1. PENDAHULUAN
Sampah merupakan hasil yang diakibatkan dengan adanya aktivitas
manusia sehingga kehidupan manusia tidak terlepas dari yang namanya
sampah. Sampah rumah tangga ataupun sampah limbah pabrik yang
mengandung zat‐zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan sekitar dapat menghasilkan banyak sampah karena seiring
berkembangnya waktu dan perkembangan teknologi semakin canggih serta
populasi manusia semakin bertambah. Sampah-sampah tersebut dapat
mencemari lingkungan, merusak ekosistem, dan akan menimbulkan bau busuk
apabila sampah tersebut tidak dikelola dengan baik.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang semakin penting untuk
diselesaikan karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia. Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup
adalah masalah pembuangan sampah.(Novia Harum Solikhah, 2011)
Hasil dari adanya aktivitas manusia adalah sampah yang jumlah dan
volumenya yang sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
penggunaan barang didalam kehidupan sehari-hari dan juga sangat tergantung
dari jenis material yang digunakan. Oleh sebab itulah pengelolaan sampah
sangat tergantung supaya berkurangnya masalah yang dapat mencemari
lingkungan sekitar (Kasam, 2011).
Manajemen dalam mengelola sampah memiliki banyak tahapan seperti
sampah dihasilkan dari rumah tangga, sampah industri atau pabrik,
pengumpulan dan pengangkutan sampah, dan fasilitas dalam mengelola
sampah sampai pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Untuk mencegah atau
memperkecil pencemaran yang dapat ditimbulkan sampah harus mendapat
perhatian yang serius dari instansi yang bertanggung jawab di setiap daerah.
Permasalahan sampah di suatu kawasan bisa berupa cepatnya timbunan
sampah menggunung, kepedulian masyarakat yang masih rendah dengan
membuang sampah sembarangan dan tidak mau untuk membuang sampah di
tempat yang sudah disediakan. Perilaku buruk dari masyarakat ini sering kali
menyebabkan bencana di musim hujan yang bisa mengakibatkan banjir karena
drainase tersumbat oleh sampah. (Wibisono et al. 2014).
Pengelolaan sampah menjadi pembicaraan sosial baik oleh masyarakat,
para ahli dan pemerintah. Dengan tidak tepatnya dalam mengelola sampah
maka dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi manusia yaitu sebagai
sumber penyakit pencernaan seperti diare, tipus serta penyakit infeksi saluran
pernapasan, dan bagi lingkungan seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya.
Dampak sampah yang ditimbulkan tersebut lebih banyak dihadapi oleh
masyarakat perkotaan dikarenakan kota merupakan tempat pertumbuhan
alamiah penduduk dan sebagai tempat terjadinya migrasi dari desa ke kota
(Kusasih & Sumarmawati, 2019).
Dengan adanya permasalahan yang terkait tentang sampah tersebut,
tidak bisa dipungkiri juga ada kemungkinan dapat terjadi di TPA Kota
Bengkulu. Sampah yang masuk ke TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami,
Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu sebanyak 260-280 ton setiap harinya yang
berasal dari sampah rumah tangga maupun pasar yang terbagi atas sampah
anorganik dan organik. Informasi dari petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kota Bengkulu, pihaknya setiap hari mengerahkan 28 mobil tangki bak sampah
dan 67 motor bak sampah untuk pengangkutan sebanyak ratusan ton di 67
kelurahan di Kota Bengkulu. Kawasan TPA Air Sebakul sempat kewalahan
dalam menampung sampah yang luasnya masih diperkirakan sekitar 3,5
hektar.
Untuk meminimalisasi sampah serta memaksimalkan daur ulang sampah
maka sangat diperlukan strategi dalam mengelola sampah dari pemerintah
daerah yang dapat mendorong berbagai pihak di Kota Bengkulu.
Pemerintah daerah hendaknya mendorong sebuah program yang dapat
memberdayakan pengelolaan sampah seperti daur ulang pemprosesan sampah
menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang berekonomis sehingga timbunan
sampah di TPA dapat dikurangi walaupun adanya keterbatasan dana dan
sarana dalam mengelola sampah. Salah satu daerah di Kota Bengkulu yang
cukup potensial untuk dikembangkan di dalam pengelolaan sampah adalah
TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu.
(Supriyatna et al. 2014)
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana dampak keberadaan TPA Air Sebakul Kota Bengkulu bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan adanya penelitian ini maka dapat
bermanfaat bagi peneliti supaya mengetahui dampak keberadaan TPA Air
Sebakul Kota Bengkulu bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Bagi
mahasiswa penelitian ini sebagai tumpuan dasar dalam mengetahui dampak
yang ditimbulkan dari keberadaan TPA. Bagi masyarakat agar dapat
termotivasi dalam mencegah dampak yang timbul dari sampah dan mempunyai
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar TPA tersebut.
2. METODOLOGI
2.1. Lokasi penelitian
dengan Kembang Sri, sebelah Selatan berbatasan dengan Air Sebakul dan
sebelah, dan bagian Barat berbatasan dengan RT 23 dan daerah Pagar Dewa.
Selain Tempat Pemprosesan Akhir Sampah di lokasi ini juga memiliki
perkebunan sawit yang merupakan salah satu mata pencaharian sebagian
besar masyarakat.
Berdasarkan data dari kantor kelurahan Sukarami, Kelurahan Sukarami
memiliki wilayah seluas 585 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pagar Dewa.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sumur Dewa.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekan Sabtu.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Bumi Ayu.
Sedangkan bentangan alam Kelurahan Sukarami dapat dilihat sebagai berikut :
1. Dataran rendah : 133,490 Ha
2. Dataran tinggi : 215,030 Ha
3. Berbukit-bukit : 166,700 Ha
4. Rawa : 33, 380 Ha
5. Gambut : 37,000 Ha
berada pada lintang selatan -3,83366 Bujur 102,34352 lintang selatan 3 derajat
50 menit 11,19076 detik bujur 102 derajat 20 menit 36,6864 detik.
2.2. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan studi
kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian.
Pengumpulan data dan Informasi diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah,
jurnal, internet dan sumber-sumber lainnya. Dalam penelitian ini objek yang
peneliti gunakan adalah keberadaan TPA dan subjeknya adalah masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA tersebut. Penelitian mengenai pengelolaan sampah
di Kota Bengkulu adalah jenis penelitian analisis deskriptif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan tentang sifat-sifat
dari suatu keadaan dengan menyimpulkan data, menjelaskan data,
menganalisis data tersebut dengan analisa kualitatif.
Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif
tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik
kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Peneliti dihadapkan kepada
data yang diperoleh dari lapangan, lalu dari data tersebut peneliti harus
menganalisis hingga menemukan makna yang kemudian makna itulah yang
menjadi hasil penelitian.
Analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana
kuantitatif, namun keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh
peneliti masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Patton dalam
Kristi Poerwandari, yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun
analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan
prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin . Analisis
kualitatif juga berbeda dengan kuantitatif yang cara analisis dilakukan setelah
data terkumpul semua, tetapi analisis kualitatif dilakukan sepanjang penelitian
dari awal hingga akhir. Hal ini dilakukan karena, peneliti kualitatif mendapat
data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis
awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya (Kristi Poerwandari
2005)
sehingga dapat berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah terjadi di
sebuah TPA di Bandung, sehingga menimbulkan korban kematian Wibisono et
al. 2014
Sampah yang telah lama membusuk maupun yang berbentuk padat seperti
kaleng, botol, plastik tetapi itu merupakan sarang utama dalam penyebaran
penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul dikarenakan sampah apabila
tidak dikelola dengan baik antara lain adalah diare, cacingan, disentri, malaria,
kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit tersebut bisa menjadi
ancaman bagi manusia yang dapat menimbulkan kematian. Dengan begitu
masyarakat sekitar menyatakan resah dengan makin banyaknya lalat di dekat
perkampungan mereka akibat dekatnya lokasi keberadaan TPA dengan tempat
tinggal warga.
Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kota Bengkulu terdapat di dalam
beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Kelembagaan
Instansi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di Kota
Bengkulu adalah Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu. Sementara
pelaksanaan operasional pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu sebagai
salah satu tugas pokoknya, yaitu memelihara kebersihan, pertamanan dan
keindahan kota. Koordinator atau pegawai Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Bengkulu yang bertanggung jawab langsung pada operasional di lapangan
adalah 3 Kepala Seksi dan 16 staf yang berada di bawah Bidang Kebersihan dan
Pengawasan Lingkungan (Ahmizal 2012).
2. Aspek Hukum
Untuk menyelenggarakan tugas dalam hal memberikan pelayanan di
bidang kebersihan, maka diterbitkan beberapa Peraturan Daerah dan
Keputusan Walikota Bengkulu yang berkaitan dengan pengelolaan sampah,
yaitu:
1) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 02 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kota Bengkulu.
2) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 05 Tahun 2011 tentang retribusi
pengelolaan sampah.
3) Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 09 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Bengkulu.
Peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah telah cukup
memadai dalam mengatur persampahan di Kota Bengkulu. Peraturan mengenai
cara pengelolaan, instansi pengelola, dana pengelolaan hingga sanksi bagi
pelanggar kebersihan telah tercantum di dalam peraturan-peraturan tersebut.
Namun sayangnya pelaksanaan peraturan tersebut, terutama mengenai sanksi
bagi pelanggar kebersihan belum pernah diterapkan. Hal ini terutama
disebabkan belum diatur secara rinci tata cara pelaporan dan proses hukum
bagi yang dikenai sanksi (Ahmizal 2012).
3. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan pengelolaan sampah di Kota Bengkulu dibebankan pada
Pemerintah Kota Bengkulu melalui Dinas Kebersihan dan Volume 05 Nomor 02
JEPP 91 Pertamanan Kota Bengkulu. Aspek pembiayaan berfungsi untuk
membiayai operasional pengelolaan sampah yang dimulai dari sumber
sampah/penyapuan, pengumpulan, transfer dan pengangkutan, pengelolaan
dan pembuangan akhir. Selama ini dalam pengelolaan sampah perkotaan
memerlukan subsidi yang cukup besar, kemudian diharapkan sistem
pengelolaan sampah ini dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari
retribusi. Sebagaimana kegiatan lain, maka pembiayaan sistem pengelolaan
persampahan di kota Bengkulu dimaksudkan untuk dapat berjalan lancarnya
pengelolaan sampah (Siti Pahlawati, Faiz Barchia, 2019).
Pada Aspek Pembiayaan ini berdasarkan yang termuat di PERDA Nomor 2
tahun 2011 kota Bengkulu, pada bab IV pasal 28 dan 29 bahwa pembiayaan
penanganan sampah oleh Dinas lingkungan hidup Kota Bengkulu bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bengkulu. Adapun
pembiayaan sampah yang di tangani kelurahan dengan pihak ketiga/LPM
bersumber dari iuran masyarakat yang besarnya di sepakati bersama antara
masyarakat dan LPM, Pengelolaan dana iuran masyarakat di lakukan oleh
pengurus LPM dan Sebagian hasil digunakan untuk penanganan sampah dan
peremajaan sarana penanganan (Sari, 2013)
Berdasarkan pada Standar Nasional Tata Cara Tehnik Operasinal
Pengelolaan sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) dan (SNI 3242 :2008)
Pengelolaan sampah di pemukiman, Biaya pengelolaan sampah jenis
pembiayaan meliputi Biaya investasi yang terdiri dari alat pengomposan,
instalasi pengolahan/bangunan serta biaya pengadaan serta perbaikan sarana
dan prasarana dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Kepala Bidang kebersihan dan pengawasan lingkungan Kota
Bengkulu, besarnya biaya operasional persampahan saat ini mencapai lebih
dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per bulan. Jumlah tersebut meliputi
biaya pengangkutan sampah, upah petugas dan bahan bakar. Sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, pemerintah daerah
wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah dimana sumber
pembiayaan adalah dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
anggaran pendapatan dan belanja daerah.(Siti Pahlawati, Faiz Barchia, 2019)
Berkaitan dengan pengelolaan sampah, pemerintah daerah Kota Bengkulu
melakukan pungutan retribusi kebersihan. Retribusi kebersihan ditagih oleh
Dinas/Unit pelaksana yang mempunyai tugas dan fungsi pengelolaan sampah
dalam hal ini yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Bengkulu. Surat
Tagihan Retribusi Daerah ini disingkat menjadi STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda. Retribusi ini dikenakan pada 6 jenis kawasan antara lain kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, tempat usaha industri, fasilitas
umum dan fasilitas lainnya (Perda No. 05 Tahun 2011).
4. Aspek peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang sampah adalah proses dimana
orang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan sampah. Sebagian
warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran prasarana yang tersedia untuk
mereka. Peran serta masyarakat penting karena peran serta masyarakat
merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap masyarakat setempat. Bentuk pendekatan di atas dapat membantu
program pemerintah dalam keberhasilan dengan membiasakan masyarakat
pada tingkah laku yang sesuai dengan program sampah, yaitu merubah
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar, dan
merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
kurang baik. Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau
pembuangan sampah antara lain: pengetahuan tentang sampah/kebersihan,
rutinitas pembayaran retribusi sampah, adanya iuran sampah
RT/RW/Kelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah
(Artiningsih, 2008).
4.2. Saran
Peneliti menyarankan kepada pembaca pada umumnya dan khususnya
kepada mahasiswa/mahasiswi untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari artikel jurnal ini di kehidupan sehari-hari agar dapat bermanfaat
bagi kepentingan khalayak umum.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, saran bagi
pemerintah adalah agar mereklamasi TPA. Selain itu, pemerintah juga harus
segera mengambil kebijakan yang lebih tegas untuk kesejahteraan masyarakat
di sekitar TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota
Bengkulu dan memperbaiki infrastruktur untuk kelancaran transportasi dan
komunikasi warga di sekitar TPA. Saran bagi masyarakat yang berada di sekitar
TPA yaitu di Jalan Swadaya Kampung Bugis, RT 24 RW 04, Air Sebakul,
Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar Kota Bengkulu harus memikirkan
bagaimana mereka keluar dari pekerjaan yang tidak sehat tersebut dan tidak
seharusnya mereka menggantungkan pekerjaan di tempat tersebut.
5. DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, Atanu, and Gill, M. S. 2012. Impact of Resources, Capabilities and
Technology on Market Orientation of Indian B2B Firms. Journal of
Services Research, 11(2): 23-55
Ahmizal. 2012. Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bengkulu. Tesis
Tidak Diterbitkan. Universitas Bengkulu. Bengkulu
Albana, B. 2016. Kontribusi Wanita Dalam Mendukung Perekonomian Keluarga
(Studi Pada Pemulung Di TPA Air Sebakul). Skripsi Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam. Jurnal IAIN Bengkulu. Bengkulu
Alimansyah, dan Jarto Tarigan, S. 2019. Analisis Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional
Mewujudkan Masyarakat Madani Dan Lestari Seri 9, Yogyakarta, 24
Oktober 2019 Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian. ISBN: 978-602-6215-79-
6
Artiningsih, N. K. A. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Hardjasoemantri, K. 2009. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Kasam, I. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains
&Teknologi Lingkungan, 3(1), 19–30.
Kristi Poerwandari, 2005. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Perilaku
Manusia, Depok: LPSP3 FP U, hlm. 143