LAPORAN PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE (ANC)
● Mual, muntah
● Mengidam
● Lelah
● Pigmentasi kulit
● Adanya varises
● Morning Sicknees
● Emesis gravidarum
● Kaki kram
● Varises tampak
● Pinggang pegal
● Edema
● Hemoroid
● Leukore ( Keputihan )
● Amenore ( Tidak Haid )
2. Reaksi Psikologis
a. TRIMESTER I
Umumnya wanita hamil pada periode ini mengalami reaksi psikologis dan
emosional. Wanita yang pertama hamil ditunjukan adanya rasa kecemasan dan
kegusaran.
b. TRIMESTER II
Perubahan psikologis pada trimester II. Sudah menerima kehamilan dengan baik,
perasaan cemas kembali muncul kembali kertika melihat keadaan perut yang
semakin membesar.
c. TRIMESTER III
Perubahan psikologis pada trimester III. Bertambahnya usia kehamilan akan
mengakibatkan perasaan tidak nyaman, dan pada saat akan melahirkan akan
muncul dan mulai dirasakan bayangan negative mulai mengahantui.
3. Intervensi
keperawatan
TRIMESTER I
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam kekurangan nutrisi klien
tercukupi
Kriteria hasil :
● Nafsu makan klien meningkat
TRIMESTER II
Gangguan pola nafas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 1x24 jam, klien
menunjukkan keefektifan pola nafas
Kriteria hasil :
● Klien menunjukkan kemudahan dalam bernafas
INTERVENSI RASION
AL
Pantau kecepatan, irama, kedalaman Mengetahui perkembangan kondisi
dan usaha respirasi klien
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan Mengetahui adanya kelainan dalam
area penurunan/tidak adanya ventilasi pernafasan klien
dan adanya bunyi nafas
Tambahan
Posisikan klien semi fowler Untuk memaksimalakan ventilasi
Informasikan kepada klien Agar klien dapat melakukannya di
dan rumah
keluarga tentang teknik
relaksasi untuk
meningkatkan pola pernafasan
TRIMESTER III
Kelebihan volume cairan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kelebihan volume
cairan dapat teratasi
Kriteria hasil :
● TTV klien normal
INTERVENSI RASIONAL
Monitor tanda-tanda vital Jika frekuensi nadi meningkat,
TD
meningkat, mengindikasikan
adanya edema
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi Menentukan penyebab edema
cairan dan memudahkan untuk
intervensi selanjutnya
Monitor indikasi kelebihan Mengidentifikasi adanya
cairan (edema) perubahan edema
Kaji lokasi dan luas edema Mengontrol perubahan edema yang terjadi
Monitor berat badan setiap hari Mengontrol perubahan edema,
mengidentifikasi perubahan volume cairan
dalam tubuh
Pertahankan catatan intake dan output yang Mengontrol intake dan output cairan, intake
akurat dan output yang tidak seimbang akan dapat
menyebabkan kelebihan
volume cairan
Monitor status nutrisi Mengontrol intake dan output nutrisi, intake
dan output yang tidak seimbang akan dapat
menyebabkan kelebihan
volume cairan
Kolaborasi: Untuk mengurangi kelebihan cairan pada
Berikan diuretic sesuai interuksi tubuh
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian intranatal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).
Persalinan adalah proses pembekuan dan menipisnya servik dan janin turun ke
jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Sarwono, 2002).
2. Adaptasi Psikologis
a. Taking In Phase(Perilaku dependen)
Fase ini merupakan periode ketergantungan, dan ibu mengharapkan
pemenuhan kebutuhan dirinya dapat dipenuhi oleh orang lain dalam hal ini
suami, keluarga atau tenaga kesehatan dalam seperti bidan yang menolongnya.
Kondisi ini berlangsung selama 1-2 hari postpartum, dan ibu lebih fokus pada
dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan, ia akan menangguhkan
keterlibatannya terhadap tanggung jawabnya. Fase taking in atau disebut juga
fase menerima dalam 1-2 hari pertama postpartum ini perlu diperhatikan agar
ibu yang baru melahirkan mendapat perlindungan dan perawatan yang baik,
demikian juga kasih sayang.Disebutkan juga fase dependen dalam 1-2 hari
pertama persalinan karena pada waktu ini ibu menunjukan kebahagiaan atau
kegembiraan yang sangat dalam menceritakan pengalaman melahirkannya.
Ibu akan lebih sensitive dan cenderung pasif terhadap lingkungannya karena
kelelahan. Kondisi ini perlu dipahami dengan cara menjaga komunikasi yang
baik. Pemenuhan nutrisi yang baik perlu diperhatikan pada fase ini karena ibu
akan mengalami nafsu makan yang meningkat.
b. Taking Hold Phase(Perilaku dependen-independen)
Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian untuk mendapat perhatian
dalam bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain, dan melakukan
segala sesuatu secara mandiri. Fase ini berlangsung salaam 3-10 hari.Ibu
sudah mulai menunjukan kepuasan yang terfokus kepada bayinya, mulai
tertarik melakukan perawatan pada bayinya, terbuka menerima perawatan dan
pendidikan kesehatan bagi dirinya serta bayinya, juga mudah didorong untuk
melakukan perawatan terhadap bayinya. Ibu akan memberikan respon dengan
penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
bagaimana merawat bayinya, dan timbul keinginan untuk merawat bayinya
sendiri. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk memberikan Pendidikan
kesehatan bagi ibu dalam merawat bayi serta dirinya adalah pada fase taking
holdini, terutama pada ibu yang seringkali kesulitan menyesuaikan diri seperti
primipara, wanita karier, ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk berbagi,
ibu yang masih remaja, ibu single parent.
c. Letting Go Phase(Perilaku Interdependen)
Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu,
biasanya dimulai pada hari kesepuluh postpartum.Ibu sudah menyesuaikan
diri terhadap ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk
merawat bayi dan dirinya dengan baik, serta terjadi penyesuaian hubungan
keluarga dalam mengobservasi bayinya.Hubungan dengan pasangan juga
memerlukan penyesuaian dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga
baru.
D. Persalinan kala I – IV
Menurut Saifuddin (2002), persalinan dibagi dalam empat kala :
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, yaitu :
● Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm.
● Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif.
Durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida
dan sekitar 4-6 jam pada multipara.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum
E. Kebutuhan ibu bersalin
1. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Adanya kontraksi uterus yang lemah setelah bayi dan plasenta keluar pada
kala III dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan, merupakan faktor resiko
tinggi terjadinya syok hipovolemik.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya kontraksi kuat dan dilatasi maksimal pada PAP akibat dorongan
kepala janin merupakan faktor pencetus timbulnya rasa nyeri. Kurang
pengetahuan tentang proses persalinan dan respon adaptasi psikologis terhadap
penerimaan peran baru dalam keluarga mengakibatkan timbulnya kecemasan.
Pemeriksaan dalam (PD) berulang dan adanya perlukaan pada jalan lahir
merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
3. Kebutuhan Aktifitas
Tingginya energi yang digunakan pada proses persalinan mengakibatkan
terjadinya kelemahan fisik dan keterbatasan aktifitas.
atau tidak.
● Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit
menular yang dapat mempengaruhi persalinan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan atau keadaan umum
● Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
● Tanda – tanda vital (tensi, denyut nadi, pernafasan dan suhu)
2) Kepala : warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada
atau tidak, oedema ada atau tidak
3) Mata : fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak
4) Hidung : fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan
5) Telinga : kesimetrisan kedua daun telinga, fungsi pendengaran,
kebersihan, keluhan nyeri, keluaran cairan, adanya nyeri tekan atau
tidak, kesimetrisan
6) Mulut : fungsi pengecapan, kondisi lidah kotor atau bersih, caries ada
atau tidak, mukosa bibir lembab atau tidak, fungsi mengunyah baik atau
terganggu
7) Leher : fungsi pergerakan simetris simetris dextra-sinistra, pembesaran
kelenjar thyroid, fungsi menelan
8) Dada : periksa keadaan puting susu menonjol atau tidak, kesimetrisan
payudara, pengeluaran ASI, palpasi adanya benjolan, periksa bunyi
nafas dan jantung klien
9) Abdomen:periksa munculnya rasa mules, pada uterus, hitung TFU,
periksa letak janin dengan pemeriksaan leopold 1-4. Periksa DJJ secara
teratur untuk mengetahui kondisi janin, kaji frekuensi dan interval
mules yang timbul, kaji/auskultasi bising usus klien.
10) Genitalia
Kaji pengeluaran cairan dan lendir, periksa pembukaan serviks
melalui PD, kaji adanya cairan ketuban (bau dan warnanya), dan kaji
mengenai kebersihan vulva.
11) Urinaria
Kaji adanya distensi blass, frekuensi berkemih, terpasang DC/tidak, kaji
warna dan bau urin.
12) Kuku dan kulit
Kaji warna kulit, kebersihan, tekstur, turgor kulit, warna kuku, CRT,
kebersihan kuku.
13) Ekstremitas atas dan bawah
Kaji mengenai tonus otot, terdapat edema/tidak, terdapat varises/tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai proses
persalinan, trauma persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama, cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dengan situasi persalinan dan mengerti
kronologis persalinan
Intervensi :
● Pantau TTV
R/ : TTV dapat menunjukan proses fisiologis klien
● Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang
berhubungan dengan persalinan
R/ : dengan diberikan pengetahuan/infomasi diharapkan klien dapat
menurunkan ansietas dan stress, meningkatkan kemajuan persalinan
● Berikan perawatan dan bimbingan yang baik selama proses persalinan
R/ : kontiunitas pengkajian dan perawatan dapat membantu dalam masa
penyembuhan klien
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses PD yang berulang, adanya
trauma jalan lahir.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Bebas dari tanda-tanda infeksi
● Cairan amnion jernih, tidak berwarna dan berbau
Intervensi :
● Gunakan teknik aseptic selama perawatan vagina
R/ : membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi
● Membersihkan daerah vulva dan menjaga kebersihannya
R/ : daerah vulva yang kotor dapat memicu perkembangan mikro
organisme bakteri
● Berikan terapi antibiotic jika di indikasikan
R/ : antibiotic dapat menghambat indikasi bakteri
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan yang banyak pada persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi hyvopolemi, cairan tubuh
seimbang.
Kriteria hasil :
● Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
● Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
Intervensi :
● Pantau TTV
R/ : TTV dapat digunakan sebagai indicator dehidrasi
● Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebih
R/ : dapat membantu mengetahui sejauh mana kehilangan cairan
● Hindari menarik tali pusat secara berlebihan/terlalu kuat
R/ : penarikan yang terlalu kuat dapat menyebabkan terputusnya tali pusat
dan retensi flagmen plasenta yang dapat menyebabkan pendarahan
● Berikan terapi IVFD
R/ : dapat memenuhi kebutuhan cairan
4) Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
● Klien tampak lebih tenang, tidak meringis
● Klien mengeluh tidak nyeri/mules
● Skala nyeri (0)
Intervensi :
● Atur posisi klien miring
R/ : mempercepat persalinan lengkap
● Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam (relaksasi)
R/ : mengurangi rasa mules
5) Fatique berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi pada persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan fatique dapat teratasi
Kriteria hasil :
● Klien dapat menghemat energy
● Klien tidak kelelahan saat proses persalinan
Intervensi :
● Kaji derajat keletihan
R/ : untuk mengetahui sejauh mana keletihan yang dialami klien
● Anjurkan klien untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
R/ : pengeluaran energy pada waktu mengejan dapat menyebabkan
keletihan pada saat persalinan
● Ciptakan lingkungan yang tenang dan atur posisi klien senyaman
mungkin
R/ : lingkungan yang tenang dapat meningkatkan relaksasi klien dan
posisi yang nyaman dapat mempercepat proses persalinan sehingga dapat
meminimalisirkan pengeluaran energi berlebih
DAFTAR PUSTAKA
Hacher/moore, 2001. Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede, 2002. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga
berencana, EGC : Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
POST NATAL CARE ( PNC)
i. Sistem gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan
ke belakang.
j. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
k. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah
dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya
masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.
l. Sistem neurologis
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi
maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan.
Sakit kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-
macam termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya
cairan cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam penempatan jarum dari
epidural atau anestesi spiral.
m. Sistem musculoskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan
merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan
hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu
disebabkan membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu
setelah kelahiran.
n. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
o. Sistem integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit
karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun
(Depkes, 2008).
2. Adaptasi psikologis
a. Talking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur
meningkat, nafsumakan meningkat.
b. Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan
bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehinggamembutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuhmerupakan pengaturan bersama
keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau
merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama
keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau
merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu
(Hacher/moore, 2001).
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar
tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui
mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui.
Catatan: bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
pembalutan mammae sampai tertekan menurun, pemberian
obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan dapat penurunan (Abdul
Bari. S, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul bari, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta
A. Pengertian BBL
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat lahir 2500-3500 gram (Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-3500 gram, cukup bulan,
langsung menangis, tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Soleh
Kosim, 2007).
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir sampai usia 4 minggu, lahirnya biasanya
dari usia gestasi antara 38-42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
Jadi, bayi baru lahir normal (BBL) adalah bayi lahir cukup bulan dan sehat
dengan berat antara 2500-3500 gram, dengan usia gestasi 38-42 minggu, secara
spontan tanpa ada penyulit yang menyertai.
B. Adaptasi BBL
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada
sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli
adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga
oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan
alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat
setelah kelahiran yaitu 30-60 x/menit.
2. Sistem cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel
tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika
janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian
paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke
paru-paru, dengan demikian foramen ovale, duktus arterious dan duktus venosus
menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi
ligament.
3. Sistem hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm 3 dan
Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada
minggu ke 20.
4. Sistem pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban
terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat
dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
5. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
6. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
7. Sistem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran
panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin.
Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan
menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap
dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda
yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
8. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
sebelum lahir.
9. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang
dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
10. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan
menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan. Pada triwulan terakhir
hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga
janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada
kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
11. Sistem imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya
pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig
A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak
dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
12. Sistem integument
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa
juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat
rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan
yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering
terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik
(Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan
bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
13. Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku
jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
bulan.
14. Sistem neuromuskuler
Re flek bayi baru lahir diantaranya :
a. Reflek pada mata
● Berkedip atau Refleks corneal
● Reflek Pupil
● Mata boneka
b. Reflek pada Hidung
● Bersin
● Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
c. Reflek pada mulut dan tenggorokkan
● Menghisap
● Muntah
● Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus
hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12
bulan.
● Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya
keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
● Menguap
● Batuk
d. Reflek pada Ekstremitas
● Menggenggam
● Babinski
● Klonus, Pergelangan kaki : Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut
yang teraba.
● Refleks pada Massa/Moro
● Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan
fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
D. Kebutuhan BBL
1. Kebutuhan Oksigenasi
Pada proses persalinan ketika kepala melewati jalan lahir, banyak cairan
amnion yang masuk kesaluran napas, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna, terjadi akumulasi secret pada jalan napas mengakibatkan bersihan jalan
napas dan pola napas tidak efektif.
2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Peningkatan pengeluaran cairan melalui insisible loss (IWL) dan reflek
menghisap dan menelan belum sempurna merupakan resiko tinggi terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.
3. Kebutuhan Sirkulasi
Adaptasi terhadap perubahan suhu tubuh dari suhu intra uterin yang stabil ke
suhu ruangan dan adanya pengeluaran suhu tubuh melalui proses konveksi, radiasi
dan evaporasi merupakan faktor resiko tinggi terjadinya hipothermi.
4. Kebutuhan Nutrisi
Reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna, merupakan faktor
resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .
5. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya luka pemotongan tali pusat yang belum kering merupakan faktor
resiko tinggi terjadinya infeksi.
3. Intervensi keperawatan
1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
● Intake dan output makanan seimbang.
● Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian
dextrosa dan PASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air
susu pada ibu menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5.
6. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
7. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi
adekuat
8. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat menghabiskan
cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan haluaran urin
● Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat. Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap 30-
60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan berkemih,
membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral
dini Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas
motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit
dipertahankan diatas 36,50 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi
dan membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan
cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan
cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada
tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Bebas dari tanda-tanda infeksi.
● TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
● Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional :
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
Rencana tindakan :
1. Pertahankan intake sesuai jadwal
2. Monitor intake dan output
3. Berikan infuse sesuai program
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
5. Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1. Memantau keefektifan aturan terapeutik
Affandi, Bisan. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR
Suryana, Dra. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC
Saifudin, Abdul Bahri, Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan bina Pustaka Sarwono
Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga. Jakarta: Depkes
RI
2. Etiologi
Menurut Anurogo dkk (2011) banyak faktor lain yang menyebabkan dismenorea primer
antara lain:
a. Faktor endokrin
Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi
otot uterus yang berlebihan. Hormone estrogen merangsang kontraktiltas uterus,
sedangkan hormone progesterone menghambat atau mencegahnya.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi
timbilnya dismenorea. Saat seseorang menderita anemia maka sensitivitas tubuh
terhadap nyeri akan meningkat. Hipersensitivitas pada jaringan ini dipengaruhi karena
adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin sendiri merupakan
zat yang dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan
prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
anemia.
c. Merokok
Rokok adalah stimula yang tidak hanya menyebabkan ketegangan dalam system saraf,
tetapi juga mendistorsi produksi hormone yang menyebabkan produksi prostaglandin
yang berlebihan. Oleh karena itu, wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri
menstruasi .
d. Kekurangan gizi
Kekurangan gizi disebabkan oleh asupan yang kurang pada zat gizi dan diet yang tidak
sehat. Zat gizi dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: makro nutrient dan mikro
nutrient. Kekurangan zat gizi makro, seperti essensial fatty acid akan 11 memicu
dismenorea , karena essensial fatty acid ini berfungsi sebagai bahan awal untuk
mengatur hormone molekul seperti molekul (prostaglandin) yang mengatur aktivitas sel.
Menurut penelitian Sari Purnama, S.D. (2010), terdapat hubungan antara zat gizi mikro
kalsium dan vitamin C dengan kejadian dismenorea .
e. Stres
Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang mengganggu keseimbangan
seseorang dalam beberapa cara yang menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam
otak yang mengakibatkan menstruasi tidak teratur atau kram menstruasi.
f. Status gizi Wanita yang memiliki berat badan berlebih memiliki resiko dua kali lebih
kuat mengalami nyeri menstruasi daripada wanita yang berat badan normal. Sedangkan
status gizi yang kurang dapat memperparah keadaan dismenorea tersebut.
g. Usia menarche Menarche adalah menstruasi pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja
mempengaruhi terjadinya menarche baik dari fakotr usia terjadinya menarche, adanya
keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Usia gadis remaja
pada waktu pertama kalinya mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu
antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistic menunjukan bahwa usia
menarche dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.
3. Patofisiologi
Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar prostaglandin terutama PGF2
dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah, namun pada
fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2. Selama
siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat kemudian menurun pada masa
implantasi window. Pada beberapa kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada
remaja dengan keluhan menorrhagia secara signifikan leih tinggi dibandingkan dengan
kadar prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu baik secara
normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai peranan selama siklus
menstruasi (Reeder, 2013). Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di
myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan
meningkatkan kontraktilitas otto uterus. Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot
uterus ditembah adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus
selanjutnya akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin akan dapat
mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada saat menstruasi. Begitu juga
dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2
dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi (Anurogo, 2011).
Penigkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2a) dari endometrium
selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur
sehingga timbul nyeri. Selama periode menstruasi, remaja yang mempunyai dismenorea
mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali
lebih banyak dalam darah menstruasi di bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri.
Akibat peningnkatan aktivitas uterus yang abnormal ini, aliran darah menjadi berkurang
sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri. Mekanisme nyeri
lainnya disebabkan oleh serat prosteglandin (PGE2) dan hormon lainnya yang membuat
serat saraf sensori nyeri di uterus menjadi hipersensitif terhadap kerja badikinin serta
stimulasi nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
Gambar 1. Patofisiologi Dismenote
4. Tanda gejala
Gejala dan tanda dismenorea ini adalah : nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang dan timbul
atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada (Mirza, 2009)
Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi serta mencapai puncaknya
dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.sering disertai dengan sakit
kepala, mual, sembelit, diare, dan sering berkemih. Kadang – kadang sampai terjadi
muntah. (Andira, 2010).
a. Dismenorea Primer
Rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai penyakit dasar.
Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat
kelainan pada alat kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak
menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal
menstruasi, dan berlangsung beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer
ini kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare.
b. Dismenorea Sekunder
Rasa nyeri tersebut disebabkan proses menstruasi dan produksi prostaglandin secara
alami. Ciri yang khas pada dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang
pada hari-hari menstruasi selanjutnya.
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
5. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada tes khusus untuk diagnosis dismenorea primer. Studi laboratorium berikut dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan penyebab organik dismenorea
sekunder:
a. Hitung darah lengkap dengan diferensial untuk mencari bukti infeksi atau proses
neoplastik
b. Kultur Gonokokal dan klamidia, enzim immunoassay, dan penyelidikan DNA untuk
mengesampingkan infeksi menular seksual dan penyakit radang panggul
c. Tingkat chorionic gonadotropin kuantitatif (hormon HCG) manusia untuk
mengesampingkan kehamilan ektopik
d. Laju endap darah untuk subakut salpingitis
e. Urinalisis untuk mengesampingkan infeksi saluran kemih
f. Pemeriksaan kanker antigen 125 (CA-125) Jika dicurigai terdapat patologi pelvis, studi
pencitraan berikut dapat dipertimbangkan: Ultrasonografi relatif noninvasif, dapat
dengan mudah dilakukan di departemen darurat (UGD), dan dapat mengetahui patologi
pelvis yang paling relevan. Seperti, endometriosis mungkin muncul sebagai massa
kompleks dengan penampilan berbintik. Ultrasonografi panggul diindikasikan untuk
mengevaluasi adanya kehamilan ektopik, kista ovarium, 22 fibroid, dan alat kontrasepsi
intrauterine (IUCDs). Hal ini sangat sensitif untuk mendeteksi massa panggul.
Histerosalpingografi digunakan untuk mengesampingkan polip endometrium,
leiomioma, dan kelainan bawaan rahim. Pielografi intravena diindikasikan jika terdapat
uterine malformation sebagai penyebab atau faktor untuk dismenorea.
6. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum
2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah
biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan
istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil
KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi 29 beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan
pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan
ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan
dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada
penyebabnya (Nugroho, 2014).
7. Asuhan keperawatan Dismenore
a. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh
budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau
perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai
pengobatan rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola
diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang bermanfaat
(Lowdermilk, 2013).
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami gangguan menstruasi menurut
Lowdermilk (2013) meliputi:
1) Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif
a) Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai
b) Efek fisiologis dan emosional gangguan
2) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
a) Perawatan diri
b) Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan
3) Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan menstruasi
4) Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yan berhubungan dengan
a) Persepsi lain tentang rasa tidak nyamannya
b) Ketidakmampuan untuk mengandung
5) Nyeri yang berhubungan dengan gangguan menstruasi
c. Perencanaan
Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang dapat diberikan menurut
Proverawati (2009), yaitu:
1) Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
2) Pemberian analgesik dan tokolitik
3) Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda,
atau berenang
4) Anjurkan klien untuk cukup istirahat
5) Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau
6) Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa
nyeri
d. Pelaksanaan
1) Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
2) Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
3) Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang
4) Menganjurkan klien untuk cukup istitahat
5) Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan sayuran hijau
6) Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika
terasa nyeri
e. Evaluasi
Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan peningkatan dalam kualitas hidupnya
kemampuan perawatan diri, dan konsep diri serta gambaran tubuh yang positif
(Lowdermilk, 2013).
8. Daftar pustaka
Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Anurogo,D. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta
Judha, Mohamad .2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Solo : Rahma
Surakarta
Lowdermilk, 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Terjemahan Wijayarini,
M. A. Jakarta: EGC.
Mirza, M. 2009. Seluk beluk reproduksi dan kehamilan. Yogyakarta : Garailmu
Nugroho, 2014. Ginekologi &Obtetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika
Proverawati dan Misaroh, 2009. Menarche; pertama penuh makna. Bandung: Nuha
Medika.
Reeder, SJ. Koniak, GR. Leonide, L. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Winknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.