Anda di halaman 1dari 42

Kuserahkan Putriku Padamu (Renungan untuk Para Suami)

Alhamdulillah segala puji bagi Allah semata. Pada hari ini ijab kabul telah dilaksanakan.
Wahai anakku, tahukah engkau bahwa apabila ijab dan kabul telah diucapkan, maka ketika itu
kalian telah menjadi sepasang suami istri yang sah. Semoga tidak sekadar sah menurut buku
pernikahan, tetapi sah dalam pandangan Allah Ta’ala.
Lihatlah di sekeliling kita, begitu banyak yang menyaksikan akad yang penuh nilai pahala ini.
Namun tidaklah saksi yang paling berharga dalam akad ini yang melebihi kesaksian Allah dan para
malaikat-Nya.
Tahukah anakku, seandainya majelis ini dihadiri oleh orang-orang penting di dunia, para pejabat
dan tokoh-tokoh hebat lainnya, namun majelis ini tidak akan bernilai seandainya tidak disaksikan oleh
Allah sendiri dan dihadiri oleh malaikat-malaikat rahmat. Merekalah yang menjadi undangan utama
kita. Kehadiran mereka sungguh sangat diperlukan dalam majelis ini.
Memang mata kita tidak mampu menyaksikan kehadiran mereka dalam majelis ini, tetapi semoga
Allah berkenan untuk hadir dan menyaksikan peristiwa yang sangat besar ini. Insya Allah mereka hadir,
anakku.
Mereka sedang bertumpuk-tumpuk dari pangkuan-pangkuan kita hingga ke Arsy-Nya. Kehadiran
mereka bukan karena perhiasan yang kalian kenakan, bukan mas kawin yang mahal harganya, atau
bukan karena hiasan dan riasan yang gemerlap. Tidak. Mereka hadir hanya karena majelis ini adalah
majelis sunnah kekasih mereka. Karena ada sunnah yang dihidupkan. Betapa gembiranya Nabi saw jka
menyaksikan umatnya gemar menghidupkan sunahnya. Apalagi di tengah ketidakpedulian umatnya
terhadap sunnah nabinya.
Wahai anakku.
Bersyukurlah kalian, dapat merayakan ini dengan memenuhi syariat Nabi-Nya. Betapa banyak
pasangan pengatin yang berbahagia tertawa riang gembira, padahal nabi mereka menangis,
menyaksikan ajarannya diinjak-injak dan ajarannya ditinggalkan di tengah acara yang demikian
berharga. Betapa banyak umat nabi yang lebih memilih acara-acara yang bukan datang dari ajarannya,
berpesta pora melupakan ajaran nabinya. Betapa banyak umat nabi yang langsung atau tidak langsung
malu untuk menghidupkan sunnah dan ajaran nabinya? Betapa banyak diantara umat nabi yang
menganggap ajaran nabinya itu kuno dan ketinggalan jaman?
Walaupun berdatangan para tokoh dunia, namun apakah mereka tidak memahami bagaimana
Nabi di sudut yang tidak kita lihat sedang menangis bersedih atas tingkah laku mereka?
Itulah yang harus kita banggakan anakku.
Jangan bangga dengan gemerlapnya pesta. Jangan bangga dengan mahalnya mahar. Jangan
bangga dengan banyaknya tamu undangan. Jangan bangga dengan megahnya gedung. Tidak.
Kebanggan kita bukan pada itu semua. Tidak. Sama sekali tidak. Kebanggaan kita hanya pada ridha-Nya
Allah dan Rasul-Nya kepada kita.
Wahai anakku, di sinilah kita memulainya. Pernikahan ini begitu agung. Kita adalah umat beriman.
Kalian masing-masing akan memikul tanggung jawab dan hak yang baru. Kewajiban dan hak sebagai
seorang suami dan istri. Seorang suami berkewajiban memenuhi semua yang menjadi hak istrinya. Dan
begitu pula sebaliknya, istri juga berkewajiban memenuhi segala hak suaminya.
Wahai anakku, sadarkah engkau? Saat pertama kali engkau terlahir di dunia ini sebagai putri kecil
kami, engkau menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Begitu kabar itu kami sebarkan
betapa terlihat semua mensyukurinya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami
menjagamu siang dan malam, sampai kami hampir melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar,
memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.
Wahai anakku, Masa terus berlalu dan kamu dibesar dengan penuh kasih sayang, didikan dan
harapan. Kenakalanmu sewaktu kecil mengundang rasa gembira, berjalan jatuh, berlatih, berlari-lari dan
gelak ketawa. Alangkah indahnya di saat itu. Suasana itu akan hanya dirasai olehmu bila kamu
mempunyai anak nanti.
Kami membesarkanmu dengan segenap jiwa dan raga. Dan menjagamu dengan penuh kehati-
hatian, malah kadang penuh dengan kekhawatiran. Dan kami mendidikmu dengan semaksimal ilmu
yang kami punyai. Karena kami ingin engkau menjadi lebih baik daripada kami, lebih berilmu daripada
kami.

Wahai anakku, pada saat engkau membesar dan mulai mengenal orang-orang lain selain
keluargamu. Engkau mulai memiliki teman dan lingkungan yang mulai mewarnaimu. Terus terang, Kami
khawatir, nak. Karena Allah telah menugaskan kepada kami agar memilihkan kawan yang baik dan
pergaulan yang bersih untukmu.
Kami tidak ingin engkau rusak karena pergaulan, engkau terjerumus dalam pertemanan yang
melalaikan. Oleh sebab itu, engkau rasakan kami terlihat begitu rewel dan cerewet terhadapmu. Wahai
nak, sesungguhnya tidak ada yang kami kehendaki kecuali kebaikan.
Kadang kami marah karena kenakalanmu, sehingga kamu kesal dan cemberut kepada kami.
Anakku, padahal di balik itu, tahukah engkau wahai anakku bahwa ayah ibumu tidak pernah lepas dari
mendoakanmu sepanjang siang dan malam. Terutama di waktu-waktu mustajab, namamu sering
disebut-sebut dalam rintihan doa-doa kami.
Tidak ada yang kami, kecuali memohon kepada Allah yang memiliki alam semesta ini dan
menguasai hamba-hamba-Nya agar melindungimu dari segala fitnah dunia dan fitnah akherat.
Sesungguhnya orang tua berkorban untuk anaknya, bukan untuk mengharapkan balasan materi.
Hal itu dilakukan semata-mata kewajiban dan rasa kasih sayang orangtua kepada anaknya.
Wahai anakku, Di saat kamu mulai mengenal dunia dan kawan-kawan, kamu bermain dan
bergurau kamu dimarahi dan ditegur bahkan terkadang kamu dipukul. Sadarlah bahwa semua itu dibuat
karena sayangnya kedua ayah ibumu kepadamu. Dia ingin kamu menjadi insan bertaqwa, beriman,
berjaya dalam kehidupan sebagai hamba Allah. Engkau perlu belajar dan memahami bahwa betapa
kemarahan dan teguran kedua ayah ibumu karena sayang mereka kepadamu. Jangan sesekali kamu
memahami ia membencimu dengan kemarahan dan tegurannya.
Wahai anakku. Kamu semakin dewasa menempuh alam yang penuh tantangan. Kamu membesar
sebagai remaja yang mulai punya kenalan yang ramai, kawan pelbagai. Jenis dan perangai, bacaan yang
pelbagai, dunia tanpa sempadan. Tantanganmu sangat menakutkan ayah ibumu. Mereka bimbang
engkau tersalah jalan hidup yang terus terjerumus ke lembah kerusakan, yang membawamu durhaka
terhadap Allah. Mereka bimbangmu mengabaikan shalat, mereka bimbang engkau terlibat dengan
pergaulan bebas, mereka bimbang engkau terjerumus dengan dadah, dan seribu satu kebimbangan lagi.
Wahai anakku, Seorang ibu adalah segalanya bagi anak. Ibumu mengatasi kasih sayangmu
terhadap ayahmu. Ia berada hanya dua langkah di belakang Allah dan Rasul-Nya. Ketahuilah bahwa
Allah meridhaimu apabila ayah ibumu meridhaimu, dan Allah akan murka kepadamu apabila ayah
ibumu murka kepada-mu. Oleh karena itu, janganlah engkau memandang remeh terhadap kemarahan
ayah ibumu.
Ketahuilah wahai anakku, cukuplah bagi seorang anak tidak dapat mengucap kalimah syahadat di
saat nazaknya, hanya karena ibunya berkecil hati dengannya.
Wahai anakku, Aku sangat mengharap agar ayah ibu sentiasa memaafkan kesalahan anak-
anaknya.
Adanya kamu di hadapan mata mereka sangat menyenangkan mereka. Maaflah mereka
seandainya kebimbangan itu menyebabkan kamu tidak bebas, kamu rasa terkongkong, dan kamu rasa
rimas. Nanti apabila kamu ada anak, kamu akan merasainya.
Wahai anakku, Hidup ini sangat singkat untuk kamu durhaka kepada Allah. Maka sentiasalah
engkau memohon kekuatan dari Tuhanmu dalam menempuh hidup yang penuh mencabar ini.
Wahai anakku, sekarang engkau sudah menikah. Sesudah menikah, orang yang single tidak bisa
lagi menjalani hidup sebagai orang yang single. Dulu waktu single, pakaian mungkin tidak dicuci satu
minggu, tinggal didaur ulang. Kita mau pulang pagi, tidak peduli. Tidak ada yang peduli kepadamu kalau
warna kaus kakimu berbeda. Tidak ada yang peduli kepadamu kalau saudara meninggalkan rumah
dengan piring masih belum dicuci. Tidak ada yang peduli kepadamu ketika saudara mau membeli apa
saja yang kau inginkan. 
Engkau sekarang telah menjadi sosok muslimah dewasa. Betapa bangga kami memilikinya.
Betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannya di sini. Sebagai
orang tua, siapa sih yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannya. 
Tapi, hari ini akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatmu memakai baju pengantin.
Tidak disangka, engkau telah menjadi seorang istri.
RENUNGAN BUAT SANG ISTRI
(Syaikh Mustofa Al-‘Adawy)
Wahai sang Istri ….
Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya, “Ya Allah, Mengapa begitu
lama Engkau menciptakan wanita?”
Allah menjawab, “Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita?
Lihatlah kedua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, kedua tangannya
mempunyai pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan kegelisahan, dan semua itu hanya
dengan dua tangan.”
Malaikat menjawab dan takjub, “Hanya dengan dua tangan? Bagaimana mungkin?!
Tuhan menjawab, “Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja
18 jam sehari.”
Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya, “Tuhan, kenapa wanita
terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”Tuhan menjawab, “Itu tidak
seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.” “Untuk apa?” tanya malaikat.
Tuhan melanjutkan, “Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan,
kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan
mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban lebih hebat daripada laki-laki, dia mampu menyimpan
kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu bernyanyi
saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang
dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah
pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar
suara kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu
mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.”
“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa berharga
dirinya.....”
Apakah akan membahayakan dirimu, apabila engkaumenemui suamimu dengan wajah yang
berseri, dihiasi simpul senyum yang manis di saat dia masuk rumah?
Apakah memberatkanmu, apabila engkau menyapu debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta
mengecup pipinya.?!!
Apakah engkau merasa sulit, jika engkau menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan
tetap berdiri sampai dia duduk.!!!
Mungkinkah akan menyulitkanmu, jikalau engkau berkata kepada suami : “Alhamdulillah atas
keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku.”
Wahai sang istri…
Berdandanlah untuk suamimu dan harapkanlah pahala dari Allah di waktu engkau berdandan,
karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan
Pakailah parfum yang harum, dan ber-make-uplah, serta pakailah busana yang paling indah untuk
menyambut suamimu.
Jauhi dan jauhilah bermuka masam dan cemberut.
Janganlah engkau mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang bermaksud
merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.
Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa
gelisah, sedih, malas dan lemah.
Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lembut, sehingga menyebabkan orang
yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan menduga hal-hal yang jelek ada pada dirimu.
Selalulah dirimu dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.
Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang
menimpanya.
Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.
Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir,
perbanyaklah membaca alquran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir setan.
Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan
puasa sunah, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan janganlah engkau menghalanginya untuk
menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.
Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum
muslimin. Berdoalah kepada ALLAH Subahana wa Ta’ala, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat
yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa
dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah f berfirman: “Dan Rabbmu berkata : “Serulah
Aku niscaya Aku penuhi doamu” (Al-Ghafir : 60).
UNTUK SUAMI
Nak, engkau sekarang menjadi menantuku. Suami dari anakku. Sesudah ijab kabul ini, engkau lah
kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.
Sebelumnya engkau adalah orang yang asing dan baru sebentar kami mengenalmu, sedangkan
kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada
sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan
atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak
akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami. 
Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan
kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun
demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang
selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.
Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga
dan kau bahagiakan.
Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan
segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat
kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah
keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.
Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan
sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.
Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini.
Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa
luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu,
menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang
tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua
adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.
Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Namun apalah
daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang
tuanya sendiri. 
Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah
membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang
hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya
istrimu itu, jika kau menyadari.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri
yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah,
dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak
dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai no. 257)
Engkau telah mengambil istrimu sebagai amanah dari Allah. Kelak engkau harus melaporkan
kepada Allah Ta’ala bagaimana engkau menunaikan amanah dari-Nya. Apakah engkau mengabaikannya
sehingga guratan-guratan dengan cepat menggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang sebenarnya?
Ataukah, engkau sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri.
Wahai sang suami
Jangan berat bagimu untuk tersenyum di hadapan istrimu, agar engkau meraih pahala dari
Allah?!!
Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala dirimu melihat anak dan
istrimu?!!
Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta
bercumbu disaat engkau menghampiri dirinya?!!
Apakah gerangan yang memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan menyuapkannya di
mulut sang istri, agar engkau mendapat pahala?!!
Apakah susah, apabila engkau masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap :
“Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh” agar engkau meraih 30 kebaikan?!! Apakah
gerangan yang membebanimu, jika engkau menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi
kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!
Tanyalah keadaan istrimu di saat engkau masuk rumah!!
Apakah memberatkanmu, jika engkau menuturkan kepada istrimu di kala masuk rumah : “Duhai
kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun.”
Sesungguhnya, jika engkau benar-benar mengharapkan pahala dari Allah walaupun engkau dalam
keadaan letih dan lelah, dan engkau mendekati sang istri tercinta dan menggaulinya, niscaya dirimu
akan mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :”Dan di dalam mempergauli isteri
kalian ada sedekah.”
Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika engkau berdoa dan berkata : “Ya Allah perbaikilah
istriku dan berkatilah daku pada dirinya”
Sesungguhnya ucapan baik itu adalah sedekah. Wajah yang berseri dan senyum yang manis di
hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan. Berjabat tangan menggugurkan dosa-
dosa. Berhubungan badan mendapatkan pahala.

Xxxxxxxxx
Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya
mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia
sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai
mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan
mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw.
melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam
beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin
menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia
punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya
yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal
sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan
pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah masalah. Pernikahan bukan sebuah beban,
melainkan tuntutan fitrah. Seperti kebutuhan engkau terhadap makan, manusia juga butuh untuk
menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang
terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk
diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang
sahabatnya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah
tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan
dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua
dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah
keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua
menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia
sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya,
tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan
beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk
memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk
meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah
pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka
miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui
(An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan
pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah
akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.” Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah
janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan
menjaga diri dari kemaksiatan.” (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul
Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan
penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan
memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di
antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan
mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari
pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam
Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan
pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarang, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini
mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa
mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau
itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa engkau bertanya demikian? Bagaimana kalau
engkau melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah
menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan
penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab
tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun
bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul
beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus
menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya
dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling
melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah
sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki
seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan
bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan
juga dalam sisi ekonomi.
Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman engkau selama mengarungi bahtera rumah
tangga? Semulus dan seindah yang engkau bayangkan dahulu? Mungkin saja engkau menjawab,
“Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya, ” bahkan lebih indah daripada yang saya
bayangkan sebelumnya.
Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang
surut. Kadang engkau senang, dan kadang engkau bersedih. Tidak jarang, engkau tersenyum di hadapan
pasangan Anda, dan kadang kala engkau cemberut dan bermasam muka.
Bukankah demikian, Saudaraku? Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga
senantiasa menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka semakin berat dan
bertambah banyak perjuangan yang harus engkau tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan engkau ialah tanggung
jawab terhadap pasangan hidup Anda.
Sebelum menikah, sah-sah saja engkau sebagai calon suami membayangkan bahwa pasangan
hidup engkau cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh, pandai mengurus rumah, penyayang,
tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Akan tetapi, sekarang, setelah engkau menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang
dahulu terlukis dalam lamunan Anda?
Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya menimpa engkau seorang, tetapi
juga menimpa kebanyakan umat manusia.
Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup
engkau adalah wanita terbaik untuk Anda!
Saudaraku, engkau kecewa karena istri engkau kurang pandai memasak? Tidak perlu khawatir,
karena ternyata istri engkau adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan istri engkau yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang sabar?
Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik rupawan.
Anda berkecil hati karena istri engkau kurang cantik? Segera besarkan hati Anda, karena ternyata
istri engkau subur sehingga engkau mendapatkan karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba
engkau bayangkan, betapa besar penderitaan engkau bila engkau menikahi wanita cantik akan tetapi
mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak etis dan tidak manusiawi bila engkau hanya pandai mengorek kekurangan istri, namun
engkau tidak mahir dalam menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa engkau
benar-benar seorang suami yang berjiwa besar, sehingga engkau peka dan lihai dalam membaca
kelebihan pasangan Anda.
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa engkau dapat mengenali dan meraba suasana
hati pasangan Anda?
Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak engkau kembali memutar lamunan dan gambaran
tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. 
“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau
menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-
senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” 
Nah, sekarang, silakan engkau mengorek memori engkau tentang wanita pendamping hidup
Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri
engkau memiliki banyak kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari engkau merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah
bahwa sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka,
bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda.
Xxxxxxxxxxxxxxxx
Adakah hari ini engkau menyakiti istrimu...
Adakah engkau meninggalkan sayatan di hatinya...
Hingga butiran permata bening itu jatuh dari sumber muaranya...
Adakah engkau telah membengkakkan telinganya...
Dengan suaramu yang kasar dan tidak ada indahnya sama sekali...
Adakah engkau menciptakan kebencian di hatinya...
Dengan sikapmu yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali...
Dan sekarang, saat dia sudah tertidur lelap, seperti biasanya...
Engkau menciumnya, memeluknya dan sambil berlirih menyesal...
Penyesalan kenapa....kenapa aku tadi...kenapa aku sampai...
Tidak seharusnya aku seperti tadi...
Dan seperti biasa, engkau membelai setiap jengkal kulitnya...
Andai kita tahu, bukan fisiknya yang sakit...
Namun hatinya yang lebih sakit. Dan akan membekas di ingatannya sangat lama.
Bayangkan jika mata itu tidak akan lagi terbuka esok hari...
Atas takdir Tuhan yang kita tidak pernah siap.
Istri...
Istri adalah anugerah Tuhan. Di mana tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan
mudah...
Istri adalah anugerah gratis dari Tuhan sebagai pendampingmu ...
Kita bisa tertawa, bahagia tanpa berbayar, bukan...
Nikmat yang sangat nikmat melebihi materi sejuta dunia...
Karena nikmat itu, ada kebahagiaan.
Pernahkah kita berfikir pengorbanan seorang istri, dari awal menikah dia melepaskan sebagian
kebebasannya untuk mengabdikan dirinya, kebebasannya terenggut, beban hidupny bertambah untuk
merawatmu dan anak2mu, fisiknya dipertaruhkan untuk kesenanganmu dan anak2mu.merawatmu jika
kelak km sakit, Seorang suami memang pantas untuk menghargai, menghormati, memuliakan dan
menyayangi istrinya betapapun dalam pandangannya, istrinya itu banyak kekurangannya. Sebab, jika
pun ukurannya dikembalikan pada standar materi, pekerjaan menjadi seorang istri sesungguhnya amat
mahal. Dan hanya sedikit laki2 yang menyadari itu. Karena itu, tak ada alasan bagi para suami, untuk
tidak memuliakan dan menyayangi istrinya dengan setulus hati.
Karena bagaimanapun pengorbanan seorang istri patut diperhatikan karena istri adalah
seseorang yang tidak sedikitpun memiliki hub darah dgn kita tapi mau berkorban untuk kita Dan kita,
terkadang sok pintar menganggap kita adalah kepala rumah tangga yang slalu benar dan tak pernah
memikirkan perasaan seorang istri,
Bahkan terkadang Kekerasan, kekasaran, intimidasi, ancaman sering kita keluarkan hanya untuk
dianggap sbg imam yang tegas ...
Jika mulut bisa memohon, mereka pasti tidak ingin sakit batin,
Tolong bagi para suami ... Sebelum smuanya terlambat Jangan pernah tindas hati sang istri yang
bermula dari sebutir pasir keegoisan ...berilah dia kebahagiaan karena inilah yang ak rasakan sebersit
penyesalan ketika Tuhan mengambil istri yang selama ini mendampingiku, terngiang saat dia
meneteskan airmata atas perlakuanku, saat dia kecewa kemanjaan yang dia inginkan tak pernah kuberi,
saat dia hanya bisa menyimpan sendiri semua rasa sakit dihatinya ..dan yang lebih menyakitkan adalah
ketika aku membaca coretan terakhirnya sehari sebelum dia meninggalkan kami semua
"Hri ini bnr2 sgt menyakitkan suamiku ternyata bisa memakiku spt itu...kau berkata berulang2
kata2 yang menyakitkanku, yaaah ak ingin smua ini berakhir !!! Kini ak disini tanpa ada lagi seseorang
untuk mengatakan ak cantiik .. untuk menghapus airmataku ketika menetes di pipi. Untuk brbagi rasa
takut, senang dan kemenanganmu, untukku bersandar manja..
Kau tau suamiku aku merindukanmu tiap hari ketika kau pergi
Ak ingin melihat senyummu di tiap malamku
Selalu berharap tiap jam bersamamu.. Ak mencintaimu
Tapi kau hancurkan itu ..kau hancurkan rsaku .. Bahkan kau bunuh rasaku "
jadilah engkau imam ku, yang mampu mengajari ku tentang berkorban untuk dakwah Islam dan
Hartanya seperti Ibunda Khadijah
Jadilah engkau imam ku, yang mengajari ku tentang kesabaran dalam kefakiran dan ketaatan
kepada suami dalam ketaatan ku kepada-Nya seperti Fatimah Az-zahra
Jadilah engkau imamku, yang mampu mengajari ku dalam menjaga kehormatan ku dan kesucian
ku seperti Maryam
Akhi ...jadilah engkau imam kuyang senantiasa menuntun ku menuju jannah-Nya
Jadilah engkau imam ku yang mampu menjadi pemimpin untuk keluargamu
Jadilah engkau imam ku yang mampu melindungi ku dan anak anak mu dari siksa api neraka
Akhi...jadikanlah aku ustadzah kecil dalam bahtera kita menuju illahi rabbi ... Aamiin

Xxxxxxxxxxxxx
Bila malam sudah beranjak mendapati subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri engkau yang
sedang terbaring letih menemani bayimu. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat
kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap.
Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya
sudah tak ada lagi.
Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Disaat engkau sudah bisa merasakan betapa segar
udara pagi, tubuh letih istri engkau barangkali belum benar-benar menemukan kesegarannya.
Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya
dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah
dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri engkau pula yang harus mencucinya.
Disaat seperti itu, apakah yang engkau pikirkan tentang dia?
Masihkan engkau memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada
anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara disaat yang sama engkau menuntut dia
untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam berbicara, lulus dalam memilih setiap kata
serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya
bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.
Sekali lagi, masihkan engkau sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang
sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak engkau
membiarkan istri membentak anak-anak dengan mata membelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak
engkau melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara suami tak pernah menyapa jiwanya,
maka amat wajar kalau ia tak sabar.
Begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk
tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa
tiba-tiba membuat anak menjerit karena cubitannya yang bikin sakit.
Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-
kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan
penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada anda.
Sementara gejolak-gejolak jiwa memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau
kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak
pernah engkau akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu
sendiri jika ia tiba-tiba meledak.
Jangankan istri engkau yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami
situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi SAW tak
mau mendengarkan melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi SAW hanya
diam menghadapi ‘Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang
dipecahkan.
Ketika menginginkan ibu anak-anak engkau selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya
nasehat yang perlu engkau berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu engkau berikan agar
hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada penerimaan yang
perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk
memperoleh kedamaian, cinta dan kasih sayang.
Ada ketulusan yang harus engkau usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap
mememilki energi untuk tersenyum kepada anak-anak anda, sepenat apapun ia.
Ada lagi yang lain : PENGAKUAN. Meski ia tak pernah menuntut, tetapi mestikah engkau
menunggu sampai mukanya berkerut-kerut.
Karenanya, kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu melewati tengah malam,
pandanglah istri engkau yang terbaring letih itu, lalu pikirkanlah sejenak, tak adakah yang bisa engkau
lakukan sekedar mengucapkan terima kasih atau menyatakan sayang bisa dengan kata yang berbunga-
bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang
letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang
diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta.
Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, “ada secangkir minuman hangat untuk
istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?“
Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa engkau lakukan. Mungkin sekedar membantunya
meyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah
niat kita. Kalau engkau terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan anak, atau menyuapi si mungil
sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha
Allah, sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang engkau lakukan.
Anda tidak akan mendapati amal-amalmu saat berjumpa dengan Allah di Yaumil Qiyamah.
Alaakullihal, apa yang ingin engkau lakukan, terserah anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik
lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga
dengan kerelaan engkau untuk menyatakan terima kasih, tak ada airmata duka yang menetes baginya,
tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan
semoga pula dengan perhatian yang engkau berikan lepadanya, kelak istrimu akan berkata tentangmu
sebagaimana Bunda ‘Aisyah RA berucap tentang suaminya, Rasulullah, ”Ah, semua perilakunya
menakjubkan bagiku”.
Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan
gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahatnya. Hembusan
udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.
Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan.
Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang
mulia.
Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah engkau ingat kembali ketika
Rasulullah SAW berpesan tentang istri. “Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas
kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka.” “Ketahuilah,” kata Rasulullah SAW
melanjutkan, “Kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan
mereka dengan kitan Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurusi istri kalian. Aku wasiatklan atas
kalian untuk selalu berbuat baik.”
Doktor Aidh al Qarni bercerita
"Beberapa malam yang lalu, beberapa saat sebelum saya tidur dan saya sedang berada di atas
tempat tidur saya, saya menoleh ke istri saya.
Saya perhatikan dia yang sedang tidur, saya berkata di dalam hati, seorang perempuan setelah
hidup bersama orang tua dan keluarganya selama bertahun-tahun datang untuk tidur di samping laki-
laki asing.
Seorang perempuan yang meninggalkan rumah ayah dan ibunya, meninggalkan kemanjaannya
kepada orang tuanya, dan meninggalkan segala kenikmatan di rumah keluarganya, datang kepada
seorang laki-laki yang menyuruhnya berbuat ma'ruf dan melarangnya dari perbuatan munkar, dan dia
melayaninya di dalam keridhaan Allah, itu semua dia lakukan karena perintah agama.
Subhanallah!
Aku bertanya-tanya di dalam hati, bagaimana bisa seorang laki-laki memukul istrinya setelah
istrinya meninggalkan rumah keluarganya dan datang kepadanya?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki pergi bersama teman-temannya ke restoran tanpa
mempedulikan siapa yang ada di rumahnya?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki duduk di luar rumah lebih lama daripada duduknya bersama istri
dan anak-anaknya?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki menjadikan rumahnya sebagai penjara bagi istrinya, dia tidak
mengizinkannya keluar dan tidak menemaninya?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki membiarkan istrinya tidur dalam keadaan sedih dan air matanya
menetes?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki bepergian jauh tanpa mempedulikan keadaan istri dan anak-
anaknya?!
Bagaimana bisa seorang laki-laki meninggalkan tanggung jawabnya yang dia akan ditanya
tentangnya sebagaimana sabda Rasulullah(‫)صلى هللا عليه و سلم‬ ?!
Seakan engkau lupa bahwa sumber teladan kita adalah manusia yang paling sibuk diatas muka
bumi pada waktu itu. Beliau memiliki lebih dari 4 orang istri, dan lihatlah dalam sejarah adakah diantara
istri- istrinya lepas dari pengawasan beliau? Adakah yang mengeluhkan tentang kesibukan beliau?
Beliau shalallahu alaihi wassalam ditimpa berbagai macam persoalan umat dan masalah yang sekiranya
diletakkan (dibebankan) kepada banyak orang, niscaya mereka tak akan sanggup mengembannya. Tapi
lihatlah ketika sahabat bertanya kepada Aisyah: Bagaimana sikap Rasulullah bila menemui kalian? Ia
menjawab: Beliau masuk dengan tertawa dan tersenyum. Seakan tidak ada beban di pundak beliau yang
mulia, seakan beliau tidak memiliki beban dan persoalan yang berat. Sehingga istri-istri beliau merasa
nyaman dan senang bercanda dengan beliau. Dalam kitab Bukhari bab Al-Adab, Zaid bin Tsabit berkata
tentang Rasulullah : Suka bercanda dengan istrinya, dihormati diluar rumah. Tentu berbeda, sebagian
para suami sekarang ditemukan mereka suka bercanda dan tertawa dengan teman-temannya akan
tetapi cemberut dan bermuka masam terhadap keluarganya di rumah.
Xxxxxxxxxxx
Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.
Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa/mahasiswinya:“Mari
kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”
Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.
DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis.
Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya,
teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya
yang menurut engkau paling tidak penting !
Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi !
Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.Sampai pada akhirnya
diatas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.
Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua Mahasiswa/mahasiswi tertuju
memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka (para mahasiswa/mahasiswi) mengira sudah selesai
tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu.
Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata, “Silahkan coret satu lagi!”
Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Dia
kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun
menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis,
sepertinya sangat sedih.
Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan
Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah engkau yang melahirkan, sedang suami itu
bisa dicari lagi. Tapi mengapa engkau berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk
dipisahkan?
Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di jawabnya.Setelah agak
tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan
meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang
benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”
Surat
Suamiku, satu bulan sudah berlalu. Masih teringat jelas di dalam memori otakku detik-detik
bahagia itu. Detik di mana malaikatpun ikut mendoakan kita. Detik di mana gerbang kebahagiaan akan
kita lewati dengan ikatan perjanjian yang kuat. Mahligai akan kita bangun dengan kekuatan cinta.
Mahligai yang meski sederhana, namun kokoh dan meneduhkan. Engkau sebagai raja yang arif dan
perkasa melindungi dari setiap serangan. Dan aku adalah ratu yang lembut, senantiasa memberi cinta
dan kedamaian serta menjaga singgasana kita.
Suamiku, satu bulan kita lalui penuh kebahagiaan. Namun sayang, kita tidak boleh berbangga diri.
Jalan di depan kita masih panjang. Satu bulan hanya masa perkenalan, seperti halnya bunga krisan yang
beradaptasi di lingkungan barunya.
Satu bulan hanya masa yang singkat, karena sepanjang usia kita pun takkan bisa benar-benar
mengenal dua pribadi yang berbeda. Satu bulan hanya titik awal kita memulai perjalanan ini. Ingatlah
suamiku, perjalanan kita nantinya tidak selalu semulus yang kita rencanakan. Akan banyak kejutan dari-
Nya yang bisa membuat kita tersenyum, tertawa, menangis, bahkan terluka. Namun, jangan sampai
gentar suamiku sayang. Tetaplah tegar dan kuat menghadapinya. Karena kita kan selalu bersama,
berusaha bersabar dan mengambil hikmah di setiap kejutan itu.
Ingatkah engkau sayangku. Nasehat bijak dari orang tua kita? Beliau tak lebih tinggi
pendidikannya dari kita. Namun, mereka telah melalui perjalanan yang panjang. Telah banyak bunga
dan duri yang mereka temui. Dan pastinya, mereka lebih banyak mengambil hikmahnya. Maka suamiku,
mari kita renungkan nasehat tersebut. Sama-sama kita perbanyak bekal dalam perjalanan panjang kita.
Sayang, aku ingin selalu menjadi bidadari untukmu. Tidak hanya di dunia sekarang, tapi juga
sampai ke surga Allah kelak. Maka, tak akan mudah seperti yang ku bayangkan untuk mencapainya.
Dinda juga perlu bantuan dan dukunganmu, wahai suamiku. Ingatkanlah dengan tegas setiap
kesalahanku namun dengan kelembutanmu. Karena isterimu ini hanyalah tulang rusuk mu yang
bengkok. Jangan kau paksakan meluruskannya, karena ia akan patah. Tapi jangan juga kau biarkan
karena ia akan selamanya bengkok. Bimbinglah isterimu ini untuk meraih ridho dari mu dan terutama
ridho dari Allah.
Ketahuilah suamiku, aku hanyalah manusia biasa yang jauh dari sempurna. Begitu juga dengan
dirimu. Aku hanya wanita yang bisa rapuh. Begitu juga engkau hanya lelaki biasa yang bisa menjadi
khilaf. Kita hanya pribadi yang mempunyai ego masing-masing. Kita bisa mengajukan semua logika
untuk merancang masa depan surga kita. Namun, kita tidak berdaya dengan kuasa-Nya. Hanya kekuatan
doa lah yang bisa membantu kita. Hanya kesederhanaan pemikiran kita tentang sabar dan syukur yang
bisa menyelamatkan kita.
Jangan pernah takut sayang, jika suatu saat badai datang menerjang kapal kita. Aku kan selalu
mendampingimu melawan badai itu. Luruskan arah dan kembangkan layar, aku kan membantumu
dengan kompas penunjuk arah yang benar. Tetaplah tabah menghadapinya karena badai itu kan
mendewasakan kita hingga nantinya kita sampai ke pulau impian itu. Karena Allah tidak akan menguji
kita di luar kesanggupan kita. Yakinlah akan ada terang setelah gelap malam. Kuatkanlah desain kapal
kita agar anak-anak kita nantinya tetap aman di dalamnya meski kita menghadapi goncangan.
Persiapkanlah untuk mereka pendidikan akhlak yang terbaik sehingga mereka bisa meguhkan
perjuangan kita dan menguatkan dengan doa.
Suamiku,
Mungkin pernah tersirat di dalam benakmu bahwa kau telah salah memilihkumenjadi
pasanganmu. Kadang kala aku mengganggumu dengan semua rajuk manjaku.Aku juga sering membatasi
kebebasanmu yang tak sama lagi seperti dulu. Akusering mengusirmu karena asap rokok itu. Bahkan
tertidur lebih dulu saat kaupulang larut malam.
Tetapi, di saat kau sibuk dengan pekerjaanmu, ingatlah bahwa aku selalusetia menunggumu.
Kudoakan kau di dalam kecemasanku.
Dan saat aku rela pergi bersama dirimu, ingatlah bahwa ada banyak orangyang kutinggalkan
demimu. Orang tuaku, sanak saudaraku, sahabat-sahabatku. Dan kubiarkan kau mengisi seluruh
kekosongan hatiku.
Saat aku tak sengaja melakukan sebuah kesalahan. Janganlah ego dankekasaran yang
ditunjukkan. Tetapi perlakukan aku dengan lembut dan bicaralahdalam ketenangan.
Saat aku ingin kau menemaniku, dan kau terlarut dalam kesibukanmu, hatiku teriris dan haus
akan perhatianmu. Yang kupinta adalah sedikitperhatianmu itu.
Saat kau ingin pergi dan aku ingin kau tinggal di sisiku, percayalah itubukan melulu karena
cemburu. Tetapi karena aku tak ingin jauh darimu.
Saat aku menangis tersedu, aku ingin kau memelukku dan mengatakan"semuanya akan baik-baik
saja."
Saat aku sedang gusar, peganglah tanganku. Tanpa berkata apapun aku tahubahwa kau tak akan
pernah meninggalkan aku.
Ceritakan semuanya kepadaku, bukan seperti kau bercerita kepadapasangamu, tetapi seperti kau
kepada sahabatmu.
Apabila keinginanku mulai terlalu banyak, ingatkan aku untuk selalubersyukur memilikimu. Dan
bahwa semua yang dimiliki di dunia ini akan kitatinggalkan kelak.
Dan bila aku dikalahkan oleh rasa kantukku, bangunkan aku dengan lembut.Ingatkan aku akan
tanggung jawab yang belum kuselesaikan. Bukan dengan suaragarang yang membuat nyaliku ciut.
Ketika kau sedang terhanyut dalam lautan emosi, pandang matakudalam-dalam. Jauh di dalam
beningnya, ada cinta untukmu, dan akulah yang kaucintai itu.
Aku yang selalu mencintaimu,
Tak banyak lagi kata-kata yang bisa kutuangkan dalam surat ini, suamiku. Karena kata takkan
cukup menceritakan tiap hal yang akan kita temui. Hanya sebait puisi kesayanganmu yang bisa
kuselipkan di akhir surat ini.”Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat
disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” (Sapardi
Djoko Damono)
Sekian surat dari ku untukmu suamiku. Kutitipkan doa di dalam surat ini, dan akan kkirim dengan
penuh cinta kasih sayang hanya untukmu.
Dari wanita tak sempurna yang sedang belajar menjadi perhiasan dunia untukmu, sebagai
isterisholeha.
Bumi Allah, tepat satu bulan pernikahan kita……………………………
Xxxxxxxxx
Tak tampan tak jadi soal, sebab pria
memimpin bukan dengan ketampanan
tapi dengan tanggung jawab, kebijaksanaan dan suri tauladan..
Tak cantik tak jadi soal, karena wanita
menjadi ibu rumah tangga bukan
dengan kecantikan tapi dengan
kelembutan, kasih sayang dan
pengertian.. Sesungguhnya eloknya rupa tanpa
diimbangi dengan iman dan akhlaq
mulia tiada guna..
Apa yang nampak mempesona
hanyalah sebatas kulit yang akansirna
seiring pertambahan usia..
Namun apa yang menawan dari dalam akan terpancar melalui jiwa dan raga
sehingga akan tampak istimewa
karena keindahan batiniah tak kan
luntur karena hujan, tak kan lekang oleh perputaran masa dan tak kan sirna karena usia..
Xxxxxxxxxxx
Semoga bisa diambil manfaatnya oleh saudari-saudari muslimahku..
Sebuah rumah sakit di Amerika sedang melakukan eksperimen yang cukup menarik. Sekelompok
bayi dibelai selama sepuluh menit selama tiga kali sehari. Satu kelompok bayi yang lain tidak pernah
mendapatkan belaian. Selang beberapa hari kemudian, ternyata berat badan bayi yang mendapatkan
belaian menjadi dua kali berat badan bayi dalam kelompok yang tidak pernah dibelai. Faktanya, tanpa
cinta bayi tidak akan tumbuh dengan sehat.
Kekuatan cinta sungguh luar biasa. Seperti itu juga jika kita mempratekkan kekuatan cinta
terhadap pekerjaan yang sedang kita geluti. Sebagaimana tanpa cinta bayi tidak akan tumbuh dengan
sehat, tanpa cinta pekerjaan kita juga tidak akan pernah berkembang. Hampir-hampir mustahil kita
mengharapkan karir kita naik sementara kita tidak pernah mencintai pekerjaan kita. Sangat tidak
mungkin bisnis kita bisa berkembang jika kita sendiri sudah merasa bosan terhadap bisnis kita tersebut.
Saya tahu rasanya jatuh cinta, karena saya mengalaminya saat pacaran dulu. Saya jadi sedemikain
kreatif dalam mengekspresikan cinta. Saya begitu bersemangat dan sedemikian antusias pada saat
kencan. Ketika mengalami masalah, saya tidak gampang menyerah. Itulah kekuatan cinta yang saya
rasakan.
Saya bisa bayangkan betapa efektifnya pekerjaan yang sedang kita geluti, kalau kita
mengerjakannya dengan penuh cinta. Kita akan bekerja dengan penuh semangat, penuh gairah, penuh
kreatif, dan tidak gampang menyerah pada saat mengalami masalah. Kalau masih tidak percaya,
cobalah amati mereka yang bekerja dengan penuh cinta, lalu bandingkan mereka yang bekerja tanpa
rasa cinta sama sekali. Hasilnya akan jelas berbeda. Bagaimana dengan Anda? Apakah hari ini kita justru
terjebak dengan rutinitas pekerjaan yang membosankan? Munculkan kembali rasa cinta kita terhadap
pekerjaan kita sehingga kita kembali bergairah dalam melakukan pekerjaan kita hari ini.
Setiap pekerjaan akan menjadi efektif dan maksimal jika dikerjakan dengan penuh cinta.
(KISAH)
Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar..
seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan
dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian
akhwat itu bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena
masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat
kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam
hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk
bertanya
“Mbak kerja di mana?”, entahlah keyakinan apa yang meyakiniku bahwa mbak ini seorang
pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah
tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi”, jawabnya dengan wajah yang aneh
menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih
hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita
para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan.
Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3
bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya.
Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore
jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing.
Dan parahnya saya juga lagi pusing . Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi,
umi pusing nih, ambil sendiri lah”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat
sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur
dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan
mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa
abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar,
berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa
iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya,
keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya
pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini
menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk di luar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan
kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-
700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu
memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata
“umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya,
mudah-mudahan umi ridho”, begitu katanya. Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-
kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan
jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga
harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.”
Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini.
Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk
berhenti berkerja . Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”
Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia?
Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup
sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja.
Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita
santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama
yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi
kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma
suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami
kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin
membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali,
menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik
saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya.
Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat
itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membanguni
saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata
lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang
pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan.
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya
karena sebuah pekerjaaan. Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang
membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga
untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk
memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga
ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan
begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu.
Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu.
Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal.
Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami
seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan
masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga
Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.
Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan
dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm,
meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu
tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Xxxxxxxxxx
Seorang isteri menangis ketika memandikan jenazah suaminya .. sambil menangis isteri berkata, "
Inilah janji kami sebagai suami isteri... Jika abang pergi lebih dulu maka engkaulah yang memandikan
jenazah abang, Andai engkau yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahmu..."
Dari luar kamar jenasah rumah sakit, seorang ustadz masuk dan bertanya apakah istrinya mau
memandikan jenazah suaminya... ustadz tersebut kemudian bersama beberapa orang menemani si
isteri memandikan jenazah suaminya.
Dengan tenang isteri membasuh muka suaminya sambil berdoa, "Inilah wajah suami yang ku
sayang tetapi Allah lebih sayang padamu... Wahai suamiku... Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu
dan menyatukan kita di akhirat nanti..."
Saat membasuh tangan jenazah suaminya sambil berkata... "Tangan inilah yang mencari rezeki
yang halal untuk kami, masuk ke mulut kami... semoga Allah beri pahala untukmu wahai suamiku..."
Saat membasuh tubuh jenazah suaminya, iapun berkata... "Tubuh inilah yang memberi pelukan
kasih sayang padaku dan anak-anakku..., semoga Allah beri pahala yang berlipat-berganda untukmu
wahai suamiku ..."
Kemudian saat membasuh kaki jenazah suaminya, kembali ia berkata... "Dengan kaki ini engkau
keluar rumah mencari rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata-mata untuk
mencari sesuap nasi, terima kasih suamiku... semoga Allah memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan
pahala yang berlipat kali ganda..."
Selesai memandikan jenazah suaminya, si isteri mengecup sayu suaminya dan berkata... "Terima
kasih suamiku... karena aku bahagia sepanjang menjadi isterimu dan terlalu bahagia... dan terima kasih
karena meninggalkan aku bersama permata hatimu yang persis dirimu... dan aku sebagai seorang istri
ridha akan kepergianmu karena kasih sayang Allah kepadamu..."
Subhanallah... Indahnya saling mencintai karena Allah... meskipun terpisah sementara di dunia
tiada sesal karena yakin bahwa Allah akan mempersatukan kembali di akhirat.
Suatu hari seorang professor memulai sebuah kelas dengan mengangkat gelas berisi air. Ia
mengangkat gelas tersebut dan bertanya kepada siswanya, “Berapa kira-kira berat gelas ini?”
“Satu ons!” “Dua ons!” Tiga ons!”… terdengar jawaban bersahutan dari siswa-siswanya.
”Saya tidak begitu pasti sampai saya menimbangnya, ” kata professor, “tapi pertanyaan saya
adalah apa yang terjadi jika saya mengangkatnya selama semenit?”.
“Tak kan terjadi apa-apa”, kata siswa-siswa tersebut.
“Baik, jika saya mengangkatnya selama satu jam?” tanya professor.
“Tangan engkau akan terasa pegal”, jawab para siswa.
“Kalau saya angkat selama seharian penuh?”
“Tangan engkau akan sakit, bahkan mungkin bisa terluka otot-ototnya dan engkau harus dirawat
di rumah sakit tentunya”, jawab salah satu siswa dan disambut tawa seluruh siswa di kelas tersebut.
“Tepat sekali”, jawab professor. “Tapi apakah kesakitan saya tersebut disebabkan karena berat gelas
tersebut berubah?” lanjut professor.
“Tidak, ” jawab siswa serentak, “itu karena otot-otot engkau menerima tegangan yang terlalu
lama”.
Profesor kembali bertanya, “Lalu apa yang harus saya lakukan?”
Seisi kelas terdiam. Tiba-tiba salah seorang siswa menjawab, “Letakkan gelas tersebut”.
“Excactly, tepat sekali!” jawab sang professor. “Problem dan masalah dalam hidup dapat diibaratkan
mengangkat gelas ini. Camkan kata-kata ini, mengangkatnya lebih lama akan membuatmu merasa
pegal. Mengangkat lebih lama lagi dapat membahayakanmu, bahkan dapat membunuhmu.”
“Sangat penting berpikir tentang tantangan-tantangan dalam hidup, tapi akan LEBIH PENTING
meletakkannya sejenak setiap mengakhiri hari saat kalian semua beranjak tidur dan tidak membawanya
bersama tidurmu. Dengan begitu kalian tidak akan merasa tertekan, kalian bangun di pagi hari dengan
rasa segar, kuat dan tegar menghadapi setiap tantangan dan masalah yang datang.”
Xxxxxxxxxx
Saya lahir tahun 1978 dan dua tahun kemudian ibu saya meninggal karena suatu penyakit. Apalah
yang dimiliki seorang anak umur 2 tahun ketika ditinggal ibunya kecuali tangis ketidaktahuan.
Ketidaktahuan karena belum bisa berpikir tetapi telah diberi Tuhan perasaan sepi dan kehilangan. Di
sebelah utara rumah saya, tinggal seorang pemuda idiot. Dia kira-kira berumur 12 tahun ketika ibu
sayameninggal.
Selain itu, di sebelahnya tinggal pula seorang pemuda lain berumur 20-an tahun yang belum
pernah bersekolah, tidak bisa membaca dan bekerja sebagai kusir andong (kereta/bendi). Sementara di
sebelah barat rumah saya, tinggal pemuda yang juga berumur 20-an tahun, terbelakang, bodoh dan
harus keluar dari kelas I SD karena tak bisa mengikuti pelajaran sedikitpun.
Sebagai anak berumur 2 tahun, tentu saja saya belum begitu mengenal mereka. Tetapi seiring
waktu, saya mulai tahu bahwa merekalah sahabat terbaik dalam hidup saya. Akal saya yang semakin
terasah ketika berumur 5 tahun dan ingatan yang semakin kuat mematri kenangan saya dengan 3 orang
hebat dalam hidup saya tersebut. Merekalah yang saya sebut sebagai 3 pendekar dalam hidup saya.
Tiga orang yang sama-sama terbelakang, tidak bisa membaca dan sering dianggap"agak kurang"(bahasa
halus untuk sedikit gila) oleh tetangga-tetangga, tenyata merupakan penyelamat hidup saya.
Pemuda pertama, anak belasan tahun yang saya tahu dipanggil Adek, idiot dan selalu
mengeluarkan air liur dari mulutnya. Karena tak pernah memiliki teman bermain, saya lah yang selalu
dipandangnya dari jendela rumah. Ketika semua orang mengusir dan anak-anak lain takut untuk
mendekat, dia mencoba mengenal saya. Dialah yang kemudian merawat saya, karena ketiadaan ibu dan
ayah yang terlalu jarang di rumah. Anak idiot itulah yang mengajari saya bermain, membuatkan wayang
suket (rumprut/jerami), mencari kodok di sawah, berendam di kali atau menonton karnaval 17 Agustus
yang tiap tahun diadakan di kota kecamatan.
Pemuda dua puluhan tahun yang menjadi kusir andong tadi bernama Gandul.
Keterbelakangannya justru menjadi sumber kebaikan hati.
Setiap hari, begitu pulang dari bekerja, dia selalu menyisihkan uang Rp 50-100 di bawah jok
andongnya. Uang itu khusus disediakan untuk saya, anak SD yang tak pernah lagi menerima uang saku
dari ayahnya.
Selama bertahun-tahun, Gandul melakukan itu karena tahu bahwa saya tak pernah bisa jajan jika
dia lupa menyisihkan. Dia juga yang mengajak saya jalan-jalan, menjadi kernet andong atau bersuka
dengan kudanya.
Pemuda ketiga bernama Darsio, karena tak juga bisa melakukan apa yang dilakukan kawan-
kawannya, dia dikeluarkan dari sekolah. Mulai itulah dia mendekati saya, mengajak saya bermain di
kebunnya yang luas.
Mencarikan buah apapun yang saya inginkan. Jika saya lagi kepingin pisang, dia akan mencarinya.
Begitu pula ketika saya minta kelapa muda di satu siang yang panas, dia akan mengajak saya ke kebun
dan memetikkan beberapa. Darsio mengajari saya berenang, kadang berpetualang seharian ke tempat-
tempat yang jauh, berjalan kaki dan melatih keberanian saya. Karena sebelumnya saya memang terlalu
penakut dan mudah menangis. Agar tubuh saya kuat, dia juga memberi segelas susu kedelai dari pabrik
tahu milik orang tuanya hampir setiap hari.
Ketiga orang itu, 3 pendekar yang mengisi hidup masa kecil saya. Menemani dengan tulus
sehingga kini saya bisa berpikir bahwa Tuhan memang mengambil ibu saya, tetapi Dia mengirimkan 3
orang hebat dalam hidup saya. Ketiganya terbelakang, tidak sekolah, tak bisa membaca, bahkan dua
diantaranya sampai kini tak punya istri. Tetapi merekalah yang mengajari saya banyak hal, menemani
tahun-tahun sepi, membantu saya siap untuk mandiri.
Kini saya 24 tahun dan akan segera menyelesaikan kuliah. Karena pengalaman hidup itulah saya
bisa bertahan hingga sekarang, merantau, mandiri, dan memiliki pandangan positif terhadap makluk
ciptaan Tuhan seperti apapun adanya.
Untunglah saya dibesarkan oleh 3 orang idiot dan bukannya 3 orang profesor, 3 orang kaya, atau
3 bisnisman.
Sehingga saya bisa memaknai hubungan antar manusia, bukan karena kapasitas intelektual, uang
atau kesuksesan. Bagi saya, ketulusan untuk memberi dan sikap menjadi manusia seutuhnya itu lebih
penting.
Berkah dari 3 pendekar hebat, dan karena itulah saya selalu beranggapan, seperti apapun
kondisinya, hidup kita diciptakan Tuhan sangat indah. Kalau mata kita memandangnya dengan indah
pula.
Xxxxxxxxxx
Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis. Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang
diMILIKInya sampai akhirnya .....
Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme
tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang
akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best, '' katanya selalu, mengutip seorang
mantan presiden Amerika.
Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht,
Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.
Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.
Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan
tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu
diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar:
Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama
dan terakhir.

Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda,
nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya
saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? '' Dengan sigap Rani
menjawab, ''Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu betul-
betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter
mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah,
cerdas dan gampang mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang
kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang
banyak. ''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani,
berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak
terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum
memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang
tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya
yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan,
tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya
''malaikat kecilku''. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk,
Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby
sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan, '' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik
waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan
mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan
Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian lama suara Alif
penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-
sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.
Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ''Bu dokter, Alif demam dan
kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late.
Allah swt sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.
Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di
rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai
menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif,
Bunda mandikan Alif, '' ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir
dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara.
Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan . Sama saja, aku di
sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?'' Saya diam saja.
Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa.
Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi sebuah pilihan, '' lanjut Rani, tetap mencoba tegar
dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali
ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau
mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani merintih mengiba-iba.
Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah
merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.
Seorang penyair berkata, Jiwaku yang punya sesuatu akan pergi, mengapa aku harus menangisi
sesuatu yang harus pergi.
Dunia dengan emas dan peraknya, dengan jabatan dan rumah megahnya, maupun dengan
istananya, tidak berhak mengalirkan setetes pun air mata kita. Diriwayatkan oleh At Tirmidzi bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini terkutuk, semua yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali dzikir
kepada Allah, hal hal yang bersangkutan dengan dzikir kepada Allah, hal hal yang bersangkutan dengan
dzikir, seorang’alim dan seorang pelajar.’
Dunia dan kekayaan itu sebenarnya tak lebih dari barang titipan, demikian yang dikatakan oleh
Labib,
“Harta dan keluarga tak lain adalah barang titipan, dan suatu saat barang titipan itu akan
dikembalikan.”
Uang milyaran, rumah rumah megah, dan mobil mobil mewah tidak akan menangguhkan
kematian seorang hamba. Demikian dikatakan oleh Hatim Ath Thai,
“Demi hidupmu, kekayaan tak akan memberi manfaat kepada seorangpun ketika dada sudah
tersengal dan sesak.”
Oleh sebab itulah kalangan bijak Bestari mengatakan, ”Tetapkan harga sesuatu itu secara
rasional, sebab dunia dan seisinya tidak lebih murah dari jiwa seorang mukmin.”
“Dan, tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main main.” (QS Al Ankabut 64)
Hasan Al Bashri mengatakan, “ Jangan tetapkan harga dirimu kecuali dengan surga. Jiwa orang
yang beriman itu mahal, tapi sebagian mereka justru menjualnya dengan harga yang murah.”
Orang orang yang menangis meraung raung karena kehilangan harta mereka, karena rumah
mereka yang hancur, dank arena mobil mobil mereka yang terbakar, yang tidak menyesali dan bersedih
atas merosotnya nilai keimanan mereka, atas dosa dosa mereka, dan atas sikap sikap mereka yang
memandang sebelah mata terhadap nilai ketaatan kepada Rabb mereka, niscaya akan menyadari bahwa
mereka tidak ada nilainya jika diukur dengan apa yang mereka tangisi, dan akan menyesali apa yang
mereka lakukan. Letak permasalahannya, adalah permasalahan nilai, idealisme,  sikap dan misi hidup.
“Sesungguhnya mereka orang kafir menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan
kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari kiamat) (QS Al Insan 27) – Al Qarni -
Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.
-- Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat.
-- Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak
mengabaikan orang2 di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi
abaikan saja dulu.
-- Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang
diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap
akan ada.
-- Pelajaran yang sangat menyedihkan.
Kepada orang tua – anak
Sahabat…
Ada satu kisah yang sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yang
bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam
berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dengan sangat APIK dan membuat air mata
pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:
Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha
membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh
cobaan yang sangat berat. Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yang kebetulan dekat
dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian
saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor. Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan
selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra,
penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.
> Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di
ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2, 5 juta. Badan istri saya –maaf-
tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang
disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya
belum bisa teridentifikasi, tidak diketahui penyakit apa sebenarnya.
 Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan
bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”
> “Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-
ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin?”
“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”
“Berapa harganya dok?”
“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”
“Satu hari berapa kali suntik dok?”
“Sehari 3 kali suntik.”
“Berarti sehari 36 juta dok?”
“Iya pak Jamil.”
“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk
menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya
dok.”
“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami
sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak
tidak ketahuan.”
“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa
kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”
“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri
bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.
“Iya dok.”
Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya
berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan
bershalawat kepada Rasululloh,
“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa
yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya
Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku
lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah
menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”
Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku
lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak
kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil
uang ibu sebanyak Rp150, -.
Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp
25, -. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP? JaMil,
kapan membayar SPP? JaMil, kapan membayar SPP?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya
pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150, - di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya.
Rp75, - untuk membayar SPP dan Rp75, - saya gunakan untuk jajan.
Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan
energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan
dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu. Padahal saya hampir tidak lagi
mengingatnya??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang
menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya
menelpon ibu saya,
“Assalamu’alaikum Ma…”
“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.
“Bagaimana kabarnya Ma?”
“Ibu baik-baik saja Mil.”
“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma?”
“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak
usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil,
bagaimana kabar Ria nak?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.
“Belum sembuh Ma.”
“Yang sabar ya Mil.”
Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya
bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu?”
“Yang mana Mil?”
“Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150, - yang tersimpan di bawah bantal?”
Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yang membuat
bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)
“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan
menyayat hati),
“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang
mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang
kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama
pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon
maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan
mama Mil. Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak
orang. …rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu
guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT…. SAKIT… SAKIT
rasanya.”
Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati
yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu?”
“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”
Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,
“Ma, yang mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telephon ini saya memohon keikhlasan
Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan
sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”
Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya
Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya
Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”
“Ma, benar mama sudah memaafkan saya?”
“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu Mil
karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu
adalah kamu Mil.”
“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”
“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil
uang itu.”
“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”
“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil
uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah,
sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”
Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai
pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,
“Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”
“Apa dok?”
“Infeksi prankreas.”
Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih
dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”
Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang
kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena
infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih
dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”
Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk
sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma…., terima kasih Ma.”
Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta
maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf Mil, Mama yang seharusnya minta maaf.”
Sahabat …
Maha benar sabda Rasulullaah shalallaahu ’alaihi wa sallam :
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada
kemurkaan orang tua“ (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang
penguasa yang adil, dan doa orang yang teraniaya. Doa mereka diangkat Allah ke atas awan dan
dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, ‘Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu
(menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Attirmidzi)
Kita dapat mengambil HIKMAH bahwa:
Bila kita seorang anak:
Janganlah sekali-kali membuat marah orang tua, karena murka mereka akan membuat murka
Allah subhanau wa ta’ala. Dan bila kita ingin selalu diridloi-Nya maka buatlah selalu orang tua kita ridlo
kepada kita.
Jangan sampai kita berbuat zholim atau aniaya kepada orang lain, apalagi kepada kedua orang
tua, karena doa orang teraniaya itu terkabul.
Bila kita sebagai orang tua:
Berhati-hatilah pada waktu marah kepada anak, karena kemarahan kita dan ucapan kita akan
dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kadang penyesalan adalah ujungnya.
Doa orang tua adalah makbul, bila kita marah kepada Anak, berdoalah untuk kebaikan anak-anak
kita, maafkanlah mereka.
Bukan sekedar pesta yang riuh oleh kerabat, relasi penting, bukan ajang pamer tamu
kehormatan, panggung megah, dekorasi wah atau pesta yang meriah..
Menikah...
Bukan sekadar membentuk tim kerja untuk menghasilkan uang untuk membeli segala jenis harta
yang melimpah..
Bukan sekedar sarana belajar memasak, menjahit bagi istri dan sarana belajar membetulkan
peralatan listrik bagi suami..
Menikah...
Bukan sekedar menyamakan hobi dan kegemaran sehingga sampai ada adagium humor: Kalau dua-
duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng..
Kalau sama-sama suka seafood berarti masa depan cerah...
(That simple?!
Menikah bukan sekedar itu…
Menikah berbeda dengan perumpamaan sepasang sandal, yang hanya punya aspek kiri dan
kanan..
Menikah adalah penyatuan dua manusia.. pria dan wanita.
Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya...
So,
Menikah adalah ... Menyatukan dua isi kepala, dua ide, dua impian menjadi sesuatu yang besar -
Bermakna - tak hanya untuk kita, pasangan dan keluarga namun juga untuk orang lain di sekitar.
Menikah adalah... Memutuskan berlabuh di satu pantai, ketika ratusan kapal pesiar gemerlap
memanggil-manggil...
Menikah adalah.. Cara meraih sempurnanya agama, hingga menikah dikatakan sempurna
menjalani setengah dien..
Menikah adalah... Keberanian untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan.
Memupuk toleransi tingkat tinggi dan memaklumi pasangan apa adanya.
Menikah membutuhkan kelapangan hati untuk melebur kata ‘aku’ dan ‘kamu’ menjadi ‘kita’..
Menikah adalah.. Proses pendewasaan seseorang untuk lebih berani mengambil sikap dan
memutuskan bahkan untuk urusan terkecil sekalipun.
Kerjasama hebat untuk bergerak, bersinergi untuk mendapatkan tiket surgaNya.
Menikah adalah.. Universitas kehidupan dimana cobaan materi, hati, iman adalah ujiannya.
Menikah adalah.. Belajar memaafkan dan belajar berkata “baiklah, itu salahku, akan kucoba
memperbaikinya” .
Belajar berkomunikasi dua arah, dimana kita tidak berbicara :” Kamu harus mengerti
keinginanku!’, namun harus berani bicara “aku memahami kamu, aku memahami apa yang kamu mau
dan cita2kan, mari bersama membangunnya”
Menikah .. Mengajari kita begitu banyak tentang hidup, tentang bagaimana mencintai Allah
dengan sempurna melalui kecintaan kita pada pasangan...
Bukan sekedar pesta yang riuh oleh kerabat, relasi penting, bukan ajang pamer tamu
kehormatan, panggung megah, dekorasi wah atau pesta yang meriah..
Menikah...
Bukan sekadar membentuk tim kerja untuk menghasilkan uang untuk membeli segala jenis harta
yang melimpah..
Bukan sekedar sarana belajar memasak, menjahit bagi istri dan sarana belajar membetulkan
peralatan listrik bagi suami..
Menikah...
Bukan sekedar menyamakan hobi dan kegemaran sehingga sampai ada adagium humor: Kalau
dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng..
Kalau sama-sama suka seafood berarti masa depan cerah...
(That simple?!
Menikah bukan sekedar itu…
Menikah berbeda dengan perumpamaan sepasang sandal, yang hanya punya aspek kiri dan
kanan..
Menikah adalah penyatuan dua manusia.. pria dan wanita.
Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya...
So,
Menikah adalah ...
Menyatukan dua isi kepala, dua ide, dua impian menjadi sesuatu yang besar - Bermakna - tak
hanya untuk kita, pasangan dan keluarga namun juga untuk orang lain di sekitar.
Menikah adalah...
Memutuskan berlabuh di satu pantai, ketika ratusan kapal pesiar gemerlap memanggil-manggil...
Menikah adalah..
Cara meraih sempurnanya agama, hingga menikah dikatakan sempurna menjalani setengah dien..
Menikah adalah...
Keberanian untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. Memupuk toleransi
tingkat tinggi dan memaklumi pasangan apa adanya.
Menikah membutuhkan kelapangan hati untuk melebur kata ‘aku’ dan ‘kamu’ menjadi ‘kita’..
Menikah adalah..
Proses pendewasaan seseorang untuk lebih berani mengambil sikap dan memutuskan bahkan
untuk urusan terkecil sekalipun.
Kerjasama hebat untuk bergerak, bersinergi untuk mendapatkan tiket surgaNya.
Menikah adalah..
Universitas kehidupan dimana cobaan materi, hati, iman adalah ujiannya.
Menikah adalah..
Belajar memaafkan dan belajar berkata “baiklah, itu salahku, akan kucoba memperbaikinya” .
Belajar berkomunikasi dua arah, dimana kita tidak berbicara :” Kamu harus mengerti
keinginanku!’, namun harus berani bicara “aku memahami kamu, aku memahami apa yang kamu mau
dan cita2kan, mari bersama membangunnya”
Menikah ..
Mengajari kita begitu banyak tentang hidup, tentang bagaimana mencintai Allah dengan
sempurna melalui kecintaan kita pada pasangan...
Wahai anakku...
Engkau boleh beli rumah yang besar, tetapi kamu tidak boleh membeli kebahagiaan. Engkau
boleh membeli tilam yang tebal, tetapi kamu tidak boleh membeli nyenyaknya tidur. Engkau boleh
membeli makanan yang sedap, tetapi kamu tidak boleh membeli selera untuk makan. Engkau boleh
membayar pekerjamu, tetapi kamu tidak boleh membeli kasih sayang mereka.
Wahai anakku...
Andainya kamu merasa besar apa yang ada di dunia yang fana ini, sesungguhnya engkau telah
tertipu dengan dunia. Dunia ini pernah menipu alim ulamak, sehingga rusaklah ilmu mereka. Ia pernah
menipu pemimpin, sehingga mereka berperang karenanya. Ia juga pernah menipu sebahagian besar
manusia, sehingga mereka dilekakan olehnya.
Wahai anakku...
Katakanlah kepada dunia... “Kalau kamu nak tipu, tipulah orang lain, jangan kamu tipu aku."
Tetapi percayalah wahai anakku. Kamu tidak akan selamat dari tipudaya dunia melainkan kamu
mengagungkan Allah, ikhlas dalam setiap amalanmu dan merasai dekatnya kematianmu.
Salam sayang buat anak-anakku. Senyumlah kepada dunia nescaya dia akan senyum kepadamu.
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Jadilah engkau di sisi Allah sebaik-baik manusia dan jadilah engkau
dalam pandangan nafsu seburuk-buruk manusia dan jadilah engkau seseorang di antara manusia.”
Makna ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib, “Jadilah engkau di sisi Allah sebaik-baik manusia dan
jadilah engkau dalam pandangan nafsu seburuk-buruk manusia”, janganlah pernah merasa memiliki
kemuliaan yang membuatmu merasa lebih baik dari orang lain.
Makna ini sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, qaddasallahu sirrahu. Beliau
berkata, “Apabila bertemu dengan seseorang, hendaklah engkau melihatnya lebih mulia atas dirimu dan
engkau katakan, ‘Tentu ia lebih baik dan lebih tinggi derajatnya dariku di sisi Allah SWT.’
Bila yang engkau jumpai adalah seorang anak yang masih belia usianya, katakanlah, ‘Anak ini
sungguh belum berbuat durhaka kepada Allah SWT sedang aku sungguh teramat banyak berbuat
durhaka dan kemaksiatan kepada-Nya. Sungguh tiada diragukan bila ia lebih baik dariku.’ Dan bila yang
engkau jumpai adalah seseorang yang sudah berumur, katakanlah, ‘Sungguh orang ini lebih dahulu ber-
ibadah kepada Allah SWT jauh sebelum aku, (maka sungguh tiada diragukan bila ia lebih baik dariku).’
Bila yang engkau jumpai adalah seorang yang alim berilmu, katakanlah, ‘Sungguh orang ini telah
dianugerahi sesuatu yang belum diberikan kepadaku, telah sampai kepada pengetahuan yang aku
belum mengetahuinya, telah mengetahui berbagai sesuatu yang belum aku ketahui, dan ia beramal
dengan ilmunya, (sedang aku beramal dengan kebodohanku, maka sungguh tiada diragukan bila ia lebih
baik dariku).’
Bila yang engkau jumpai adalah seorang yang bodoh, tidak berilmu, katakanlah, ‘Sungguh orang
ini, bilapun berbuat dosa, ia berbuat dosa dengan kebodohannya, sedangkan aku berbuat dosa dengan
ilmuku, dan sungguh aku tidak tahu bagaimana keadaannya di saat-saat kematian datang menjemput
dan tidak tahu pula bagaimana diriku di saat-saat kematian menjemput diriku nantinya.’
Bila yang engkau jumpai adalah seorang yang kafir, katakanlah, ‘Sungguh aku tidak tahu, boleh
jadi kelak ia akan mati dengan husnul khatimah dan amal yang baik sedang aku boleh jadi pula akan
menjadi kafir dan mati dalam keadaan su’ul khatimah — na`udzu billahi min dzalik (Sehingga, bila
demikian adanya, sungguh tiada diragukan bila ia akan lebih baik dariku)’.”
Adapun ungkapan beliau, “…dan jadilah engkau seseorang di antara manusia”, maknanya adalah
bahwa sesungguhnya Allah SWT membenci melihat seorang hamba yang membeda-bedakan diri dari
orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi SAW.
Itulah sebabnya, sebagian ulama banyak mendawamkan doa ini dalam munajat mereka.
Allaahummaj‘alnii shabuuraa waj‘alni syakuuraa waj‘alni fi ‘ainii shaghiiraa wa fii a‘yuninnasi
kabiiraa.
“Ya Allah, jadikanlah hambamu ini seorang yang sabar, dan jadikanlah daku seorang hamba yang
senantiasa bersyukur atas segala karunia-Mu. Jadikanlah daku seorang hamba yang senantiasa merasa
kecil dalam pandangan mataku dan besar dalam pandangan manusia.”
Maknanya, orang-orang yang hatinya penuh dengan sifat-sifat kasih sayang dan belas kasih
terhadap siapa pun yang ada di atas permukaan bumi, baik dari kalangan anak Adam bahkan juga
hewan, selain hewan-hewan yang diperintahkan untuk membunuhnya, dengan berbuat kebaikan
terhadap mereka, niscaya Yang Maha Rahman akan mengasihi dan mencintainya. Karena itulah sayangi
dan belas kasihilah siapa pun yang dapat engkau sayangi dari berbagai macam dan jenis makhluk Allah
SWT, bahkan yang tidak memiliki akal sekalipun, dengan memberikan kasih sayang, berbuat baik kepada
mereka, dan banyak mendoakan mereka dengan doa rahmat dan ampunan, niscaya kalian akan
disayangi dan dikasihi oleh para malaikat dan Dia, Yang rahmat-Nya meliputi bagi seluruh penduduk
langit, yang jumlah mereka jauh lebih besar dari jumlah penduduk bumi.
Seorang shalihin bermimpi bertemu Imam Al-Ghazali. Imam Al-Ghazali pun ditanya, “Apa yang
Allah perbuat padamu?”
Imam Al-Ghazali menjawab, “Aku dibawa dan dihadapkan di hadapan-Nya kemudian Allah
berfirman kepadaku, ‘Dengan bekal apa engkau menghadap-Ku?’
Maka aku pun mulai menyebutkan amal-amalku.
Lalu Allah berfirman, ‘Aku tidak menerimanya. Sesungguhnya yang Aku terima darimu adalah saat
suatu hari seekor lalat singgah di atas tempat tintamu untuk minum darinya di saat engkau tengah
menulis. Kemudian engkau tidak melanjutkan menulis sampai lalat itu kenyang menghirup darinya
karena engkau berbelas kasih terhadapnya.’
Kemudian Allah SWT berfirman, ‘Wahai para malaikat-Ku, bawalah hambaku ini dan hantarkan ia
ke dalam surga’.”
Teramat mahalnya nilai kasih sayang ini, bahkan Syaikh Nawawi menegaskan, dan di antara sebab
yang mendatangkan husnul khatimah di antaranya adalah mendawamkan doa berikut ini:
Allaahumma akrim hadzihil-ummatal muhammadiyyah bi jamiili ‘awa-idika fid-daarain ikraaman
liman ja‘altahaa min ummatihi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
“Ya Allah, muliakanlah umat Nabi Muhammad ini dengan semua anugerah-Mu di dunia dan
akhirat sebagai bentuk penghormatan dari-Mu bagi mereka yang telah Engkau jadikan sebagai bagian
dari umat Baginda Nabi SAW.”
Di antaranya pula mendawamkan doa berikut ini di antara sunnah Subuh dan fardhunya:
Allaahummaghfir li ummati sayyidinaa Muhammad. Allaahummarham ummata sayyidinaa
muhaamad. Allaahummastur ummata sayyidinaa Muhammad. Allaahummajbur ummata sayyidinaa
Muhammad. Allaahumma ashlih ummata sayyidinaa Muhammad. Allahumma ‘aafi ummata sayyidina
Muhammad. Allahummahfazh ummata sayyidinaa Muhammad. Allahummarham ummata sayyidinaa
Muhammad rahmatan ‘aammah ya rabbal‘aalamiin. Allaahummaghfir li ummati sayyidinaa muhmmad
maghfiratan ‘aammah ya rabbal‘aalamiin. Allaahumma farrij ‘an ummati sayyidinaa muhammad farajan
‘aajilan ya rabbal ‘aalamiin.
“Ya Allah, ampunilah umat penghulu kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, rahmatilah umat penghulu
kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, tutupilah (segala aib dan cela) umat penghulu kami, Nabi Muhammad.
Ya Allah, tamballah (segala kekuarangan) umat penghulu kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, perbaikilah
(keadaan) umat penghulu kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, sehatkan dan sejahterakanlah umat
penghulu kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, peliharalah umat penghulu kami, Nabi Muhammad. Ya
Allah, rahmatilah umat penghulu kami, Nabi Muhammad, dengan rahmat yang menyeluruh, wahai
Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah, ampunilah umat penghulu kami, Nabi Muhammad, dengan
ampunan yang menyeluruh, wahai Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah, berikanlah kelapangan bagi umat
penghulu kami, Nabi Muhammad, kelapangan yang segera tiada tertunda, wahai Tuhan seru sekalian
alam.”
Juga dengan mendawamkan doa berikut ini:
Ya rabba kulli syai’ biqudratika ‘alaa kulli syai’ ighfir lii kulla syai’ wa laa tasalnii ‘an kulli syai’ wa
laa tuhaasibnii fii kulli syai’ wa a‘thinii kulla syai’.
“Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, ampunilah aku atas
segala sesuatu (dari kesalahan yang aku lakukan), jangan Engkau pertanyai aku tentang segala sesuatu
(dari dosa dan kedurhakaan yang aku perbuat), jangan Engkau hisab aku pada segala sesuatu (dari se-
mua keburukan yang aku berani untuk melakukannya), dan karuniakanlah kepadaku segala sesuatu
(dari segala kebaikan di dunia dan akhirat).”
Seorang berkata :
" ‫ق َما تُ ِر ْي ُد‬ َ ‫ يَ ُك ْن َم َع‬... ‫ ُك ْن َم َع هللاِ َك َما ي ُِر ْي ُد‬... "
َ ْ‫ك فَو‬
"Jadilah engkau bersama Allah sebagaimana yang dikehendaki Allah..... Niscaya Allah akan
bersamamu lebih dari yang engkau kehendaki"
Sungguh jika seseorang bertakwa dimanapun dan kapanpun ia berada maka Allah akan
menberikan kenikmatan dan anugerah kepadanya lebih dari apa yang ia persangkakan, lebih dari apa
yang ia harapkan, lebih dari apa yang ia khayalkan"
Berkata As-Sindi, “Dan bisa jadi orang yang disifati dengan sifat ini (baik terhadap istri) akan
mendapatkan taufiq (dari Allah) pada seluruh amalan sholeh hingga jadilah ia terbaik secara mutlaq”
(Sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abdul Malik Romadhoni dalam Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 75)
Berkata Asy-Syaukani, “Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam  ((Sebaik-baik kalian adalah yang
terbaik bagi istri-istri mereka)) dan juga pada hadits yang lain ((Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik
terhadap istrinya)), pada kedua hadits ini ada peringatan bahwasanya orang yang tingkat kebaikannya
tertinggi dan yang paling berhak untuk disifati dengan kebaikan adalah orang yang terbaik bagi istrinya.
Karena istri adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan mulia, akhlak yang baik,
perbuatan baik, pemberian manfaat dan penolakan kemudhorotan. Jika seorang lelaki bersikap
demikian maka dia adalah orang yang terbaik, namun jika keadaannya adalah sebaliknya maka dia telah
berada di sisi yang lain yaitu sisi keburukan.
Banyak orang yang terjatuh dalam kesalahan ini, engkau melihat seorang pria jika bertemu
dengan istrinya maka ia adalah orang yang terburuk akhlaknya, paling pelit, dan yang paling sedikit
kebaikannya. Namun jika ia bertemu dengan orang lain (selain istrinya) maka ia akan bersikap lemah
lembut, berakhlak mulia, hilang rasa pelitnya, dan banyak kebaikan yang dilakukannya. Tidak diragukan
lagi barangsiapa yang demikian kondisinya maka ia telah terhalang dari taufiq (petunjuk) Allah dan telah
menyimpang dari jalan yang lurus. Kita memohon keselamatan kepada Allah.” (Nailul Author VI/360)
Berkata Syaikh Abdul Malik, ((Betapa banyak kita dapati seseorang tatkala bertemu dengan
sahabatnya di tempat kerja maka ia akan bersifat mulia dan lembut, namun jika ia kembali ke rumahnya
maka jadilah orang yang pelit, keras, dan menakutkan !!!, padahal orang yang paling berhak untuk ia
lembuti dan ia baiki adalah istrinya…hakikat seseorang lebih terungkap di rumahnya daripada tatkala ia
di luar rumah. Ini merupakan kaidah yang baku. Rahasia kaidah ini adalah karena seseorang bisa
menampak-nampakkan akhlak yang baik tatkala ia di luar rumah dan ia bisa bersabar dalam
menampakan akhlak yang baik tersebut karena waktu pertemuannya dengan orang-orang di luar
rumahnya hanyalah sebentar. Ia bertemu dengan seseorang setengah jam, dengan orang yang kedua
selama satu jam, dan dengan orang yang ketiga lebih cepat atau lebih lama, sehingga ia mampu sabar
berhadapan dengan mereka dengan menampak-nampakan akhlak yang baik dan sosok palsunya yang
bukan sosok aslinya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pegawai…akan tetapi ia tidak mampu
bertahan di atas kepribadian yang bukan asli di rumahnya  sepanjang hidupnya…
Akhlak asli seseorang bisa diperiksa tatkala ia di rumahnya, di situlah akan tampak sikap kerasnya
dari sikap kelembutannya, terungkap sikap pelitnya dari sikap kedermawanannya, terungkap sikapnya
yang terburu-buru dari sikap kesabarannya, bagaimanakah ia bermu’amalah dengan ibunya dan
ayahnya?? Betapa banyak sikap durhaka di zaman ini..!!! …Maka kenalilah (hakikat) dirimu di
rumahmu !!, bagaimanakah kesabaranmu tatkala engkau menghadapi anak-anakmu??, tatkala
menghadapi istrimu??, bagaimana kesabaranmu menjalankan tanggung jawab rumah tangga??. (Dan
camkanlah bahwa) orang yang tidak bisa mengatur rumah tangganya bagaimana ia bisa memimpin
umat??, inilah rahasia sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam  “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik
bagi istrinya”…)) (Al-Mau’idzoh Al-Hasanah hal 77-79)
Sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di atas bukanlah perkara yang aneh, karena seorang muslim
–siapapun juga orangnya- tidak akan bisa memperoleh sifat yang mulia di tengah-tengah masyarakat
kaum muslimin kecuali jika setelah mampu untuk bermu’amalah dengan baik di keluarganya. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat, jika ia mampu untuk bermu’amalah
dengan baik di keluarganya maka seakan-akan hal ini merupakan persaksian baginya bahwa ia telah siap
(ahli) untuk menjadi bagian yang bermanfaat bagi masyarakat. (Al-Asaaliib An-Nabawiyah fi mu’aalajah
al-musykilah az-zaujiyah hal 17)
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin, “Sikap engkau terhadap istrimu hendaknya sebagaimana harapan
engkau akan sikap suami putrimu sendiri. Maka sikap bagaimanakah yang kau harapkan dari lelaki
tersebut untuk menyikapi putrimu??, apakah engkau ridho jika ia menyikapi putrimu dengan kasar dan
kaku?. Jawabannya tentulah tidak. Jika demikian maka janganlah engkau menyikapi putri orang lain
dengan sikap yang engkau tidak ridho jika diarahkan kepada putrimu sendiri. Ini merupakah kaidah yang
hendaknya diketahui setiap orang….” (Asy-Syarhul Mumti’ XII/381)
Xxxxxxxxxxxxxx

Bahagiakanlah keluarga kita sebelum membahagiakan orang lain.

Kesolehan keluarga menjadi penentu bagi tegaknya sesuatu bangsa yang aman, makmur dan
sejahtera.

Sebahagian dari kesempurnaan kebahagiaan di dunia adalah memiliki keluarga yang bahagia.

Ciri orang yang mencintai keluarganya adalah dia selalu bersabar dalam mendidik akhlak dan
keimanan keluarganya.
Seorang yang bekerja keras untuk menunaikan tanggungjawab kepada keluarganya adalah bukti
kasih kepada keluarganya.

Tingginya darjat suami ditentukan oleh perjuangannya menjadi pemimpin rumah tangga,
sehingga dituntut menjadi teladan yang baik bagi keluarga yang dipimpinnya.

Sesungguhnya keluarga itu tempatnya yang aman dan selesa dalam berkongsi suka dan duka.

Kasih sayang yang terjalin di antara anak dan ibu bapa mampu melahirkan sikap jujur dan
keterbukaan.

Kekuatan cinta yang tulus mampu menggerakkan lisan untuk senantiasa berterima kasih kepada
pasangan, anak ataupun ibu bapanya.

Mencintai keluarga adalah amanah bagi setiap manusia.

Pecinta keluarga tidak akan membiarkan dalam rumahnya berlaku keburukan dan kemaksiatan.

Anak-anak lebih memerlukan contoh dan keteladanan dari kedua ibu bapa mereka daripada
celaan dan kekerasan.

Kehidupan kita akan berubah apabila dimulai dengan perubahan diri, keluarga dan persekitaran.

Mahkota orang tua adalah anak cucunya dan kehormatan anak-anak adalah nenek moyang
mereka.

Apabila setiap ahli keluarga saling mencintai, menyayangi, dan saling mengalah, nescaya seluruh
masyarakat akan menjadi baik, aman dan damai.

Keharmonian keluarga terletak pada sikap tanggungjawab dan komunikasi yang sihat di antara
ahli keluarga.

Komunikasi dalam keluarga akan senantiasa terpelihara selama komunikasi dengan Allah pun
tetap terjaga.

Keluarga yang dekat dengan Allah akan menjadi keluarga yang layak ditolong olehNya dalam
setiap urusan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, paling dekat dengan Baginda kedudukannya kelak pada hari kiamat
adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik daripada kita ialah yang paling baik
terhadap keluarganya.

Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia adalah seumpama
seorang mujahid di jalan Allah.
Warisan termahal dan terbaik dari diri kita untuk keluarga, keturunan, dan masyarakat adalah
keindahan akhlak kita.

Allah mencintai orang-orang yang selalu berjuang memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat.

Cintailah suami atau isteri kita dengan memuliakan ibu bapa dan keluarganya.

Bagaimana sikap kita terhadap anak-anak, begitu pulalah mereka akan bersikap kepada kita.
Maka berikan sikap yang terbaik kepada mereka

Jika Allah cinta kepada sebuah keluarga, maka salah satu cirinya ialah keluarga itu dibukakan
hati untuk ilmu agama.

Kebahagiaan sesuatu keluarga bukanlah diukur dari segi material, tapi sejauh mana keta’atan
keluarga kepada Allah.

Ibadah seorang ibu adalah modal bagi lahirnya anak-anak yang soleh yang akan menjadi benteng
bagi ibu bapanya di akhirat kelak.

Xxxxxxxxxxxx

Jika kita diajari oleh Nabi untuk bershalawat di mana di sana dicantumkan dua Nabi, maka jelas
pesannya. Karena keduanya memang teladan bagi manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam
al-Qur’an bahwa Uswatun Hasanah hanya disematkan untuk kedua Nabi ini; Nabi Ibrahim
alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.Tetapi yang menarik adalah,
shalawat kita ternyata juga diperuntukkan bagi keluarga keduanya. Sungguh ini sebuah
kemuliaan bagi kedua keluarga mulia ini. Dan sekaligus menyampaikan bahwa kedua keluarga
ini memang layak didoakan bagi seluruh manusia. Karena memang mereka dua keluarga mulia.
Tetapi ada yang menarik dalam al-Qur’an. Ada satu keluarga istimewa; Keluarga Imron.
Keistimewaan itu jelas terlihat. Ditandai oleh beberapa hal:

a. Inilah satu-satunya keluarga yang dipakai untuk menjadi Nama Surat dalam al-Qur’an

Tidak ada surat al-Qur’an yang menggunakan nama keluarga kecuali Surat Ali Imron (Keluarga
Imron)

b. Inilah keluarga biasa yang dipuji sejajar dengan keluarga Nabi

Sebagaimana yang bisa kita baca dalam ayat:

ْ َ‫إِنَّاللَّهَاصْ طَفَىآ َ َد َم َونُوحًا َوآَإَل ِ ب َْرا ِهي َم َوآَلَ ِع ْم َرانَ َعل‬


)33( َ‫ىال َعالَ ِمين‬

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran
melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali Imron: 33)
Di dalam ayat ini, Allah memilih di atas segala umat dua Nabi: Adam dan Nuh, serta dua
keluarga: Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.

c. Inilah keluarga ideal yang dibandingkan lebih mulia dari keluarga dua Nabi .

Ayat terakhir dalam Surat at-Tahrim menjelaskan hal itu:

َ‫او ُكتُبِ ِه َو َكانَ ْت ِمن َْالقَانِتِين‬


َ َ‫ص َّدقَ ْتبِ َكلِ َماتِ َربِّه‬ َ ْ‫َو َمرْ يَ َما ْبنَتَ ِع ْم َرانَالَّتِيأَح‬
َ ‫صنَ ْتفَرْ َجهَافَنَفَ ْخنَافِي ِه ِم ْنرُو ِحنَا َو‬

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke
dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan
Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. At-Tahrim: 12)

Ayat ini diawali oleh dua ayat sebelumnya. Di mana ayat 10 Allah menyampaikan tentang istri
dua Nabi yang kafir; istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Selanjutnya di ayat 11 Allah berfirman
tentang istri Fir’aun yang beriman, sementara suaminya kafir. Dan di akhir Surat at-Tahrim,
Allah memuji Maryam sebagai orang sangat mulia yang merupakan putri Imron. Dan kelak,
dialah wanita yang melahirkan seorang Nabi dengan cara mukjizat; Nabi Isa alaihis salam.

Tentu ada banyak pesan tentang pemunculan keluarga Imron. Di antara pesan sangat penting
adalah :

1. Jangan beralasan dengan Nabi Nuh ketika kita gagal mendidik anak. Sebab Allah telah
menegur Nabi Nuh saat dia tidak sanggup membimbing anaknya hingga mau naik ke bahtera
bersama orang-orang beriman.

َ‫ُصالِ ٍحفَاَل تَسْأ َ ْلنِ َمالَ ْي َسلَ َكبِ ِه ِع ْل ٌمإِنِّيأ َ ِعظُ َكأ َ ْنتَ ُكونَ ِمن َْال َجا ِهلِين‬
َ ‫قَالَيَانُو ُحإِنَّهُلَ ْي َس ِم ْنأ َ ْهلِ َكإِنَّهُ َع َملٌ َغ ْير‬

Allah berfirman: “ Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan
akan diselamatkan), sesungguhnya ia adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah
kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya
Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan.” (Qs. Hud: 46)

Teguran ini Allah sampaikan kepada Nabi Nuh setelah Nabi Nuh bertanya kepada Allah
mengapa anaknya ikut ditenggelamkan bersama orang-orang kafir.

2. Jangan berkata bahwa keluarga kita tidak bisa menjadi mulia seperti keluarga para Nabi.
Karena ternyata keluarga Imron yang merupakan keluarga manusia biasa pun bisa menjadi
sejajar dengan keluarga Nabi. Dan karena para nabi diutus untuk menjadi pembimbing dan
teladan bagi manusia.

Tapi sayangnya, sebagian kita masih terbalik dalam menyikapi generasi dan keluarganya. Saat
ada yang gagal mendidik anak, berdalih dengan Nabi Nuh. Padahal seharusnya tidak boleh,
karena Nuh telah ditegur Allah.Sementara saat keberatan dalam melahirkan keluarga istimewa,
acapkali ada yang berkata bahwa kita bukan keluarga Nabi. Padahal, keluarga Imron pun bisa
sejajar dengan keluarga Nabi bahkan bisa lebih baik.

Dari Kehamilan hingga Pengasuhan

Untuk mengungkap rahasia kehebatan keluarga manusia biasa tetapi disejajarkan dengan
kemuliaan keluarga Nabi, kita harus membuka langsung Surat Ali Imron. Pasti kita akan
mendapatkan petunjuknya di sana.Pembahasan tentang keluarga Imron dalam Surat Ali Imron,
ternyata dimulai pembahasan tentang istri. Lihatlah ayat 35 dan seterusnya. Ini menjadi pelajaran
pertama sebelum yang lainnya, betapa peran seorang istri yang kelak menjadi seorang ibu adalah
peran sentral. Menyiapkan dengan baik seorang ibu berarti menyiapkan satugenerasi istimewa.
Yang artinya, gagal dan mengabaikan penyiapan seorang wanita yang kelak menjadi istri dan ibu
adalah merupakan kegagalan lahirnya generasi yang baik.

Pembicaraan tentang keluarga Imron dimulai dari ayat ini:

ْ َ‫إِ ْذقَالَتِا ْم َرأَةُ ِع ْم َرانَ َربِّإِنِّينَ َذرْ تُلَ َك َمافِيب‬


‫طنِي ُم َح َّررًافَتَقَب َّْل ِمنِّيإِنَّ َكأ َ ْنتَال َّس ِميع ُْال َعلِي ُم‬

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada
Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul
Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (35)

Dalam ayat ini dibahas tentang kehamilan. Sebuah fase yang sangat penting. Mengabaikannya
berarti kehilangan sebuah fase penting.Ayat ini mengajarkan kepada setiap keluarga muslim agar
para istri banyak menyematkan harapan mulia bagi janin. Harapan semulia istri Imron. Sekaligus
banyak mendoakan bagi calon jabang bayi agar kelak menjadi orang yang baik dan mulia.

Dari sinilah, maka teori pendidikan manusia sejak dalam kandungan bukanlah hal yang baru
muncul hari ini. Al-Qur’an telah membicarakannya.Tetapi yang jelas bertentangan dengan Islam
adalah ketika metode pendidikan janin yang digadang-gadang hari ini adalah pendidikan dengan
memperdengarkan musik klasik di perut ibu. Banyak yang meyakini bahwa hal ini merupakan
hasil penelitian. Sayangnya, umat ini masih lebih percaya penelitian yang entah dari mana
sumber dan kepentingan di baliknya, dengan ayat yang absolut haq dan telah melahirkan para
pemimpin bumi yang istimewa.

Yang lebih celaka lagi, ketika umat Islam dikelabuhi oleh dunia barat. Bukan penelitian
dikatakan sebagai penelitian. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hal itu salah, bukan
penelitian pula. Ini efek kita lebih mengagungkan penelitian daripada ayat dan petunjuk Nabi.
Satu studi terkenal pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa
mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Itu meningkatkan
ketertarikan orang dalam memajan bayi dan anak kecil pada musik klasik, dan pengusaha
berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang-hari dan orang-tua.

Namun, hasil studi oleh oleh ilmuwan Austria yang disiarkan oleh HealthDay News, Jumat
(14/5/2010) mengatakan tak menemukan bukti bahwa mendengarkan musik Mozart –betapapun
meriahnya musik tersebut– memiliki dampak pada kemampuan kognitif seseorang. Dalam studi
paling akhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian
yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subjek. Kesimpulan mereka ialah tak ada yang
mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.

Kesalahan fatal pendidikan orangtua hari ini ternyata dimulai sejak dalam kandungan. Anak
yang belum lahir telah dirusak oleh musik yang jelas tidak disukai dalam Islam –terlepas dari
perbedaan pendapat para ulama seputar hukum musik. Bagi yang masih harus bersandar pada
penelitian, berikut ini hasil salah satu penelitian tentang bahaya musik, Remaja yang
menghabiskan banyak waktu mendengarkan musik lebih berisiko mengalami depresi daripada
remaja yang memiliki kegemaran membaca. Demikian diungkap sejumlah peneliti dari
University of Pittsburgh School of Medicine, Amerika Serikat.

Cukuplah kita baca surat asy-Syu’ara’ (26) dan kita akan bisa mendapati peringatan keras ayat
terhadap dunia yang ‘wajib’ digemari oleh setiap orang itu. Sebelum kita baca, perlu diketahui
bahwa asy-Syu’ara’ artinya para penyair. Para penyair di zaman dahulu kala biasa menjadi orang
terkenal setelah mereka memenangi perlombaan syair. Bahkan sebagian syair mereka digantung
di Ka’bah, yang dikenal dengan mu’allaqat sab’ah. Hal ini yang membuat mereka menjadi
terkenal. Jadi mereka hari ini sejajar dengan mereka yang menamakan dirinya selebriti. Mereka
juga berfungsi sebagai pembawa berita, penyebar opini serta menggerakkan masyarakat. Hari ini,
hal seperti itu sejajar dengan media.

Dari ayat 221 sampai 223 Allah menyampaikan tentang syetan dan ciri penggemarnya. Langsung
setelahnya, pada ayat 224 Allah menyampaikan tentang para penyair, ciri mereka dan para
pengagumnya. Sebuah keakraban luar biasa antara syetan dan para penyair. Dan berikut ini ayat
tentang para penyair:

226( َ‫) َوأَنَّهُ ْميَقُولُونَ َمااَل يَ ْف َعلُون‬225( ‫ون‬


•َ ‫) أَلَ ْمتَ َرأَنَّهُ ْمفِي ُكلِّ َوا ٍديَ ِهي ُم‬224( َ‫َوال ُّش َع َرا ُءيَتَّبِ ُعهُ ُم ْالغَاوُون‬

224. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. 225. Tidakkah kamu melihat
bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah 226. dan bahwasanya mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Ibnu Abbas menjelaskan pengembaraan mereka di tiap-tiap lembah: Mereka tenggelam dalam
setiap kesia-siaan. (Tafsir Ibnu Katsir 6/173, parentingnabawiyah)

Xxxxxxxxxxx
"Dan orang-orang yang beriman serta anak cucu mereka yang mengikutinya dalam keimanan,
kami akan kumpulkan (di Surga) bersama anak-cucu mereka" QS At-Thuur : 21.
Pada suatu kesempatan, Nabi saw menasihati putri kesayangan beliau yang bernama Fathimah.
"Wahai Fathimah binti Muhammad, beramallah untuk bekal (akhirat)-mu. Karena aku (Nabi saw) tidak
akan bisa menolong engkau sedikitpun di akhirat nanti, " tegas Rasulullah saw.
"Subhaanallah, " begitulah nasihat Nabi saw untuk Fathimah. Dan memang orangtua tidak dapat
memberikan garansi kepada anak-anaknya, kecuali sang anak mau berupaya menggapai surga itu.
Perhatikanlah apa yang terjadi pada Nabi Nuh as. Beliau berpisah dengan sang anak, lantaran si
anak tidak mau mengikutinya beriman. Bahkan ketika air banjir bandang datang, ketika sang anak
timbul tenggelam dipermainkan gelombang air bah, sebagai ayah, Nuh as tidak tega melihatnya. Dan
diapun berdoa:
"Ya Rabbi, itu anakku adalah keluargaku. Sungguh janji Engkau benar, dan hanya Engkau Hakim
yang Maha Adil, " pinta Nuh as.
Allah swt menjawab: "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah tergolong keluargamu, karena dia
tidak beramal sholeh. Maka janganlah engkau meminta kepadaKu sesuatu yang engkau tidak
mengetahuinya, ".
Ternyata, sekalipun itu adalah anak kandung nabi Nuh as, namun jika dia tidak beriman, maka
Allah swt mengatakan bahwa anak itu bukanlah termasuk anggota keluarganya.
Di samping usaha keras untuk mendidik dan mengarahkan tanggung jawab kita, anak-anak
tercinta bersama isteri, agar kelak dapat berkumpul di surga Allah, maka janganlah lupa berdoa untuk
meraih kebahagiaan tersebut.
Karena sesungguhnya kebahagiaan hakiki itu adalah, tatkala kita bisa berkumpul dengan keluarga
dalam keadaan beriman dan bertakwa saat di dunia, kemudian berhasil pula berkumpul kembali di
surga Allah swt kelak. Semoga saja kita bisa meraihnya.
Namun ingatlah akan Hadits Nabis saw: "Nanti di hari Kiamat, seseorang suami diseret ke tengah-
tengah Padang Mahsyar. Bergelayutan isteri dan anak-anaknya di lengan kanan dan lengan kirinya."
Ketika dihisab, ternyata sang suami bisa masuk surga, lantaran amalnya cukup. Sementara sang
isteri dan anak-anaknya dinyatakan masuk neraka, lantaran kurang amal saat di dunia.
Lalu sang isteri berkata: "Ya Allah, demi keadilan Engkau. Saya dinikahi dan dipergauli, tapi saya
tidak diajari Islam yang saya tidak mengerti. Ambil hak kami dari laki-laki ini, " ujar isterinya sambil
menunjuk-nunjuk suaminya.
Lalu anak-anaknyapun protes: "Ya Allah, demi keadilan Engkau. Saya dinafkahi dan diberi harta,
tapi saya tidak diajari Islam yang saya tidak mengerti. Ambil hak kami dari ayah kami ini, " ujar anak-
anaknya.
Akhirnya, semua keluarga itu dimasukkan ke dalam neraka. "Nau’dzubillahi min dzalik".
Xxxxx

Apakah kita tidak memperhatiakan?

Saat masih muda, korbankan kesehatan tuk cari harta.


Saat sudah tua, korbankan harta tuk cari kesehatan

Saat masih muda, ingin jadi kaya biar menikmati kekayaan,


Saat sudah kaya, tak punya waktu buat menikmati kekayaan.
Sekali punya waktu buat menikmati kekayaan, sudah keburu tua tak ada tenaga…

Bahakan kalau kita renungkan…
Orang kaya mampu beli ranjang enak, tapi tidak bisa tidur
Orang miskin tidak mampu beli ranjang enak, tapi bisa tidur nyenyak
Orang kaya ingin tidur nyenyak
Orang miskin ingin ranjang enak

Orang kaya punya duit buat foya-foya, tapi tidak punya waktu.
Orang miskin punya waktu buat foya-foya, tapi tidak punya duit.

Orang kaya butuh waktu luang


Orang miskin butuh duit banyak

Memang yang enak muda terus, banyak harta, banyak waktu lapang, bahkan banyak penghibur
… dan tempatnya hanya di Surga…

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Umur penghuni surga sekitar 30 dan 33 tahun.
tidak bertambah tua dan muda.” (HR. Ahmad 7920) (HR.Turmidzi 2545)

Karena kita hidup di dunia…Syukurilah apa yang ada..


Dunia hanya sementara dan panggung sandiwara

>>Jangan terlalu sibuk mencari yang “SEMPURNA”


jika yang “SEDERHANA” sudah mampu membuatmu bahagia<<

Dengan bersyukur maka kenikmatan akan selalu bertmbah…


Baik mensyukuri umur, harta, keluarga, pekerjaan, rumah, kendaraan, teman dsb…

Gak percaya???
Buktikan saja !!!

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (Q.s. Ibrahim: 7) “

Singa adalah anggota dari keluarga kucing. Panjang rata-rata tubuh singa dewasa adalah 9 kaki
dan beratnya bisa mencapai 200 – 250 kilogram. Suara singa adalah auman atau geraman. Tidak
seperti kucing-kucing lain, singa tidak mendengkur dan tidak memanjat pohon. Singa dapat
dengan mudah menyebrangi sungai yang dalam. Semua singa hidup dari hewan-hewan pemakan
rumput, jadi mereka hidup di negara yang memiliki padang rumput luas, bukan berhutan-hutan.
Semua singa beristirahat pada siang hari dan berburu pada malam hari. Singa dapat hidup sendiri
atau secara berpasangan, atau berkelompok yang terdiri dari empat sampai dua belas singa yang
dikenal sebagai ″kelompok.″ Persediaan makanan utama singa berasal dari zebra, rusa, dan
kijang. Kadang singa juga menyerang jerapah, namun singa tidak akan menyerang gajah, badak,
atau kuda nil. Ketika singa melakukan serangan secara tiba-tiba, singa dapat berlari dengan
kecepatan 40 mil per jam.

Kita bisa belajar dari singa tentang kekuatan, keberanian dan keteguhannya. Singa mendapat
predikat sebagai raja hutan bukan karena mampu mengalahkan semua binatang, namun karena
singa adalah binatang yang sangat berani dan teguh dalam mencari dan memburu mangsa.
Tidak semua kita lahir dengan tubuh yang sempurna, namun banyak di antara kita lahir dengan
tubuh cacat. Kalau hari ini engkau lahir dengan tubuh cacat dan merasa sebagai manusia yang
tak berguna dan hanya bisa menyusahkan orang tua dan sanak saudara yang mengasihi dengan
tulus, engkau salah. engkau lahir bukan karena produk gagal namun karena Tuhan punya rencana
besar dengan hidup Anda. Untuk melihat betapa engkau begitu berharga, mari kita melihat dari
sosok berikut yang akan memberikan engkau kekuatan.

Anda mungkin juga menyukai