Anda di halaman 1dari 16

JPLB, tahun, Vol(No):halaman

ISSN 2598-0017 | E-ISSN 2598-0025


Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb

Analisis Dampak yang ditimbulkan Akibat Keberadaan Tempat


Pemprosesan Akhir (TPA) Air Sebakul Kota Bengkulu
Abstrak. Abstract.
Sampah merupakan hasil yang diakibatkan dengan The human life is inseparable from the presence of garbage
adanya aktivitas manusia sehingga kehidupan manusia because garbage is the result of side effects from human
tidak terlepas dari yang namanya sampah. Cara activities. Urban waste disposal in landfills is the most
pembuangan dan pemprosesan sampah yang paling widely applied method in several cities in Indonesia
banyak diterapkan di beberapa perkotaan di Indonesia including Bengkulu City. With the existence of landfill, it
termasuk di Kota Bengkulu yaitu berada pada tempat will be followed by negative impacts on the environment.
pemprosesan akhir (TPA). Keberadaan TPA maka akan Environmental pollution is our common problem, which is
mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. important to solve, because it involves our safety, health
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita and life. And also, one of the factors causing environmental
bersama yang penting untuk diselesaikan, karena damage which until now still remains a big problem for the
menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Indonesian people. The purpose of this research is to find
Selain itu, juga merupakan salah satu faktor penyebab out how the impact of the presence of the final disposal site
rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih in the Sebakul Air Bengkulu City to the environment and
tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. surrounding communities. The research method is based on
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk the study of literature which is an activity to collect
mengetahui bagaimana dampak keberadaan TPA Air information relevant to the topic or problem that is the
Sebakul Kota Bengkulu bagi lingkungan dan masyarakat object of research. The results of this study are the impact
sekitar. Metode penelitian berdasarkan studi kepustakaan of the existence of a Final Disposal site on the social
yaitu kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan conditions of the community in the Air Sebakul Landfill is
dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. known by the approach of several aspects such as
Hasil dari penelitian ini yaitu keberadaan TPA Air Sebakul economics, health, education, the environment, and social
memiliki dampak terhadap keadaan sosial masyarakat community.
sekitar yang melalui beberapa aspek pendekatan seperti
perekonomian, kesehatan, pendidikan, lingkungan sekitar, Keywords: environmental pollution, rubbish, TPA
dan sosial kemasyarakatan.

Kata kunci: pencemaran lingkungan, sampah, TPA

1. PENDAHULUAN
Sampah merupakan hasil yang diakibatkan dengan adanya aktivitas
manusia sehingga kehidupan manusia tidak terlepas dari yang namanya
sampah. Sampah rumah tangga ataupun sampah limbah pabrik yang
mengandung zat‐zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan sekitar dapat menghasilkan banyak sampah karena seiring
berkembangnya waktu dan perkembangan teknologi semakin canggih serta
populasi manusia semakin bertambah. Sampah-sampah tersebut dapat
mencemari lingkungan, merusak ekosistem, dan akan menimbulkan bau busuk
apabila sampah tersebut tidak dikelola dengan baik.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang semakin penting untuk
diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia. Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup
adalah masalah pembuangan sampah.(Novia Harum Solikhah, 2011)
Hasil dari adanya aktivitas manusia adalah sampah yang jumlah dan
volumenya yang sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
penggunaan barang didalam kehidupan sehari-hari dan juga sangat tergantung

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


2 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

dari jenis material yang digunakan. Oleh sebab itulah pengelolaan sampah
sangat tergantung supaya berkurangnya masalah yang dapat mencemari
lingkungan sekitar (Kasam, 2011).
Manajemen dalam mengelola sampah memiliki banyak tahapan seperti
sampah dihasilkan dari rumah tangga, sampah industri atau pabrik,
pengumpulan dan pengangkutan sampah, dan fasilitas dalam mengelola
sampah sampai pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Untuk mencegah atau
memperkecil pencemaran yang dapat ditimbulkan sampah harus mendapat
perhatian yang serius dari instansi yang bertanggung jawab di setiap daerah.
Permasalahan sampah di suatu kawasan bisa berupa cepatnya timbunan
sampah menggunung, kepedulian masyarakat yang masih rendah dengan
membuang sampah sembarangan dan tidak mau untuk membuang sampah di
tempat yang sudah disediakan. Perilaku buruk dari masyarakat ini sering kali
menyebabkan bencana di musim hujan yang bisa mengakibatkan banjir karena
drainase tersumbat oleh sampah. (Wibisono et al. 2014).
Pengelolaan sampah menjadi pembicaraan sosial baik oleh masyarakat,
para ahli dan pemerintah. Dengan tidak tepatnya dalam mengelola sampah
maka dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi manusia yaitu sebagai
sumber penyakit pencernaan seperti diare, tipus serta penyakit infeksi saluran
pernapasan, dan bagi lingkungan seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya.
Dampak sampah yang ditimbulkan tersebut lebih banyak dihadapi oleh
masyarakat perkotaan dikarenakan kota merupakan tempat pertumbuhan
alamiah penduduk dan sebagai tempat terjadinya migrasi dari desa ke kota
(Kusasih & Sumarmawati, 2019).
Dengan adanya permasalahan yang terkait tentang sampah tersebut,
tidak bisa dipungkiri juga ada kemungkinan dapat terjadi di TPA Kota
Bengkulu. Sampah yang masuk ke TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami,
Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu sebanyak 260-280 ton setiap harinya yang
berasal dari sampah rumah tangga maupun pasar yang terbagi atas sampah
anorganik dan organik. Informasi dari petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kota Bengkulu, pihaknya setiap hari mengerahkan 28 mobil tangki bak sampah
dan 67 motor bak sampah untuk pengangkutan sebanyak ratusan ton di 67
kelurahan di Kota Bengkulu. Kawasan TPA Air Sebakul sempat kewalahan
dalam menampung sampah yang luasnya masih diperkirakan sekitar 3,5
hektar.
Untuk meminimalisasi sampah serta memaksimalkan daur ulang sampah
maka sangat diperlukan strategi dalam mengelola sampah dari pemerintah
daerah yang dapat mendorong berbagai pihak di Kota Bengkulu.
Pemerintah daerah hendaknya mendorong sebuah program yang dapat
memberdayakan pengelolaan sampah seperti daur ulang pemprosesan sampah

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


3 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang berekonomis sehingga timbunan
sampah di TPA dapat dikurangi walaupun adanya keterbatasan dana dan
sarana dalam mengelola sampah. Salah satu daerah di Kota Bengkulu yang
cukup potensial untuk dikembangkan di dalam pengelolaan sampah adalah
TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu.
(Supriyatna et al. 2014)
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana dampak keberadaan TPA Air Sebakul Kota Bengkulu bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan adanya penelitian ini maka dapat
bermanfaat bagi peneliti supaya mengetahui dampak keberadaan TPA Air
Sebakul Kota Bengkulu bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Bagi
mahasiswa penelitian ini sebagai tumpuan dasar dalam mengetahui dampak
yang ditimbulkan dari keberadaan TPA. Bagi masyarakat agar dapat
termotivasi dalam mencegah dampak yang timbul dari sampah dan mempunyai
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar TPA tersebut.

2. METODOLOGI
2.1. Lokasi penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada jalan Swadaya Kampung Bugis RT 24 RW 04 Air
Sebakul Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Meskipun
berada di dalam Kota Bengkulu namun untuk mencapai lokasi dari pusat kota
cukup jauh dan sedikit terpencil. Dari letak geografis, lokasi ini sebelah utara
berbatasan dengan Hutan Lindung (Cagar Alam), sebelah Timur berbatasan

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


4 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

dengan Kembang Sri, sebelah Selatan berbatasan dengan Air Sebakul dan
sebelah, dan bagian Barat berbatasan dengan RT 23 dan daerah Pagar Dewa.
Selain Tempat Pemprosesan Akhir Sampah di lokasi ini juga memiliki
perkebunan sawit yang merupakan salah satu mata pencaharian sebagian
besar masyarakat.
Berdasarkan data dari kantor kelurahan Sukarami, Kelurahan Sukarami
memiliki wilayah seluas 585 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pagar Dewa.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sumur Dewa.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekan Sabtu.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Bumi Ayu.
Sedangkan bentangan alam Kelurahan Sukarami dapat dilihat sebagai berikut :
1. Dataran rendah : 133,490 Ha
2. Dataran tinggi : 215,030 Ha
3. Berbukit-bukit : 166,700 Ha
4. Rawa : 33, 380 Ha
5. Gambut : 37,000 Ha

Gambar 2. Koordinat Lokasi Penelitian


Tempat pemprosesan akhir (TPA) yang berlokasi di Air Sebakul RT. 24
RW.04 Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dengan luas
total lebih kurang 3 Ha (30.000 M 2). Jarak lokasi TPA dengan pusat kota lebih
kurang 15 Km, sedangkan jarak dengan pemukiman penduduk terdekat 2 atau
3 Km. Koordinat lokasi penelitian di jalan Swadaya Kampung Bugis RT 24 ini

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


5 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

berada pada lintang selatan -3,83366 Bujur 102,34352 lintang selatan 3 derajat
50 menit 11,19076 detik bujur 102 derajat 20 menit 36,6864 detik.
2.2. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan studi
kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian.
Pengumpulan data dan Informasi diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah,
jurnal, internet dan sumber-sumber lainnya. Dalam penelitian ini objek yang
peneliti gunakan adalah keberadaan TPA dan subjeknya adalah masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA tersebut. Penelitian mengenai pengelolaan sampah
di Kota Bengkulu adalah jenis penelitian analisis deskriptif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan tentang sifat-sifat
dari suatu keadaan dengan menyimpulkan data, menjelaskan data,
menganalisis data tersebut dengan analisa kualitatif.
Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif
tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik
kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Peneliti dihadapkan kepada
data yang diperoleh dari lapangan, lalu dari data tersebut peneliti harus
menganalisis hingga menemukan makna yang kemudian makna itulah yang
menjadi hasil penelitian.
Analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana
kuantitatif, namun keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh
peneliti masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Patton dalam
Kristi Poerwandari, yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun
analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan
prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin . Analisis
kualitatif juga berbeda dengan kuantitatif yang cara analisis dilakukan setelah
data terkumpul semua, tetapi analisis kualitatif dilakukan sepanjang penelitian
dari awal hingga akhir. Hal ini dilakukan karena, peneliti kualitatif mendapat
data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis
awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya (Kristi Poerwandari
2005)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut data Kantor Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu, TPA Air
Sebakul ini berdiri sejak tahun 1991 dengan Surat Keputusan (SK) Wali
Kotamadya KDH Tk. II Bengkulu No.194 Tahun 1991 tanggal 29 Juli 1991
tentang Penunjukan lokasi tanah untuk TPA Kotamadya Daerah Tk. II Bengkulu.
TPA yang dimiliki pemerintah Kota ini berlokasi di jalan raya Air Sebakul RT.

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


6 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

24 RW.04 Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dengan luas


total lebih kurang 3 Ha (30.000 m2). Jarak lokasi TPA dengan pusat kota kurang
lebih sekitar 15 Km, sedangkan jarak dengan pemukiman penduduk terdekat 2
atau 3 Km. Dampak adanya keberadaan TPA terhadap kondisi sosial
masyarakat di TPA Air Sebakul dapat diketahui dengan pendekatan beberapa
aspek.
1. Ekonomi
Pengaruh dalam bidang perekonomian masyarakat sekitar dengan
adanya TPA yaitu tingkat perekonomian masyarakat meningkat, taraf hidup
masyarakat membaik, dapat mengurangi pengangguran karena terdapat mata
pencaharian baru yaitu pemulung, pengepul dan juga sebagai peternak sapi dan
kambing (Albana, 2016).

Gambar 2. Mata Pencaharian Masyarakat Sekitar TPA


2. Kesehatan
Masyarakat sekitar TPA tidak mengeluhkan dengan keberadaan TPA bagi
kesehatan mereka walaupun mereka merasa terganggu dengan polusi udara
dan bau yang sangat menyengat saat musim hujan. Tidak banyak yang
dirasakan pengaruh kesehatan bagi masyarakat sekitar TPA hanya terkadang
masyarakat merasakan gatal‐gatal di kulit, batuk, dan sesak napas. Berdasarkan
pemantauan masyarakat terhadap air dan sumur di kawasan sekitar tempat
pemrosesan sampah dan warga juga rutin melakukan pemantauan setiap 3
bulan sekali. Pemantauan tersebut dilakukan guna untuk mengetahui air sumur
tersebut apakah terkontaminasi dengan cairan limbah dan untuk menjaga
kehigienisan air sumur agar tetap bersih. Sumber air yang diambil oleh
masyarakat sekitar berasal dari air PDAM yang berada jauh dari TPA (Kasam,
2011).
3. Pendidikan

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


7 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di sekitar TPA adalah


sebagai pemulung dan petani sawit. Semangat bekerja masyarakat demi
menghidupi keluarga dan untuk membiayai pendidikan anak terlihat dalam
peluh yang tak dihiraukan oleh masyarakat tersebut. Pendidikan anak adalah
utama meskipun orang tua tak pernah mendampingi anak bagaimana anak
belajar di sekolah maupun dalam pergaulan kesehariannya. Anak dititipkan
kepada nenek atau kakek mereka. Pagi hari sebelum anak berangkat ke
sekolah, orang tua sudah berangkat memulung mengais rezeki dari tumpukan‐
tumpukan sampah. Mereka pulang petang hari ketika anak‐anak sudah tertidur
sehingga sedikit sekali orang tua memantau perkembangan pendidikan anak.
Ini memberikan pengaruh dalam pendidikan anak yaitu kurangnya perhatian
dari orang tua karena disibukkan dengan pekerjaan mereka mengais rezeki di
TPA (Hardjasoemantri 2009).
4. Lingkungan

Gambar 3. Timbunan Sampah bagi Masyarakat Sekitar TPA


Dampak bagi lingkungan dari adanya TPA yaitu adanya pencemaran
lingkungan, limbah cair mengontaminasi sumur‐sumur warga, jalan rusak dan
berlubang dikarenakan setiap harinya dilalui sebanyak ±160 truk yang
membawa muatan sebanyak 350‐400 ton sampah. Di samping mengganggu
lingkungan, tempat pemrosesan akhir sampah menyumbang 10% dari sampah
sehingga termanfaatkan (Hardjasoemantri 2009).
5. Sosial Kemasyarakatan
Hubungan sosial antar masyarakat sekitar TPA berjalan dengan baik,
seperti kegiatan arisan warga sekitar TPA dan pemulung, gotong royong
dengan semua masyarakat di TPA Air Sebakul RT 24 RW 04 Kelurahan
Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu berjalan dengan baik. Untuk
kegiatan sosial kemasyarakatan semuanya rukun dan baik tidak ada

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


8 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

pembedaan antara pemulung dan masyarakat. Hubungan masyarakat dengan


para kepala desa juga kurang terlalu harmonis. Namun, hal tersebut ditemui
hanya pada sebagian kecil masyarakat yang berada di sekitar TPA Air Sebakul
tersebut (Ahmizal, 2012).
Kondisi TPA pada saat ini sudah tidak layak beroperasi dikarenakan
sudah hampir penuh. Sampah yang masuk per hari melalui kendaraan
angkutan kebersihan berkisar 300 m2. Pada kondisi sekarang ini setiap blok
sudah hampir penuh oleh sampah dan hanya saja saat musim hujan kendaraan
angkutan sampah mengalami kesulitan untuk masuk ke blok-blok maka
pembuangan sampah dilakukan dengan darurat pada emergency block. Untuk
mengatasi masalah kebersihan lingkungan maka diadakan penyemprotan lalat
dengan jadwal pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Untuk
masalah limbah cair telah dibangun 2 buah kolam lindi dengan ukuran 15 x 20
(300 m2) dan 10 x 10 (100 m 2). Sudah sekitar 19 tahun TPA ini beroperasi,
sistem pengelolaannya yakni menggunakan sistem open dumping. (Wijaya, A.,
Alfansi, L., 2013).
TPA di Kota Bengkulu memilik dampak terhadap lingkungan sekitar serta
keberadaan TPA tentunya sangat mempengaruhi lingkungan di sekitar TPA
seperti :
1. Sampah Sebagai Bahan Pencemar Lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab
gangguan ketidakseimbangan lingkungan. Sampah yang menumpuk ataupun
yang berserakan menyebabkan lingkungan yang kotor dan kumuh. Sehingga
nilai keindahan dan kebersihan pemukiman kampung dan kawasan di sekitar
sampah terlihat sangat rendah dimata masyarakat. Bila di musim hujan sampah
dapat memicu terjadinya banjir, dan saat kemarau sampah akan mudah
terbakar. Kebakaran sampah selain bisa menyebabkan pencemaran udara juga
bisa menjadi ancaman bagi lingkungan perkampungan sekitar.
a. Pencemaran Udara
Sampah organik berbentuk padat umumnya mengeluarkan bau
membusuk seperti adanya gas metana (CH 4) dan karbon dioksida (CO2) bahkan
senyawa lainnya. Secara global, gas-gas tersebut merupakan salah satu
penyebab menurunnya kualitas di lingkungan udara perkampungan karena
mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang bisa menyebabkan
peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan asam. Secara lokal senyawa-
senyawa tersebut selain berbau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan
manusia seperti gangguan pernapasan. Sampah yang dibuang di TPA masih
tetap berisiko karena apabila TPA ditutup atau ditimbun dengan bangunan di
lingkungan tersebut akan mengakibatkan gas metana tidak dapat keluar ke
udara. Gas metana yang terkurung lama kelamaan akan semakin banyak

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


9 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

sehingga dapat berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di
sebuah TPA di Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian Wibisono et
al. 2014

Gambar 4. Kondisi Jalan Masuk Menuju TPA


b. Pencemaran Air
Pencucian sampah yang berbentuk padat oleh air hujan merupakan
sumber penyebab pencemaran air baik air permukaan maupun air tanah.
Akibat yang terjadi adalah berbagai sumber air yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti sumur di daerah perkampungan tersebut telah
terkontaminasi sehingga mengakibatkan adanya penurunan tingkat kesehatan
masyarakat sekitar TPA tersebut. Pencemaran air terbesar justru berasal zat
pencemar dari limbah cair yang masih mengandung zat-zat kimia dari berbagai
jenis pabrik dan jenis industri lainnya. Air yang bisa tercemar bukan hanya air
di permukaan saja tetapi juga air tanah sehingga sangat mengganggu dan
membahayakan bagi manusia khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar
TPA tersebut (Wibisono et al. 2014).
c. Penyebab Banjir
Fisik sampah yang padat baik yang masih segar maupun yang sudah
membusuk apabila terbawa masuk ke got/selokan dan juga sungai akan bisa
menghambat aliran air dan memperdangkal sungai. Pendangkalan
mengakibatkan kapasitas ukuran sungai akan berkurang sehingga air
tergenang dan menjadi meluap yang bisa menyebabkan banjir. Namun, sesuatu
yang paling meresahkan masyarakat tersebut adalah akibat kelanjutan dari
banjir yang selalu membawa penyakit. (Adhikari, Atanu; Gill, 2012).
2. Sampah Sebagai Sumber Penyakit
Sampah di TPA merupakan sumber penyakit baik secara langsung
maupun tak langsung bagi masyarakat yang berada di sekitar TPA. Secara
langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri
dan patogen sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang
berbagai hewan pembawa penyakit seperti tikus, kecoak, lalat dan nyamuk.

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


10 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

Sampah yang telah lama membusuk maupun yang berbentuk padat seperti
kaleng, botol, plastik tetapi itu merupakan sarang utama dalam penyebaran
penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul dikarenakan sampah apabila
tidak dikelola dengan baik antara lain adalah diare, cacingan, disentri, malaria,
kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit tersebut bisa menjadi
ancaman bagi manusia yang dapat menimbulkan kematian. Dengan begitu
masyarakat sekitar menyatakan resah dengan makin banyaknya lalat di dekat
perkampungan mereka akibat dekatnya lokasi keberadaan TPA dengan tempat
tinggal warga.
Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kota Bengkulu terdapat di dalam
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Kelembagaan
Instansi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di Kota
Bengkulu adalah Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu. Sementara
pelaksanaan operasional pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu sebagai
salah satu tugas pokoknya, yaitu memelihara kebersihan, pertamanan dan
keindahan kota. Koordinator atau pegawai Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Bengkulu yang bertanggung jawab langsung pada operasional di lapangan
adalah 3 Kepala Seksi dan 16 staf yang berada di bawah Bidang Kebersihan dan
Pengawasan Lingkungan (Ahmizal 2012).
2. Aspek Hukum
Untuk menyelenggarakan tugas dalam hal memberikan pelayanan di
bidang kebersihan, maka diterbitkan beberapa Peraturan Daerah dan
Keputusan Walikota Bengkulu yang berkaitan dengan pengelolaan sampah,
yaitu:
1) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 02 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kota Bengkulu.
2) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 05 Tahun 2011 tentang retribusi
pengelolaan sampah.
3) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 09 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Bengkulu.
Peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah telah cukup
memadai dalam mengatur persampahan di Kota Bengkulu. Peraturan mengenai
cara pengelolaan, instansi pengelola, dana pengelolaan hingga sanksi bagi
pelanggar kebersihan telah tercantum di dalam peraturan-peraturan tersebut.
Namun sayangnya pelaksanaan peraturan tersebut, terutama mengenai sanksi
bagi pelanggar kebersihan belum pernah diterapkan. Hal ini terutama

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


11 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

disebabkan belum diatur secara rinci tata cara pelaporan dan proses hukum
bagi yang dikenai sanksi (Ahmizal 2012).
3. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan pengelolaan sampah di Kota Bengkulu dibebankan pada
Pemerintah Kota Bengkulu melalui Dinas Kebersihan dan Volume 05 Nomor 02
JEPP 91 Pertamanan Kota Bengkulu. Aspek pembiayaan berfungsi untuk
membiayai operasional pengelolaan sampah yang dimulai dari sumber
sampah/penyapuan, pengumpulan, transfer dan pengangkutan, pengelolaan
dan pembuangan akhir. Selama ini dalam pengelolaan sampah perkotaan
memerlukan subsidi yang cukup besar, kemudian diharapkan sistem
pengelolaan sampah ini dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari
retribusi. Sebagaimana kegiatan lain, maka pembiayaan sistem pengelolaan
persampahan di kota Bengkulu dimaksudkan untuk dapat berjalan lancarnya
pengelolaan sampah (Siti Pahlawati, Faiz Barchia, 2019).
Pada Aspek Pembiayaan ini berdasarkan yang termuat di PERDA Nomor 2
tahun 2011 kota Bengkulu, pada bab IV pasal 28 dan 29 bahwa pembiayaan
penanganan sampah oleh Dinas lingkungan hidup Kota Bengkulu bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bengkulu. Adapun
pembiayaan sampah yang di tangani kelurahan dengan pihak ketiga/LPM
bersumber dari iuran masyarakat yang besarnya di sepakati bersama antara
masyarakat dan LPM, Pengelolaan dana iuran masyarakat di lakukan oleh
pengurus LPM dan Sebagian hasil digunakan untuk penanganan sampah dan
peremajaan sarana penanganan (Sari, 2013)
Berdasarkan pada Standar Nasional Tata Cara Tehnik Operasinal
Pengelolaan sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) dan (SNI 3242 :2008)
Pengelolaan sampah di pemukiman, Biaya pengelolaan sampah jenis
pembiayaan meliputi Biaya investasi yang terdiri dari alat pengomposan,
instalasi pengolahan/bangunan serta biaya pengadaan serta perbaikan sarana
dan prasarana dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Kepala Bidang kebersihan dan pengawasan lingkungan Kota
Bengkulu, besarnya biaya operasional persampahan saat ini mencapai lebih
dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per bulan. Jumlah tersebut meliputi
biaya pengangkutan sampah, upah petugas dan bahan bakar. Sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, pemerintah daerah
wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah dimana sumber
pembiayaan adalah dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
anggaran pendapatan dan belanja daerah.(Siti Pahlawati, Faiz Barchia, 2019)
Berkaitan dengan pengelolaan sampah, pemerintah daerah Kota Bengkulu
melakukan pungutan retribusi kebersihan. Retribusi kebersihan ditagih oleh
Dinas/Unit pelaksana yang mempunyai tugas dan fungsi pengelolaan sampah

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


12 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

dalam hal ini yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu. Surat
Tagihan Retribusi Daerah ini disingkat menjadi STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda. Retribusi ini dikenakan pada 6 jenis kawasan antara lain kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, tempat usaha industri, fasilitas
umum dan fasilitas lainnya (Perda No. 05 Tahun 2011).
4. Aspek peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang sampah adalah proses dimana
orang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan sampah. Sebagian
warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran prasarana yang tersedia untuk
mereka. Peran serta masyarakat penting karena peran serta masyarakat
merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap masyarakat setempat. Bentuk pendekatan di atas dapat membantu
program pemerintah dalam keberhasilan dengan membiasakan masyarakat
pada tingkah laku yang sesuai dengan program sampah, yaitu merubah
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar, dan
merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
kurang baik. Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau
pembuangan sampah antara lain: pengetahuan tentang sampah/kebersihan,
rutinitas pembayaran retribusi sampah, adanya iuran sampah
RT/RW/Kelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah
(Artiningsih, 2008).

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


13 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

Gambar 2. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Membangun Perkampungan di Sekitar


TPA Air Sebakul
Dalam proses pembangunan lainnya maka stakeholders yang terlibat
dalam pengelolaan sampah adalah: pemerintah; masyarakat; swasta; para ahli
dan akademisi (perencana profesional). Masing-masing stakeholders akan
berinteraksi satu sama lain sesuai dengan fungsi dan perannya. Adapun fungsi
dan peran dasar dari masing-masing stakeholders antara lain: Pemerintah
berperan sebagai regulator dan fasilitator. Masyarakat berperan sebagai
pengelola sampah, pemanfaat hasil dan proses, Swasta berperan sebagai
penanam modal Para ahli dan akademisi berperan sebagai perencana. LSM
berperan sebagai pendamping/fasilitator (Sari, 2013).
Pada aspek peran serta masyarakat, berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2011 Kota Bengkulu hal ini termuat di Bab VII pasal 34 tentang
larangan membuang sampah tidak pada tempatnya dan di Bab VIII pasal 35
tentang peran dinas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan melalui
kegiatan penyuluhan dan pembinaan teknis pengelolaan sampah.
5. Aspek sarana dan prasarana
Tempat sampah yang digunakan untuk menampung sampah di Kota
Bengkulu antara lain berupa tong besi, tong plastik, kantong plastik, keranjang,
pasangan batu bata dan lubang tanah/penimbunan. Untuk daerah pertokoan,
perumahan dan ruko pada umumnya menggunakan kantong plastik yang
langsung ikut dibuang pada saat membuang sampah. Sedangkan untuk di lokasi
perumahan, umumnya menggunakan tong sampah dan pasangan bata. Dilihat
dari jenis wadah sampah, seharusnya diminimalkan penggunaan kantong
plastik sebagai tempat menampung sampah karena membuang sampah dengan
kantong plastik berarti telah menambah jenis sampah yang tidak dapat
dihancurkan secara alami (Teguh Adiprasetyo, 2019).

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


14 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

Secara umum sistem penempatan wadah sampah telah memenuhi


persyaratan operasional yang memudahkan petugas untuk mengumpulkan ke
dalam alat pengumpul (gerobak sampah). Sarana yang digunakan untuk
pengumpulan sampah adalah menggunakan gerobak sampah dengan kapasitas
rata-rata 5 m3. Sedangkan kondisi sampah sebagian besar belum ada
pemisahan antara sampah basah dan sampah kering. Saat ini dengan
diberdayakannya LPM di tingkat kelurahan, gerobak sampah mulai digantikan
dengan motor roda tiga sehingga proses pengumpulan sampah menjadi lebih
efektif dan efisien. (Supriyatna, Eka Hafizh and Mochammad, Ridwan and
Benardin 2014).

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Dampak adanya keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Air Sebakul
terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitarnya diketahui melalui pendekatan
dari beberapa aspek seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, lingkungan
sekitar, dan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan pendekatan dari aspek
ekonomi, tingkat perekonomian masyarakat meningkat, taraf hidup
masyarakat membaik dan pengangguran berkurang karena terdapat mata
pencaharian baru yaitu pemulung, pengepul dan juga sebagai peternak sapi dan
kambing. Berdasarkan pendekatan dari aspek kesehatan, masyarakat sekitar
TPA tidak mengeluhkan keberadaan TPA bagi kesehatan mereka, walaupun
mereka merasa terganggu dengan polusi udara dan bau yang sangat menyengat
saat musim hujan. Berdasarkan pendekatan dari aspek pendidikan, karena
sebagian besar mata pencaharian masyarakat di sekitar TPA adalah sebagai
pemulung dan petani sawit, hal ini memberikan pengaruh pada pendidikan
anak yaitu kurangnya perhatian dari orang tua karena kesibukan dalam
mengais rezeki di TPA. Berdasarkan pendekatan dari aspek lingkungan,
keberadaan TPA tersebut memberikan dampak adanya pencemaran dari
limbah cair yang mengontaminasi sumur‐sumur warga, jalan rusak dan
berlubang dikarenakan setiap harinya dilalui sebanyak ±160 truk yang
membawa muatan sebanyak 350‐400 ton sampah, serta sampah-sampah yang
ada menyebabkan terjadinya pencemaran udara, pencemaran air, banjir dan
menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar TPA. Berdasarkan
pendekatan dari aspek sosial kemasyarakatan, keberadaan TPA berdampak
pada hubungan sosial antar masyarakat sekitar TPA yang berjalan dengan baik,
seperti adanya kegiatan arisan warga sekitar TPA dan pemulung, serta gotong
royong yang berjalan dengan baik pada semua masyarakat di TPA Air Sebakul
RT 24 RW 04, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu.

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


15 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

4.2. Saran
Peneliti menyarankan kepada pembaca pada umumnya dan khususnya
kepada mahasiswa/mahasiswi untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari artikel jurnal ini di kehidupan sehari-hari agar dapat bermanfaat
bagi kepentingan khalayak umum.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, saran bagi
pemerintah adalah agar mereklamasi TPA. Selain itu, pemerintah juga harus
segera mengambil kebijakan yang lebih tegas untuk kesejahteraan masyarakat
di sekitar TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota
Bengkulu dan memperbaiki infrastruktur untuk kelancaran transportasi dan
komunikasi warga di sekitar TPA. Saran bagi masyarakat yang berada di sekitar
TPA yaitu di Jalan Swadaya Kampung Bugis, RT 24 RW 04, Air Sebakul,
Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu harus memikirkan
bagaimana mereka keluar dari pekerjaan yang tidak sehat tersebut dan tidak
seharusnya mereka menggantungkan pekerjaan di tempat tersebut.

5. DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, Atanu, and Gill, M. S. 2012. Impact of Resources, Capabilities and
Technology on Market Orientation of Indian B2B Firms. Journal of
Services Research, 11(2): 23-55
Ahmizal. 2012. Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bengkulu. Tesis
Tidak Diterbitkan. Universitas Bengkulu. Bengkulu
Albana, B. 2016. Kontribusi Wanita Dalam Mendukung Perekonomian Keluarga
(Studi Pada Pemulung Di TPA Air Sebakul). Skripsi Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam. Jurnal IAIN Bengkulu. Bengkulu
Alimansyah, dan Jarto Tarigan, S. 2019. Analisis Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional
Mewujudkan Masyarakat Madani Dan Lestari Seri 9, Yogyakarta, 24
Oktober 2019 Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian. ISBN: 978-602-6215-79-
6
Artiningsih, N. K. A. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Hardjasoemantri, K. 2009. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Kasam, I. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains
&Teknologi Lingkungan, 3(1), 19–30.
Kristi Poerwandari, 2005. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Perilaku
Manusia, Depok: LPSP3 FP U, hlm. 143

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb


16 H. Effendi et al. Judul naskah maksimal tiga baris, lima
kata

Kusasih, I. A. kade R., & Sumarmawati, E. D. (2019). Jurnal Pengabdian Kepada


Masyarakat Dewantara, Volume 2, Nomor 2, September 2019. JUrnal
ILmiah Pengabdian Kepada Masyarakat PAKEM, 1(September), 17–21.
Novia Harum Solikhah, A. S. H. dan A. A. N. A. 2011. Dampak Keberadaan
Tempat pemrosesan Akhir (Tpa)Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat
Dusun Ngablak,Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.
Pelita, VI(2), 1–8.
Program, P., Perencanaan, M., 2011. Urnal. Bengkulu: Fakultas Ekonomi Bisnis
Sari, P. E. 2013. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah Sebagai Upaya Peningkatan Pengelolaan Sampah,.
Tesis. Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Supriyatna, Eka Hafizh and Mochammad , Ridwan and Benardin, B. 2014.
Evaluasi Sistem Pengelolaan Persampahan di Kota Bengkulu. Tesis Tidak
Diterbitkan. Universitas Bengkulu.
Teguh Adiprasetyo, B. H. dan W. H. 2019. Sosialisasi Pengelolaan Sampah
Organik Di Kelurahan Beringin Raya Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Dewantara, 2(2), 22–27.
Undang‐undang Pasal 16 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
Wibisono, A. F., Dewi, P. 2014. Sosialisasi bahaya membuang sampah
sembarangan dan menentukan lokasi tpa di dusun deles desa jagonayan
kecamatan ngablak. Jurnal Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasnsi,
Indonesia dan Jurusan Arsitektur. Universitas Indonesia. 3(1), 21–27.
Wijaya, A., dan Alfansi, L. 2013. Pengelolaan Sampah Di Kota Bengkulu.
Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan, 5(2), 86–95.

JPLB, Vol(No):Halaman, Tahun Tersedia di http://www.bkpsl.org/ojswp/index.php/jplb

Anda mungkin juga menyukai