Anda di halaman 1dari 17

1

I. Pendahuluan
Fungsi sistem penglihatan diantaranya adalah untuk menentukan lokasi suatu
benda di dalam ruangan, apakah benda tersebut bergerak dan dapat dikenali. Cahaya
yang dipantulkan dari suatu benda akan masuk ke dalam mata dan diterima oleh sel
fotoreseptor retina, selanjutnya cahaya diubah menjadi impuls saraf yang akan
dibawa menuju korteks visual primer melewati jalur visual. Keseluruhan jaras
penglihatan merupakan bagian dari sistem saraf pusat. 1
Salah satu komponen dalam jaras penglihatan yaitu saraf optik yang
berfungsi untuk menghantarkan informasi visual dari retina ke otak. Saraf optik
terdiri dari 1,2 juta akson yang berasal dari sel ganglion retina dan dihantarkan
menuju korteks oksipital. Saraf optik juga dilalui arteri dan vena retina sentralis .2,3 
Sari kepustakaan ini akan menjelaskan mengenai jaras penglihatan, anatomi,
fisiologi saraf optik, dan pemeriksaan-pemeriksaan yang berguna untuk menguji
fungsi saraf optik.

II. Retina
Retina menerima gambaran visual yang dihasilkan oleh sistem optik di mata,
lalu mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik. Sinyal ini diproses dan
disalurkan melalui saraf optik menuju korteks visual. Retina memiliki 10 lapisan
yang dari luar ke dalam terdiri dari lapisan pigmen epitel retina, lapisan sel
fotoreseptor, membran limitan eksterna, lapisan inti luar (outer nuclear layer),
lapisan pleksiform luar (outer plexiform layer), lapisan inti dalam (inner nuclear
layer), lapisan pleksiform dalam (inner plexiform layer), lapisan sel ganglion
(ganglion cell layer), lapisan serabut saraf (nerve fiber layer) dan membran limitan
interna.4
2

Gambar 2.1 Lapisan Retina


Dikutip dari : George L. Skuta8

Akson-akson sel ganglion akan berjalan pada lapisan serabut saraf retina dan
membentuk kumpulan serabut dengan konfigurasi tertentu saat mendekati papil
saraf optik. Konfigurasi tersebut berupa papilomakular, arkuata dan radial. Serabut
saraf dari bagian temporal retina akan mengikuti bentuk arkuata melingkari makula
dan masuk ke kutub superior dan inferior dari diskus optik. Serabut bentuk
papilomakular berjalan langsung dari fovea menuju saraf optik. Serabut-serabut
saraf yang berasal dari bagian nasal retina akan berjalan radial menuju sisi nasal
diskus optik.2

Gambar 2.2 Kompartemen lapisan serabut saraf retina


Dikutip dari : George L Skuta8
3

Proses perubahan energi cahaya menjadi energi listrik terjadi di lapisan


fotoreseptor retina pada bagian segmen luar melalui suatu proses yang dinamakan
fototransduksi. Sel fotoreseptor akan menyerap cahaya dalam keadaan gelap. All-
trans retinaldehyde akan diubah menjadi all-trans retinol (vitamin A), yang akan
dibawa dari segmen luar fotoreseptor menuju lapisan epitel pigmen retina, dan
bergabung dengan vitamin A yang dibawa oleh arteriol koroid. All-trans retinol
diubah menjadi 11-cis-retinaldehyde dan dibawa kembali menuju segmen luar
fotoreseptor, yang akan bergabung denga opsin membentuk fotopigmen (rodopsin
pada sel batang, iodopsin pada sel kerucut).1,5
Saat retina terpapar cahaya, 11-cis-retinaldehyde pada fotopigmen akan
diubah menjadi all-trans isomer. Transformasi ini berakibat penurunan siklik
guanosin monofosfat (cGMP), penutupan saluran natrium pada gerbang cGMP dan
hiperpolarisasi sel fotoreseptor dari – 40 mV menjadi -70 mV. Hal ini
menyebabkan penurunan pelepasan glutamat yang akan menstimulasi sel bipolar
dan sel ganglion. Penurunan ini terjadi secara bertahap dan sebanding dengan
intensitas cahaya, jumlah 11-cis-retinaldehyde dan kadar kalsium.1,5
Vaskularisasi di daerah retina dari lapisan epitel pigmen hingga lapisan inti
luar diperoleh dari arteri koroid, sedangkan dari lapisan pleksiform luar hingga
lapisan paling dalam akan diperdarahi oleh arteri retina sentral.1,5

III. Saraf Optik


Saraf optik dibagi menjadi 4 area topografi yaitu bagian intraokular ( 0,7–1
mm ), bagian intraorbital ( 25-30 mm ), bagian intrakanalikular ( 6-10 mm ), bagian
intrakranial ( 10-16 mm). Panjangnya bervariasi antara 35 – 55 mm dengan rata-rata
40 mm dan memanjang dari mata hingga kiasma optikum.2,3
4

Gambar 3.1 Daerah topografi dari saraf optik yang normal


(1) Intraokular, (2) Intraorbital, (3) Intrakanalikular
(4) Intrakranial, (OC) Kiasma optikum
Dikutip dari : Neil R Miller5

3.1. Segmen Intraokular


Permukaan anterior segmen intraokular atau diskus optik dapat terlihat ketika
kita melakukan pemeriksaan oftalmoskopi sebagai suatu struktur oval dengan
panjang horizontal 1,5 mm dan panjang vertikal 1,75 mm. Cabang dari arteri retina
sentral dan vena retina sentral masuk melalui di tengah diskus optik. Bagian kepala
dari saraf optik ini bisa dibagi menjadi 4 bagian yaitu superficial nerve fiber layer,
bagian prelaminar, bagian laminar, bagian retrolaminar. 1,2,6

3.1.1. Superficial Nerve Fiber Layer.


Bagian ini merupakan kelanjutan dari lapisan serabut saraf dari retina.
Serabut saraf dari temporal retina melalui arah lateral, serabut dari makula terletak
pada bagian lateral, sedangkan dari bagian nasal retina melalui arah medial. 1,2

3.1.2. Bagian Prelaminar.


Akson sel ganglion yang masuk ke kepala saraf optik dilindungi oleh sel glial
astrosit dan bergabung membentuk fasikulus, yang melewati lamina kribrosa.
Lapisan retina menghilang ketika mendekati tepi dari diskus optik. Sel Muller yang
membentuk membran limitan interna digantikan posisinya oleh astrosit. Bagian
prelaminar diperdarahi oleh arteri koroid dan cabang dari arteri siliaris posterior
pendek.1,2
5

3.1.3. Bagian Laminar.


Lamina kribrosa memiliki beberapa fungsi, yaitu penyangga dari akson saraf
optik, tempat fiksasi dari arteri sentral retina dan vena sentral retina, sebagai struktur
penguat dari segmen posterior bola mata. Bagian laminar diperdarahi oleh arteri
siliaris posterior pendek dan cabang arteri yang berasal dari circle of Zinn-Haller.
Lamina kribrosa merupakan tempat utama kerusakan akson pada penyakit
glaukoma.1,2,7

3.1.4. Bagian Retrolaminar.


Setelah melewati lamina kribrosa, diameter saraf optik bertambah sebesar 3
mm. Hal ini dikarenakan serabut saraf bermyelinisasi dan adanya keberadaan dari
oligodendroglia dan meningeal sheath. Serabut saraf retrolaminar ini berlanjut ke
arah proksimal menjadi bagian intraorbital dari saraf optik. Bagian retrolaminar
diperdarahi oleh arteri siliaris posterior dan pembuluh darah pial, dengan dibantu
oleh arteri sentral retina dan arteri koroid.1,2

Gambar 3.2 Segmen intraokular dari saraf optik


Dikutip dari : Lee Ann Remington3

3.2. Segmen Intraorbital


Bagian ini panjangnya 25 -30 mm, melebihi jarak anterior-posterior dari
mata bagian belakang ke foramen optikum sekitar 8 mm. Adanya kelebihan panjang
ini mengakibatkan saraf optik dapat bergerak leluasa ketika terjadi pergerakan mata.
6

Sepanjang bagian intraorbital ini, saraf diselubungi oleh duramater, arachnoid, dan
piamater. Sebelum masuk ke kanalis optikus, saraf optikus diselubungi oleh annulus
of zinn, yang terbentuk dari bagian awal otot rektus. Segmen intraorbital bagian
proksimal diperdarahi oleh cabang pial dari arteri oftalmika. Bagian distalnya
mendapat aliran dari cabang arteri sentral retina.4,5

Gambar 3.3 Panjang saraf optik (N) di segmen intraorbital melebihi panjang
anterior-posterior mata bagian belakang ke foramen optikum
Dikutip dari : Neil R Miller5

3.3.Segmen Intrakanalikular
Saraf optik bagian intrakanalikular berukuran panjang 5 mm. Saraf optik di
bagian ini terfiksasi erat di dalam kanalis optik. Lapisan duramater meningen akan
melekat kuat dengan tulang di sekitarnya. Vaskularisasi berasal dari pleksus pial
yang mendapatkan pasokan darah dari cabang-cabang arteri oftalmika.1,5
7

Gambar 3.4 Segmen intrakanalikular


Dikutip dari : Neil R Miller5

3.4.Segmen Intrakranial
Panjang dari segmen intrakranial ini bervariasi. Biasanya sekitar 10 mm, tapi
bisa juga lebih pendek yaitu 3 mm atau lebih panjang sekitar 16 mm. Bila saraf optik
segmen intrakranial ini lebih pendek dari 12 mm, kiasma optikum berada di posisi
lebih depan (prefixed). Ketika saraf optik segmen intrakranial ini melebihi 18 mm,
kiasma optikum berposisi di belakang dorsum sellae(postfixed). Segmen intrakranial
diperdarahi dari cabang arteri karotis interna dan arteri oftalmika.1,5
8

Gambar 3.5 Variasi posisi kiasma optikum berdasarkan ukuran panjangnya


segmen intrakranial; (ON) saraf optik,(C) kiasma optikum.
Dikutip dari : Neil R Miller5

IV. Kiasma Optikum


Kiasma optikum memiliki bentuk yang pipih, diameter horizontalnya sekitar
15 mm, diameter anterior-posterior 8 mm, dengan tinggi 4 mm. Kiasma optikum
membentuk sudut 45 derajat terhadap sella. Bagian ini berlokasi di di bagian
anterior dari hipotalamus dan anterior dari ventrikel III dan sekitar 10 mm di atas
sella. 3,8

Gambar 4.1 Kiasma optikum


Dikutip dari : Ulrich Shiefer10

Sekitar 55% serat saraf yang berasal dari bagian nasal retina akan
bersilangan di kiasma menuju traktus optik kontralateral. 45% serat saraf yang
8,9
berasal dari temporal retina akan berjalan pada traktus optik sisi yang sama.
Vaskularisasi di daerah kiasma optikum diperoleh dari 2 sumber, yaitu arteri
hipofise superior yang mendapat pasokan darah dari arteri karotis interna, arteri
komunikans posterior dan arteri serebral posterior, serta cabang dari arteri serebral
anterior.9

V. Traktus Optik
9

Panjang traktus optik sekitar 20 – 30 mm. Terletak di bagian posterior dari


kiasma optik. Tiap traktus optik mengandung serat dari retina bagian temporal
ipsilateral dan serat retina bagian nasal kontralateral.9,10
Serabut-serabut saraf akan berjalan meninggalkan traktus optik menuju
korpus genikulatum lateral. Sekitar 10% akan berjalan melalui sisi medial brakium
superior, memasuki kolikulus superior dan nukleus pretektal. Serabut saraf di daerah
ini berperan dalam refleks pupil. Vaskularisasi pada traktus optik diperoleh dari
arteri koroid anterior, cabang langsung arteri karotis interna dan arteri komunikans
posterior.1,9

VI.Korpus Genikulatum Lateral


Korpus genikulatum lateral terletak di bagian dorsolateral dari talamus.
Akson-akson dari retina berakhir di bagian ini. Korpus genikulatum lateral adalah
suatu struktur yang terdiri dari 6 lapisan. Lapisan 1,4 dan 6 berasal dari kontralateral,
sementara lapisan 2,3 dan 5 berasal dari ipsilateral. Sel-sel di dalam lapisan itu
terdapat dalam berbagai ukuran. Lapisan magnocellular terdiri dari sel besar, lapisan
parvocellular terdiri dari sel yang berukuran medium, sedangkan lapisan
koniocellular mengandung sel yang berukuran kecil.1,3
Lapisan 1 dan 2 hanya menerima impuls dari magnocellular cell yang
membawa informasi pergerakan dan kontras. Sedangkan keempat lapisan sisanya
mendapatkan impuls dari parvocellular cell yang berisi informasi mengenai warna.
Bagian perifer korpus genikulatum lateral mendapat pasokan darah dari arteri koroid
anterior; sedangkan di bagian sentral diperoleh dari arteri koroid posterior. 1,3,8

Gambar 6.1 Lapisan pada korpus genikulatum lateral


Dikutip dari : Lee ann remington3
10

VII. Radiasio Optik (Traktus Genikulokalkarina)


Radiasio optik menghubungkan korpus genikulatum lateral dengan korteks
visual. Serabut pada radiasio optik dibagi menjadi serabut superior dan serabut
inferior. Serabut yang berasal dari bagian superior retina akan diproyeksikan ke
belakang lobus parietal dan membawa informasi visual yang berasal dari lapang
pandang inferior kontralateral. Serabut yang berasal dari bagian inferior retina akan
diproyeksikan lobus temporal, yang akan berdeviasi ke arah lateral di sekitar kornu
inferior ventrikel lateral membentuk Meyer’s loop. Serabut inferior ini membawa
informasi visual yang berasal dari lapang pandang superior kontralateral.2,9
Radiasio optik superior menerima suplai darah dari cabang-cabang arteri
serebri media, sedangkan radiasio optik inferior menerima aliran darah dari cabang-
cabang arteri serebri posterior.9

VIII. Korteks Visual Primer


Korteks visual terbagi menjadi area visual primer (V1, area Broadmann 17)
dan area visual sekunder yang terdiri dari area Broadmann 18 (V2) dan area
Broadmann 19 (V3).

8.1. Area Visual Primer


Terletak pada dinding sulkus kalkarina pada permukaan medial hemisfer
serebri. Area visual primer memiliki 6 lapisan. Serabut saraf yang berasal dari
radiasio optik berakhir pada lapisan IV . Lapisan IV ini terdapat stria of Gennari
yang terbagi menjadi beberapa bagian. Lapisan II mengandung serabut saraf yang
mengirim akson hanya ke lapisan kortikal yang lebih dalam. Lapisan III terdiri dari
serabut saraf yang berhubungan dengan lapisan kortikal baik yang jauh maunpun
dekat. Sel-sel pada lapisan V akan diproyeksikan pada kolikulus superior, dan
lapisan VI pada korpus genikulatum lateral. 3
Topografi korteks visual primer secara klinis terbagi menjadi 3 divisi yaitu
50% bagian caudal membawa impuls dari lapang pandang sentral 10˚ (area fiksasi),
40% bagian tengah membawa impuls yang berjarak 10-60˚ dari titik fiksasi
11

(nonfixational binocular field) dan sebanyak 10% bagian rostral membawa impuls
yang berasal dari lapang pandang monokular dengan arah 60-90˚ (temporal
crescent). Aliran darah pada korteks visual primer terutama berasal dari arteri
serebral posterior.1,8

Gambar 8.1 Area visual, (V1)Area Broadman 17


(V2)Area Broadman 18,(V3)Area Broadman 19
Dikutip dari : Neil R Miller5

8.2. Area Visual Sekunder


Area Broadmann 18 (V2, korteks parastriata) merupakan kelanjutan dari
korteks visual primer dan menerima input dari V1. Area V3 terutama terletak di
bagian posterior lobus parietal dan menerima input langsung dari V1. Area V3 akan
mengirimkan informasi eferen menuju ganglia basali dan otak tengah. Sel-sel di
daerah ini dapat berespon terhadap lebih dari satu stimulus, sehingga integrasi visual
dapat terjadi disini. Sel di area V3 sebagian besar bertanggung jawab terhadap
penglihatan binokular dan sensitif terhadap gerakan dan arahnya. Area V4 memiliki
sensitivitas terhadap cahaya, sedangkan area V5 sangat sensitif terhadap gerakan dan
orientasi arah. Area asosiasi lainnya, V6, dianggap mewakili ruangan
ekstrapersonal.8

IX. Pemeriksaan Saraf Optik


9.1. Refleks Cahaya
Pemeriksaan reflek cahaya dibagi menjadi 2 yaitu reflek cahaya langsung dan
reflek cahaya tidak langsung/konsensual. Pada pemeriksaan ini kita melihat reaksi
12

konstriksi pupil terhadap cahaya. Sinar yang digunakan harus cukup terang dan
dilakukan di ruangan yang penerangannya redup. Ketika dilakukan pemeriksaan,
pasien memusatkan pandangannya ke arah kejauhan untuk mencegah akomodasi
yang disebabkan penglihatan dekat. Pada pemeriksaan ini, sinar diarahkan ke salah
satu mata, reaksi pupil yang konstriksi di mata yang dikenakan sinar disebut reflek
cahaya langsung, sedangkan reaksi konstriksi pupil di mata yang tidak dikenakan
cahaya disebut reflek cahaya tidak langsung. Refleks cahaya langsung dan tidak
langsung ini bisa tidak terjadi ketika mata yang diberi sinar mengalami disfungsi
pada saraf optik atau retina.11

9.2. Relative Afferent Pupillary Defect ( RAPD )


Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode objektif untuk menilai fungsi
relatif dari saraf optik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyinari mata secara
bergantian antara kedua mata. Sinar yang diarahkan antara kedua mata diusahakan
simetris dan tiap mata diarahkan sinar sekitar 2-3 detik. Pada mata yang normal,
kedua pupil harus konstriksi secara simetris. Apabila hasil yang didapatkan adalah
tidak simetris maka dapat diduga adanya optik neuropati satu sisi atau adanya
kelainan pada retina. Pemeriksaan ini tidak dapat dinilai bisa satu atau kedua pupil
tidak bereaksi terhadap cahaya, atau bila terdapat anisokor yang signifikan.10,11
Penilaian derajat RAPD dibagi menjadi 4. Tingkat 1 adalah apabila pupil
awalnya mengecil lalu diikuti pelebaran pupil. Tingkat 2 apabila awalnya pupil
tidak mengalami perubahan ukuran lalu diikuti pelebaran pupil. Pada tingkat 3,
pupil langsung mengalami pelebaran ukuran. Sedangkan pada tingkat 4 tidak terjadi
reflek terhadap cahaya.9,.11
13

Gambar 9.1 Swinging flashlight test, RAPD pada mata kiri


Dikutip dari : Desmond P Kidd9

9.3. Pemeriksaan Lapang Pandang


Terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk menilai lapang
pandang, diantaranya adalah tes konfrontasi, tes amsler grid, tes tangent screen dan
perimetri. Metode konfrontasi adalah pemeriksaan lapang pandang yang paling
fleksibel karena hampir dapat dilakukan di berbagai tempat. Pemeriksa yang mahir
dapat menghasilkan informasi yang ekuivalen dengan kondisi lapang pandang
pasien, walaupun hanya sepertiga dari defek yang berhubungan dengan saraf optik
dapat dideteksi dengan metode ini.5,11
Tes Amsler grid berguna untuk pemeriksaan lapang pandang sentral.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan jarak 30 cm, dimana setiap kotak berukuran 5
mm merupakan 1 derajat dari sudut lapang pandang. Pasien diminta untuk melihat
titik tengah dari amsler grid dan melaporkan bila titik tengah tersebut hilang atau
mengalami distorsi, dan bila terdapat bagian dari Amsler grid yang menghilang
ataupun garis bergelombang. 5,9,11
14

A. B.

Gambar 9.2 (A) Tes konfrontasi, (B) Amsler grid


Dikutip dari : Desmond P Kidd9

Perimetri dibagi menjadi perimetri kinetik dan perimetri statik. Pemeriksaan


dengan menggunakan perimetri kinetik memungkinkan evaluasi secara efisien
terhadap lapang pandang melebihi radius 30 derajat. Kelemahan dari perimetri ini
adalah kurangnya standar penilaian dan besarnya ketergantungan pada keahlian
masing-masing pemeriksa. Keuntungan pemeriksaan dengan menggunakan perimetri
statik adalah adanya prosedur tes yang sudah terstandarisasi. Kelemahannya adalah
waktu pemeriksaan yang lama, tidak fleksibel, dan efek kelelahan dari pasien.5,,10,11

A B
Gambar 9.3 (A) Perimetri kinetik Goldmann (B) Humphrey
Dikutip dari : Grant T Liu11

9.4. Pemeriksaan Warna


Penglihatan warna dapat diperiksa dengan uji standar lempeng
pseudoisochromatic Ishihara, tes Farnsworth-Munsell 100 hue, Farnsworth panel
15

D-15, dl. Kemampuan untuk melihat beberapa warna disebut dyschromatopsia,


sedangkan ketidakmampuan mata untuk melihat warna sama sekali disebut
achromatopsia.Uji pseudoisochromatic Ishihara merupakan pemeriksaan yang
paling sering dilakukan karena produknya yang mudah didapat dan harganya yang
murah. Lempeng Ishihara terdiri dari angka atau bangun geometri yang pasien harus
identifikasi diantara lingkaran-lingkaran kecil yang berbeda warna. Pemeriksaan ini
harus dilakukan pada kedua mata secara terpisah. Hasilnya dicatat dalam bentuk
fraksi sesuai dengan jumlah lempeng warna yang berhasil diidentifikasi.11

A B
Gambar 9.4 (A) Ishihara (B) Farnsworth panel D-15
Dikutip dari : Grant T Liu11

X. Simpulan
Saraf optik merupakan salah satu komponen dari jalur visual penglihatan.
Fungsinya adalah untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga ke otak. Semua
informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak dan dengan
demikian kita bisa melihat suatu benda. Saraf optik terdiri dari 4 bagian dan tiap
bagian memiliki karakteristiknya masing-masing.
Pengetahuan secara mendetail mengenai anatomi dan fisiologi saraf optik
penting pada praktek oftalmologi karena saraf optik merupakan tempat penting
dimana terjadi penyakit mata baik yang didapat maupun kongenital. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk menguji fungsi saraf optik diantaranya adalah
pemeriksaan refleks cahaya, relative afferent pupilary defect, uji lapang pandang,
pemeriksaan persepsi warna.
16

DAFTAR PUSTAKA

1. Trobe, J.D. The Neurology of Vision. New York: Oxford University Press,
Inc; 2001. pp 1-39. Hal 5-86, 97-107
2. Skuta, Gregory L., Louis B Cantor & Jayne S. Weiss. Fundamentals and
Principles of Ophtalmology. San Fransisco: American Academy of
Ophtalmology; 2011-2012. Hal 87-97, 291-8
3. Remington, Lee Ann. Clinical Anatomy and Physiology of The Visual
System, 3rd ed. Missouri: Elsevier; 2012. Hal 232-53
4. Eva, Paul Riordan., Emmett T. Cunningham Jr. Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology, 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2013. Hal 271-8
5. Miller, Neil R., Nancy J Newman., Valerie Biousse & John B Kerrison.
Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro-Ophtalmology : The Essentials, 2nd ed.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2008. Hal 1-72
6. Yanoff, Myron & Jay S. Duker, Ophtalmology, 3rd edition. Mosby : China,
2009.
7. Eun Ji Lee, MD, Tae Woo Kim, MD, Mijin Kim, MD, Hyunjoong Kim, PhD.
Influence of lamina kribrosa thickness and depth on the rate of progressive
retinal nerve fiber layer thinning. 2015:122(4): 721-9
8. Skuta, Gregory L., Louis B Cantor & Jayne S. Weiss. Neuro-Ophtalmology.
San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2011-2012. Hal 23-31
9. Kidd, Desmond P., Nancy J. Newman & Valerie Biousse, Blue Books of
Neurology : Neuro-Ophtalmology, Philadelphia: Elsevier; 2008. Hal 1-43,
17

10. Schiefer, Ulrich, Helmut Wilhelm & William Hart, Clinical Neuro-
Ophtalmology A Practical Guide. New York: Verlag Berlin Heidelberg;
2007. Hal 19-28, 71-85
11. Liu, Grant T., Nicholas J Volpe & Steven L Galetta, Neuro-Ophtalmology:
Diagnosis and Management, 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; 2010. Hal 8-35

Anda mungkin juga menyukai