Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diklat Teknis Penggunaan Bahan dan Peralatan Jalan membekali peserta
tentang pengetahuan dan pemahaman bagaimana menyiapkan dan
merencanakan penggunaan Bahan maupun Peralatan dalam pekerjaan jalan
dan jembatan sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pekerjaan konstruksi jalan yang sebagian besar strukturnya didominasi oleh
perkerasan jalan dimana dituntut perkerasan jalan yang kuat, awet (tahan
lama), murah dan tepat guna.
Untuk mewujudkan tuntutan tersebut tentunya diperlukan dua hal utama yaitu
adanya perencanaan yang tepat dan keberhasilan pelaksanaan yang sesuai
dengan rancangan tersebut.
Agregat sebagai bahan perkerasan jalan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menyusun struktur perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan
jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan.
Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan maupun pemeliharaan
jalan.

1.2 Pengertian
Perkerasan Lentur adalah jenis perkerasan jalan modern yang strukturnya
terdiri dari beberapa lapis bahan perkerasan yaitu lapis permukaan, lapis
pondasi atas, lapis pondasi bawah dan lapisan tanah dasar.
Struktur perkerasan jalan terdiri dari komposisi campuran agregat dan aspal
sehingga bersifat lentur (fleksibel) mengikuti beban lalu lintas yang bekerja
diatasnya.
Agregat atau granular material adalah sekumpulan butir butir (disebut fraksi)
batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya yang merupakan hasil alam atau
hasil buatan.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 1


1.3 Maksud dan Tujuan
Diklat Bahan Agregat untuk perkerasan lentur dimaksudkan sebagai :
- Pedoman bagi pejabat fungsional bidang jalan jembatan dalam penggunaan
agregat untuk merancang kebutuhan bahan perkerasan jalan
- Pedoman bagi pelaksana/penyedia jasa konstruksi dalam melaksanakan
pekerjaan
- Pedoman bagi pengawas dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan
sehingga mencapai mutu sesuai yang diinginkan.
- Pedoman bagi pengguna jasa/pemilik bangunan dalam mempertanggung
jawabkan mutu secara keseluruhan.
Tujuan penggunaan bahan agregat untuk perkerasan lentur adalah
tercapainya produk akhir pekerjaan yang memenuhi keinginan pemilik
bangunan/pengguna jasa yaitu sesuai dengan spesifikasi.

1.4 Ruang Lingkup


Modul Bahan Aggregat untuk Perkerasan Lentur terdiri dari 4 pokok bahasan
yaitu :
Bab 1 : Pendahuluan meliputi Latar belakang, Pengertian, Maksud dan
Tujuan serta Ruang Lingkup
Bab 2 : Klassifikasi Jenis dan Sifat Fisik/Karakteristik Agregat
Bab 3 : Persyaratan Gradasi dan Mutu Agregat
Bab 4 : Pencampuran Agregat (Agregat Blending)
Bab 5 : Penutup

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 2


BAB II
KLASSIFIKASI JENIS DAN SIFAT FISIK AGREGAT

2.1. Umum
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras dan
kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan
pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan,
karena agregat merupakan komponen utama dari lapis perkerasan jalan. Daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang
digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.

2.2. Klasifikasi Jenis Agregat.


1. Berdasarkan proses pembentukannya/asal kejadiannya terdapat 3 kelompok
agregat/batuan yaitu batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary
rock), dan batuan malihan (metamorphic rock).
a. Batuan Beku.
Batuan Beku berasal dari magma yang mendingin dan memadat. Pada dasarnya
ada 2 jenis batuan beku yaitu :

- Batuan Beku dalam.


- Batuan Beku Luar.
Batuan Beku dalam terbentuk dari magma yang terjebak dalam patahan kulit
bumi dan keudian mendingin dan membeku membentuk suatu struktur kristal.
Oleh sebab itu batuan jenis ini banya dijumpai dalam bentuk dan penampakan
kristalin. Contoh dari batuan ini adalah granit, diorit dan gabro. Proses
pergeseran kulit bumi dan erosi menyebabkan terangkutnya atau keluarnya
batuan beku dalam ini ke permukaan sehingga batuan ini bisa ditambang dan
digunakan.

Batuan Beku luar terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan bumi selama
akitivitas erupsi vulkanis dan aktivitas geologi lainnya. Karena berada di daerah
terbuka, maka magma ini cepat mendingin dan membentuk struktur penampakan
batuan seperti kaca, contohnya kaolit, andesit, obsidian, batu apung dan basal.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 3


b. Batuan sedimen.

Batuan ini terbentuk dari endapan sedimen (partikel halus) dalam air. Batuan
sedimen ini dapat berupa butiran atau fragmen mineral (contohnya pasir ataupun
pasir kelempungan), bekas jasad binatang (contohnya batuan kapur), bekas
tanaman (contohnya batu bara). Batuan sedimen dapat juga terbentuk dari
produk akhir dari reaksi kimia atau penguapan (contohnya garam dan gipsum)
atau kombinasi dari jenis material ini.

Ada 2 istilah yang dipakai pada batuan sedimen yaitu batuan silika dan karbonat.
Batuan sedimen silika adalah batuan sedimen yang banyak mengandung silika
sedangkan batuan sedimen yang banyak mengandung kalsium karbonat disebut
batuan sedimentasi karbonat.

Berdasarkan cara terbentuknya batuan sedimen dapat dibagi 3, yaitu :

- Batuan sedimen yang terbentuk secara mekanik, seperti konglomerat, breksi,


batu pasir, batu lempung. Batuan ini termasuk batuan sedimen silika.
- Batuan sedimen yang terbentuk secara kimiawi, seperti batu gamping , garam
dan gipsum.
- Batuan sedimen yang terbentuk secara organis, seperti batu bara, batu
gamping dan opal.

c. Batuan metamorpik atau malihan.

Batuan metamorpik atau dikenal juga dengan nama batuan malihan berasal dari
batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan karena
tekanan dan panas yang intensif di dalam bumi atau akibat reaksi kimia yang
kuat. Karena kompleksnya proses pembentukan formasi batuan ini, maka agak
sulit untuk menentukan bentuk asli dari batuannya.
Beberapa jenis dari batuan metamorpik memiliki suatu sifat yang berbeda
dengan susunan mineral yang berbentuk lapisan atau bidang. Membelah batuan
jenis ini sepanjang arah bidang belahnya adalah lebih mudah dari pada
membelahnya dalam arah lainnya. Batuan metamorpik yang memiliki jenis
struktur seperti ini disebut batuan berlapis (berfoliasi). Contoh dari batuan
Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 4
berfoliasi adalah skis dan flit (terbentuk dari material batuan beku) dan shale
(terbentuk dari material batuan sedimentasi).

Tidak semua batuan metamorpik memiliki sifat foliasi. Batuan marmer (terbentuk
dari batuan kapur) dan batuan kwarsit (terbentuk dari batu pasir) adalah jenis
umum dari batuan metamorpik tanpa foliasi. Batuan seperti ini disebut juga
batuan metamorpik yang masif.

2. Berdasarkan sumbernya.
Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifikasikan
berdasarkan sumbernya, yaitu agregat alam, agregat hasil pemrosesan, dan
agregat buatan atau agregat artifisial.

a. Agregat alam (natural aggregates).


Agregat alam adalah agregat yang digunakan dalam bentuk alamiahnya dengan
sedikit atau tanpa pemrosesan sama sekali. Agregat ini terbentuk dari proses

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 5


erosi alamiah atau proses pemisahan akibat angin, air, pergeseran es, dan
reaksi kimia.

Aliran gletser dapat menghasilkan agregat dalam bentuk bongkahan bulat dan
batu kerikil, sedangkan aliran air menghasilkan batuan yang bulat licin.

Dua jenis utama dari agregat alam yang digunakan untuk perkerasan jalan
adalah pasir dan kerikil. Jika diklasifikasikan berdasarkan besarnya butiran
maka yang disebut kerikil didefinisikan sebagai agregat yang berukuran lebih
besar 6,35 mm. Pasir didefinisikan sebagai partikel yang lebih kecil dari 6,35
mm tetapi lebih besar dari 0,075 mm. Sedangkan partikel yang lebih kecil dari
0,075 mm disebut sebagai mineral pengisi (filler).

Pasir dan kerikil selanjutnya diklasifikasikan menurut sumbernya. Material yang


diambil dari tambang terbuka (open pit) dan digunakan tanpa proses lebih lanjut
disebut material dari tambang terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari
sungai (steam bank) disebut material sungai (steam bank materials).

Deposit batu koral memiliki komposisi yang bervariasi tetapi biasanya


mengandung pasir dan lempung. Pasir pantai terdiri atas partikel yang agak
seragam, sementara pasir sungai sering mengandung koral, lempung dan lanau
dalam jumlah yang lebih banyak.

b. Agregat yang diproses.


Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum
digunakan. Pemecahan agregat dilakukan karena tiga alasan : untuk merubah
tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar, untuk merubah bentuk partikel
dari bulat ke angular, dan untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan
rentang ukuran partikel. Untuk batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan
batuan krakal ini adalah untuk mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai,
selain itu juga untuk merubah bentuk teksturnya.

Penyaringan yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan


menghasilkan partikel agregat dengan rentang gradasi tertentu.
Mempertahankan gradasi agregat yang dihasilkan adalah suatu faktor yang
penting untuk menjamin homogenitas dan kualitas campuran beraspal yang
Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 6
dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian agregat pecah yang diambil
langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau dengan sedikit
penyaringan) dapat dibenarkan. Kontrol yang baik dari operasional pemecahan
menentukan apakah gradasi agregat yang dihasilkan memenuhi spesifiikasi
pekerjaan atau tidak. Batu pecah (baik yang disaring atau tidak) disebut
agregat pecah dan memberikan kualitas yang baik bila digunakan untuk
konstruksi perkerasan jalan.

c. Agregat buatan.
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material
sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat.
Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri
dan dari proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai
agregat atau sebagai mineral pengisi (filler).

Slag adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi.
Batuan ini adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari
pencairan/peleburan logam atau biji besi selama proses peleburan. Pada saat
menarik besi dari cetakan, slag ini akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil
baik melalui perendaman ataupun memecahkannya setelah dingin.

Pembuatan agregat buatan secara langsung adalah sesuatu yang relatif baru.
Agregat ini dibuat dengan membakar batuan shilt atau tanah liat dan material
lainnya. Produk akhir yang dihasilkan biasanya agak ringan dan tidak memiliki
daya tahan terhadap keausan yang tinggi. Agregat buatan dapat digunakan
untuk dek jembatan atau untuk perkerasan jalan dengan mutu sebaik lapisan
permukaan yang mensyaratkan ketahanan gesek maksimum.

2.3. Sifat-sifat fisik agregat

Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap


berat campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu
dari kinerja campuran tersebut. Sifat sifat fisik/mekanik dalam campuran beraspal
diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh
dari ikatan antar butir agregat yang saling mengunci (interlocking) dan kekuatannya

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 7


tergantung pada ukuran butir maupun sifat fisik agregat lainnya. Adapun sifat sifat
agregat yang mempengaruhi kinerja campuran beraspal adalah :
a. Ukuran butir.
b. Gradasi.
c. Kebersihan.
d. Kekerasan.
e. Bentuk partikel.
f. Tekstur permukaan.
g. Penyerapan.
h. Kelekatan terhadap aspal.
a. Ukuran butir.
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran
besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang
dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua
istilah yang biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran butir agregat, yaitu :
- Ukuran maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terkecil yang
meloloskan 100% agregat.
- Ukuran nominal maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan
terbesar yang masih menahan maksimum dari 10% agregat.
Contoh berikut ini mengilustrasikan perbedaan keduanya : Hasil analisa saringan
menunjukkan bahwa 100% lolos saringan 25 mm. Agregat paling kasar tertahan
pada saringan 19 mm. Dalam hal ini ukuran maksimum agregat adalah 25 mm
dan ukuran nominal maksimumnya adalah 19 mm.

Istilah-istilah lainnya yang biasa digunakan sehubungan dengan ukuran agregat


yaitu :

- Agregat kasar : adalah Agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm)
pada campuran beraspal atau agregat tertahan saringan No. 4 (4,76 mm)
pada lapis pondasi.
- Agregat halus : adalah Agregat yang lolos saringan No. 8 (2.36 mm) pada
campuran beraspal atau agregat yang lolos saringan No. 4 (4,76 mm) pada
lapis pondasi.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 8


- Mineral pengisi : Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan No. 200
(0.075 mm) minimum 75% terhadap berat total agregat.
- Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan No. 200
(0.075 mm).
Mineral pengisi dan mineral abu dapat terjadi secara alamiah atau dapat juga
dihasilkan dari proses pemecahan batuan atau dari proses buatan. Mineral ini
penting artinya untuk mendapatkan campuran yang padat, berdaya tahan dan
kedap air. Walaupun begitu, kelebihan atau kekurangan sedikit saja dari mineral
ini akan menyebabkan campuran terlalu kering atau terlalu basah. Perubahan
sifat campuran ini bisa terjadi hanya karena sedikit perubahan dalam jumlah atau
sifat dari bahan pengisi atau mineral debu yang digunakan. Oleh karena itu,
jenis dan jumlah mineral pengisi atau debu yang digunakan dalam campuran
haruslah dikontrol dengan seksama.

b. Gradasi.
Gradasi agregat adalah pembagian (distribusi) dari variasi ukuran butir agregat yang
dinyatakan dalam persen dari berat total.

Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus berada


dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing masing ukuran partikel harus
dalam proporsi tertentu.

Batas gradasi diperlukan sebagai batas toleransi dan merupakan suatu cara untuk
menyatakan bahwa agregat yang terdiri atas fraksi kasar, sedang dan halus dengan
suatu perbandingan tertentu secara teknis masih diijinkan untuk digunakan. Jika
grafik terletak menuju ke bagian atas dari batas toleransi gradasi, maka agregat
dinyatakan lebih halus dan sebaliknya jika kurva menuju ke bagian bawah maka
agregat dinyatakan lebih kasar dari yang diinginkan.

Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan


menentukan workabillitas (sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas campuran.

Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus
melalui satu set saringan yang tersusun sedemikian rupa dari ukuran besar
hingga kecil. Ukuran saringan dinyatakan oleh ukuran bukaan jaringan kawatnya

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 9


dan nomor saringan dimana nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan
jaringan kawat per inchi dari saringan tersebut. Sebagai contoh misalnya
Saringan Nomor 4 mempunyai bukaan jaringan kawat (lubang) sebanyak 16 (= 4
x 4 untuk setiap inci persegi).

TABEL Ukuran saringan menurut ASTM

Lubang Saringan
Nomor
saringan
Inch mm

1 ½ in. 1.50 38.1

1 in. 1.00 25.4

¾ in 0.75 19.0

½ in 0.50 12.7

3/8 in 0.375 9.51

No. 4 0.187 4.76

No. 8 0.0937 2.38

No. 16 0.0469 1.19

No. 30 0.0234 0.595

No. 50 0.0117 0.297

No. 100 0.0059 0.149

No. 200 0.0029 0.074

Contoh penentuan persentase berat agregat yang didapat dari analisa


saringan disajikan pada Tabel berikut.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 10


Hasil analisa kemudian digambarkan dalam grafik gradasi, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar dibawah ini yang merupakan hubungan antara
diameter butir (ukuran saringan) dalam skala logaritma pada sumbu
horisontal dan persen total lolos saringan pada sumbu vertikal.

Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh


yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan
menimbang agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.

Gradasi agregat dapat dibedakan atas :

1. Gradasi seragam (uniform graded) atau gradasi terbuka (open graded).


Adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi
seragam disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya
mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak
rongga/ruang kosong antar agregat.

Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porous atau
memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah dan memiliki berat isi
yang kecil.

2. Gradasi rapat (dense graded).


Adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai
halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus (continues graded)
atau gradasi baik (well graded).

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 11


Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos
dari masing-masing saringan memenuhi persamaan berikut :

P = 100 ( d / D ) n
Dengan pengertian.

d = Ukuran agregat yang ditinjau

D = Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut

n = 0,35 – 0,45

Campuran dengan gradasi rapat memiliki stabilitas yang tinggi, agak


kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.

3. Gradasi senjang (gap graded).


Adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak lengkap
atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali,
oleh sebab itu gradasi ini disebut juga gradasi senjang (gap graded).
Campuran agregat dengan gradasi senjang memiliki kualitas peralihan
dari kedua gradasi yang disebutkan di atas.

Bentuk gradasi agregat biasanya digambarkan dalam suatu grafik


hubungan antara ukuran saringan dinyatakan pada sumbu horizontal dan
prosentase agregat yang lolos saringan tertentu dinyatakan pada sumbu
vertikal. Contoh macam-macam gradasi agregat secara tipikal ditunjukkan
pada Gambar berikut.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 12


Untuk mencapai suatu persyaratan gradasi tertentu dari suatu campuran,
dapat diperoleh dari pencampuran dari beberapa agregat dengan gradasi
tertentu dimana jika agregat yang tersedia terlalu kasar maka dicampur
dengan agregat yang lebih halus. Metode pencampuran akan diuraikan
pada bab IV.

c. Kebersihan agregat.
Dalam spesifikasi biasanya dimasukkan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan
memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan
(seperti tanaman, pertikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) berada dalam atau
melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang
jelek pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antar aspal dengan
agregat yang disebabkan karena banyaknya kandungan lempung pada agregat
tersebut.

Di lapangan, kebersihan agregat sering ditentukan secara visual. Kebersihan


agregat dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah, yaitu dengan
menimbang agregat sebelum dan sesudah dicuci lalu membandingkannya.
Sehingga akan memberikan persentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm
(No. 200). Pengujian setara pasir (Sand Equivalent Test) adalah satu metoda
lainnya yang biasanya digunakan untuk mengetahui proporsi relatif dari material
lempung yang terdapat dalam agregat yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm).

d. Kekerasan (toughness).

Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan
degradasi selama proses produksi dan operasionalnya di lapangan. Agregat
yang akan digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus lebih keras
(lebih tahan) dari pada agregat yang digunakan untuk lapis bawahnya. Hal ini
disebabkan karena lapisan permukaan perkerasan akan menerima dan menahan
tekanan dan benturan akibat beban lalu lintas paling besar. Untuk itu, kekuatan
agregat terhadap beban merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus
dipenuhi oleh agregat yang akan digunakan sebagai bahan jalan.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 13


Uji kekuatan agregat di laboratorium biasanya dilakukan dengan uji abrasi
dengan mesin Los Angeles (Los Angeles Abrasion Test), uji beban kejut (Impact
Test) dan uji ketahanan terhadap pecah (Crushing Test). Dengan pengujian-
pengujian ini kekuatan relatif agregat dapat diketahui.

e. Bentuk Partikel agregat.


Bentuk partikel agregat dapat dikelompokkan sebagai berikut : bulat (rounded),
lonjong (elongated), kubus (cubical), pipih (flaky), tidak beraturan (irregular).
Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular),
seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi workabilitas campuran perkerasan


selama penghamparan, yaitu dalam hal energi pemadatan yang dibutuhkan
untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur perkerasan selama umur
pelayanannya.

Bentuk pertikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat


(agregat interlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan
(displacement) agregat yang mungkin terjadi. Agregat yang bersudut tajam,
berbentuk kubikal dan agregat yang memiliki lebih dari satu bidang pecah akan
menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik. Agregat ini pada umumnya
merupakan hasil pemecahan batu masif atau hasil pemecahan mesin pemecah
batu (stone crusher).

Agregat yang berbentuk bulat dan lonjong dapat ditemui di sungai sungai atau
bekas enda[pan sungai sehingga biasanya permukaannya licin. Agregat disebut

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 14


lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih dari 1,8 kali diameter rata ratanya.
Penggunaan agregat yang lonjong dan bulat tidak menghasilkan kepadatan yang
baik karena tidak dapat saling mengunci (interlock). Demikian pula dengan
agregat yang berbentuk pipih (agragat yang ketebalannya lebih tipis dari 0,6 kali
diameter rata ratanya).Penggunaan sebagai bahan campuran tidak dapat
menghasilkan kepadatan yang baik karena tidak saling mengunci selain juga
mudah pecah.

Dalam campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat
saja tidak akan menghasilkan campuran beraspal yang baik. Kombinasi
penggunaan kedua bentuk pertikel agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk
menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan workabilitas yang baik dari
campuran tersebut.

f. Tekstur permukaan agregat.


Tekstur permukaan agregat dapat dibedakan atas licin/halus, kasar atau berpori
Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada
permukaan perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun mikro)
juga merupakan faktor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan
durabilitas campuran beraspal.

Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran


beraspal karena mempunyai gaya gesek yang baik dan dapat menahan agregat
tersebut dari pergeseran atau perpindahan sehingga mampu menahan

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 15


perubahan bentuk akibat beban lalu lintas. Kekasaran permukaan agregat juga
akan memberikan tahanan gesek yang kuat pada roda kendaraan sehingga akan
meningkatkan keamanan kendaraan terhadap slip.

Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek
yang tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat
sehingga akan menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu penggunaan
agregat bertekstur halus dengan proporsi tertentu kadang-kadang dibutuhkan
untuk membantu meningkatkan workabilitasnya.

Dilain pihak, film aspal lebih mudah merekat pada permukaan yang kasar
sehingga akan menghasilkan ikatan yang baik antara aspal dan agregat dan
pada akhirnya akan menghasilkan campuran beraspal yang kuat. Agregat yang
berasal dari sungai biasanya memiliki permukaan yang halus dan berbentuk
bulat, oleh sebab itu agar dapat menghasilkan campuran beraspal dengan sifat-
sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih dahulu. Pemecahan
ini dimaksudkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang kasar pada bidang
pecahnya dan mengubah bentuk butir agregat.

Tidak ada metoda standar untuk mengevaluasi tekstur permukaan secara


langsung. Seperti halnya bentuk partikel, tekstur permukaan adalah suatu sifat
yang direfleksikan dalam uji kekuatan campuran dan dalam workabilitas dari
campuran selama masa konstruksinya.

g. Daya serap agregat.


Pada agregat yang berpori (porus), keporusan agregat menentukan banyaknya
zat cair yang dapat diserap agregat. Kemampuan agregat untuk menyerap air
dan aspal adalah suatu informasi yang penting yang harus diketahui dalam
pembuatan campuran beraspal. Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat
ini akan terus menyerap aspal baik pada saat maupun setelah proses
pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur aspal (AMP). Hal ini akan
menyebabkan aspal yang berada pada permukaan agregat yang berguna untuk
mengikat partikel agregat menjadi lebih sedikit sehingga akan menghasilkan film
aspal yang tipis. Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 16


agregat yang porus memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang kurang porus.

Agregat dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak
digunakan, tetapi untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat
dibenarkan asalkan sifat lainnya dapat terpenuhi. Air yang terabsorpsi oleh
agregat agak sulit untuk dihilangkan seluruhnya walaupun melalui proses
pengeringan sehingga hal ini mempengaruhi ikatan antara agregat dan aspal.
Contoh-contoh material seperti batu apung yang memiliki keporusan tinggi
digunakan karena ringan dan tahan terhadap abrasi. Meskipun demikian
perbedaan berat jenis harus dikoreksi mengingat semua perhitungan didasarkan
pada prosentase berat bukan volume.

h. Kelekatan terhadap aspal.


Kelekatan agregat terhadap aspal adalah kecenderungan agregat untuk
menerima, menyerap dan menahan film aspal. Daya lekat aspal terhadap
agregat dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap air. Agregat hidrophobik (tidak
menyukai air) adalah agregat yang memiliki sifat kelekatan terhadap aspal yang
tinggi, contoh dari agregat ini adalah batu gamping dan dolomit. Sebaliknya,
agregat hidrophilik (suka air) adalah agregat yang memiliki kelekatan terhadap
aspal yang rendah. Sehingga agregat jenis ini cenderung terpisah dari film aspal
bila terkena air. Kuarsit dan beberapa jenis granit adalah contoh agregat
hidrophilik.

Ada beberapa metoda uji untuk menentukan kelekatan agregat terhadap aspal
dan kecenderungannya untuk mengelupas (stripping). Salah satu diantaranya
dengan merendam agregat yang telah terselimuti aspal ke dalam air, lalu diamati
secara visual.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 17


BAB III
PERSYARATAN GRADASI DAN SIFAT FISIK AGREGAT
3.1. Agregat sebagai bahan pondasi

3.1.1. Lapis Pondasi Agregat dengan penutup aspal


- Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas
A dan Kelas B.
- Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah untuk Lapis Pondasi Atas untuk
suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan
- Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah.
Lapis Pondasi Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam Spesifikasi.

Fraksi Agregat Kasar


- Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang
pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh
digunakan.
- Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk
agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat
agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.

Fraksi Agregat Halus


- Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
- Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar dua per
tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.

Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan


Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan
pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 3.1.(1) dan
memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalamTabel 3.1.(2)

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 18


Tabel 3.1.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat:
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B
2” 50 100
1½“ 37,4 100 88 – 95
1” 25,0 79 – 85 70 – 85
3/8” 9,50 44 – 58 30 – 65
No. 4 4,75 29 – 44 25 – 55
No. 10 2,0 17 – 30 15 – 40
No. 40 0,425 7 – 17 8 – 20
No. 200 0,075 2–8 2–5

Tabel 3.1.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat - sifat Kelas A Kelas B


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) 0 - 40 % 0-40 %
Indek Plastisitas (SNI-03-1 966-1 990) 0-6 0-10
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos maks. 25 -
Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) 0-25 0-35
Bagian Yang Lunak (SK SNI M-0 1-1 994-03) 0-5% 0 - 5 P/o
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.35 %

3.1.2. Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal


Terdapat 2 macam Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal yaitu
Kelas C dan Waterbound Macadam. Pada waktu peninjauan kembali
rancangan awal atau revisi desain dapat ditetapkan penggunaan Pondasi
agregat klas C dan Penggunaan Waterbound Macadam hanya untuk
pekerjaan pengembalian kondisi dan perbaikan jalan dengan waterbound
macadam.

Persyaratan Sifat-sifat Bahan


Bahan yang dipilih sebagai Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspai
Keias C harus memenuhi ketentuan di bawah ini dan harus bebas dari
gumpalan lempung, bahan organik, atau bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki dan harus mempunyai mutu sedemikian sehingga dapat
menghasilkan lapis permukaan yang keras dan stabil. :

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 19


- Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C
Agregat untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C dapat
terdiri atas kerikil pecah, batu pecah atau kerikil alam bulat yang
memenuhi persyaratan Gradasi dalam Tabel 3.1.2.(1) di bawah ini.

Tabel 3.1.2.(1)
Ketentuan Gradasi untuk Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal Kelas C.
Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
3
/4" 19 100
No.4 4,75 51 -74
No.40 0,425 18-36
No.200 0,075 10-22

Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal Kelas C dapat dicampur di tempat di atas tanah dasar
atau lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan sesuai dengan ketentuan dlm
Spesifikasi. Bahan juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Tabel 3.1.2.(2) di bawah ini:

Tabel 3.1.2.(2)
Sifat-sifat Bahan untuk Lapis Pondasi
Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C
Sifat-sifat Nilai
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Maks.40
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) Min.6 Maks.20
Abrasi Agregat Kasar (SNI 03-2417-1991) Maks.50

- Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup Aspal Waterbound Macadam


Agregat kasar dan halus untuk Lapis Pondasi Agregat Tanpa Penutup
Aspal jenis Waterbound Macadam harus memenuhi ketentuan
sebagaimana dalam Tabel3.1.2.(3) di bawah ini.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 20


Tabel 3.1.2.(3) Persyaratan Gradasi untuk Waterbound Macadam
Ukuran Ayakan Tebal Lapis an Padat
Jenis Agregat (7-1 Ocm) (5-8 cm)
ASTM (mm) Persen Yang
Berat Lolos
3" 75 100 -
2 1/2" 63 95-100 100
Agregat Pokok 2" 50 35-70 100
1 1/2" 37,5 0-15 95-100
1" 25 0-5 35-70
3
/4" 19 - 0-5
Agregat Halus 3/8" 9,5 100
No.4 4,75 70-95
No.8 2,36 45-65
No.20 1,0 33 - 60
No.40 0,425 22-45
NO.200 0,075 10-28

Sifat – Sifat Agregat kasar juga harus memenuhi ketentuan berikut:


 Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles : Maks. 40
(SNI 03-2417-1991)
Agregat halus juga harus memenuhi ketentuan berikut:
 Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) : Min.4 dan Maks.12
 BatasCair (SNI 03-1967-1990) : Maks.35

3.1.3. Lapis Pondasi Agregat Semen
1) Lapis Pondasi Agregat semen adalah Agregat Klas A atau Kelas B yang diberi
semen dan berfungsi sebagai lapis pondasi atas (CTB) maupun lapis pondasi bawah
(CTSB).
2) Persyaratan Gradasi dan Sifat Fisik
Persyaratan untuk Lapis Pondasi Bawah Agregat Semen (CTSB) sbb.:

Tabel 3.1.3.(1) Persyaratan CTSB

Uraian Persyaratan
Analisa Ayakan % lolos saringan dalam
berat
 Ukuran Ayakan

95-100

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 21


¾ 50-100
No. 8 20-60
No. 200 0-15

 Indek Plastisitas (2) 9 max



6%
 Kadar semen (3,4)
Catatan :

1. Analisa ayakan agregat harus dilalakukan sesuai dengan AASHTO T27 atau JIT A 1102.
2. Dilakukan pada contoh-contoh yang sesuai dengan AASHTO T87 dan dipakai untuk agregat sebelum
pencampurannya dengan bahan pencampur untuk kestabilan.
3. Persentase terhadap kering tanah.
4. Ini adalah harga perkiraan, hanya berlaku untuk perkiraan biaya bagi Kontraktor.

Persyaratan untuk Lapis Pondasi Atas Agregat dengan semen (CTB)

Persyaratan gradasi agregat harus dalam batasan seperti berikut

Saringan ASTM (mm) % lolos


50 100
37,5 95 – 100
19,0 45 – 80
4,75 25 – 50
2,35 8-30
1,18 0-8
0,075 0-5

Persyaratan lain dari agregat adalah sebagai berikut :

Sifat AASHTO Test Persyaratan


Abrasi Agregat Kasar T96 – 74 Maks. 35%
Indek plastisitas T 90 – 70 Maks. 6%
Batas Cair T 89 – 68 Maks. 35%
Kadar Lempung T 112-78 Maks. 1%
Dalam Partikel Agregat

3.2. Agregat sebagai bahan campuran beraspal


3.2.1. Campuran Beraspal Panas
1) Yang dimaksud dengan Campuran Beraspal Panas adalah campuran yang terdiri
dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Dalam campuran beraspal,
agregat berperan sebagai tulangan sedangkan aspal berperan sebagai pengikat
Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 22
antar partikel agregat ( sebagai lem). Pencampuran dilakukan di Unit Pencampur
Aspal (AMP) sedemikan rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan
baik. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang cukup
maka keduanya dipanaskan pada temperatur tertentu sebelum dicampur.
2) Jenis campuran beraspal antara lain adalah Latasir Kelas A dan B (Sand Sheet),
Lataston (HRS), Laston (AC) dan Split Mastik Aspal (SMA)
Persyaratan Agregat – Umum
- Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
perbandingan campuran, memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan
dalam Tabel.3.2.1.(1).
- Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi .
- Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
- Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh
berbeda lebih dari 0,2.

Persyaratan Agregat Kasar


- Fraksi agregat kasar untuk rancangan ad.alah yang tertahan ayakan
No.8 (2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam Tabel 3.2.1.(1) di bawah ini.
- Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan
harus disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum
(maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari
ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran nominal
maksimum adalah satu ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama
(teratas) dengan bahan tertahan < 10 %.
- Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
dalam Tabel 3.2.1.(1). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai
persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 23


muka bidang pecah satu atau lebih. (Pennsylvania DoT's Test Method
No.621 dalam Lampiran 6.3.B).
- Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang
bersih.
- Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos
ayakan No.200 (0,075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
tabel 3.2.1.(1) Persyaratan Sifat pisik Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium SNI 03-3407- Maks.12%
dan magnesium sulfat 1994

Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-241 7- Maks. 40 %


1991
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439- Min. 95 %
1991
Angularitas (ke dalaman Lalu Lintas < 1 juta ESA DoT's 85/80
dari permukaan < 10 cm) Lalu Lintas > 1 juta ESA Pennsylvania 95/90
Angularitas (ke dalaman Lalu Lintas < 1 juta ESA Test Method 60/50
dari permukaan > 10 cm) Lalu Lintas > I juta ESA PTM No.621 80/75

Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D-4791 Maks. 10%

Catatan : 85/80 menunjukkan bahwa 85 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 80 % agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

- Fraksi individu agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.
- Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel.3.2.1.(1) untuk partikel
kepipihan dan kelonjongan dapat dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan
bilamana agregat tersebut memenuhi semua ketentuan lainnya dan
semua upaya yang dapat dipertanggungjawabkan telah dilakukan untuk
memperoleh bentuk partikel agregat yang baik. :
Persyaratan Agregat Halus
- Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 8
(2,36 mm).

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 24


- Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dari agregat kasar
- Pasir sebagai agregat halus dapat digunakan dalam campuran aspal.
Persentase maksimum yang disarankan untuk Laston (AC) adalah 15%.
- Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu, harus
diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok pemecah
batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan tersendiri sebagai
bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan kedua
(secondary crushing). Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu
serta mempunyai partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 %
atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand equivalent) kurang dari
40 sesuai dengan Pd M-03-1996-03, tidak diperkenankan untuk digunakan
dalam campuran.
- Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio
agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan balk.
Agregat halus harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
Pada Tabel .3.2.1. (2).

Tabel 3.2.1.(2) Persyaratan Sifat Agregat Halus

Pengujian Lalu Lintas Standar Niiai


Angularitas (ke dalaman < 1 iuta ESA Min. 40%
dari perrnukaan < 10 crn) > 1 juta ESA AASHTO Mm. 45 %
Angularitas (ke dalaman < 1 juta ESA TP-33 Min. 40 %
dari perrnukaan > 10 cm) > 1 juta ESA Min. 40 %

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 25


Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal
- Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur
(limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau
bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak
dikehendaki.
- Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75
micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 26


- Bilamana kapur digunakan sebagai bahan pengisi maka proporsi maksimum
yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal.
Gradasi Agregat Gabungan
 Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam
persen terhadap berat agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus
berada di luar Daerah Larangan (Restriction Zone) yang diberikan dalam
Tabel.3.2.1.(3). Gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak
terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel .3.2.1(3) dan
terletak di luar Daerah Larangan.
Tabel.3.2.1(3): Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal
Ukuran % Berat Yang Lolos
Ayakan
Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)

ASTM (mm) Kelas Kelas WC Base WC BC Base


A B
1 ½” 37,5 100
1" 25 100 90- 100
3
/4" 19 100 100 100 100 100 90-100 Maks.90
1
/2" 12,5 90 - 100 90-100 90-100 Maks.90
3/8" 9,5 90-100 75-85 65-100 Maks.90
1 1
No. 8 2,36 75-100 50 - 72 35 - 55 28-58 23-39 19-45
No.16 1,18
No.30 0,600 35-60 15-35
No. 200 0,075 10- 15 8- 13 6-12 2-9 4- 10 4-8 3-7
DAERAH LARANGAN
No.4 4,75 o - - 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8-30,8
No.16 1,18 25,6-31, 22,3-28,3 18,1 -24,1
No.30 0,600 19,1 -23,1 16,7-20,7 13,6-17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4

Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
harus juga loloas ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas "bahan bergradasi
senjang" yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm) dalam
label 6.3.2.(4).

2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang
utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil
(0,075 mm).

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 27


3.2.2. Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) dan Laburan Aspal Dua Lapis
(BURDA)
a. Cakupan Pekerjaan
- Pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal
satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian
ditutup dengan butiran agregat (chipping).
- Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis
Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat, atau
di atas suatu permukaan aspal lama.

b. Bahan
Agreqat Penutup
- Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil
pecah atau batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran,
lempung, debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi
penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 28


- Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup
harus memenuhi ketentuan berikut:
 Keausan dengan Mesin Los Angeles : Maks. 30 %
(SNI 03-2417-1991)
 Kelekatan Agregat Terhadap Aspal : Min. 95 %
(SNI 03-2439-1991)

- Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan
bebas dari debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :
 Persentase berat kerikil pecah yang tertahan ayakan Min 90%
4,75 mm yang mempunyai dua bidang pecah.
- Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama
BURDA ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel
3.2.2.(1) di bawah ini.

Tabel 3.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat


Ukuran Persentase
Ukuran nominal Persentase ukuran
Terkecil maksimum
(mm) terkecil rata-rata dalam
rata-rata Lolos ayak
Batas 2,5 mm dari ALD
(ALD) 4,75 mm

13 6,4-9,5 65 2

- Agregat harus berbentuk kubikal, rasio ukuran terbesar rata-rata


agregat (average greatest dimension) terhadap ukuran terkecil rata-
rata (average least dimension) tidak boleh melampaui angka 2,30.
- Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran
nominal G mm, dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan
dari Tabel 3.2.2.(2) di bawah, dan harus berbentuk kubikal.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 29


Tabel3.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua BURDA
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
3/8" 9,5 100
1
/4" 6,35 95-100
No.8 2,36 0-15
No.200 0,075 0-8

- Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang
sesuai sehingga sanggup saling mengunci ke dalam rongga-rongga
permukaan dalam agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan

3.2.3. Lapis Perata Penetrasi Macadam


a. Cakupan pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan perata terbuat dari agregat
yang dipenetrasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya
untuk menggunakan campuran aspal panas terbatas dan oleh karena itu
hanya digunakan pada lokasi yang terbatas seperti pekerjaan
pengembalian kondisi.
b. Bahan
Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat
penutup (hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal. Setiap
fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya
antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing
lainnya.
- Persyaratan Agregat Pokok dan Pengunci
 Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih,
kuat, awet, bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak
dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel.3.2.3(1).

 Agregat pokok dan pengunci harus, bilamana diuji sesuai


dengan SNI 03-1968-1990, memenuhi gradasi yang diberikan
pada tabel 3.2.3.(2).

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 30


Tabel 3.2.3(1) Sifat Fisik Agregat Pokok dan Pengunci
Pengujian Standar Nilai
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %
pada 500 putaran
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I 1975 Maks.25 %
Article 7.3

Tabel 3.2.3.(2) Gradasi Agregat Pokok dan Pengunci


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
Tebal Lapisan (cm)
ASTM (mm) 7 – 10 5–8 4–5
Agregat Pokok :
3” 75 100
2½“ 63 30 – 100 100
2” 50 35 – 70 95 – 100 100
1½“ 38 0 – 15 35 – 70 95 – 100
1” 25 0–5 0 – 15 -
¾” 19 - 0–5 0-5
Agregat Pangunci :
1” 25 100 100 100
¾” 19 95 – 100 95 – 100 95 – 100
3/8” 9,5 0–5 0–5 0-5

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 31


BAB IV
PENCAMPURAN AGREGAT

Untuk mendapatkan suatu agregat dengan gradasi tertentu sering terpaksa harus
dilakukan pencampuran antara 2 jenis atau lebih agregat yang telah diketahui
gradasinya. Persentasi dari masing-masing agregat yang akan dicampur dapat
ditentukan dengan cara analitis maupun cara grafis.

4.1. Pencampuran Cara Analitis.

Kombinasi agregat dari beberapa fraksi dapat digabungkan dengan persamaan


dasar : P = Aa + Bb + Cc + …

Dengan pengertian :
P = Persen lolos agregat campuran dengan ukuran tertentu
A,B,C = Persen lolos agregat pada saringan masing-masing ukuran
a,b,c = proporsi masing-masing agregat yang digunakan, dengan jumlah
total 100%.
Persen kombinasi masing-masing ukuran agregat halus mendekati persen yang
diperlukan untuk kombinasi agregat. Gradasi campuran tidak boleh keluar dari
titik kontrol atau batas gradasi yang disyaratkan dan sedapat mungkin harus
berada di antara titik-titik kontrol gradasi (tidak perlu di tengah-tengah batas
gradasi tersebut dan tidak memotong zona terbatasi).

Dari kombinasi beberapa fraksi agregat, maka akan hanya ditemukan satu
gradasi agregat yang optimal, yang mendekati gradasi yang diinginkan. Bila
ditemukan kesulitan mendapatkan gradasi yang diinginkan maka dapat dipilih
gradasi lain yang khusus atau sesuai dengan keadaan gradasi agregat setempat,
asalkan dapat memenuhi kriteria sifat campuran yang disyaratkan.

Persamaan dasar di atas dapat digunakan untuk penggabungan beberapa fraksi


agregat, di antaranya :
a) Rumus dasar penggabungan gradasi dari dua jenis fraksi agregat :

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 32


P = Aa + Bb
Untuk a + b = 1 maka : a = 1 – b

Dengan pengertian :
P = persen lolos agregar capuran dengan ukuran tertentu
A,B = persen bahan yang lolos saringan masing-masing ukuran
a,b = proporsi masing-masing agregat yang digunakan, jumlah total 100%

menggunakan persamaan diatas dapat dihitung :

atau

Contoh penggunaan :
Apabila terdapat dua fraksi agregat yaitu agregat kasar dan halus yang harus
digabung sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan.
Dengan menggunakan persamaan di atas dapat diperoleh nilai a dan b
sehingga dapat ditentukan ukuran butir yang lainnya. Tabel di bwah ini
menunjukan perhitungan dari penggabungan dan spesifikasi gradasi yang
ditentukan.

1) Periksa gradasi yang memberikan indikasi dapat menyumbang bahan


ukuran 2,36 mm (pada ukulran tengah spesifikasi agegat gabungan)
yang paling banyak. Dari tabel 19 diperoleh niolai tengah titik kontrol
pada saringan 2,36 adalah 43 %, dan prosentase agregat yang lolos pada
saringan itum agregat kasar A=10%, dan agregat halus B = 82 %.
2) Hitung proporsi b dengan persamaan berikut.

Dimana P = 43, A = 10 , dan B = 82

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 33


Diperoleh :
b= 46 % merupakan proporsi agregat halus dalam campuran
a= 100% - 46% = 54% merupakan proporsi agregat kasar dalam campuran

Dengan proporsi tersebut ternyata gradasi gabungan menyinggung zone


terbatas oleh karena itu dengan cara coba-coba beberapa kali diperoleh nilai
yang memenuhi syarat adalah b = 32% dan a = 68%

b) Rumus dasar penggabungan gradasi tiga jenis fraksi agregat :

Dengan pengertian :
P = persen lolos agregat campuran dengan ukuran tertentu
A,B,C = persen bahan yang lolos saringan masing-masing ukuran
a,b,c = proporsi masing-masing agregat yang digunakan, jumlah total 100%

Contoh penggunaan :
Apabila terdapat tiga fraksi agregat yaitu agregat kasar dan halus-1 dan
agregat halus 2 yang harus digabung sehingga memenuhi spesifikasi gradasi
yang telah ditentukan. Dengan menggunakan persamaan di atas dapat
diperoleh nilai a,b dan c sehingga dapat ditentukan ukuran butir yang lainnya.
Tabel dibawah menunjukkan perhitungan dari penggabungan dan spesifikasi
gradasi yang ditentukan.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 34


Tahap perhitungan adalah :
3) Periksa gradasi yang memberikan indikasi dapat menyumbangkan bahan
ukuran 2.36 mm (pada ukuran tengah spesifikasi agregat) yang paling
banyak. Dari Tabel dibawah diperoleh nilai tengah titik kontrol pada
saringan 2,36 adalah 43%, dan prosentase agregat yang lolos pada
saringan itu, agregat kasar A=10%, dan agregat halus -1 adalah B = 82%
4) Hitung proporsi a dengan persamaan berikut :

5) Persen yang lolos No. 200 diuji dengan persamaan berikut, dimana nilai
tengah adalah 6% , agregat halus-1 lolos B=9,2% dan agregat halus – 2
lolos C=82%.

Diperoleh :
c= 8%
1=a+b+c
b + c = 1 – 0,54 = 0, 46 = 46%
b= 0,46 – 0,08 = 0,38 = 38%

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 35


4.2. Cara Grafis.

Dalam cara grafis ini digunakan metode diagonal.

1. 2 fraksi agregat.
Tahapan penggabungan gradasi agregat cara grafis dengan diagonal
untuk 2 fraksi agregat adalah sebagai berikut :

- Buat kotak grafik dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1, seperti


diperlihatkan pada gambar.

- Bagi sumbu vertikal menjadi 100 bagian dengan renggang 10 bagian,


dari 0 sampai 100 dalam satuan persen. Tandai sumbu vertikal
sebagai persen lolos saringan.
- Tarik garis diagonal antara titik 0 sebelah bawah kiri ke sudut kanan
atas.
- Plotkan titik-titik yang menunjukkan tengah titik kontrol gradasi yang
diisyaratkan sesuai dengan persen lolos masing-masing bahan.
Misalnya ukuran 2,36 mm pada (28 + 58)/2 = 43,5
- Tarik garis dari titik-titik yang ditandai di atas, tegak lurus terhadap
sumbu horisontal.
- Cantumkan masing-masing ukuran butir di bawah ujung garis vertikal
pada perpotongannya dengan batas horisontal kontak bagian bawah.
- Plotkan gradasi agregat fraksi A dan B masing-masing sesuai dengan
persentase lolos dan hubungkan titik-titik tersebut.
- Tarik garis s yang memotong garis fraksi A dan B sama panjang pada
bagian atas dan bawah dari kotak (x1 = x2).

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 36


- Beri tanda perpotongan garis s dengan diagonal sebagai titik R.
- Proporsi fraksi agregat A dan B ditentukan jarak dari R ke bagian atas
dan ke bagian bawah (y1 dan y2), dimana y1 = 56% agregat A dan y2
= 44% agregat B.
- Periksa apakah proporsi yang diperoleh tersebut sudah benar atau tidak
dengan cara perhitungan dan persyaratan. Jika hasil yang diperoleh
menunjukkan proporsi tersebut memotong zona terbatas, maka lakukan
perubahan dengan cara coba-coba.
2. 3 fraksi agregat.
Tahapan penggabungan gradasi agregat cara grafis dengan diagonal
untuk 3 fraksi agregat adalah sebagai berikut :
- Buat kotak grafik dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1, seperti
diperlihatkan pada gambar

- Bagi sumbu vertikal menjadi 100 bagian dengan rentang 10 bagian,


- Tarik garis diagonal antara titik 0 sebelah bawah kiri ke sudut kanan
atas.
- Plotkan titik-titik yang menunjukkan tengah titik kontrol gradasi yang
diisyaratkan sesuai dengan persen lolos masing-masing bahan.
- Tarik garis dari titik-titik di atas tegak lurus sejajar dengan garis tepi.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 37


- Cantumkan masing-masing ukuran butir di bawah ujung garis vertikal
pada perpotongannya dengan batas horisontal kotak bagian bawah.
- Plotkan gradasi agregat fraksi A, b dan C masing-masing sesuai
dengan persentase lolos dan hubungkan titik-titik tersebut.
- Tarik garis s yang memotong garis fraksi A dan B sama panjang pada
bagian atas dan bawah dari kotak (x1 = x2).
- Beri tanda perpotongan garis s dengan diagonal sebagai titik R.
- Ulangi penarikan garis sehingga jarak antara perpotongan garis
dengan fraksi gradasi A(y1) sama panjang dengan jumlah jarak yang
memotong fraksi gradasi B dan fraksi gradasi C, sehingga y1 = y2 +
y3; karena y3 = 0 maka y1 = y2; Tandai titik perpotongan antara garis
diagonal dengan garis ABS tersebut sebagai titik S.
- Tarik garis horisontal dari titik R dan S masing-masing ke sebelah kiri
sehingga memotong tepi kotak di R’ dan S’.
- Proporsi fraksi agregat A dan B dapat ditentukan dengan melihat
bagian atas, diperoleh proporsi fraksi agregat A = 50%, bagian tengah
sebagai proporsi fraksi agregat B = 43% dan bagian bawah sebagai
proporsi fraksi agregat C = 7%.
- Periksa apakah proporsi yang diperoleh tersebut sudah benar atau
tidak dengan cara perhitungan dan persyaratan.
- Periksa apakah proporsi yang diperoleh tersebut sudah benar atau
tidak dengan cara perhitungan dan persyaratan. Jika tidak proporsi
diubah kembali dengan cara coba-coba.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 38


BAB V

PENUTUP

5.1. Rangkuman

 Bahan Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan


lentur karena hampir 90% komponen perkerasan jalan terdiri dari agregat.

 Kualitas agregat yang ditentukan oleh karakteristik/sifat fisik agregat


merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
dalam memikul beban dan ketahanannya terhadap pengaruh cuaca.

 Karakteristik/sifat fisik utama dari agregat yang sangat menentukan


kualitasnya sebagai komponen utama struktur perkerasan adalah gradasi
agregat.

 Sifat sifat fisik lainnya yang juga menentukan kualitasnya dalam struktur
perkerasan jalan adalah kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir,
teksturpermukaan, kebersihan dan daya kelekatan terhadap aspal.

 Gradasi agregat merupakan kondisi agregat yang dapat dibentuk untuk


mencapai persaratan yang diinginkan. Oleh karena itu penentuan
komposisi dari masing masing fraksi agregat menjadi faktor yang sangat
penting dalam rangka mendapatkan agregat sesuai dengan gradasi yang
diinginkan.

 Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan mempunyai


ketrampilan dalam menentukan komposisi agregat yang diperlukan untuk
konstruksi perkerasan lentur.

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 39


LAMPIRAN :

Modul : Bahan Agregat Untuk Perkerasan Lentur Page 40

Anda mungkin juga menyukai