Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA : Bagus Eko Nurrochman


NIM : 2020207209182
KELAS : NERS KONVERSI
KELAS RSUD PRINGSEWU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020

LAPORAN PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE (ANC)

A. Pengertian antenatal care


Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen
kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Wiknjosastro, 2002
dikutip dari Ningsih, 2012). Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalinan
terutama di tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Selama antenatal care dilakukan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
ibu.

B. Tanda – tanda kehamilan


Tanda dan gejala (keluhan) normal pada wanita hamil adalah:

● Mual, muntah

● Mengidam

● Lelah

● Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri

● Konstipasi dan obstipasi

● Pigmentasi kulit

● Adanya varises

● Morning Sicknees

● Emesis gravidarum

● Kaki kram

● Varises tampak 

● Sesak bagian bawah

● Pinggang pegal

● Edema

● Hemoroid

● Tanda chadwik ( Bercak keunguan pada vagina )

● Leukore ( Keputihan )
● Amenore ( Tidak Haid )

C. Adaptasi fisiologi dan psikologis ibu hamil


1. Perubahan/adaptasi fisik 
a. Uterus
Ukuran: untuk memodifikasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat
hipertropi otot polos rahim.
Berat: berat uterus naik drastis dari 30 gr menjadi 1000 gr pada akhir kehamilan.
Bentuk dan konsistensi: pada bulan pertama kehamilan bentuk rahim seperti buah
alpukat, pada kehamilan keempat berbentuk bulat dan akhir kehamilan seperti telur.
Uterus yang tidak hamil kira-kira sebesar telur bebek dan kehamilan sebesar telur
angsa.
b. Indung telur 
Ovulasi terhenti, masa terdapat korpus liteum graviditas sampai terbentuknya, yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone.
c. Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva akibat
hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan yang
disebut tanda chadwik.
d. Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut
elastis dibawah kulit.
e. Sistem sirkulasi darah
1) Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester
pertama, volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 % dengan
puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung yang meningkat
sebanyak ± 30%.
2) Protein darah, gambaran protein dalam serum berubah, jumlah protein albumin
dan gama globulin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat secara
bertahap pada akhir kehamilan.
3) Hitung jenis volume plasma darah, jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk
memenuhi kebutuhan transportasi O2 yang sangat diperlukan selama kehamilan.
4) Nadi dan Tekanan darah cenderung menurun terutama selama trimester kedua
dan kemudian akan meningkat lagi seperti pada pra-hamil.
5) Jantung, pompa jantung mulai naik kira-kira 30 % setelah kehamilan 3 bulan
menurun lagi, pada minggu-minggu akhir kehamilan.
f. Sistem pernafasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak nafas dan pendek. Hal ini
disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran uterus.
g. Saluran pencernaan
Saliva meningkat pada trimester pertama, mengeluh mual dan muntah, tonus otot-
otot saluran pencernaan melemah sehingga mortilitas dan makanan lebih lama
berada dalam saluran pencernaan. Absorbsi makanan baik namun akan
menimbulkan obstipasi, gejala muntah.
h. Tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa longgar, karena ligament-ligamen melunak. Juga
terjadi sedikit pelebaran pada ruang sendi apabila pemberian makanan dapat
memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium maternal pada tulang-tulang panjang
akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium cukup
tinggi tidak akan kekurang kalsium. Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang
disebabkan oleh factor lain seperti hygiene yang buruk disekitar mulut.
i. Kulit
Pada kulit terdapat pigmentasi:
1) Wajah: disebut topeng kahmilan (Cloasma Gravidarum )
2) Payudara: Putting susu dan aerola mamae
3) Perut: Line Nigra, Strice
j. Kalenjar Endokrin
1) Kalenjar Tiroid: dapat membesar sendiri
2) Kalenjar Hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior 
3) Kalenjar Adrenal: Tidak dapat dipengaruhi
k. Metabolisme
Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu wanita hamil
perlu mendapat makanan yang bergizi: tingkat metabolisme basal (BMR) pada
wanita hamil meningkat 10-20 %, terutama pada trimester akhir.

2. Reaksi Psikologis
a. TRIMESTER I
Umumnya wanita hamil pada periode ini mengalami reaksi psikologis dan
emosional. Wanita yang pertama hamil ditunjukan adanya rasa kecemasan dan
kegusaran.
b. TRIMESTER II
Perubahan psikologis pada trimester II. Sudah menerima kehamilan dengan baik,
perasaan cemas kembali muncul kembali kertika melihat keadaan perut yang
semakin membesar.
c. TRIMESTER III
Perubahan psikologis pada trimester III. Bertambahnya usia kehamilan akan
mengakibatkan perasaan tidak nyaman, dan pada saat akan melahirkan akan
muncul dan mulai dirasakan bayangan negative mulai mengahantui.

D. Kebutuhan ibu hamil trimester I – III


Tidak semua ibu hamil dan keluarga mendapatkan pendidikan dan konseling
memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya untuk
menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal memberi
kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan esensial
bagi ibu hamil dan keluarga termasuk rencana persalinan (dimana, penolong, dana,
pendamping, dan sebagainya) dan cara merawat bayi. Beberapa informasi penting
adalah sebagai berikut.
a. Nutrisi / kalori
Jumlah kalori yang di perlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2.500
kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan
kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang
dimengerti oleh ibu hamil maupun keluarga. Jumlah kalori berlebih dapat
menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre
eklamsia.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram perhari. Sumber
protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh – tumbuhan (kacang – kacangan) atau
hewani (ikan, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran
premature, anemia, dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram perhari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi perkembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
d. Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil yang memerlukan kecukupan oksigenasi
jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin
didalam sel – sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal
diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama
trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia pemberian besi per minggu cukup
adekuat. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrous gluconate, ferrous fumarate,
atau ferrous sulphate. Kekuranga zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi.
e. Asam folat
Selain zat besi, sel – sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan
sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram/hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.

E. Asuhan keperawatan pada ibu hamil


1. Pengkajian
a. Data umum klien dan pasangan
b. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
c. Riwayat ginekologi
d. Riwayat KB
e. Riwayat kehamilan saat ini
f. Pemeriksaan fisik
g. Persiapan persalinan
h. Obat-obatan yg dipakai saat ini
i. Hasil pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan
TRIMESTER I
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Ansietas
c. Perubahan pola eliminasi urin
d. Perubahan pola seksual
e. Perubahan proses keluarga
f. Koping individu tidak efektif
TRIMESTER II
a. Gangguan citra tubuh
b. Gangguan pola nafas
c. Kurang pengetahuan
d. Resiko cidera
janin
TRIMESTER III
a. Nyeri akut
b. Perubahan eliminasi urin
c. Gangguan pola tidur
d. Kelebihan volume cairan

3. Intervensi
keperawatan
TRIMESTER I
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam kekurangan nutrisi klien
tercukupi
Kriteria hasil :
● Nafsu makan klien meningkat

● Klien tidak mual dan muntah

● Nilai laboratorium (transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal


INTERVEN RASION
SI AL
Ketahui makanan kesukaan klien Meningkatkan nafsu makan klien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada Memastikan kandungan nutrisi dan kalori
catatan asupan pada asupan sesuai dengan kebutuhan klien

Pantau nilai laboratorium, khususnya Menentukan kebutuhan nutrisi


transferin, albumin, dan elektrolit dan
keefektifan terapi
Timbang BB klien setiap hari Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet dan asupan nutrisi
Ajarkan keluarga tentang makanan Keluarga dapat membantu pemenuhan
bergizi dan tidak mahal nutrisi klien
Ciptakan suasana yang menyenangkan Meningkatkan nafsu makan
untuk makan
Kolaborasi dengan dokter Untuk mengontrol mual dan muntah
untuk
pemberian antiemetic
Kolaborasi dengan ahli gizi Jumlah kalori dan jenis zat gizi yang tepat
untuk menentukan jumlah dan sesuai kebutuhan akan dapat
kalori dan jenis zat menyeimbangkan nutrisi klien
gizi yang dibutuhkan klien

TRIMESTER II
Gangguan pola nafas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 1x24 jam, klien
menunjukkan keefektifan pola nafas
Kriteria hasil :
● Klien menunjukkan kemudahan dalam bernafas

● Ekspansi dada simetris

● Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

● Bunyi nafas tambahan tidak ada: wheezing (-), ronkhi (-)


● RR dalam batas normal (16-20x/menit)

● Klien mampu menggambarkan rencana untuk perawatan di rumah

INTERVENSI RASION
AL
Pantau kecepatan, irama, kedalaman Mengetahui perkembangan kondisi
dan usaha respirasi klien
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan Mengetahui adanya kelainan dalam
area penurunan/tidak adanya ventilasi pernafasan klien
dan adanya bunyi nafas
Tambahan
Posisikan klien semi fowler Untuk memaksimalakan ventilasi
Informasikan kepada klien Agar klien dapat melakukannya di
dan rumah
keluarga tentang teknik
relaksasi untuk
meningkatkan pola pernafasan

TRIMESTER III
Kelebihan volume cairan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kelebihan volume
cairan dapat teratasi
Kriteria hasil :
● TTV klien normal

● klien terbebas dari edema kaki

● tidak ada proteinuria

INTERVENSI RASIONAL
Monitor tanda-tanda vital Jika frekuensi nadi meningkat,
TD
meningkat, mengindikasikan
adanya edema
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi Menentukan penyebab edema
cairan dan memudahkan untuk
intervensi selanjutnya
Monitor indikasi kelebihan Mengidentifikasi adanya
cairan (edema) perubahan edema
Kaji lokasi dan luas edema Mengontrol perubahan edema yang terjadi
Monitor berat badan setiap hari Mengontrol perubahan edema,
mengidentifikasi perubahan volume cairan
dalam tubuh
Pertahankan catatan intake dan output yang Mengontrol intake dan output cairan, intake
akurat dan output yang tidak seimbang akan dapat
menyebabkan kelebihan
volume cairan
Monitor status nutrisi Mengontrol intake dan output nutrisi, intake
dan output yang tidak seimbang akan dapat
menyebabkan kelebihan
volume cairan
Kolaborasi: Untuk mengurangi kelebihan cairan pada
Berikan diuretic sesuai interuksi tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology.


Bandung: Elemen.

Donges, RE.(2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2: Jakarta: EGC.

Israr, Yayan, dkk. 2009. Makalah Antenatal Care dan Preeklampsia.

Manuaba. (2001).Kapita selekta penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan


KB. Jakarta: EGC.

Muchtar Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.


Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta.
EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRA NATAL CARE (INC)

A. Pengertian intranatal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).
Persalinan adalah proses pembekuan dan menipisnya servik dan janin turun ke
jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Sarwono, 2002).

B. Adaptasi fisiologis / psikologis ibu bersalin


1. Adaptasi Fisiologis
a. Perubahan pada sistem reproduksi
Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yaitu pada vagina, serviks uteri,
dan endometrium.
b. Perubahan pada vagina dan perineum
Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka lebar, ada kecenderungan
vagina mengalami bengkak dan memar serta nampak ada celah antara
introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan
tidak ada pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada minggu 1-2 hari
pertama postpartum. Pada minggu ketiga posrpartum rugae vagina mulai pulih
menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina menjadi
lebih lunak serta lebih besar dari biasanya sehingga ruang vagina akan sedikit
lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan. Vagina yang bengkak atau
memar dapat juga diakibatkan oleh trauma karena proses keluarnya kepala
bayi atau trauma persalinan lainnya jika menggunakan instrument seperti
vakum atau forceps. Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala
janin, sehingga perineum menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum
akan pulih pada hari kelima postpartum mesipun masih kendur dibandingkan
keadaan sebelum hamil. Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi
robekan saat melahirkan bayi, ibu tetap merasa memar pada perineum dan
vagina pada beberapa hari pertama persalinan.Ibu mungkin merasa malu
untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan, kecuali jika ada
indikasi klinis.Bidan harus memberikan asuhan dengan memperhatikan teknik
asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat nyeri perineum
yang dialami.Perineum yang mengalami robekan atau di lakukan episiotomy
dan dijahit perlu di periksa keadaannya minimal satu minggu setelah
persalinan.
c. Perubahan pada serviks uteri
Perubahan yang terjadi pada serviks uteri setelah persalinan adalah menjadi
sangat lunak, kendur dan terbuka seperti corong.Korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi sehingga seolah-olah terbentuk
seperti cincin pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri. Tepi luar
serviks yang berhubungan dengan ostium uteri ekstermun (OUE) biasanya
mengalami laserasi pada bagian lateral.Ostium serviks berkontraksi perlahan,
dan beberapa hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2
jari.Pada akhir minggu pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks
menebal dan kanalis servikalis kembali terbentuk. Meskipun proses involusi
uterus telah selesai, OUE tidak dapat kembali pada bentuknya semula saat
nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi
menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas servis pada
wanita yang pernah melahirkan/para.
d. Perubahan pada uterus
Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses involusio uteri yaitu
kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil baik ukuran, tonus dan
posisinya. Proses involusio juga dijelaskan sebagai proses pengecilan ukuran
uterus untuk kembali ke rongga pelvis, sebagai tahapan berikutnya dari proses
recovery pada masa nifas. Namun demikian ukuran tersebut tidak akan pernah
kembali seperti keadaan nullipara. Hal ini disebabkan karena proses
pagositosis biasanya tidak sempurna, sehingga masih tertinggal sedikit
jaringan elastis. Akibatnya ketika seorang perempuan pernah hamil, uterusnya
tidak akan kembali menjadi uterus pada keadaan nullipara. Pada jam-jam
pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang bergeser ke atas atau ke
kanan karena kandung kemih.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum
mengkaji tinggi fundus uteri (TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri,
agar dapat memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Uterus akan mengecil
menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran normal pada
minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera
setelah persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka
hal ini perlu dikaji labih jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri
disertai perdarahan atau retensi bekual darah dan darah, serta distensi kandung
kemih, tidak bisa berkemih.
e. Perubahan pada endometrium
Pada hari kedua – ketiga pasca persalinan, lapisan desidua berdiferensiasi
menjadi dua lapisan.Stratum superfisial menjadi nekrotik bersama lokia,
sedangkan stratum basal yang bersebelahan dengan myometrium tetap utuh
dan yang menjadi sumber pembentukan endometrium baru.Endometrium
terbentuk dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan
ikat antar kelenjar tersebut. Proses pembentukan kembali endometrium
berlangsung secara cepat selama masa nifas, kecuali pada tempat insersi
plasenta. Dalam satu minggu atau lebih permukaan bebas menjadi tertutup
kembali oleh epitel endometrium dan pulih kembali dalam waktu 3 minggu.
f. Perubahan sistem pencernaan
Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus
akibat banyak tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena
melahirkan bayinya. Tetapi tidak jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki
nafsu makan karena kelelahan melahirkan bayinya. Jika ditemukan keadaan
seperti itu, perlu menjadi perhatian bidan agar dapat memotivasi ibu untuk
makan dan minum pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian lebih
lanjut terhadap keadaan psikologis ibu. Jika keadaan ini menjadi persisten
selama beberapa jam setelah persalinan, waspada terhadap masalah
perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa
nifas. Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya
setempat yang masih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan
makan dan minum setelah melahirkan bayinya. Proses menyusui, serta
pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa nifas juga dapat
menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari
postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh,
dan gejala heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa
hilang.Sembelit dapat tetap menjadi masalah umum pada ibu nifas selama
periode postnatal. Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang
menyebabkan ibu takut untuk BAB. Oleh karena itu bidan perlu memberikan
edukasi agar keadaan ini tidak menyebabkan gangguan BAB pada ibu nifas
dengan banyak minum air dan diet tinggi serat serta informasi bahwa jahitan
episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.
g. Perubahan sistem perkemihan
Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah
persalinan terjadi pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi
dysuria.Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya penurunan volume darah
yang tiba-tiba selama periode posrpoartum.Diuresis juga dapat tejadi karena
estrogen yang meingkat pada masa kehamilan yang menyebabkan sifat retensi
pada masa postpartum kemudian keluar kembali bersama urine. Dilatasi pada
saluran perkemihan terjadi karena peningkatan volume vascular menghilang,
dan organ ginjal secara bertahap kembali ke keadaan pregravida. Segera
setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan
yang tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya
pembengkakan kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan
hilang pada 24 jam pertama postpartum. Jika Keadaan ini masih menetap
maka dapat dicurigai adanya gangguan saluran kemih. Bladder dan uretra
dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang menyebabkan
kurangnya sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini
dapat menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan
nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih dan
sub involusi uterus, yang menjadi kasus primer dan sekunder dari perdarahan
postpartum.
h. Perubahan sistem muskuloskeletal/ diastasis recti abdominis\
Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil
dalam periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan.Kembalinya tonus otot
dasar panggung dan abdomen pulih secara bersamaan.Pemulihan ini dapat
dipercepat dengan latihan atau senam nifas. Otot rectus abdominismungkin
tetap terpisah (>2,5 cm) di garis tengah/umbilikus, kondisi yang dikenal
sebagai Diastasis Recti Abdominis (DRA), sebagai akibat linea alba dan
peregangan mekanis pada dinding abdomen yang berlebihan, juga karena
pengaruh hormone ibu. Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan
hernia epigastric dan umbilikalis. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap rektus
abdominal perlu dilakukan pada ibu nifas, sehingga dapat diberikan
penanganan secara cepat dan tepat.
i. Perubahan sistem endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan
kadar hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami
perubahan pada ibu nifas adalah hormon estrogen dan progesterone, hormone
oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan progesterone menurun secara
drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar hormone prolactin dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan
ASI, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI.
Keadaan ini membuat proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua
ibu nifas seharusnya dapat menjalani proses laktasi dengan baik dan sanggup
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hormon lain yang mengalami
perubahan adalah hormon plasenta. Hormon plasenta menurun segera setelah
plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh
postpartum.
j. Perubahan tanda-tanda vital
● Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena
kelelahan dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan suhu
tubuh hingga 38°C harus merupakan tanda adanya komplikasi pada masa
nifas seperti infeksi/sepsis puerperalis.
● Nadi: normal 65-80 dpm, peningkatan nadi menandakan adanya infeksi
● Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi
meningkat, maka akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika
respirasi meningkat hingga 30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.
● Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama
postpartum (<140/90 mmHg). Jika terus meningkat, merupakan tanda
adanya preeklampsia. Monitor tekanan darah secara teratur perlu
dilakukan jika tekanan darah masih terus tinggi.

k. Perubahan sistem kardiovaskuler


Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses persalinan
normal, sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa mencapai 700-1000 cc,
dan histerektomi 1000-1500 cc (a/i atonia uteri). Kehilangan darah ini
menyebabkan perubahan pada kerja jantung. Peningkatan kerja jantung hingga
80% juga disebabkan oleh autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi
pembuluh darah perifer meningkat karena hilangnya proses uteroplacenter dan
kembali normal setelah 3 minggu. Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari
postpartum, akan terjadi diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya
estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan volume
plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada minggu
kedua postpartum. Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan
pergelangan kaki/ankle, meskipun tidak mengalami udem pada masa
hamil.Pembengkakan ini harus terjadi secara bilateral dan tidak menimbulkan
rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada salah satu kaki disertai
nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis.Ibu nifas harus menghindari berdiri
terlalu lama atau menggantungkan kaki pada posisi duduk yang lama saat
menyusui untuk menghindari udem pada kaki. Ibu nifas juga tidak jarang
ditemukan berkeringat dingin, yang merupakan mekanisme tubuh untuk
mereduksi banyaknya cairan yang bertahan selama kehamilan selain
diuresis.Pengeluaran cairan yang berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk
melalui kulit menimbulkan banyak keringat.Keadaan ini
disebut diaphoresisyang dialami pada masa early postpartum pada malam
hari, yang bukan merupakan masalah pada masa nifas. Ibu bersalin juga sering
ditemukan menggigil setelah melahirkan, hal ini dapat disebabkan karena
respon persarafan atau perubahan vasomotor. Jika tidak diikuti dengan
demam, menggigil, maka hal tersebut bukan masalah klinis, namun perlu
diupayakan kenyamanan ibu. Kondisi ketidaknyamanan ini dapat diatasi
dengan cara menyelimuti ibu dan memberikan teh manis hangat. Jika keadaan
tersebut terus berlanjut, dapat dicurigai adanya infeksi puerperalis.
l. Perubahan sistem hemotologi
Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan volume cairan pada saat
persalinan mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb), hematocrit (HT), dan kadar
erisrosit pada awal postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel
darah pada masa hamil berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada
hari ketiga – tujuh postpartum.  Pada minggu keempat – lima postpartum akan
kembali normal. Lekosit meningkat hingga 15.000 selama beberapa hari
postpartum (25.000-30.000) tanpa menjadi abnormal meski persalinan
lama.Namun demikian perlu diobservai dan dilihat juga tanda dan gejala
lainnya yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa
nifas.

2. Adaptasi Psikologis
a. Taking In Phase(Perilaku dependen)
Fase ini merupakan periode ketergantungan, dan ibu mengharapkan
pemenuhan kebutuhan dirinya dapat dipenuhi oleh orang lain dalam hal ini
suami, keluarga atau tenaga kesehatan dalam seperti bidan yang menolongnya.
Kondisi ini berlangsung selama 1-2 hari postpartum, dan ibu lebih fokus pada
dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan, ia akan menangguhkan
keterlibatannya terhadap tanggung jawabnya. Fase taking in atau disebut juga
fase menerima dalam 1-2 hari pertama postpartum ini perlu diperhatikan agar
ibu yang baru melahirkan mendapat perlindungan dan perawatan yang baik,
demikian juga kasih sayang.Disebutkan juga fase dependen dalam 1-2 hari
pertama persalinan karena pada waktu ini ibu menunjukan kebahagiaan atau
kegembiraan yang sangat dalam menceritakan pengalaman melahirkannya.
Ibu akan lebih sensitive dan cenderung pasif terhadap lingkungannya karena
kelelahan. Kondisi ini perlu dipahami dengan cara menjaga komunikasi yang
baik. Pemenuhan nutrisi yang baik perlu diperhatikan pada fase ini karena ibu
akan mengalami nafsu makan yang meningkat.
b. Taking Hold Phase(Perilaku dependen-independen)
Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian untuk mendapat perhatian
dalam bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain, dan melakukan
segala sesuatu secara mandiri. Fase ini berlangsung salaam 3-10 hari.Ibu
sudah mulai menunjukan kepuasan yang terfokus kepada bayinya, mulai
tertarik melakukan perawatan pada bayinya, terbuka menerima perawatan dan
pendidikan kesehatan bagi dirinya serta bayinya, juga mudah didorong untuk
melakukan perawatan terhadap bayinya. Ibu akan memberikan respon dengan
penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
bagaimana merawat bayinya, dan timbul keinginan untuk merawat bayinya
sendiri. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk memberikan Pendidikan
kesehatan bagi ibu dalam merawat bayi serta dirinya adalah pada fase taking
holdini, terutama pada ibu yang seringkali kesulitan menyesuaikan diri seperti
primipara, wanita karier, ibu yang tidak mempunyai keluarga untuk berbagi,
ibu yang masih remaja, ibu single parent.
c. Letting Go Phase(Perilaku Interdependen)
Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu,
biasanya dimulai pada hari kesepuluh postpartum.Ibu sudah menyesuaikan
diri terhadap ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk
merawat bayi dan dirinya dengan baik, serta terjadi penyesuaian hubungan
keluarga dalam mengobservasi bayinya.Hubungan dengan pasangan juga
memerlukan penyesuaian dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga
baru.

C. Tujuan keperawatan masa intranatal


1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan
sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan –  kelainan yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

D. Persalinan kala I – IV
Menurut Saifuddin (2002), persalinan dibagi dalam empat kala :
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, yaitu :
● Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm.
● Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif.
Durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida
dan sekitar 4-6 jam pada multipara.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum
E. Kebutuhan ibu bersalin
1. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Adanya kontraksi uterus yang lemah setelah bayi dan plasenta keluar pada
kala III dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan, merupakan faktor resiko
tinggi terjadinya syok hipovolemik.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya kontraksi kuat dan dilatasi maksimal pada PAP akibat dorongan
kepala janin merupakan faktor pencetus timbulnya rasa nyeri. Kurang
pengetahuan tentang proses persalinan dan respon adaptasi psikologis terhadap
penerimaan peran baru dalam keluarga mengakibatkan timbulnya kecemasan.
Pemeriksaan dalam (PD) berulang dan adanya perlukaan pada jalan lahir
merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
3. Kebutuhan Aktifitas
Tingginya energi yang digunakan pada proses persalinan mengakibatkan
terjadinya kelemahan fisik dan keterbatasan aktifitas.

F. Asuhan keperawatan pada ibu bersalin


1. Pengkajian
a. Identitas
● Nama suami dan istri
Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat terjalin
komunikasi dengan baik.
● Usia
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20 sampai
30 tahun.
● Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah
hubungan /informasi bila diperlukan. Bila keadaan mendesak, dengan
diketahuinya alamat tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. 
● Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien. 
● Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien. 
● Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. 
● Status perkawinan
Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan
ditanyakan tentang keberapa kalinya.
● Lama Perkawinan
Kalau orang hamil suda lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini
harus diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien
datang mencari pertolongan.

Riwayat keluhan utama


P : Provokasi / palatif (penyebab) 
Q : Quality / bagaimana gejala dirasakan
R : Region / dimana gejala dirasakan
S : Skala keadaan / seberapa parah yang dialami pasien
T : Time / sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan
2) Riwayat kesehatan sekarang
Yang perlu dikaji : sejak kapan ibu merasakan pergerakan anak,
umur kehamilan, ANC berapa kali, dimana imunisasi TT didapatkan,
teraphie yang didapatkan, penyuluhan yang didapatkan, bila mulai
didapatkan gerakan anak,kalau kehamilan masih muda adalah
mual, muntah, sakit kepala, perdarahan.kalau kehamilan tua adalah
bengkak di kaki/muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang dan
lain-lain. 
3) Riwayat kesehatan dahulu
● Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid
berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat
sakit waktu haid atau tidak.
● Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.
● Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB.
Hal ini penting diketahui apakah kehamilan sekarang direncanakan

atau tidak. 
● Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit
menular yang dapat mempengaruhi persalinan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan atau keadaan umum 
● Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh 
● Tanda – tanda vital (tensi, denyut nadi, pernafasan dan suhu) 

2) Kepala : warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada
atau tidak, oedema ada atau tidak  
3) Mata : fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak  
4) Hidung : fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan 
5) Telinga : kesimetrisan kedua daun telinga, fungsi pendengaran,
kebersihan, keluhan nyeri, keluaran cairan, adanya nyeri tekan atau
tidak, kesimetrisan
6) Mulut : fungsi pengecapan, kondisi lidah kotor atau bersih, caries ada
atau tidak, mukosa bibir lembab atau tidak, fungsi mengunyah baik atau
terganggu
7) Leher : fungsi pergerakan simetris simetris dextra-sinistra, pembesaran
kelenjar thyroid, fungsi menelan
8) Dada : periksa keadaan puting susu menonjol atau tidak, kesimetrisan
payudara, pengeluaran ASI, palpasi adanya benjolan, periksa bunyi
nafas dan jantung klien
9) Abdomen:periksa munculnya rasa mules, pada uterus, hitung TFU,
periksa letak janin dengan pemeriksaan leopold 1-4. Periksa DJJ secara
teratur untuk mengetahui kondisi janin, kaji frekuensi dan interval
mules yang timbul, kaji/auskultasi bising usus klien.
10) Genitalia  
Kaji pengeluaran cairan dan lendir, periksa pembukaan serviks
melalui PD, kaji adanya cairan ketuban (bau dan warnanya), dan kaji
mengenai kebersihan vulva.
11) Urinaria
Kaji adanya distensi blass, frekuensi berkemih, terpasang DC/tidak, kaji
warna dan bau urin.
12) Kuku dan kulit
Kaji warna kulit, kebersihan, tekstur, turgor kulit, warna kuku, CRT,
kebersihan kuku.
13) Ekstremitas atas dan bawah
Kaji mengenai tonus otot, terdapat edema/tidak, terdapat varises/tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai proses
persalinan, trauma persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama, cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dengan situasi persalinan dan mengerti
kronologis persalinan
Intervensi :
● Pantau TTV
R/ : TTV dapat menunjukan proses fisiologis klien
● Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang
berhubungan dengan persalinan
R/ : dengan diberikan pengetahuan/infomasi diharapkan klien dapat
menurunkan ansietas dan stress, meningkatkan kemajuan persalinan
● Berikan perawatan dan bimbingan yang baik selama proses persalinan
R/ : kontiunitas pengkajian dan perawatan dapat membantu dalam masa
penyembuhan klien
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses PD yang berulang, adanya
trauma jalan lahir.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Bebas dari tanda-tanda infeksi
● Cairan amnion jernih, tidak berwarna dan berbau
Intervensi :
● Gunakan teknik aseptic selama perawatan vagina
R/ : membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi
● Membersihkan daerah vulva dan menjaga kebersihannya
R/ : daerah vulva yang kotor dapat memicu perkembangan mikro
organisme bakteri
● Berikan terapi antibiotic jika di indikasikan
R/ : antibiotic dapat menghambat indikasi bakteri
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan yang banyak pada persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi hyvopolemi, cairan tubuh
seimbang.
Kriteria hasil :
● Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
● Tekanan darah dan nadi dalam batas normal 
Intervensi :
● Pantau TTV
R/ : TTV dapat digunakan sebagai indicator dehidrasi
● Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebih
R/ : dapat membantu mengetahui sejauh mana kehilangan cairan
● Hindari menarik tali pusat secara berlebihan/terlalu kuat
R/ : penarikan yang terlalu kuat dapat menyebabkan terputusnya tali pusat
dan retensi flagmen plasenta yang dapat menyebabkan pendarahan
● Berikan terapi IVFD
R/ : dapat memenuhi kebutuhan cairan
4) Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus. 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
● Klien tampak lebih tenang, tidak meringis
● Klien mengeluh tidak nyeri/mules
● Skala nyeri (0)
Intervensi :
● Atur posisi klien miring
R/ : mempercepat persalinan lengkap
● Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam (relaksasi)
R/ : mengurangi rasa mules
5) Fatique berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi pada persalinan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan fatique dapat teratasi
Kriteria hasil :
● Klien dapat menghemat energy
● Klien tidak kelelahan saat proses persalinan
Intervensi :
● Kaji derajat keletihan
R/ : untuk mengetahui sejauh mana keletihan yang dialami klien
● Anjurkan klien untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
R/ : pengeluaran energy pada waktu mengejan dapat menyebabkan
keletihan pada saat persalinan
● Ciptakan lingkungan yang tenang dan atur posisi klien senyaman
mungkin
R/ : lingkungan yang tenang dapat meningkatkan relaksasi klien dan
posisi yang nyaman dapat mempercepat proses persalinan sehingga dapat
meminimalisirkan pengeluaran energi berlebih

DAFTAR PUSTAKA
Hacher/moore, 2001. Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates : Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede, 2002.  Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga
berencana, EGC : Jakarta.

Marlyn Doenges,dkk, 2001. Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC : Jakarta.

Sarwono, 1998. Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono : Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN
POST NATAL CARE ( PNC)

A. Pengertian post natal


Post partum atau puer purium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik
dan fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa nifas (puer perium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ber
langsung selama kira - kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002).
Masa puer purium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus
mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil (Boobak
Irene, 2001).

B. Adaptasi fisiologis / psikologis ibu nifas


1. Adaptasi fisiologis
a. Uterus
Uterus mengalami involusi secara berangsur-angsur mengecil, karena setelah
plasenta lahir uterus mengalami kontriksi dan retraksi ototnya akan menjadi
keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada
bekas platasi plasenta. Proses involusi terjadi secara progresif dan teratur
yaitu 1-2 cm setiap haridari 24 jam pertama post partum sampai minggu
pertama pada saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis pada minggu
ke2.
b. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera postpartum
bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah- olah dan pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks merah kehitam-
hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak.
• Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa
• Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
• Setelah 1 minggu:1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak
karena robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran
retraksi berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena
hyperplasia dan retraksi serviks, robekan serviks menjadi sembuh, tapi masih
terdapat retakan pada pinggir ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3
post partum mulai kembali normal.
c. Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi
placenta. Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat
lepasnya sel-sel dan bagian yang mengalami degenerasi sebagian
besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakan waktu 2  –  3 minggu, jaringan-jaringan di
tempat implantasi placenta mengalami  proses yang sama ialah degenerasi
dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini berlangsung
lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas impalntasi placenta.
d. Ligamentum-ligamentum
Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat
kembali seperti semula. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh
‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia
jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot dinding perut dengan
dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari
ke-2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
manjadi lebih menonjol.
f. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke
5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
g. Payudara dan laktasi
h. Pengeluaran pervaginam
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
Macam – macam Lochea antara lain:
1) Lokhea rubra
 berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
2) Lokhea sanguinolenta
berwarnakuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
3) Lokhea serosa
berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post
partum.
4) Lokhea alba
cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochea stasis
lochia tidak lancar keluarnya.

i. Sistem gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan
ke belakang.
j. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
k. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah
dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya
masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.
l. Sistem neurologis
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi
maternal ke kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan.
Sakit kepala saat postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-
macam termasuk kehamilan dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya
cairan cerebrospinal kedalam ekstra dural selamam penempatan jarum dari
epidural atau anestesi spiral.
m. Sistem musculoskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan
merupakan kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan
hipermobilisasi dan tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu
disebabkan membesarnya uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu
setelah kelahiran.
n. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
o. Sistem integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit
karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun
(Depkes, 2008).

2. Adaptasi psikologis
a. Talking In period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur
meningkat, nafsumakan meningkat.
b. Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan
bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehinggamembutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting Go Period
Dialami setelah tiba dirumah secara penuhmerupakan pengaturan bersama
keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau
merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama
keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau
merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu
(Hacher/moore, 2001).

C. Tujuan keperawatan masa post natal


Masa post partum adalah masa dimana tubuh beradaptasi baik fisik maupun
psikologis pada proses adaptasi ini klien sangat rawan terjadi hal  –  hal yang tidak
diinginkan, misalnya perdarahan post partum yang massif, dan infeksi postpartum.
Adapun tujuannya :
● Meningkatkan pemuliah fungsi tubuh
● Meningkatkan kenyamanan dan istrirahat klien
● Meningkatkan hubungan orang tua
● Memberikan kesemptan kepada orang tua unutk memelihara bayinya
● Klien dapat merawat bayinya sendiri dan dirinya secara efektif

D. Kebutuhan ibu nifas


1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri
dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari
ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari
ke-4 atau 5 boleh dipulangkan. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.

2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar
tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui
mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui.
Catatan: bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
pembalutan mammae sampai tertekan menurun, pemberian
obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan dapat penurunan (Abdul
Bari. S, 2002).

E. Asuhan keperawatan pada ibu nifas


1. Pengkajian
a) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
d) Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua?
e) Riwayat obstetric
● Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
● Riwayat persalinan
Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
● Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan
lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah
melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan
eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
● Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi
atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan
placenta, jumlah perdarahan.
● Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, jenis
kelamin bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung
diberikan ASI atau susu formula.
f) Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang
atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang?
h) Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang
melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping,
hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota
keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi
keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah
perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah
menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan,
berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak  berguna,
kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya. Kultur yang dianut
termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada
perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila
menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
i) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
j) Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
k) Kebiasaan sehari-hari
● Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi.
● Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-
suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
● Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.
● Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.
● Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi,
kemampuan bekerja dan menyusui.
● Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
l) Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi
koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan
pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat
dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya
pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual
berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah
dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress,
suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk
kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu
ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur,
frustasi yang disebabkan penurunan libido.
m) Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.
n) Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan
involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang
keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi,
kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payudara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan
tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling
dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan
secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan.
Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
o) Pemeriksaan Fisik
● Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
● BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
● Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
● Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
● Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
● Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum :
Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-
3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis
pada anus.
● Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.
p) Pemeriksaan Laboratorium
● Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <
10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
● Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi


1. Nyeri akut b.d agent cidera fisik
Tujuan : setelah di lakukan tinfakan keperawatan selama 1 x 7 jam di
harapakan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
▪ Pasien mengetahui tanda –  tanda dan penyebab nyeri
▪ Tanda –   tanda vital dalam keadaan norma
▪ Dapat mengunakan tehnik non farmokologis untuk mengurangi nyeri
▪ Skala nyeri berkurang menjadi 2
Intervensi
Manajeman nyeri
▪ Kaji secara kompersensif tanda tanda nyeri ( lokasi, onset, durasi,
frekuensi, kualitas, faktor pencentus).
▪ Ajarkan tehnik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam)
▪ Tingkatkan istirahat
▪ Observasi isyarat non verbal dalam merasakan nyeri
2. Risiko Infeksi
Tujuan : setelah di laukan tindakan keperawatan selam 1 x 7 jam di harapkan
dapat meningkatkan pertahanan tubuh.
Kriteria Hasil :
▪ Tidak ada tanda –   tanda infeksi
▪ Tanda –   tanda vital normal
▪ Tidak ada peningkatan leukosit
▪ Luka di daerah perinium tidak ada pus
Intervensi
a) Kontrol infeksi
▪ Lakukan perawatan vulva dan perineum
▪ Ajarkan klien untuk mengganti pembalut setiap kotor
▪ Tingkatkan asupan nutrisi
▪   Anjurkan istirahat

▪   Ajarkan klien dan keluarga tetang mencegah infeksi


b)Proteksi Infeksi
▪ Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik
▪ Pertahankan tehnik aseptic
3. Gangguan eliminasi BAK b.d trauma perineum
Tujuan : setalah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapakan eliminasi urine kembali normal.
Kriteria hasil :
▪ Klien dapat BAK secara normal
▪ Klien tidak mengalami nyeri saat BAK
▪ Urine output normal
▪ Klien tidak takut untuk BAK
Intervensi
Urinary Elimination Managemant (Manajeman eliminasi urin)
▪ Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsentrasi, bau, volume,
dan warna
▪ Ajarkan klien tanda dan gejlaa infeksi saluran kemih
▪ Anjurkan klien banyak minum
4. Risiko gangguan proses parenting b.d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tida terjadi gangguan proses parenting.
Kriteria Hasil :
▪ Klien dapat dapat mengidentifikasi strategi untuk melindungi anak dari
kelalaian
▪ Pengetahuan klien tetang cara perawatan bayi meningkat
▪ Klien dapat merawat bayi
Intervensi
a) Family intergrity Promotion Childbayring
▪ Ciptakan hubungan saling percaya
▪ Berikan dukungan verbal langkah demi langkah dengan tenang
▪ Observasi situasi keluarga saat ini
▪ Observasi hubungan pasangan terhadap kelahiran bayi
b) Family intergryti promotion
▪ Jadi pendengar yang baik untuk anggota keluarga
▪ Tentukan pemahaman klien mengenai penyebab sakit

DAFTAR PUSTAKA

Boobak Irene, 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Depkes, 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal . Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Doenges,dkk, 2001 ,Rencana perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:
EGC

Hacher/moore, 2001.  Esensial obstetric dan ginekologi,


hypokrates. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul bari, 2002 ,  Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal,  penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta

Sarwono, 2000. Ilmu Bedah kebidanan. Yayasan sarwono. Jakarta.


LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BARU LAHIR (BBL)

A. Pengertian BBL
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat lahir 2500-3500 gram (Depkes RI, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-3500 gram, cukup bulan,
langsung menangis, tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Soleh
Kosim, 2007).
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir sampai usia 4 minggu, lahirnya biasanya
dari usia gestasi antara 38-42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
Jadi, bayi baru lahir normal (BBL) adalah bayi lahir cukup bulan dan sehat
dengan berat antara 2500-3500 gram, dengan usia gestasi 38-42 minggu, secara
spontan tanpa ada penyulit yang menyertai.

B. Adaptasi BBL
1. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali
pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan
tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada
sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli
adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga
oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan
alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat
setelah kelahiran yaitu 30-60 x/menit.
2. Sistem cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel
tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika
janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian
paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke
paru-paru, dengan demikian foramen ovale, duktus arterious dan duktus venosus
menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi
ligament.
3. Sistem hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari
pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata
hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm 3 dan
Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada
minggu ke 20.
4. Sistem pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban
terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat
dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).
Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
5. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
6. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil
metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
7. Sistem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran
panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin.
Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan
menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap
dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda
yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
8. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
sebelum lahir.
9. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang
dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
10. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan
menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan. Pada triwulan terakhir
hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga
janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada
kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
11. Sistem imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya
pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig
A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak
dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
12. Sistem integument
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa
juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat
rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan
yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering
terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik
(Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan
bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
13. Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku
jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
bulan.
14. Sistem neuromuskuler
Re flek bayi baru lahir diantaranya :
a. Reflek pada mata
● Berkedip atau Refleks corneal
● Reflek Pupil
● Mata boneka
b. Reflek pada Hidung
● Bersin
● Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
c. Reflek pada mulut dan tenggorokkan
● Menghisap
● Muntah
● Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus
hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12
bulan.
● Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya
keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
● Menguap
● Batuk
d. Reflek pada Ekstremitas
● Menggenggam
● Babinski
● Klonus, Pergelangan kaki : Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut
yang teraba.
● Refleks pada Massa/Moro
● Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan
fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.

C. Tujuan asuhan keperawatan


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan diidentifikasi, masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
keperawatan.
1. 2 jam pertama sesudah kelahiran
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir
meliputi :
● Kemampuan menghisap lemah atau kuat
● Bayi tampak aktif atau lunglai
● Bayi kemeraqhan atau biru
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
● Gangguan pernafasan
● Hipotermia
● Infeksi
● Cacat bawaan dan trauma lahir

D. Kebutuhan BBL
1. Kebutuhan Oksigenasi
Pada proses persalinan ketika kepala melewati jalan lahir, banyak cairan
amnion yang masuk kesaluran napas, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna, terjadi akumulasi secret pada jalan napas mengakibatkan bersihan jalan
napas dan pola napas tidak efektif.
2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Peningkatan pengeluaran cairan melalui insisible loss (IWL) dan reflek
menghisap dan menelan belum sempurna merupakan resiko tinggi terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.
3. Kebutuhan Sirkulasi
Adaptasi terhadap perubahan suhu tubuh dari suhu intra uterin yang stabil ke
suhu ruangan dan adanya pengeluaran suhu tubuh melalui proses konveksi, radiasi
dan evaporasi merupakan faktor resiko tinggi terjadinya hipothermi.
4. Kebutuhan Nutrisi
Reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna, merupakan faktor
resiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh .
5. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya luka pemotongan tali pusat yang belum kering merupakan faktor
resiko tinggi terjadinya infeksi.

E. Asuhan keperawatan pada BBL


1. Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b) Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah
dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat
dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan
seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah
sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah
berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah
sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan
tekanan darah sistolik.
c) Suhu tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 0C-370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
e) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f) Tali pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
g) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
● Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
● Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
● Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
● Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya
ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
● Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.
h) Berat badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir.
Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam
pertama.
j) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala
fronto- occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis
35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.
k) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah
sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan
rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat), tali pusat masih basah.
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

3. Intervensi keperawatan
1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
● Intake dan output makanan seimbang.
● Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian
dextrosa dan PASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air
susu pada ibu menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5.
6. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
7. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi
adekuat
8. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat menghabiskan
cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan haluaran urin

2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi


dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Suhu tubuh normal 36-370 C.

● Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat. Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap 30-
60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan berkemih,
membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral
dini Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas
motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen

2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit
dipertahankan diatas 36,50 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi
dan membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan
cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan
cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada
tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Bebas dari tanda-tanda infeksi.
● TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
● Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional :
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi

4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air


(IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
● Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output
kurang dari 1-3ml/kg/jam.
● Membran mukosa normal.

● Ubun-ubun tidak cekung.

● Temperature dalam batas normal.

Rencana tindakan :
1. Pertahankan intake sesuai jadwal
2. Monitor intake dan output
3. Berikan infuse sesuai program
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
5. Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1. Memantau keefektifan aturan terapeutik

2. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan kebutuhan


cairan
3. Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.
4. Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5. Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan
evaporasi

5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang tua
mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Kriteria hasil :
● Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi

● Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi


Rencana tindakan :
1. Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang kebutuhan
fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterus
2. Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan informasi
tentang variasi normal dan karakteristik seperti : pseudomentruasi,
pembesaran payudara
3. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan
dengan posisi menyusui dan menggendong
4. Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari satu
pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji keadekuatan hidarasi
dan nutrisi
5. Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan pemberi
pelayanan kesehatan
Rasional :
1. Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan
informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
2. Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat menurunan
ansietas
3. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik perawatan
bayi baru lahir
4. Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan bayi
bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan selanjutnya.
Membantu menjamin persiapan dan pemberian formula yang tepat
5. Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Bisan. 2008.  Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR 

Lutan, delfi. 2008. http://keperawatan –gun.blogspot.com2008/11/2008/asuhan bayi baru lahir


html

Suryana, Dra. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC

Saifudin, Abdul Bahri, Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan bina Pustaka Sarwono

Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga. Jakarta: Depkes
RI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN REPRODUKSI (GINEKOLOGI)


KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)
A. DISMENORE
1. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat
pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (Proverawati, 2009).
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, dimana “dys” berarti sulit, nyeri,
abnormal, “meno” yang berarti bulan, dan “orrhea” yang berarti yang berarti aliran.
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi pada saat haid atau menstruasi yang ditandai
dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut dan panggul yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan memerlukan pengobatan (Judha, 2012).
Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut bagian bawah
pada masa menstruasi sampai dapat 6 menggangu aktifitas sehari-hari yang paling sering
ditemui pada wanita muda dan reproduktif. Dismenore adalah keluhan yang paling sering
menyebabkan wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan mendapatkan pengobatan
(Winknjosastro, 2007).

2. Etiologi
Menurut Anurogo dkk (2011) banyak faktor lain yang menyebabkan dismenorea primer
antara lain:
a. Faktor endokrin
Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi
otot uterus yang berlebihan. Hormone estrogen merangsang kontraktiltas uterus,
sedangkan hormone progesterone menghambat atau mencegahnya.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi
timbilnya dismenorea. Saat seseorang menderita anemia maka sensitivitas tubuh
terhadap nyeri akan meningkat. Hipersensitivitas pada jaringan ini dipengaruhi karena
adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin sendiri merupakan
zat yang dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan
prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
anemia.

c. Merokok
Rokok adalah stimula yang tidak hanya menyebabkan ketegangan dalam system saraf,
tetapi juga mendistorsi produksi hormone yang menyebabkan produksi prostaglandin
yang berlebihan. Oleh karena itu, wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri
menstruasi .
d. Kekurangan gizi
Kekurangan gizi disebabkan oleh asupan yang kurang pada zat gizi dan diet yang tidak
sehat. Zat gizi dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: makro nutrient dan mikro
nutrient. Kekurangan zat gizi makro, seperti essensial fatty acid akan 11 memicu
dismenorea , karena essensial fatty acid ini berfungsi sebagai bahan awal untuk
mengatur hormone molekul seperti molekul (prostaglandin) yang mengatur aktivitas sel.
Menurut penelitian Sari Purnama, S.D. (2010), terdapat hubungan antara zat gizi mikro
kalsium dan vitamin C dengan kejadian dismenorea .
e. Stres
Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang mengganggu keseimbangan
seseorang dalam beberapa cara yang menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam
otak yang mengakibatkan menstruasi tidak teratur atau kram menstruasi.
f. Status gizi Wanita yang memiliki berat badan berlebih memiliki resiko dua kali lebih
kuat mengalami nyeri menstruasi daripada wanita yang berat badan normal. Sedangkan
status gizi yang kurang dapat memperparah keadaan dismenorea tersebut.
g. Usia menarche Menarche adalah menstruasi pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja
mempengaruhi terjadinya menarche baik dari fakotr usia terjadinya menarche, adanya
keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Usia gadis remaja
pada waktu pertama kalinya mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu
antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistic menunjukan bahwa usia
menarche dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.

3. Patofisiologi
Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar prostaglandin terutama PGF2
dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi kedua prostaglandin ini rendah, namun pada
fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PGE2. Selama
siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat kemudian menurun pada masa
implantasi window. Pada beberapa kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada
remaja dengan keluhan menorrhagia secara signifikan leih tinggi dibandingkan dengan
kadar prostaglandin remaja tanpa adanya gangguan haid. Oleh karena itu baik secara
normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai peranan selama siklus
menstruasi (Reeder, 2013). Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di
myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan
meningkatkan kontraktilitas otto uterus. Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot
uterus ditembah adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus
selanjutnya akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin akan dapat
mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada saat menstruasi. Begitu juga
dengan PGF2 dimana dalam suatu penelitian disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2
dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi (Anurogo, 2011).
Penigkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2a) dari endometrium
selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur
sehingga timbul nyeri. Selama periode menstruasi, remaja yang mempunyai dismenorea
mempunyai tekanan intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali
lebih banyak dalam darah menstruasi di bandingkan remaja yang tidak mengalami nyeri.
Akibat peningnkatan aktivitas uterus yang abnormal ini, aliran darah menjadi berkurang
sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri. Mekanisme nyeri
lainnya disebabkan oleh serat prosteglandin (PGE2) dan hormon lainnya yang membuat
serat saraf sensori nyeri di uterus menjadi hipersensitif terhadap kerja badikinin serta
stimulasi nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
Gambar 1. Patofisiologi Dismenote

4. Tanda gejala
Gejala dan tanda dismenorea ini adalah : nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang dan timbul
atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada (Mirza, 2009)
Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi serta mencapai puncaknya
dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.sering disertai dengan sakit
kepala, mual, sembelit, diare, dan sering berkemih. Kadang – kadang sampai terjadi
muntah. (Andira, 2010).

a. Dismenorea Primer
Rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai penyakit dasar.
Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat
kelainan pada alat kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak
menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal
menstruasi, dan berlangsung beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer
ini kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare.

b. Dismenorea Sekunder
Rasa nyeri tersebut disebabkan proses menstruasi dan produksi prostaglandin secara
alami. Ciri yang khas pada dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang
pada hari-hari menstruasi selanjutnya.
(Proverawati dan Misaroh, 2009).

5. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada tes khusus untuk diagnosis dismenorea primer. Studi laboratorium berikut dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan penyebab organik dismenorea
sekunder:
a. Hitung darah lengkap dengan diferensial untuk mencari bukti infeksi atau proses
neoplastik
b. Kultur Gonokokal dan klamidia, enzim immunoassay, dan penyelidikan DNA untuk
mengesampingkan infeksi menular seksual dan penyakit radang panggul
c. Tingkat chorionic gonadotropin kuantitatif (hormon HCG) manusia untuk
mengesampingkan kehamilan ektopik
d. Laju endap darah untuk subakut salpingitis
e. Urinalisis untuk mengesampingkan infeksi saluran kemih
f. Pemeriksaan kanker antigen 125 (CA-125) Jika dicurigai terdapat patologi pelvis, studi
pencitraan berikut dapat dipertimbangkan: Ultrasonografi relatif noninvasif, dapat
dengan mudah dilakukan di departemen darurat (UGD), dan dapat mengetahui patologi
pelvis yang paling relevan. Seperti, endometriosis mungkin muncul sebagai massa
kompleks dengan penampilan berbintik. Ultrasonografi panggul diindikasikan untuk
mengevaluasi adanya kehamilan ektopik, kista ovarium, 22 fibroid, dan alat kontrasepsi
intrauterine (IUCDs). Hal ini sangat sensitif untuk mendeteksi massa panggul.
Histerosalpingografi digunakan untuk mengesampingkan polip endometrium,
leiomioma, dan kelainan bawaan rahim. Pielografi intravena diindikasikan jika terdapat
uterine malformation sebagai penyebab atau faktor untuk dismenorea.

6. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum
2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah
biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan
istirahat yang cukup serta olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil
KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan
medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi 29 beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan
pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan
ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan
dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada
penyebabnya (Nugroho, 2014).
7. Asuhan keperawatan Dismenore
a. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh
budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau
perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai
pengobatan rumah dan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola
diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang bermanfaat
(Lowdermilk, 2013).

b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami gangguan menstruasi menurut
Lowdermilk (2013) meliputi:
1) Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif
a) Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai
b) Efek fisiologis dan emosional gangguan
2) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
a) Perawatan diri
b) Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan
3) Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan menstruasi
4) Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yan berhubungan dengan
a) Persepsi lain tentang rasa tidak nyamannya
b) Ketidakmampuan untuk mengandung
5) Nyeri yang berhubungan dengan gangguan menstruasi

c. Perencanaan
Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang dapat diberikan menurut
Proverawati (2009), yaitu:
1) Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
2) Pemberian analgesik dan tokolitik
3) Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda,
atau berenang
4) Anjurkan klien untuk cukup istirahat
5) Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau
6) Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa
nyeri

d. Pelaksanaan
1) Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
2) Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
3) Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang
4) Menganjurkan klien untuk cukup istitahat
5) Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan sayuran hijau
6) Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika
terasa nyeri

e. Evaluasi
Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan peningkatan dalam kualitas hidupnya
kemampuan perawatan diri, dan konsep diri serta gambaran tubuh yang positif
(Lowdermilk, 2013).
8. Daftar pustaka
Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Anurogo,D. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta
Judha, Mohamad .2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Solo : Rahma
Surakarta
Lowdermilk, 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Terjemahan Wijayarini,
M. A. Jakarta: EGC.
Mirza, M. 2009. Seluk beluk reproduksi dan kehamilan. Yogyakarta : Garailmu
Nugroho, 2014. Ginekologi &Obtetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika
Proverawati dan Misaroh, 2009. Menarche; pertama penuh makna. Bandung: Nuha
Medika.
Reeder, SJ. Koniak, GR. Leonide, L. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Winknjosastro, 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai