Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik : Cara Menggosok Gigi yang Baik dan Benar


03-02-2020 sampai 05-02-2020
LATAR Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan
BELAKANG
prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit
dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan .untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka
upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI,
1994). Kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia masih
merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga
kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi. Hal ini terlihat bahwa
penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak
yang tersebar diberbagai wilayah. Penyakit gigi dan mulut yang banyak
diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga dan
karies gigi, penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan
mulut (Depkes RI, 2004).
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) pada anak usia 12
tahun sebesar 1 (satu) gigi. Kenyatannya pengalaman karies
perorangan rata-rata (DMFT = Decay Missing Filling-Teeth) adalah
4,85 yang berarti rata rata kerusakan gigi penduduk adalah 5 gigi per
orang. (Depkes RI, 2000).
Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan
pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga berarti individu tadi
telah melakukan tindakan pencegahan yang sesungguhnya, praktek
kebersihan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok
gigi. Menggosok gigi berfungsi untuk menghilangkan dan mengganggu
pembentukan plak dan debris, membersihkan sisa makanan yang
menempel pada gigi, menstimulasi jaringan gigiva, menghilangkan bau
mulut yang tidak diinginkan.(Depkes RI, 2004)
Perilaku menggosok gigi pada anak harus dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa. Kemampuan
menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup
penting untuk perawatan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan
menggosok gigi juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,
metode menggosok gigi, serta frekuensi dan waktu menggosok gigi
yang tepat.(Houwink, 1994)
PERMASALAHAN Kesehatan gigi dan mulut sangat penting dan perlu diperhatikan
sejak dini, karena masih banyaknya pengetahuan yang kurang
mengenai penyakit gigi dan mulut. Masalah utama yang terjadi adalah
karena cara menggosok dan merawat gigi yang kurang tepat, sehingga
mengakibatkan kerusakan gigi yang terus-menerus.
PERENCANAAN Melakukan intervensi secara pasif dan aktif secara bersamaan yakni
DAN PEMILIHAN
dengan melakukan edukasi kesehatan dan pelatihan ketrampilan cara
INTERVENSI
menggosok gigi yang baik dan benar kepada murid-murid di SDN 57
Tangnga-tangnga, Mis Guppi tangnga-tangnga, SDN 11 Baurung.
PELAKSANAAN Melakukan penyuluhan dan praktek bersama mengenai cara
menggosok gigi yang baik dan benar untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut. Acara seperti ini rutin dilakukan tiap bulannya ke beberapa
sekolah yang berbeda guna memenuhi cakupan yang ada. Target dalam
penyuluhan ini bukan hanya murid-murid di sekolahan namun juga
guru serta orang tua yang mendampinginya.
MONITORING Monitoring dilakukan oleh para guru sekolahan yang bekerjasama
DAN EVALUASI
dengan para kader dan evaluasi dengan tingkat kunjungan di poli
Puskesmas Lembang untuk pemeriksaan gigi rutin.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik : Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik untu Pencegahan Demam


Berdarah
07-02-2020 sampai 14-02-2020
LATAR Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat
BELAKANG
setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-
tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk
gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat ini masih
belum dapat diberantas tuntas. Dengan adanya jumantik yang aktif
diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD melalui kegiatan
pemeriksaan jentik yang berulang-ulang, pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), serta penyuluhan kepada masyarakat. Dengan
adanya pemberdayaan masyarakat melalui jumantik, diharapkan
masyarakat dapat secara bersama-sama mencegah dan menanggulangi
penyakit DBD secara mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat
(Depkes RI, 2010: 3).
Jumlah penderita penyakit DBD dari tahun ke tahun cenderung
meningkat dan penyebarannya semakin luas. Berdasarkan data
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), jumlah kasus
DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Pada tahun 2010
jumlah kematian akibat DBD di Indonesia sekitar 1.317 orang.
Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di Association of
South East Asian Nations (ASEAN). Potensi penyebaran DBD di
antara negara- 2 negara anggota ASEAN cukup tinggi karena banyak
wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain (Kompas, 19
Februaru 2011)
PERMASALAHAN Masih banyak orang masih belum memahami bahwa hal terpenting
dalam pencegahan demam berdarah adalah memperhatikan kesehatan
lingkungan sekitar yang ada, misalnya dengan mengendalikan
pertumbuhan jentik sampai ke nilai nol.
PERENCANAAN Cara yang paling mudah untuk mensosialisakan gerakan bebas
DAN PEMILIHAN
jentik adalah evalusi seecara langsung dari rumah ke rumah dan
INTERVENSI
mengajarkan masyarakat cara untuk menghitung jentik.
PELAKSANAAN Diadakannya edukasi tentang cara menghitung jentik dan cara
menjaga kesehatan lingkungan yang benar dengan kunjungan rumah
secara langsung agar terhindar dari jentik dan mencegah timbulnya
penyakit demam berdarah.
MONITORING Setelah dilakukan pelatihan maka warga masyarakat diberikan stiker
DAN EVALUASI
untuk mengontrol jumlah jentik yang ada di rumah dan dilakukan
evaluasi tiap bulan secara berkala oleh kader jumantik yang sudah
dilatih oleh petugas puskesmas guna menanggulangi dan mencegah
terjadinya penyakit demam berdarah dan meningkatkan adanya
kesadaran terhadap kesehatan lingkungan sekitar.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana
Topik : Pemeriksaan Dini Kanker Payudara
15-02-2020
LATAR Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua
BELAKANG
akibat kanker pada wanita setelah kanker mulut rahim dan
merupakan kanker yang paling banyak terjadi pada wanita
(Kemenkes, 2010). Tingginya angka kematian akibat kanker
payudara dikarenakan para penderita datang ke pelayanan
kesehatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah sulit
disembuhkan, padahal pemeriksaan secara dini terhadap
kemungkinan adanya gejala kanker payudara dapat
dilakukan sendiri dan tanpa biaya (Rasjidi, 2009).

Kanker payudara yang termasuk penyakit tidak menular,


saat ini menjadi masalah kesehatan utama baik di dunia
maupun di Indonesia. Menurut WHO (2012) kejadian
kanker payudara sebanyak 1.677.000 kasus. Kanker
payudara merupakan kanker yang paling banyak di derita
oleh kaum wanita dengan jumlah 883.000 kasus. Di negara
berkembang dan terdapat 794.000 kasus. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian pada wanita di negara
berkembang sebanyak 324.000 kasus. Insidennya semakin
tinggi diseluruh dunia (Houghton, 2012).

Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) dilakukan untuk


mendeteksi atau mengindentifikasi secara dini kemungkinan
adanya kanker payudara. Pemeriksaan sadari dapat dimulai
sejak seorang wanita sudah masuk pada masa pubertas. Hal
ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui kelainan yang
terjadi pada payudara. Dengan pemeriksaan payudara sedini
mungkin maka penanganan kanker dapat ditangani dengan
tepat sehingga meningkatkan umur harapan hidup. tindakan
ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara
ditemukan oleh penderita sendiri

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan


dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Tindakan
ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara
ditemukan oleh penderita sendiri. Pada wanita normal,
American Cancer Society menganjurkan wanita berusia
diatas 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap satu bulan,
usia 35-40 tahun melakukan mamografi, diatas 40 tahun
melakukan check up pada dokter ahli, lebih dari 50 tahun
check up rutin dan mamografi setiap tahun, dan wanita yang
beresiko tinggi pemeriksaan dokter lebih sering dan rutin.
Tujuan dari program deteksi dini kanker payudara yaitu
untuk menurunkan angka kematian pada penderita, karena
kanker yang diketemukan pada stadium awal dan tentu
memberikan harapan hidup lebih lama daripada apabila
diketemukan pada stadium lanjut
PERMASALAHAN Masih banyak ibu-ibu yang masih belum memahami cara
pemeriksaan dini kanker payudara dan masih blm bisa
memahami apa itu kanker payudara
PERENCANAAN Melakukan intervensi secara pasif dan aktif secara
DAN PEMILIHAN
bersamaan yakni dengan melakukan edukasi kesehatan dan
INTERVENSI
pelatihan keterampilan kader – kader serta menggalakkan
pemeriksaan sadari.
PELAKSANAAN Melakukan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara
dan membedakannya dengan mastitis pada ibu menyusui
serta bagaimana cara melakukan pemeriksaan sadari
dirumah dan pemeriksaan-pemeriksaan khusus apa saja
yang bisa dilakukan jika dicurigai suatu kanker.
MONITORING Secara Keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan cukup
DAN EVALUASI
lancar. Banyak ibu-ibu yang merespon dengan bertanya-
tanya seputar pemeriksaan sadari dan para kader tidak kalah
ingin tau agar bisa mengajari atau memberi informasi
kepada ibu-ibu yang tidak ikut dalam penyuluhan hari ini

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Topik : Peran Posyandu Balita dalam Upaya Perbaikan Gizi
22-02-2020
LATAR Menurut Menkes, gizi buruk yang terjadi di Indonesia bukan
BELAKANG
hanya gizi kurang saja tapi juga gizi lebih. Maka itu, memperkuat
posyandu di seluruh Indonesia merupakan kunci sukses dalam
upaya perbaikan gizi.
Tujuan Posyandu sangat mulia yakni fokus melayani ibu dan
anak serta mensejahterakan kesehatan masyarakat dengan program
dan pelayanan terpadu.
 Menurunkan angka kematian ibu dan anak
 Meningkatkan pelayanan kesehatan anak dan ibu demi
mencengahnya kematian anak dan ibu
 Mewujudkan keluarga kecil sehat sejahtera
 Meningkatkan rasa peduli masyarakat akan pentingnya
kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting
dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2004).
PERMASALAHAN Masih Banyaknya ibu-ibu yang tidak membawa anak-anak mereka
untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin tiap bulannya
dikarenakan alasan kerja atau dengan alasan apabila anak mereka ikut
posyandu dan mendapaat imunisasi, maka anak mereka akan menjadi
sakit.
PERENCANAAN Intervensi yang diberikan adalah dengan mengadakan penyuluhan yang
DAN PEMILIHAN
diadakan saat program posyandu Delima di lingkungan Lembang.
INTERVENSI
PELAKSANAAN Telah diadakan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan posyandu
bagi status gizi balita. Selain kegiatan penimbangan, penyuluh juga
memberikan informasi-informasi makanan sehat guna menjaga status
gizi balita agar tetap terjaga.
MONITORING Monitoring dilakukan dengan melihat hasil KMS balita tiap bulannya
DAN EVALUASI dan evaluasi tiap bulan dengan melihat jumlah kunjungan yang ada.

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Topik : Peran Posyandu Lansia dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular


dalam Program Posbindu PTM
24-02-2020 sampai 29-02-2020
LATAR Program pengendalian PTM merupakan salah satu cara untuk
BELAKANG
mendeteksi din berbagai factor resiko PTM, seperti merokok,
obesitas, rendahnya aktifitas fisik, diet yang tdak seimbang dan
lainnya. Dengan adanya deteksi dini tersebut, masyarakat dihrapkan
dapat berusaha untuk mengendalikan factor resiko tersebut.
Kegiatan monitoring dan deteksi dini fator resiko PTM serta tindak
lanjutnya dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan
posbindu PTM (Kemenkes, 2014).
Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58
juta kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut
terjadi di Negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit
pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker
(13%), cedera (9%) dan Diabetes mellitus (2%). PTM seperti
kardiovaskuler, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru
kronik onstruktif dan cedera terutama di negra berkembang telah
mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula
pada peningkatan angka kematian dan kecacatan (Kepmenkes,
2010).
Agar upaya tersebut dapat berjalan secara optimal, diperlukan
partisipasi masyarakay sehingga dikembangkanlah suatu model
pengendalian PTM yang berbasis masyarakat yakni posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam
upaya pengendalian factor resiko secara mandiri dan
berkesinambungan, sehingga pencegahan factor resiko PTM dapat
dilakukan sejak dini dan kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan
(Kepmenkes, 2012).
Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) merupakan suatu program
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu kelompok
masyarakat factor resiko tertentu di masyarakat. Kegiatan posbindu
ini tidak hanya meliputi pelayanan pemeriksaan kesehatan saja,
tetapi juga melibatkan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penemuan dini factor resiko di masyarakat. Salah satu kegiatan
posbindu yang diadakan adalah posyandu lansia yang dilakukan tiap
bulan sekali. Posbindu dapat dibentuk di tiap desa/ kelurahan
dengan pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
situasi desa / kelurahan setempat.
PERMASALAHAN Di daerah puskesmas Lembang kesadaran diri masyarakat
khususnya lansia untuk memeriksakan diri di pusat pelayanan
kesehatan setempat secara rutin masih sangat rendah. Hal ini
dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
deteksi dini penyakit tidak menular yang menjadi masalah utama
pada para lansia. Sehingga Puskesmas Lembang mengadakan
program Posbindu PTM guna mendeteksi secara dini penyakit tidak
menular serta menanggulangi adanya faktor-faktor penyebab
terjadinya penyakit tidak menular.
PERENCANAAN Intervensi kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung
DAN PEMILIHAN
dengan pendekatan kelompok. Penyuluhan ditujukan kepada kader
INTERVENSI
dan peserta posyandu usila yang merupakan bagian dari kegiatan
Posbindu PTM.
PELAKSANAAN Penyuluhan dilakukan dengan pemberian materi hipertensi yang
memakan waktu ± 15 menit. Setelah penyuluhan selesai, para lansia
diberikan kesempatan untuk bertanya kepada penyuluh mengeni
materi yang telah diberikan diikuti dengan pemeriksaan tekanan
darah, lingkar perut dan berat badan serta pengobatan dasar untuk
para lansia.
MONITORING Setelah melakukan pemeriksaan dan penyuluhan diperoleh data
DAN EVALUASI
penyakit tidak menular pada lansia dan selanjutnya akan diberikan
rujukan ke Puskesmas Lembang untuk mengobati dan mencegah
penyakit lainnya timbul dalam hal ini yang dimaksud adalah
komplikasi yang lebih serius.
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar

Topik : Herpes Zoster


02-03-2020
LATAR Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu
BELAKANG
virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri
hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-
5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50
tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui.
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa
neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya
kelainan kulit.3 Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului
gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit
tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi
papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu
sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah
beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika
absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.

Komplikasi herpes zoster dapat terjadi seperti Neuralgia pasca


herpetic, Sindrom Ramshayhunt, kelainan pada mata, Infeksi sekunder
dan Paralisis Motorik.
Tujuan Penatalaksanaan dari herpes Zoster adalah untuk mencegah
infeksi sekunder NPH dan mengatasi nyeri akut akibat virus Zooster
ini.
PERMASALAHAN Identitas pasien
Nama : Tn B.
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Lembang

Anamnesis :
Keluhan Utama : Timbul melenting diatas mata kiri.
RPS : Mulai Timbul sejak 2 hari yang lalu semakin banyak dan hanya
pada bagian atas mata kiri, terasa sangat nyeri. Badan tidak
panas.
RPD : -
R. Sosial : Penderita merupakan seorang pekerja pabrik.

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi normal
Status Generalis :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respirasi : 23 x / menit
Temp. : 36,3 oC

Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu (-),
Bull Neck (-)
Thorax
Cor
I : ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas jantung normal
A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-)
P : pergerakan nafas simetris
P : Timpani
A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen
I : Flat simetris
A: Bising Usus Normal
P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-)
P: Timpani di seluruh lapangan abdomen

Extrimitas : Oedema (-), deformitas (-)

Status Lokalis : Regio Orbita Sinistra


Didapatkan macula eritematosa. papul, vesikel bergerombol dengan
skuama,
Status Lokalis : Orbita Sinistra
mata kiri susah dibuka, oedem, keluar air mata

Diagnosis : Herpes Zoster Oftalmikus Sinistra


PERENCANAAN Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non
DAN PEMILIHAN
farmakologis berupa edukasi
INTERVENSI
PELAKSANAAN Terapi Non Farmakologis :
1. Istirahat dirumah
2. Menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan virus
herpes ini terhadap mata pasien.

Terapi Farmakologis :
Tab Acyclovir 5 x 800 (7-10 hari)
Tab. Asam Mefenamat 3 x 500mg
Rujuk ke poli mata
MONITORING Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
DAN EVALUASI
fisik, dokter dapat memantau kondisi pasien dan efek obat yang
diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien untuk melakukan
kontrol begitu obat habis

Anda mungkin juga menyukai