacau
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala
tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati
setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-
lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu
kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan
jumlah yang banyak
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan
sangat banyak reaksi alergi
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan
(antiserum)
Digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan
serangga.Penyakitserum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-
bintik merah dan bengkakserta diiringi gejala flu tujuh sampai
empat belas hari setelah penggunaananti serum.
a. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West
Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak
(encephalitis).
b. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan
menyebarnya malaria.

11
D. Patofisiologi

Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu

faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat

mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi

organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan

menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan

pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai

akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di

karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung

meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)

dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).

Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis

arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat

inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE

lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di

tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan

Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik,

nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

12
E. PHATWAY

Makanan Bahan kimia & Gigitan binatang berbisa


(bakteri & non bakteri) obat-obatan

Saluran cerna Sal.pernafasan Kulit

Mual,muntah Pemb.darah Korosi trachea Pemb.darah nyeri lokal


&diare &kemerahan

Gg. system edema laring Sal.cerna Gg.integritas


Defisit
cairan&ele Saraf otonom kulit
ktrolit
Obstruksi sal. Mual,muntah
nafas

Bersihan jln Def.cairan&


nafas tdk elektrolit

efektif

Nyeri kepala kelemahan pusat pernafasan


&otot otot,kram,
opistotonus nafas cepat&dalam Gg.pola nafas

Gg.pergerakan CO2
Gg.rasa
nyaman
Intoleransi
aktifitas

13
F. Komplikasi

a. Kejang

b. Koma

c.  Henti jantung

d. Henti napas (Apneu)

e. Syok

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi
adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium biasanya
dilakukan tes darah, tes urin, tes kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit.
Tes-tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis organisme penyebab
terjadinya keracunan. Pemeriksaan laboratorium sederhana dapat
dilakukan di layanan kesehatan primer yang memiliki fasilitas, misalnya:
pemeriksaan mikroskopis feses untuk keberadaan telur cacing dan
parasit; pewarnaan Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk
membantu membedakan antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK
No. 5 Tahun 2014).
2) Gas Darah Arteri: Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2
(hiperkapnia). PO2 dapat rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-
obat yang menginduksi edema paru. Oksigenisasi jaringan . yang kurang
akibat hipoksia, hipotensi. Atau keracunan sianida akan menghasilkan
asidosis metabolik. PO2 hanya mengukur oksigen yang larut dalam
plasma dan bukan merupakan total oksigen dalam darah. karena itu pada
keracunan karbon monoksida mungkin PO2 tampak normal meskipun
ada defisiensi oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
3) Uji Fungsi Ginjal: Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam
kasus lain, gagal ginjal merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular

14
yang menyebar (disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau
mioglohinuria. Tingkat kadar nitrogen urea darah dan kreatinin harus
diukur dan dilakukan urinalisis.
4) Osmolalitas Serum: Perhitungan osmolalitas serum terutama
bergantung pada natrium serum, glukosa serum serta nitrogen urea darah.
5) Elektrokardiogram: Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar
dari 0,1 detik adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan
kuinidin.
6) CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet,
khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks
dapat menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau
edema paru. Bila dicurigai adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk
pemeriksaan CT-scan.
H. Penatalaksanaan

1) Penanganan pertama pada keracunan makanan


a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban
untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke
bawah dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar
tidak tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut
korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak
tanah, tiner, serta pembersih toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency

15
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat
darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan
dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator pada kegagalan
nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab
racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face
mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ),
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus
dan besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam
setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma
derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya
dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akhir pada tempat penumpukan.

16
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai
timbulgejala-gejala atropinisasi ( muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam.
Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect
berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.

I. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015)
diantaranya:
1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan saluran pencernaan

d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Pupil miosis

17
f. Tremor pada lidah dan kelopak mata

3. Keracunan sedang

a. Nausea, muntah-muntah

b. Kejang, dan kram perut

c. Hipersalifa

d. Fasikulasi otot

e. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negative

c. Sesak napas, sianosis, edema paru

d. Inkontinensia urin

e. Kovulasi

f. Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal

J. Perencanaan Pencegahan Keracunan


Tata cara mencegah  atau menghentikan penyerapan racun:
a.  Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1)   Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.

18
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun
atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1)  Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3)  Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c.    Racun melalui inhalasi
1)  Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun
yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d.  Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2)   Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3)  Beri kompres dingin di tempat suntikan
e.  Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2)  Dialisa
3)   Transfusi exchange

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Prioritas utama adalah ABC (Airway, Breathing, Cirulation) Ketika jalan
nafas dan pernafasan telah aman mengoreksi gangguan hemodinamik, nadi,
suhu, dan saturasi oksigen, penawaran racun adalah yang penting tetap harus
mendahulukan penanganan dengan prinsip ABC. (Krisanty. 2015)
1. Pengkajian primer
a. Airway:
1) Jalan napas bersih
2) Pasien tidak sesak
3) Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
b. Breathing
1) Peningkatan frekuensi nafas
2) Kelemahan otot pernapasan
3) Napas dangkal
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung
2) Sakit kepala
d. Disabillity
1) Terjadi penurunan kesadaran pada pasien keracunan tersebut
Triase kuning: jika pasien masih sadar
Triase merah : Jika pasien sudah tidak sadarkan diri.
B. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida,
pemeriksaan klinis dan menyeluruh dan terakhir pemeriksaan
laboratorium. (Nanda. 2015)
a. Bersihan jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obstruksi
saluran nafas.
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru akibat akumulasi udara.

20
c. Defisit kekurangan cairan berhubungan dengan Muntah dan diare.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri

C. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional
o. Keperawatan yang hasil
mungkin muncul
1 Kebersihan jalan Setelah diberikan Intervensi NIC
napas tidak efektif asuhan keperawatan
1).Pemantauan 1).Untuk memastikan
berhubungan ……………x24 jam
pernapasan pasien , kepatenan jalan napas
dengan obtruksi diharapkan bersihan
mengumpulkan dan dan pertukaran gas
saluran nafas jalan napas klien
menganalisis data yang adekuat
efektif dengan
pasien ( tanda vital )
kriteria hasil :
2).Memfasilitasi
-Menunjukan
2).Manajemen jalan kepatenan jalan napas
pembersihan jalan
napas
napas yang 3)Membantu jalan
efektif , yang 3).Berikan napas
dibuktikan oleh udara/oksigen
4).Untuk
pencegahan
4).Pengaturan posisi, memfasilitasi
aspirasi,; status
mengubah posisi pasien kesejahteraan
pernapasan :
fisiologis dan
kepatenan jalan
psikososial, serta
napas,; dan status
memudahkan
pernapasan:
mengeluarkan skeret
ventilasi tidak
5).Lakukan dan bantu
terganggu.
5).Mengencerkan
dalam terapi nebulizer
-Menunjukan status
secret ,
pernapasan :
mempermudah
kepatenan jalan
pernapasan
6).Instrusikan kepada
napas , yang
pasien tentang batuk
dibuktikan oleh
dan teknik nafas dalam

21
indicator: 7).Pengisapan jalan
6).Memudahkan
-Kemudahan napas ( suction )
pengeluaran sekret
bernapas
-Frekuensi dan 8).Kolaborasi
7).Untuk
irama pemberian obat
menghilangkan secret
pernapasan baik
-Pergerakan sputum
8).Untuk perawatan
keluar dari jalan
paru
napas
-Pergerakan
sumbatan keluar
dari jalan napas
2 Pola napas tidak Setelah diberikan Intervensi NIC
efektif asuhan keperawatan
1).memfasilitasi
berhubungan ……………x24 jam 1).Manajemen jalan
kepatenan jalan napas
dengan penurunan diharapkan pola napas
ekspansi paru napas klien efektif
2).Untuk menentukan
akibat akumulasi dengan kriteria 2).Pemantauan tanda
dan mencegah
udara. hasil : vital
komplikasi
Hasil NOC
3).Pantau pola 3).Mengetahui
-Menunjukan pola pernapasan , tindakan selanjutnya
pernapasan efektif , auskultasi suara yang akan dilakukan
yang dibuktikan napas serta mengetahui
oleh status adanya suara
pernapasan ; status tambahan
pentilasi pernapasan
4).Untuk
tidak terganggu , 4).Ajarkan teknik
memperbaiki pola
kepatenan jalan relaksasi
pernapasan
napas, tidak ada
5).Mengeluarkan
penyimpangan 5).Ajarkan teknik batuk
sekret
tanda vital dari efektif
6).Untuk membantu

22
rentang normal. 6).Berikan terapi pola pernapasan
-Perubahan status nebulizer ultrasonik
pernapasan : dan udara atau oksigen 7).Mengoptimalkan
ventilasi tidak pernapasan
terganggu yang 7).Atur posisi pasien 8).Mengoptimalkan
dibuktikan oleh : ( fowler) pola pernapasan
a. kedalaman 8).Kolaborasi
inspirasi dan pemberian obat
kemudahan nafas
b. ekspansi dada
simetris
-Menunjukan tidak
ada gangguan status
pernapasan ;
a.penggunaan otot
aksesorius
b. suara napas
tambahan
c. pendek napas

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun ada tahap
perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain
adalah: (Setiadi, 2015)
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mecegah komplikasi
c. Menemukan perubahan sistem tubuh
d. Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan
e. Implementasi pesan dokter

23
E. EVALUASI
Kelanjutan dan evaluasi terhadap efektifitas intervensi
keperawatan. Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan
akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil
yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai
sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu,
perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang jika tujuan yang ditetapkan blm tercapai sehingga
proses keperawatan dapat dimodifikasi. (Setiadi,2015)

24
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan
cedera tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan juga dapat menyebabkan Kejang, Koma,  Henti jantung, Henti
napas (Apneu) dan Syok.
Faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ –
organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah
dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ).

B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus
memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan
anak dan diberi lebel sehingga anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi Mahasisawa
Kepada Mahasiswa kesehatan agar dapat mengetahui jenis-jenis keracunan
dan dapat melakukan penanganan umum keracunan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 . vol.3.


Jakarta: EGC
BPOM RI. 2011. Laporan Tahunan 2011 Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI. Jakarta : BPOM RI.
Christense, Paula J. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model Konseptual Edisi
4 alih bahasa Yuyun Yuningsih, Yasmin Asih editor bahasa Indonesia
Egi Komara Yudha,Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
National Safety Council. 2010.
Setiadi. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Edisi Pert.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012.

26

Anda mungkin juga menyukai