Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

“ GANGGUAN BIPOLAR”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK : 5

ANGGOTA : MELI (1604040)

NADILA RAHMA (1704016)

ELVIRA (1704026)

NADYA RAHMI UTAMI (1704032)

VERA TRI ANDALUSI (1704034)

NENENG ANDESPA (1704050)

RIDHO ANDRIZA (1704080)

ICHA FEBRIANI (1704084)

WIDYA CANDRA (1704110)

DETIA WILIAN REFINDANI (17040130)

KELAS :B

DOSEN : apt. RINGGA NOVELNI, M. Farm

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2021

i
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar
Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian dari Gangguan Bipolar..............................................................3


2.2 Bagian-bagian dari Gangguan Bipolar.......................................................4
2.3 Patifisiologi Gangguan Bipolar..................................................................4
2.4 Presentasi Klinis Gangguan Bipolar...........................................................4
2.5 Diagnosa Gangguan Bipolar.......................................................................5
2.6 Kursus Penyakit Gangguan Bipolar............................................................5
2.7 Pengobatan Gangguan Bipolar...................................................................6
2.8 Evaluasi Hasil Terapeutik Gangguan Bipolar..........................................17

BAB III
PENUTUP..................................................................................................................18

3.1Kesimpulan.................................................................................................18
3.2Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar manusia bahkan mungkin seluruh manusia pernah merasa


depresi, tetapi perilaku ini tidak dianggap abnormal pada kondisi tertentu (contoh
kehilangan seseorang yang dekat dan disayangi). Perasaan sedih atau depresi
bukanlah hal yang abnormal dalam peristiwa atau situasi yang penuh tekanan, namun
keadaan seseorang dianggap abnormal ketika kondisi emosional seperti depresi tidak
sesuai dengan situasinya.

Orang dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan


perasaan yang luar biasa buruk atau berlangsung lama dan mengganggu kehidupan
seseorang baik dengan dirinya ataupun lingkungannya. Salah satu gangguan
perubahan mood yaitu gangguan bipolar (bipolar disorder), gangguan ini melibatkan
kondisi depresi dan manik (girang atau bahagia yang berlebihan), biasanya dalam
pola yang saling bergantian. Remaja sekarang cenderung labil atau dalam bahasa
popuer disebut ababil (abang labil). Mahasiswa yang masih termasuk kategori remaja
sangat mudah berubah pola pikir, pendirian, dan mood, karena rata-rata remaja masih
labil dalam beberapa hal sehingga sangat mudah mengalami depresi.

Menurut Kashani, Hoeper, Beck, dan Corcoran (seperti dikutip Durand &
Barlow, 2006) depresi tidak terlalu sering terjadi pada anak-anak dibanding pada
orang dewasa, tetapi meningkat tajam pada masa remaja. Wong & Whitaker (seperti
dikutip Nevid, Rathus, & Greene, 2005) sebuah survei dengan sampel mahasiswa
menunjukkan bahwa sekitar 30% mahasiswa melaporkan mengalami paling tidak 2
depresi ringan. Banyak yang telat mengidentifikasi (teridentifikasi saat sudah
memburuk) gangguan bipolar (bipolar disorder), menunjukkan bahwa banyak orang
belum mengetahui apa itu gangguan bipolar (bipolar disorder). Padahal jika tidak
ditangani dengan baik maka dapat berakibat fatal, mulai dari halusinasi berlebihan,
sampai keinginan bunuh diri.

1
1.2 Rumusan Masalah :

1. Jelaskan Pengertian Dari Gangguan Bipolar?


2. Jelaskan Bagian-Bagian Dari Gangguan Bipolar?
3. Jelaskan Patofisiologi Gangguan Bipolar?
4. Jelaskan Presentasi Klinis Gangguan Bipolar?
5. Jelaskan Diagnosa Gangguan Bipolar ?
6. Jelaskan Kursus Penyakit Gangguan Bipolar ?
7. Jelaskan Pengobatan Gangguan Bipolar?
8. Apa Evaluasi Hasil Terapeutik Gangguan Bipolar?

1.3 Tujuan :

1. Dapat Mengetahui Apa itu Gangguan Bipolar


2. Dapat Mengetahui Bagian-bagian dari Gangguan Bipolar
3. Dapat Mengetahui Patifisiologi Gangguan Bipolar
4. Dapat Mengetahui Presentasi Klinis Gangguan Bipolar
5. Dapat Mengetahui Diagnosa Gangguan Bipolar
6. Dapat Mengetahui Kursus Penyakit Gangguan Bipolar
7. Dapat Mengetahui Pengobatan Gangguan Bipolar
8. Dapat Mengetahui Evaluasi Hasil Terapeutik Gangguan Bipolar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis


seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa
mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic
depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub
(bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti. Setiap orang pada umumnya pernah
mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood
low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan
perasaan (mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah
secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat
antusias dan bersemangat (mania).

Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa,
bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat
secara klinis disebut sebagai mania, atau di saat ringan disebut hipomania. Individu
yang mengalami episode mania juga sering mengalami episode depresi, atau episode
campuran di saat kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode
ini biasanya dipisahkan oleh periode suasana hati normal, tetapi dalam beberapa
depresi individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat yang dikenal
sebagai rapid-cycle. Episode manik ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan
gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi. Episode manik biasanya mulai dengan
tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi
cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih
ringan daripada manik. Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I, bipolar II,
cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan
episode suasana hati; kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar.

3
Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang persentasenya
tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase insiden yang dikategorikan
skizofrenia. Gangguan bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen
remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita
berusia remaja. Risiko kematian terus membayangi penderita gangguan bipolar, dan
itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita gangguan bipolar, risiko penyakit akan lebih berat,
berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami
perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan
dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan
bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap gangguan
bipolar.

2.2 Bagian-bagian dari Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Gangguan bipolar I: setidaknya satu episode manik, yang mungkin telah


didahului oleh dan dapat diikuti oleh episode depresi hipomanik atau
mayor.
2. Gangguan bipolar II: setidaknya satu episode hipomania dan mayor saat ini
atau masa lalu episode depresi.
2.3 Patofisiologi Gangguan Bipolar
 Kondisi medis, obat-obatan, dan perawatan yang dapat menyebabkan
mania ditampilkan dalam Tabel 67–1.
 Gangguan bipolar dipengaruhi oleh faktor perkembangan, genetik,
neurobiologis, dan psikologis. Mungkin beberapa lokus gen terlibat dalam
faktor keturunan.

4
 Stresor lingkungan atau psikososial dan faktor imunologis berhubungan
dengan gangguan bipolar.
2.4 Presentasi Klinis Gangguan Bipolar
Jenis episode yang berbeda dapat terjadi secara berurutan dengan atau
tanpa periode suasana hati normal (euthymia) di antaranya. Mungkin ada
fluktuasi mood yang terus berlanjut bulan atau setelah satu episode, bisa ada
bertahun-tahun tanpa kekambuhan jenis apa pun episode suasana hati. Ada 3
episode yaitu :
1. Episode Depresif Utama
Delusi, halusinasi, dan upaya bunuh diri lebih sering terjadi pada
depresi bipolar daripada depresi unipolar.
2. Episode Manik
 Mania akut biasanya dimulai dengan tiba-tiba, dan gejala meningkat
selama beberapa hari. Perilaku aneh, halusinasi, dan delusi paranoid
atau muluk mungkin terjadi. Ada gangguan fungsi yang nyata.
 Episode manik dapat dipicu oleh stresor, kurang tidur, antidepresan,
stimulan sistem saraf pusat (SSP), atau cahaya terang.
3. Episode Hipomanik
Tidak ada gangguan yang nyata dalam fungsi sosial atau pekerjaan,
tidak ada delusi, dan tidak ada halusinasi. Beberapa pasien mungkin lebih
produktif dari biasanya, tetapi 5% menjadi 15% pasien mungkin dengan
cepat beralih ke episode manik.
2.5 Diagnosa Gangguan Bipolar
 The Diagnostic and Statistics Manual of Mental Disorders, edisi ke-4,
revisi teks, mengklasifikasikan gangguan bipolar sebagai bipolar I, bipolar
II, gangguan siklotimik, dan gangguan bipolar tidak ditentukan lain. Lihat
Tabel 67-2 untuk kriteria diagnostik.
 Riwayat medis, psikiatris, dan pengobatan; pemeriksaan fisik; dan
laboratorium pengujian diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik
dari mania atau depresi.

5
2.6 Kursus Penyakit Gangguan Bipolar
 Onset masa kanak-kanak dikaitkan dengan lebih banyak episode suasana
hati, siklus cepat, dan kondisi psikiatris komorbid.
 Rapid cyclers, 20% pasien bipolar, mengalami empat episode atau lebih per
tahun (mayor depresi, manik, atau hipomanik). Bersepeda cepat dikaitkan
dengan frekuensi dan episode depresi yang parah dan prognosis jangka
panjang yang lebih buruk.
 Wanita lebih cenderung mengalami peningkatan gejala depresi, onset usia
yang lebih tua, kepatuhan yang lebih baik, dan kelainan tiroid. Pria
mungkin mengalami lebih banyak episode manik dan penggunaan zat.
 Upaya bunuh diri terjadi pada hingga 50% pasien dengan gangguan
bipolar, dan ~ 10% hingga 19% orang dengan gangguan bipolar I
melakukan bunuh diri.
 Episode mungkin menjadi lebih lama durasinya dan lebih sering dengan
penuaan.
2.7 Pengobatan Gangguan Bipolar
1. Pendekatan Umum
 Tabel 67–4 menunjukkan pendekatan untuk mengobati episode akut
pada orang dewasa.
 Kepatuhan terhadap pengobatan adalah faktor terpenting dalam
mencapai tujuan.
 Pasien bipolar harus tetap menggunakan penstabil mood (misalnya,
litium, valproat, karbamazepin) seumur hidup. Selama episode akut,
obat dapat ditambahkan dan kemudian dikurangi setelah stabilisasi.
2. Terapi Nonfarmakologi
Pendekatan nonfarmakologis meliputi:
a. Psikoterapi (misalnya individu, kelompok, dan keluarga), terapi
interpersonal, dan / atau terapi perilaku kognitif,
b. Stres teknik reduksi, terapi relaksasi, pijat, dan yoga,

6
c. Tidur (teratur jadwal tidur dan bangun; hindari asupan alkohol atau kafein
sebelum tidur),
d. Nutrisi (asupan rutin makanan atau minuman kaya protein dan asam
lemak esensial; vitamin dan mineral tambahan),
e. Olahraga (aerobik teratur dan berat badan pelatihan setidaknya tiga kali
seminggu).

3. Terapi Farmakologi
 Lihat Tabel 67–5 untuk informasi produk dan dosis obat untuk bipolar
kekacauan.
 Lihat Tabel 67-6 untuk pedoman pemantauan laboratorium pasien
tentang suasana hati stabilisator.
 Litium, divalproex sodium (valproate), karbamazepin lepas-panjang,
aripiprazole, asenapine, olanzapine, quetiapine, risperidone, dan
ziprasidone saat ini disetujui oleh FDA untuk pengobatan mania akut.
Litium, divalproex natrium, aripiprazole, olanzapine, dan lamotrigine
disetujui untuk pemeliharaan pengobatan.
 Litium adalah obat pilihan untuk gangguan bipolar dengan mania
euforia, sedangkan valproate memiliki khasiat yang lebih baik untuk
kondisi campuran, mania iritasi / disforik, dan cepat bersepeda.
 Terapi kombinasi (misalnya, litium plus valproat atau karbamazepin;
litium atau valproate plus antipsikotik generasi kedua) dapat
memberikan respons akut yang lebih baik dan pencegahan kekambuhan
dan kekambuhan daripada monoterapi pada beberapa pasien bipolar,
terutama mereka dengan keadaan campuran atau bersepeda cepat.
 Pedoman yang berguna mencakup yang berikut: Jaringan Kanada untuk
Mood dan Kecemasan Perawatan (CANMAT); Pedoman Masyarakat
Internasional untuk Gangguan Bipolar; Panduan Praktik untuk
Perawatan Pasien dengan Gangguan Bipolar (Revisi) yang diterbitkan
oleh American Psychiatric Association; Proyek Algoritma Pengobatan

7
Texas dikembangkan oleh Texas Department of Mental Health and
Mental Retardation; dan Parameter Praktik untuk Pengkajian dan
Perawatan Anak dan Remaja dengan Bipolar Disorder, yang
dikembangkan oleh American Academy of Child and Adolescent
Psikiatri.
a. Litium
 Litium adalah agen lini pertama untuk mania akut, depresi
bipolar akut, dan pengobatan pemeliharaan gangguan bipolar I
dan II.
 Litium diabsorbsi dengan cepat, tidak terikat protein atau
dimetabolisme, dan diekskresikan tidak berubah dalam urin dan
cairan tubuh lainnya.
 Mungkin memerlukan 6 sampai 8 minggu untuk menunjukkan
kemanjuran antidepresan. Ini lebih efektif untuk mania gembira
dan kurang efektif untuk mania dengan ciri psikotik, episode
campuran, siklus cepat, dan ketika alkohol dan penyalahgunaan
narkoba hadir. Terapi pemeliharaan adalah lebih efektif pada
pasien dengan episode yang lebih sedikit, fungsi yang baik
antar episode, dan riwayat keluarga respons yang baik terhadap
litium. Ini menghasilkan respons profilaksis pada hingga dua
pertiga pasien dan mengurangi risiko bunuh diri sebesar 8
hingga 10 kali lipat.
 Augmentasi litium karbamazepin, lamotrigin, dan valproat
dapat membaik respon pada pasien bipolar I, tetapi dapat
meningkatkan risiko sedasi, penambahan berat badan, Keluhan
GI, dan tremor.
 Menggabungkan litium dengan antipsikotik generasi pertama
(FGA) pada pasien usia lanjut telah dilaporkan menyebabkan
neurotoksisitas (misalnya, delirium, tremor parah, serebelar
disfungsi, dan gejala ekstrapiramidal). Tarik litium dan

8
hentikan pada minimal 2 hari sebelum terapi elektrokonvulsif
(ECT), dan lanjutkan 2 hingga 3 hari setelah terapi pengobatan
ECT terakhir.
 Menggabungkan litium dengan verapamil atau diltiazem
dilaporkan menyebabkan neurotoksisitas dan bradikardia berat.
 Efek samping awal sering kali berhubungan dengan dosis dan
lebih buruk pada konsentrasi serum puncak (1-2 jam setelah
dosis). Menurunkan dosis, mengambil dosis yang lebih kecil
dengan makanan, menggunakan produk rilis diperpanjang, dan
dosis sekali sehari pada waktu tidur.Distres GI dapat
diminimalkan dengan pendekatan standar atau dengan
menambahkan antasida atau antidiare. Diare terkadang dapat
diperbaiki dengan beralih ke formulasi cairan.
 Kelemahan otot dan kelesuan terjadi pada ~ 30% pasien dan
biasanya bersifat sementara. Polidipsia dengan poliuria dan
nokturia terjadi pada 70% pasien dan dapat ditangani dengan
mengubah dosis sekali sehari sebelum tidur.
 Tremor tangan halus terjadi pada hingga 50% pasien. Ini dapat
diobati dengan beralih ke sediaan kerja panjang, menurunkan
dosis, atau menambahkan propranolol, 20 ke 120 mg / hari.
 Litium mengurangi kemampuan ginjal untuk memekatkan urin
dan dapat menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik dengan
berat jenis urin rendah dan poliuria osmolalitas rendah (volume
urin> 3 L / hari). Ini dapat diobati dengan diuretik loop,
diuretik thiazide, atau triamterene. Jika diuretik tiazid
digunakan, dosis litium harus dikurangi 50% dan tingkat
lithium dan kalium dipantau. Amiloride memiliki natriuretik
yang lebih lemah efek dan tampaknya memiliki sedikit efek
pada pembersihan lithium.

9
 Terapi litium jangka panjang dikaitkan dengan 10% sampai
20% risiko morfologis ginjal perubahan.
 Nefrotoksisitas yang diinduksi litium jarang terjadi jika pasien
dipertahankan pada tingkat terendah dosis efektif, dosis sekali
sehari digunakan, hidrasi yang baik dipertahankan, dan
toksisitas dihindari.
 Hingga 30% pasien yang menjalani terapi litium pemeliharaan
mengalami peningkatan sementara konsentrasi serum hormon
perangsang tiroid, dan 5% sampai 35% pasien mengembangkan
gondok dan / atau hipotiroidisme, yang 10 kali lebih mungkin
terjadi pada perempuan. Ini dikelola dengan menambahkan
levothyroxine.
 Litium dapat menyebabkan efek jantung termasuk perataan
gelombang-T atau inversi (hingga 30% pasien), blok
atrioventrikular, dan bradikardia.
 Efek samping litium lain yang tampak terlambat adalah
leukositosis benigna reversibel, jerawat, alopecia, eksaserbasi
psoriasis, dermatitis pruritik, ruam makulopapular, folikulitis,
dan penambahan berat badan.
 Toksisitas litium dapat terjadi dengan kadar serum lebih besar
dari 1,5 mEq / L (mmol / L), tapi orang tua mungkin memiliki
gejala toksik pada tingkat terapeutik. Gejala toksik yang parah
dapat terjadi dengan konsentrasi serum di atas 2 mEq / L
(mmol / L), termasuk muntah, diare, inkontinensia,
inkoordinasi, gangguan kognisi, aritmia, dan kejang, dan
kerusakan neurologis permanen serta kerusakan ginjal dapat
terjadi.
 Faktor predisposisi toksisitas litium termasuk pembatasan
natrium, dehidrasi, muntah, diare, usia lebih dari 50 tahun,
gagal jantung, sirosis, interaksi obat yang menurunkan

10
pembersihan litium, olahraga berat, mandi sauna, cuaca panas,
dan demam. Beri tahu pasien untuk mempertahankan asupan
natrium dan cairan yang memadai dan untuk menghindari
alkohol dan kopi, teh, cola, dan minuman lain yang
mengandung kafein secara berlebihan.
 Jika dicurigai keracunan litium, pasien harus menghentikan
litium dan segera pergi ke ruang gawat darurat. Hemodialisis
intermiten umumnya diperlukan bila kadar litium serum lebih
besar dari 3,5 sampai 4 mEq / L (mmol / L) untuk pasien yang
menjalani pengobatan jangka panjang dan dilanjutkan sampai
konsentrasi di bawah 1 mEq / L (mmol / L).
 Diuretik tiazid, obat antiinflamasi nonsteroid, pengubah
angiotensin inhibitor enzim, dan diet yang dibatasi garam dapat
meningkatkan kadar litium. Neurotoksisitas dapat terjadi jika
litium dikombinasikan dengan karbamazepin, diltiazem,
losartan, metildopa, metronidazol, fenitoin, dan verapamil.
 Litium biasanya dimulai dengan 600 mg / hari untuk profilaksis
dan 900 sampai 1200 mg / hari untuk mania akut. Berikan
sediaan pelepasan segera dua atau tiga kali sehari dan produk
rilis diperpanjang satu atau dua kali sehari. Setelah pasien
distabilkan, banyak pasien dapat beralih ke dosis sekali sehari.
 Awalnya, periksa konsentrasi litium serum satu atau dua kali
seminggu. Setelah diinginkan konsentrasi serum tercapai,
periksa kadar dalam 2 minggu, dan bila stabil, periksa mereka
setiap 3 sampai 6 bulan.
 Bersihan litium meningkat 50% sampai 100% selama
kehamilan. Pantau kadar serum bulanan selama kehamilan dan
mingguan pada bulan sebelum melahirkan. Saat melahirkan,
kurangi dosis untuk tingkat sebelum hamil dan pertahankan
hidrasi.

11
 Percobaan terapeutik yang masuk akal pada pasien rawat jalan
setidaknya 4 sampai 6 minggu dengan lithium konsentrasi
serum 0,6 sampai 1,2 mEq / L (mmol / L). Pasien dengan
konsentrasi serum antara 0,8 mEq / L dan 1 mEq / L (mmol / L)
mungkin mengalami kekambuhan yang lebih sedikit daripada
mereka. dengan konsentrasi serum yang lebih rendah. Pasien
manik akut dapat memerlukan konsentrasi serum 1 hingga 1,2
mEq / L (mmol / L), dan beberapa membutuhkan hingga 1,5
mEq / L (mmol / L). Gambarkan level lithium 12 jam setelah
dosis. Untuk profilaksis bipolar pada pasien lanjut usia,
Konsentrasi serum 0,4 sampai 0,6 mEq / L (mmol / L)
direkomendasikan.
b. Antikonvulsan
Untuk informasi yang lebih mendalam tentang efek samping,
farmakokinetik, dan interaksi obat antikonvulsan, lihat Bab. 53.
c. Valproate Sodium dan Valproic Acid
 Divalproex sodium (sodium valproate), disetujui untuk manik
akut atau episode campuran, adalah penstabil mood yang paling
banyak diresepkan di Amerika Serikat. Ini seefektif lithium dan
olanzapine untuk mania murni, dan bisa lebih efektif daripada
lithium siklus cepat, keadaan campuran, dan gangguan bipolar
dengan penyalahgunaan zat. Ini mengurangi frekuensi (atau
mencegah) episode manik, depresi, dan campuran berulang.
 Litium, karbamazepin, antipsikotik, atau benzodiazepin dapat
meningkatkan efek antimanik dari valproate. Valproate dapat
ditambahkan ke litium untuk mencapai efek sinergis, dan
kombinasi tersebut telah menunjukkan kemanjuran dalam
pemeliharaan terapi gangguan bipolar I. Kombinasi kaleng
valproate dan karbamazepin memiliki efek sinergis, tetapi
potensi interaksi obat memerlukan darah pemantauan level

12
kedua agen. Antipsikotik generasi kedua (SGA) bisa jadi
ditambahkan ke valproate untuk terobosan mania, tetapi dapat
meningkatkan risiko sedasi dan penambahan berat badan.
Menggabungkan valproate dengan lamotrigine meningkatkan
risiko ruam, ataksia, tremor, sedasi, dan kelelahan.
 Efek samping valproat terkait dosis yang paling sering adalah
keluhan GI, baik-baik saja tremor, dan sedasi. Mengurangi
dosis atau menambahkan β-blocker dapat mengurangi tremor.
Efek samping lainnya adalah ataksia, letargi, alopecia, pruritus,
perdarahan berkepanjangan, peningkatan sementara enzim hati,
penambahan berat badan, dan hiperamonemia. Fatal hepatitis
nekrotikans jarang terjadi dan idiosinkratik, terjadi pada anak
multipel antikonvulsan. Pankreatitis yang mengancam jiwa
telah dilaporkan.
 Dosis awal adalah 250 sampai 500 mg dua kali sehari; dosis
pemuatan 20 sampai 30 mg / kg / hari divalproex dapat
diberikan selama 12 jam. Dosis harian disesuaikan 250 sampai
500 mg setiap 1 hingga 3 hari berdasarkan respons dan
tolerabilitas. Dosis maksimum adalah 60 mg / kg / hari (lihat
Tabel 67–5).
 Setelah menetapkan dosis optimal, dosis dapat diberikan dua
kali sehari atau menjelang tidur jika ditoleransi.
 Divalproex lepas-panjang dapat diberikan sekali sehari, tetapi
ketersediaan hayati bisa 15% lebih rendah dari produk rilis
langsung.
 Kebanyakan dokter mencari kisaran konsentrasi serum 50
sampai 125 mcg / mL (347 sampai 866 µmol / L) diukur 12
jam setelah dosis terakhir. Pasien dengan siklotimia atau
bipolar Gangguan II merespons pada tingkat darah yang lebih
rendah, sementara pasien dengan bentuk yang lebih parah

13
mungkin membutuhkan hingga 150 mcg / mL (1040 µmol / L).
Tingkat serum paling berguna saat menilai kepatuhan atau
toksisitas.
d. Karbamazepin
 Karbamazepin biasanya digunakan untuk terapi akut dan
pemeliharaan. Hanya formulasi pelepasan diperpanjang
disetujui FDA untuk gangguan bipolar di Amerika Serikat.
 Biasanya disediakan untuk pasien yang refrakter litium, rapid
cyclers, atau keadaan campuran. Itu memiliki efek antimanik
akut, tetapi efektivitas jangka panjangnya tidak jelas. Mungkin
lebih sedikit efektif daripada lithium untuk terapi pemeliharaan
dan depresi bipolar.
 Kombinasi karbamazepin dengan litium, valproat, dan
antipsikotik sering digunakan untuk episode manik pada pasien
yang resistan terhadap pengobatan. Carbamazepine dengan
nimodipine dapat bermanfaat untuk pasien yang sulit
disembuhkan.
 Karbamazepin menginduksi metabolisme hati antidepresan,
antikonvulsan, antipsikotik, dan banyak obat lain; dengan
demikian, penyesuaian dosis mungkin dilakukan yg
dibutuhkan. Wanita yang menerima karbamazepin memerlukan
kontrasepsi oral dosis tinggi atau metode kontrasepsi alternatif.
 Obat tertentu yang menghambat CYP3A4 (misalnya simetidin,
diltiazem, eritromisin, fluoxetine, fluvoxamine, itraconazole,
ketoconazole, nefazodone, dan verapamil) ditambahkan ke
terapi karbamazepin dapat menyebabkan toksisitas
karbamazepin. Jika karbamazepin dikombinasikan dengan
valproat, kurangi dosis karbamazepin sebagai kadar bebasnya
bisa ditingkatkan. Jangan gabungkan clozapine dan

14
karbamazepin karena memungkinkan supresi sumsum tulang
aditif.
 Untuk pasien rawat inap dalam episode manik akut, dosis dapat
dimulai dari 400 sampai 600 mg / hari dalam dosis terbagi
dengan makanan dan ditingkatkan 200 mg / hari setiap 2
sampai 4 hari sampai 10 sampai 15 mg / kg / hari. Pasien rawat
jalan harus dititrasi ke atas lebih lambat untuk menghindari
efek samping . Banyak pasien mentolerir dosis sekali sehari
setelah stabilisasi.
 Selama bulan pertama terapi, konsentrasi serum bisa menurun
karena dari autoinduksi enzim metabolisme, membutuhkan
peningkatan dosis.
 Kadar serum karbamazepin biasanya diperoleh setiap 1 atau 2
minggu selama 2 bulan pertama, lalu setiap 3 hingga 6 bulan
selama pemeliharaan. Sampel serum adalah ditarik 10 sampai
12 jam setelah dosis dan setidaknya 4 sampai 7 hari setelah
pemberian dosis atau perubahan. Kebanyakan dokter berusaha
untuk mempertahankan level antara 6 dan 10 mcg / mL (25-42
µmol / L), tetapi beberapa pasien mungkin membutuhkan 12
sampai 14 mcg / mL (51-59 µmol / L).
 Penggunaan karbamazepin pada pasien keturunan Asia
membutuhkan pengujian genetik untuk alel antigen leukosit
manusia (HLA), HLA-B 1502, untuk membantu mendeteksi
risiko yang lebih tinggi Sindrom Stevens-Johnson dan
nekrolisis epidermal toksik.
e. Oxcarbazepine
 Oxcarbazepine tidak disetujui FDA untuk pengobatan
gangguan bipolar di Amerika Serikat. Ini memiliki efek
menstabilkan suasana hati yang mirip dengan karbamazepin,
tetapi dengan efek samping yang lebih ringan, tidak ada

15
autoinduksi enzim metabolisme, dan berpotensi lebih sedikit
interaksi obat.
 Efek samping terkait dosis termasuk pusing, sedasi, sakit
kepala, ataksia, kelelahan, vertigo, penglihatan abnormal,
diplopia, muntah, dan sakit perut. Itu menyebabkan lebih
banyak hiponatremia dibandingkan karbamazepin.
 Merupakan penghambat CYP 2C19 dan penginduksi 3A3 / 4.
Ini menginduksi metabolisme oral kontrasepsi, memerlukan
tindakan kontrasepsi alternatif.
 Dosis awal biasanya 150 sampai 300 mg dua kali sehari, dan
dosis harian dapat ditingkatkan dengan 300 sampai 600 mg
setiap 3 sampai 6 hari sampai 1200 mg / hari dalam dosis
terbagi (dengan atau tanpa makanan).
f. Lamotrigin
 Lamotrigin, efektif untuk pengobatan pemeliharaan gangguan
bipolar I dan II di orang dewasa, memiliki efek antidepresan
dan menstabilkan suasana hati. Ini mungkin menambah
properti jika dikombinasikan dengan lithium atau valproate. Ini
memiliki tingkat peralihan yang rendah pasien mania. Meski
kurang efektif untuk mania akut dibandingkan dengan lithium
dan valproate, mungkin bermanfaat untuk terapi pemeliharaan
yang resisten terhadap pengobatan gangguan bipolar I dan II,
siklus cepat, dan keadaan campuran. Tampaknya paling efektif
untuk pencegahan depresi bipolar.
 Efek samping yang umum termasuk sakit kepala, mual, pusing,
ataksia, diplopia, mengantuk, tremor, ruam makulopapular
(10% pasien), dan pruritus. Meskipun kebanyakan ruam
sembuh dengan terapi lanjutan, beberapa berkembang menjadi
mengancam jiwa Sindrom Stevens – Johnson. Insiden ruam
paling besar terjadi secara bersamaan pemberian valproate,

16
peningkatan dosis cepat lamotrigin, dan lebih tinggi dari dosis
awal lamotrigin yang direkomendasikan. Pada pasien yang
memakai valproate, dosis lamotrigin sekitar setengah dari dosis
standar, dan titrasi ke atas lebih lambat dari biasanya.
 Untuk pengobatan pemeliharaan gangguan bipolar, kisaran
dosis lamotrigin yang biasa adalah 50 sampai 300 mg / hari.
Dosis target umumnya 100 mg / hari bila dikombinasikan
dengan valproate dan 400 mg / hari bila dikombinasikan
dengan karbamazepin. Untuk pasien tidak minum obat yang
mempengaruhi pembersihan lamotrigin, dosisnya 25 mg / hari
untuk 2 minggu pertama, lalu 50 mg / hari untuk minggu 3 dan
4, 100 mg / hari untuk minggu berikutnya, lalu 200 mg / hari.
Pasien yang menghentikan dosis selama lebih dari beberapa
hari harus memulai kembali jadwal peningkatan dosis.
g. Antipsikotik
 Antipsikotik generasi pertama dan kedua, seperti aripiprazole,
asenapine, haloperidol, olanzapine, quetiapine, risperidone, dan
ziprasidone efektif sebagai monoterapi atau sebagai terapi
tambahan untuk lithium atau valproate untuk mania akut.
Antipsikotik jangka panjang mungkin diperlukan untuk
beberapa pasien, tetapi risikonya versus manfaatnya harus
ditimbang dengan mempertimbangkan efek samping jangka
panjang (misalnya obesitas, diabetes tipe 2, hiperlipidemia,
hiperprolaktinemia, penyakit jantung, dan tardive dyskinesia).
 Antipsikotik generasi pertama dan kedua efektif pada ~ 70%
pasien dengan mania akut yang berhubungan dengan agitasi,
agresi, dan psikosis.
 Haloperidol decanoate, fluphenazine decanoate, dan
risperidone, aripiprazole, dan injeksi kerja-panjang olanzapine

17
adalah pilihan monoterapi untuk pemeliharaan terapi gangguan
bipolar dengan ketidakpatuhan atau resistensi pengobatan.
 Penelitian terkontrol pada mania akut menunjukkan bahwa
litium atau valproat plus antipsikotik lebih efektif daripada obat
ini saja.
 Quetiapine dan kombinasi fluoxetine / olanzapine efektif untuk
penyakit akut depresi bipolar.
 Monoterapi clozapine memiliki efek stabilisasi suasana hati
akut dan jangka panjang pada gangguan bipolar refrakter,
termasuk mania campuran dan siklus cepat, tetapi
membutuhkan pemantauan sel darah putih untuk
agranulositosis.
 Dibutuhkan antipsikotik dosis awal yang lebih tinggi
(misalnya, olanzapine 20 mg / hari) mania akut. Setelah mania
terkontrol (biasanya 7-28 hari), antipsikotik dapat diberikan
secara bertahap meruncing dan dihentikan.
 Untuk informasi lebih lanjut tentang efek samping,
farmakokinetik, dan interaksi obat dari antipsikotik spesifik,
lihat Bab. 69 tentang skizofrenia.
h. Pengobatan Pengobatan Alternatif
 Biasanya benzodiazepin potensi tinggi (misalnya klonazepam
dan lorazepam) menggunakan alternatif (atau tambahan untuk)
antipsikotik untuk mania akut, agitasi, kecemasan, panik, dan
insomnia atau pada mereka yang tidak bisa menggunakan
penstabil mood. Intramuskuler (IM) lorazepam dapat
digunakan untuk agitasi akut. Kontraindikasi relatif untuk
benzodiazepin jangka panjang adalah riwayat penyalahgunaan
atau ketergantungan obat atau alkohol.
 Data menunjukkan bahwa antidepresan tambahan mungkin
tidak lebih baik daripada plasebo untuk pengobatan akut

18
depresi bipolar bila dikombinasikan dengan penstabil mood.
Banyak dokter mempertimbangkan mereka baris ketiga untuk
depresi bipolar akut, kecuali mereka yang tidak memiliki
riwayat yang parah dan / atau mania baru-baru ini atau
berpotensi pada pasien bipolar II. Tingkat peralihan suasana
hati dari depresi hingga mania dengan antidepresan trisiklik
dan venlafaxine yang lebih tinggi daripada tingkat yang terkait
dengan penggunaan penghambat reuptake serotonin selektif.
Sebelum memulai antidepresan, pastikan pasien memiliki dosis
terapeutik atau tingkat darah dari penstabil mood utama.
Berhati-hatilah dalam menggunakan antidepresan pada
penderita a riwayat mania setelah episode depresi, dan mereka
yang sering bersepeda harus diperlakukan secara hati-hati
dengan antidepresan. Umumnya, antidepresan seharusnya
ditarik 2 sampai 6 bulan setelah remisi.
i. Populasi Khusus
 Profilaksis dengan penstabil mood (misalnya litium atau
valproat) dianjurkan segera setelah melahirkan untuk
menurunkan risiko relaps depresi pada wanita bipolar.
 Terjadinya anomali Epstein pada bayi yang terpapar litium
selama pertama kali trimester diperkirakan 1: 1000 sampai 1:
2000.
 Jika litium digunakan selama kehamilan, gunakan dosis efektif
terendah untuk mencegah kambuh, sehingga mengurangi risiko
sindrom bayi "terkulai", hipotiroidisme, dan gondok tidak
beracun pada bayi.
 Menyusui biasanya tidak dianjurkan bagi wanita yang
mengonsumsi lithium.
 Ketika valproate diambil selama trimester pertama, risiko cacat
tabung saraf adalah ~ 5%. Untuk karbamazepin, risikonya

19
diperkirakan 0,5% hingga 1%. Administrasi dari asam folat
dapat mengurangi risiko cacat tabung saraf.
 Wanita yang mengonsumsi valproate boleh menyusui, tetapi
ibu dan bayi harus menjalani pemantauan laboratorium yang
sama.
 Pedoman untuk pengobatan anak-anak dan remaja dengan
gangguan bipolar adalah Praktek Parameter Penilaian dan
Pengobatan Anak dan Remaja dengan Bipolar Kekacauan.
 Penghapusan paruh lithium dan valproate meningkat seiring
bertambahnya usia. Gila pasien dapat memiliki kepekaan yang
meningkat terhadap efek samping dari penstabil mood dan
antipsikotik.
2.8 Evaluasi Hasil Terapeutik Gangguan Bipolar
 Parameter pemantauan ditunjukkan pada Tabel 67–3.
 Pasien dengan respon parsial atau nonrespon terhadap terapi harus dinilai
ulang diagnosis yang akurat, kondisi medis atau psikiatri yang terjadi
bersamaan, dan pengobatan atau zat yang memperburuk gejala suasana
hati.
 Libatkan pasien dan anggota keluarga dalam pengobatan untuk memantau
gejala target, respons, dan efek samping serta untuk meningkatkan
kepatuhan dan mengurangi stres. Skala peringkat standar mungkin berguna
dalam memantau respons.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang
kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hat i yang
sangatekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut
dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba- tiba
antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan
kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.
3.2 Saran
Berkonsultasilah dengan ahlinya, seperti seorang dokter atau psikiater keti
kam e ng e t a hu i t a nd a d a n g e j a l a g a n g g u a n, a g a r t id a k m e n j a d i
l e b i h berbahaya. terimalah diri dengan selalu berperasaan positife dan mencari
lingkungan ya n g n ya m a n jik a m e m a ng d i n ya t a k a n m e n d e r it a
g a ng g u a n bipolar.

21
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. (2018, April). BCI sebut ada 2 persen masyarakat indonesia mengidap
gangguan bipolar. Merdeka Bandung[online].Diakses pada tanggal 30
Januari 2019 dari https://bandung. merdeka.com.
Bauer, M., & Pfennig, A. (2005). Epidemiology of bipolar disorders.Journal
ofEpilepsia, 46. Berlin, Germany.
Dewi, M.R. (2016). Gambaran dukungan keluarga kepada dokter dengan gangguan
mental bipolar. [Skripsi]. Jakarta.Universitas Negeri Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Badan Penelitan dan Pengembangan
Kesehatan).
Kusumawardhani, A. (2012). Diagnosis banding gangguan bipolar. Kumpulan
Makalah Konas I Gangguan Bipolar.Surabaya: Airlangga University Press.

22

Anda mungkin juga menyukai