PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajamen adalah suatu upacara kegiatan untuk mengarahkan,
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan
bersama dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat. Manajemen sangat penting
diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapi dan terarah,
sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman
dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer dan perawat asosiet
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien, dan klien dilibatkan secara
langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan
baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat
professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga role play
tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar perawat paham
mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya saat bekerja.
Adapun kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan sebagai
berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus baru atau langka
dan metode yang dipakai adalah diskusi
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok melakukan pelaksanaan
ronde keperawatan pada pasien Ny. W dengan PPOK dan TB paru yang telah
mengalami perawatan ±10 hari di ruang jamrud C2 RSUD dr. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2017
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatami dan Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologis
a. Organ-organ pernafasan
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Mutaqqin, 2009).
2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan
(Mutaqqin, 2009).
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).
b. Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran
udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang
berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan
udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi
atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang
melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-
kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau
pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).
Proses pernafasan :
B. Konsep Penyakit
1. Konsep PPOK
a. Pengertian
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekresi mukoid bronchial
yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan
terjadinya insfeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas ,
batuk produktif selama 3 bulan bahkan dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut (Ovedoff, 2002).
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price and Wilson,2005).
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaiatan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru (Bruner and Suddarth, 2005).
b. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD
adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi udara
3) Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4) Riwayat infeksi saluran nafas.
5) Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama bagi
penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
penderita penyakit PPOK, yaitu:
1) Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi.
2) Jenis kelamin pria lebih beresiko dibanding wanita
3) Merokok
4) Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit
tidak dirasakan.
5) Keterbukaan terhadap berbagai polusi, seperti asap rokok dan
debu
6) Polusi udara
7) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia dan bronkitus
8) Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko mendapat
penyakit paru obstuksi kronik.
9) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.
c. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1) Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
2) Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu
suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus.
3) Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai
jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible
akibat bronkospasme.
4) Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilastasi bronkus dan bronkiolus kronik
yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi
paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau
benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap
tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus
limfe.
e. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Brashers (2007), adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-
kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta
terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturut-
turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-
kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan
berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis
mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian
menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi
tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi
akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-
paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan
patologis ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori.
Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular
pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan
hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
f. Manajemen Medik
1) Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2) Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi,
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin
4x0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B.
Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik
seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam
7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder
atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
3) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
4) Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahan.
6) Terapi jangka panjang di lakukan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin
4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru
c) Fisioterapi
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e) Mukolitik dan ekspektoran
f) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
g. Komplikasi
1) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari
55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda
yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines,
tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa.Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi
ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju
ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
b) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan
kedistal.
c) Pada asma bronkhial, foto thoraks menunjukkan kesan
emphysematous, pembesaran jantung serta diafragma mendatar
atau menurun.
2) Test fungsi paru :
a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau
VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80%
VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang
paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau
perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20% • Uji bronkodilator - Dilakukan
dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 – 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1
atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200
ml – Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b) Pemeriksaan gas darah.
c) Pemeriksaan EKG
d) Pemeriksaan Laboratorium darah
e) Uji provokasi bronkus
f) Pemeriksaan sputum
g) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
2. Konsep TB Paru
a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis paru (Mutaqqin, 2011).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan
asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia
Anderson, 2011).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas
bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu
bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan
terutama menyerang parenkim paru.
b. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup
pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis
menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat
lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi
primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat
dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan
tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi
sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana
di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain
(Elizabeth J powh 2001)
a) Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB
aktif
b) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu
dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
c) Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
d) Individu tanpa perawatan yang adekuat
e) Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan
gizi
f) Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara,
Amerika Latin Karibia)
g) Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
h) Individu yang tinggal di daerah kumuh
i) Petugas kesehatan
d. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI,
2013) :
a) Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c) Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
f) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
e. Phatofisiologi
1) Narasi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran
pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan
limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif
padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini
dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang
terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
f. Penatalaksanaan
1) Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
OAT.
2) Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip
sebagai berikut:
a) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT
– KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
3) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
4) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
5) Jenis, sifat dan dosis OAT
6) Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
a) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan
(HRZE)
c) Kategori Anak: 2HRZ/4HR
d) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam
bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT),
sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.
e) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat
dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
f) Paket Kombipak, Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam
satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk
mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT
KDT.Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1)
paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
g) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
(1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
(2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan
resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi
kesalahan penulisan resep
(3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan
kepatuhan pasien.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajan
a. Pengkajian Primer
A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai kontrol servikal.
B:Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
pernafasan agar oksigenasi adekuat, Kelemahan menelan/ batuk/
melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor,
stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
D: Disability, mengecek status neurologis
E:Exposure, enviromental control, buka baju penderita
tapi cegah hipotermia.
b. Pengkajian Skunder
1) Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak
dengan penderita TB patu yang lain.
2) Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru
antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
d) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
e) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur
dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
g) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
c. Pemerikaan Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efekparu, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengankelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi
3. Intervensi dan Rasional
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental,kelemahan upaya batuk buruk
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
Intervensi
1) Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis,
ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
untuk membersihkan jalannnafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot akseseri pernafasan dan peningkatan kerja
pernafasan.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum
berdarah kental/darah cerah (misal efek infeksi, atautidak kuatnya
hidrasi).
3) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan
sesuaikeperluan
Rasional : Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkansekret.
5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecualikontra
indikasi
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untukmengencerkan
sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali
aktif
KH : dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman
danpernafasan normal
Intervensi:
1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot
aksesoris,catat setiap perubahan
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan dan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
2) Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi
Rasional : Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan
purulent diduga terjadi sebagai masalah sekunder.
3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru
maksimalupaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret.
Intervensi:
1) Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi
nafas,peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding
dadadan kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis
effure pleural untuk fibrosis luas.
2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan
padawarna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu O2 organ vital dan jaringan.
3) Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,
khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk
mencegahkolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga
membantu menyebarkan udara melalui paru danmenghilangkan
atau menurunkan nafas pendek.
4) Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas
pasien sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberianoksigen
Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran sekret.
4. Evaluasi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental, kelemahan upaya batuk buruk
- pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen
dan kekurangan upaya batuan
- Dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman
danpernafasan normal
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efekparu, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret
kental dan tebal
- Tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan
ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang
normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
Suhu tubuh dalam rentang normal (36,50 C - 370C)
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengankelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi
- Menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan perilaku
atau perubahan pola hidup.
BAB III
LAPORAN KASUS RONDE KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. W
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Agama : Islam
g. Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
h. Alamat : Jln. Flamboyan kota baru
i. Ruangan dirawat : Jamrud kamar C2
j. Tanggal masuk RS : 3 Juli 2017
k. No. register : 3513xx
l. Diagnose medis : TB Paru dan PPOK
m. Dokter yang merawat: dr. P
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan “ sasak napas “
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesedaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6, TTV : T : 36,5 0C, P : 68 x/menit, R : 28
x/menit, BP : 110/80 mmHg, spO2 : 97 %, infus RL 10 tetes per menit
terpasang di vena radialis dextra dan O2 terpasang 8 liter per menit per
menggunakan NRM.
b. Pemeriksaan sistemik
No Pengkajian Hasil
1. Kepala - Inspeksi :
Bentuk kepala simetris
Rambut rata hitam dan tipis
Kulit kepala tampak bersih
Tidak ada ketombe
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Krepitasi (-)
2. Mata - Inspeksi :
Bentuk mata simetris
Konjungtiva anemis (+)
Sclera ikterik (-)
Edema palpebral (-)
Tanda perdarahan (-)
Popil isokor sinistra 2 dextra 2
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
3. Hidung - Inspeksi :
Bentuk hidung simetris
Perdarahan (-)
Polip (-)
Secret (-)
Cuping idung (+)
NRM terpasang
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
- Inspeksi :
4. Mulut Warna bibir coklat pucat
Mukosa bibir lembab
Mukosa mulut merah muda
Gusi normal/perdarahan (-)
Lidah merah muda
Pembengkakan tonsil (-)
Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
5. Telinga - Inspeksi :
Bentuk telinga simetris
Sejajar dengan sudut mata
Pendarahan (-)
Kemerahan (-)
Serumen (+) berwarna kuning dan
tidak berbau
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
6. Leher - Inspeksi :
Bentuk leher simetris
Kaku kudauk (-)
Deviasi trakea (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pembesaran kelenjar limfa (-)
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Pembesaran/pembengkakan (-)
- Paru-paru
7. Thorak/dada
Inspeksi Anterior :
Bentuk dada barrel chest
Ekspansi dinding dada simetris
Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal
Pola nafas (cepat pendek dan
dangkal)
Retraksi dinding dada (+)
Terpasang alat bantu nafas NRM
8 liter/menit
RR : 35x/menit
Perdarahan (-)
Batuk (+)
Sputum kental dan berwarna
kekuningan kadang sulit
dikeluarkan.
Inspeksi Posterior :
Tidak ada benjolan masa
Nyeri tekan (-)
Bentuk tulang belakang Kifosis
Adanya pelebaran pembulu darah
Badan tanpak bersih
Lateral Dextra kanan :
Adanya bentuk cembung pada
lateral dextra kanan atas.
Lateral Dextra Kiri :
Simetris
Palpasi :
Massa (-)
Krepitasi (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus vocal : teraba di dua
lapang paru
Pokal premitus lobus kanan atas
dan lobus tengah kaanan menurun
dan lobus bawah kanan pokal
premitus teraba.
Pokal premitus teraba pada
seluruh lapang paru sinistra.
Perkusi :
Pasa saat dilakukan perkusi suara
menurun pada lobus atas dan
lobus tengah.
Seluruh lapang paru sinistra
terdengar sonor.
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi :
Bunyi nafas tambahan Ronci
- Jantung
Inspeksi :
Bentuk dada simetris
Pembesaran/benjolan (+)
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Ictus cordis teraba
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
Aorta : LUP
Pulmo : LUP
Tricuspit : DUP
Mitral : DUP
- Inspeksi :
8. Payudara Ukuran dan bentuk payudara
simetris
Putting susu menonjol
Kondisi kulit lembab
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Edema (-)
- Inspeksi :
9. Abdomen Bentuk abdomen normal
Asites (-)
Kondisi kulit lembab
- Auskultasi :
Bising usus (+) 10x/menit
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Distensi abdomen (-)
- Perkusi :
Timpani
- Tidak dikaji
11. Rectum
- Inspeksi :
Kontraktur (-)
Eformitas (-)
Edema
12. Ekstremitas - -
+ +
Kekuatan otot
5 5
5 5
Skala aktivitas 0 (mandiri)
- Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Piting edema (+) derajat 1
Akral teraba dingin
Nyeri sendi
- -
- -
- Inspeksi :
Warna kulit normal
Mukosa kulit kering
13. Kulit/kuku Warna kuku sianosis
CRT < 3 detik
Bentuk kuku clubbing finger (-)
Jari tabung (-)
- Palpasi
Teraba dingin
c. Pengkajian B6
1) Sistem Pernafasan (B1 : Breath)
Pasien sesak, batuk ada dan dahak sulit untuk dikeluarkan,
pasien menggunakan otot bantu pernapasan, taktil premitus terasa
bergetar pada kedua lapang paru, RR : 26 x/mnt, pasien orthopnea,
SPO2 95 % dengan nasal kanul 4 lpm
2) Sistem kardiovaskular (B2 : Bleed)
Pasien mengatakan terasa nyeri dada sebelah kiri menyebar
kebelakang seperti ditindih, CTR 93 %, irama jantung reguler, bunyi
jantung lub dub, CRT < 2 detik, akral dingin, tidak terdapat sianosis.
3) Sistem Persarafan (B3 : brain)
Kesadaran pasien composmentis, pusing tidak ada hanya saja
badan terasa bergetar
4) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)
Pasien mengatakan BAK sebelum sakit sering biasanya 4-5 x
tergantung banyak minum dan setelah sakit BAK tidak mengalami
perubahan 4-5 x sehari. Dan untuk BAB sebelum sakit pasien
mengatakan BAB biasanya 1 x dipagi hari dan setelah makan, dan pada
saat sakit pasien mengatakan hari ini BAB 4x dan cair.
5) Sistem pecernaan (B5 : Bowel)
Pasien tidak nafsu makan, pasien hanya makan 4-5 sendok, jika
makan kadang sesak, bising usus (+) 10x/mnt, turgor kulit sedang,
konjungtiva anemis.pasien mendapatkan diet nasi lembek + 1100 Kkal
dan DC DM 2 (300Kkal), TKTP bertahap. Pasien minum ± 3 gelas/hari
air putih
6) Sistem Muskuloskeletal dan integument (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah, kekuatan
% 5 5
otot Warna kulit tidak anemis, turgor kulit sedang, pitting edema > 3
5 5
detik, pasien menggunakan infuse RL 10 tpm pada vena radialis dekstra
7) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid tidak membesar
8) Personal Hygiene
Pasien mampu mandi seka ditempat tidur, tidak ada gosok gigi ,
ganti pakaian 1x sehari , rambut pasien tampak terikat, tidak ada keramas
9) Psikososial Spiritual
Pasien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah dan
sesak, pasien mempunyai motivasi yang tinggi untuk sembuh, tetapi
pasien juga berkeluh kesah dengan keadaannya tidak segera membaik
dan selalu menenyakan bagaimana agar tidak sesak dan meminta obat
paten.
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboraturium
11 Juli 2017
Ny. Warasiah
Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 4,8 X 10”3/UL 4,0 - 10,0
Lymph# 0,5 X 10”3/UL 0,8 - 4,0
Mid# 0,3 X 10”3/UL 0,1 – 0,9
Grand# 4,0 X 10”3/UL 2,0 – 7,0
Lymph% 10,3 % 20,0 – 40,0
Mid% 7,0 % 3,0 – 9,0
Grand% 82,7 % 50,0 – 70,0
HGB 10,9 g/dl 12,0 – 16,0
RBC 4,29 X 10”6/UL 3,50 – 5,50
HCT 37,4 % 37,0 – 50,0
MCV 87,2 Fl 82,0 – 95,0
MCH 25,4 Pg 27,0 – 31,0
MCHC 29,1 g/dl 32,0 – 36,0
RDW-CV 17,7 % 11,5 – 14,5
RDW-SD 54,8 fl 35,0 – 56,0
PLT 254 X 10”3/UL 150 – 450
MPV 7,7 Fl 7,0 – 11,0
PDW 15,3 15,0 – 17,0
PCT 0,195% 0,108 – 0,282l
GOT 26 U/L Lk: .10 - 37/pr : .8 -
GPT 43 U/l 31 U/I
Bilirubin Total 0,63 mg/dl Lk: .12 - 40/pr : .10 -
Bilirubin Direct 0,14 mg/dl 42U/I
Bilirubin indirec 0,49 mg/dl Up to 1,00 mg/dl
Up to 0,25 mg/dl
Up to 0,75 mg/dl
7. Medikasi
NO OBAT DAN DOSIS INDIKASI KONTRAINDIKASI FEK SAMPING PERAN PERAWAT
1. Ceftriaxone Membantu mengobati - Memiliki hipersensitif Tempat bekas suntikan Memantau adanya
2 x 1 gr meningitis. Mengatasi atau alergi terhadap membengkak. Mual, muntah, diare, melakukan skin
pneumonia. Membantu Ceftriaxone dan obat dan sakit perut. Pusing dan test, memantau adanya
mengatasi keracunan antibiotik cephalosporin sakit kepala. Lidah bengkak. nyeri, sakit kepala,
darah. Mengobati gonore lainnya, seperti cefadroxil Berkeringat. Vagina terasa mual muntah dan
(kencing nanah). Infeksi dan cefalexin. gatal atau mengeluarkan meberikan obat sesuai
kulit dan jaringan lunak. - Memiliki hipersensitif cairan. dengan 12 benar
Infeksi pada pasien atau alergi terhadap
neutropenia (kelainan Penicilin dan obat Diare berdarah atau berair.
darah). Mengatasi sepsis. antibakteri beta laktam Demam, menggigil, dan
Peradangan pelvis. lainnya. kelenjar bengkak. Terasa
Infeksi saluran kemih. gatal pada kulit, kemudian
infeksi saluran pernafasan ruam merah atau ungu yang
bawah. Infeksi intra- menyebar (terutama ke wajah
abdomen. Mengatasi flu atau tubuh bagian atas)
dan pilek. Otitis media sehingga kulit melepuh dan
bakterial akut (infeksi mengelupas. Nyeri otot.
telinga bagian tengah). Sariawan. Pendarahan pada
Profilaksis bedah. hidung, mulut, vagina, atau
rektum. Terdapat bintik ungu
atau merah di bawah kulit.
Kulit terlihat pucat atau
kuning, Air seni berwarna
lebih gelap dari biasanya.
Kebingungan atau tubuh
menjadi lemah. Jarang buang
air kecil atau tidak sama
sekali. Kejang-kejang.Terjadi
iritasi di tempat suntikan.
Feses berwarna pucat, seperti
kapur. Bengkak pada wajah
atau lidah Mata terasa panas.
2. H/R/Z/E
- Isoniazid: 300 mg Mengobati tuberkulosis penyakit hati yang akut; - Otot terasa lemas. - Memantau
atau TBC yang hipersensitivitas terhadap - Tubuh terasa seperti adanya mual
disebabkan oleh isoniazid; epilepsi; gangguan kesemutan. muntah,
Mycobacterium fungsi ginjal dan gangguan - Mual dan muntah. kesemutan dan
tuberculosis. psikis. efek samping lain
yang dapat timbul
- Pirazinamid: 750 mg Tuberkulosis, dalam - Hipersensitif atau alergi - Hepatotoksisitas, gout, - Memantau adanya
kombinasi dengan obat terhadap Pirazinamid anemia skleroblastik, demam, gangguan
lain - Gangguan fungsi hati atau intoleransi saluran pencernaan
gangguan fungsi ginjal pencernaan, ulkus
- Hiperurisemia dan atau peptikum yang
gout / asam urat bertambah parah,
- Hipoglikemia (kadar gula disuria, perasaan tidak
darah rendah) enak badan yang tidak
- Penderita diabetes jelas, demam, urtikaria
- Wanita hamil
Etambutol: 750 mg - Mengobati - Jangan digunakan - Efek samping yang - Memantau
penyakit tuberculosis untuk penderita yang sering dilaporkan akibat adanya gangguan
(TBC), terutama TB mengalami reaksi pemakaian obat ini penglihatan
paru yang resisten. hipersensitivitas terhadap adalah terjadinya
Penggunaan obat ini ethambutol. gangguan penglihatan
sebaiknya tidak - Tidak boleh diberikan (neuritis retrobulbar)
secara tunggal namun kepada pasien yang yang disertai penurunan
dikombinasikan menderita neuritis optik, visus, skotoma sentral,
dengan obat-obat anti kecuali ada penilaian buta warna hijau-merah,
tuberculosis yang klinis yang menyatakan serta penyempitan
lain. obat ini bisa diberikan. pandangan. Efek samping
- Obat ini juga - Jangan menggunakan ini lebih rentan dialami
digunakan untuk obat ini kepada pasien jika obat digunakan
mengobati infeksi yang tidak bisa dengan dosis berlebihan
oleh Mycobacterium mendeteksi dan atau penderita gangguan
avium complex, dan melaporkan terjadinya ginjal.
Mycobacterium gangguan penglihatan, - efek samping yang
kansaii. misalnya anak-anak < 13 juga sering adalah reaksi
tahun. alergi, dan gangguan
pada saluran pencernaan.
- Efek samping yang
jarang adalah terjadinya
masalah pada organ hati
(penyakit kuning),
neuritis perifer, efek
samping pada sistem
saraf pusat, serta
hiperurisemia.
3. Lansoprazole Ulkus duodenum, ulkus Pasien yang hipersensitif - Tidak digunakan selama - Memberikan obat
2x1 gaster jinak, esofagitis terhadap lansoprazole. hamil kecuali jika benar- sesuai 12 benar
refluks. benar diperlukan. dan memantau
- Pada ibu yang sedang adanya mual
menyusui harus muntah, diare
dipertimbangkan, apakah
pemakaian obat yang
dihentikan atau berhenti
menyusui, tergantung
pada pentingnya obat
bagi si ibu.
- Mual, muntah, diare
4. Codein - batuk Asma bronkial, emfisema - Kantuk - Memantau adanya
3 x 10 mg - relief ringan paru-paru, trauma kepala, - Ringan kantuk, pusing,
sampai cukup parah tekanan intrakranial yang - Pusing sesak napas, mual,
nyeri meninggi, alkoholisme akut, - Sedasi muntah
setelah operasi saluran - Sesak napas
empedu. - Mual
5. Levofloxasin - Sinusitis - Pasien yang hipersensitif Diare dan Insomnia. Memantau adanya
1 x 750 mg - Infeksi kandung atau alergi terhadap demam,
kemih terkomplikasi levofloxacin dan Efek samping yang jarang pembengkakan pada
- Infeksi kulit dan antimikroba golongan terjadi : betis, kaki bahu atau
jaringan lunak kuinolon lainnya. Kram perut atau nyeri (berat) tangan
- Pneumonia yang - Seseorang yang Agitasi Kebingungan Diare
didapat dari mempunyai penyakit (berair dan berat) dan
masyarakat epilepsi. mungkin juga berdarah
(community-acquired - Pasien dengan riwayat Demam Nyeri, peradangan,
pneumonia) gangguan tendon terkait atau pembengkakan di betis
- Eksaserbasi akut pada pemberian fluorokuinolon. kaki, bahu, atau tangan,
bronkitis kronik - Anak atau remaja. termasuk tendon pecah atau
Penyakit Antraks. - Wanita hamil dan pembengkakan tendon
menyusui. (tendinitis) Kemerahan dan
pembengkakan kulit Merasa
melihat, mendengar, atau
merasakan hal-hal yang tidak
ada (Halusinasi) Sensasi
terbakar pada kulit Suasana
hati yang parah atau
perubahan mental Ruam
kulit, gatal-gatal, atau
kemerahan Gemetaran
6. Methyl prednisolon Abnormalitas fungsi Infeksi jamur sistemik pada gangguan elektrolit dan Memantau adanya
2x1 adrenokortikal, penyakit pasien hipersensitif. cairan tubuh, kelemahan otot, gangguan cairan,
kolagen, keadaan alergi Pemberian kortikosteroid yang retensi terhadap infeksi meningkatnya tekanan
dan peradangan pada kulit lama merupakan menurun, gangguan darah
dan saluran pernafaan kontraindikasi pada ulkus penyembuhan luka,
tertentu, penyakit duodenum dan peptikum, meningkatnya tekanan darah,
hematologik, osteoporosis berat, penderita katarak, gangguan
hiperkalsemia dengan riwayat penyakit jiwa, pertumbuhan pada anak –
sehubungan denga herpes. anak, insufisiensi adrenal,
kanker. Pasien sedang diimunisasi. Cushing’s Syndrome,
osteoporosis, tukak lambung.
7. Salbutamol meredakan gejala asma tidak boleh digunakan untuk tremor (getaran pada jari – Memantau adanyan
2 x 2 mg ringan, sedang atau berat penderita gangguan jantung jari yang tidak dapat demam, mual muntah
dan digunakan untuk dengan nadi cepat. Selain itu, dikendalikan), rasa gugup,
pencegahan serangan salbutamol tidak boleh dan kesulitan tidur. Efek
asma. digunakan pada penderita samping yang lebih jarang
abortus yang mengancam antara lain mual, demam,
selama kehamilan trimester 1 muntah, sakit kepala, pusing,
dan 2 serta penanganan batuk, keram otot, reaksi
persalinan prematur. alergi, mimisan, peningkatan
napsu makan, mulut kering,
dan berkeringat.
8. Combiven Pengobatan Kardiomiopati obstruktif Sakit kepala, pusing, gugup, Memantau adanya
3x1 bronkhospasme yang hipertrofik, takhiaritmia takikardia, tremor ringan, Sakit kepala, pusing,
berhubungan dengan palpitasi, hipokalemia, mulut gugup, takikardia,
penyakit penyumbatan kering, disfonia, komplikasi tremor ringan,
paru kronis sedang okular, alergi. palpitasi
sampai berat pada pasien
yang memerlukan lebih
dari satu bronkhodilator.
9. Ventolin Sebagai pelega pada Pasien yang diketahui sakit kepala, pusing, Memantau adanya
3x1 keadaan bronkospasme memiliki riwayat alergi gangguan tidur (insomnia) sakit kepala, pusing,
akut. Sebagai pencegahan terhadap Ventolin inhaler atau nyeri otot hidung meler atau gangguan tidur
pada keadaan komponen obatnya Pasien tersumbat mulut kering, (insomnia) nyeri otot
bronkospasme yang yang diketahui memiliki alergi tenggorokan kering batuk, hidung meler atau
dipicu allergen atau terhadap obat yang memiliki suara serak, sakit tersumbat mulut
latihan fisik. struktur kimia menyerupai tenggorokan mual ringan, kering, tenggorokan
Ventolin Inhaler seperti muntah, diare kering batuk, suara
levalbuterol, metaproterenol, serak, sakit
terbutalin Pasien yang tenggorokan mual
memiliki kadar Kalium dalam ringan, muntah, diare
darah yang rendah Pasien
yang memiliki penyakit,
penyakit jantung, penyakit
darah tinggi, gangguan iram
jantung, diabetes, hipertiroid,
dan epilepsi
10. Channa plus - luka Riwayat alergi terhadap - diare - Memantau
3x1c - rasa sakit ophiocephalus striatus adanya Diare
- meningkatkan
energi dari sakit
B. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS: pasien mengatakan “Sesak Penyakit Paru Ketidakefektifa
Napas ditambah ketika Obstruksi Kronik n bersihan jalan
beraktivitas, badan bergetar, napas.
dahak terasa lengket pada Rokok dan polusi
tenggorokan, batuk kadang-
kadang” Terjadinya inflamasi
DO:
Pasien tampak sesak dan, Sputum meningkat
sputum kental dan
berwarna kekuningan. Batuk
Pernafasan cuping
hidung Ketidakefektifan
Ekspansi dinding dada bersihan jalan napas
simetris
Bantuan otot bantu nafas
(+) retraksi intercosta
Batuk (+)
Fremitus vocal : paru
sinistra getaran teraba
lebih jauh
T: 360C
P: 111x/Menit
R :22x/Menit
BP: 90/80 mmHg
SPO2 : 90 % (Nasal
Kanul 4 Liter)
Diagnosa Prioritas
Domain 11 keamanan / perlindungan kelas 2 cidera fisik,
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
Domain 9 koping/ toleransi stres kelas 2 respon koping, Ansietas (00146)
7. Kolaborasi dalam
pemberian 5. Mengencerkan dahak
nebuliser dan melegakan
tenggorokan
8. Kolaborasi 6. Dengan keadaan sesak
pemberian keluarga sangat
antibiotik sesuai diperlukan untuk
indikasi memebrikan motivasi
maupun dukungan
serta membantu pasien
ketika perawat tidak
disamping pasien
7. Menurunkan
kekentalan secret
sehingga mudah untuk
evakuasi sekresi.
8. Untuk mencegah
terjadinya infeksi
5. Memberikan obat
antibiotik
cefoperazone
Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan di tandai dengan pasien sering bertanya
“kenapa sesaknya tidak hilang-hilang”
6. Pengobatan mungkin
diperlukan bila
kecemasan terus
berlanjut dan
menggangu pasien.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Tampak bertanya dan cemas
- TTV : T :36,6 oC, P : 116 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 94%
A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
- Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat
lainnya seperti HRZE 1x1 (300mg/
450mg/ 750mg/ 750mg), codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (pukul 10.30
wita dan 13.00 wita)
E:
S: Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
sesak jika beraktivitas, batuk (+) dahak
(+) berwarna putih, kepala pusing bila
beraktivitas seperti ke WC dan masih
tampak bertanya-tanya tentang
kondisinya”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Masih tampak bertanya dan cemas
- TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %
A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik belum teratasi
- Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan belum teratasi
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Sore) 14.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
sesak jika beraktivitas, batuk (+) dahak
(+) berwarna putih, kepala pusing bila
beraktivitas seperti ke WC”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
- Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (18.00 wita)
E:
S: Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
dan jika beraktivitas makin sesak, batuk
(+), dahak berwarna kuning, pusing (+),
masih tampak bertanya-tanya tentang
kondisinya”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Masih tampak bertanya dan cemas
- TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %
A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik belum teratasi
- Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih,
dan jika beraktivitas makin sesak, batuk
(+), dahak berwarna kuning, pusing (+)”
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per NRM 8 liter per
menit
- TTV : T :36,1 oC, P : 108 x / menit,
R : 27 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 88%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)
E:
S: Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul jika beraktivitas,
batuk (+), pusing (+)”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Tampak tenang dan tidak cemas lagi
- TTV : T :36,2 oC, P : 122 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 100/70 mmHg,
SpO2 : 90 %
A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
- Ansietas berhubungan dengan status
kesehatan sudah teratasi
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
2 11 Juli 2017 08.00 S:
(Dinas Pagi) Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul jika beraktivitas,
batuk (+), pusing (+)”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- TTV : T :36 oC, P : 119 x / menit, R :
24 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 93%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat
lainnya seperti HRZE 1x1 (300mg/
450mg/ 750mg/ 750mg), codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (pukul 10.30
wita dan 13.00 wita)
E:
S : Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul bila beraktivitas,
batuk (+), dahak (+), pusing (+)”
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- TTV : T :36,4 oC, P : 120 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 93%
- , BP : 100/70 mmHg, SpO2 : 90 %
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Sore) 13.00 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas
berkurang, sesak timbul bila beraktivitas,
batuk (+), dahak (+), pusing (+)”
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- TTV : T :36,4 oC, P : 120 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 93%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
- Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (18.00 wita)
E:
S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas
sudah berkurang tetapi apabila
beraktivitas seperti berjalan sesak
bertambah, batuk masih tetapi sudah
berkurang, sputum berwarna putih,
pusing (-), makan minum sediki-
sedikit, nyeri pada lutut dan fitting
edema >3 detik di punggung kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
- TTV : T :36,7 oC, P : 125 x / menit,
R : 24 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 91%
- Pasien rencana pulang
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
berkurang tetapi apabila beraktivitas
seperti berjalan sesak bertambah, batuk
masih tetapi sudah berkurang, sputum
berwarna putih, pusing (-), makan
minum sediki-sedikit, nyeri pada lutut
dan fitting edema >3 detik di punggung
kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
- TTV : T :36,7 oC, P : 125 x / menit,
R : 24 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 91%
- Pasien rencana pulang
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)
E:
S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
tidak lagi kecuali beraktivitas seperti
berjalan dan ke kamar mandi, batuk
berkurang, dahak berwarna putih,
makan minum sedikit-sedikit, sakit pada
lutut kaki dan bengkak pada kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
- fitting edema >3 detik pada
ekstremitas bawah
- TTV : T :36,8 oC, P : 116 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 96%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
3 12 Juli 2017 08.00 S:
(Dinas Pagi Pasien mengatakan “Sesak nafas sudah
tidak lagi kecuali beraktivitas seperti
berjalan dan ke kamar mandi, batuk
berkurang, dahak berwarna putih,
makan minum sedikit-sedikit, sakit pada
lutut kaki dan bengkak pada kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 2 liter
per menit
- fitting edema >3 detik pada
ekstremitas bawah
- TTV : T :36,8 oC, P : 116 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/70 mmHg,
SpO2 : 96%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (09.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 09.00 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 09.30 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 10.00 wita dan
13.00)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) dan obat
lainnya seperti HRZE 1x1 (300mg/
450mg/ 750mg/ 750mg), codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (pukul 10.30
wita dan 13.00 wita)
E:
S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih
dan sesak jika beraktivitas, batuk (+)
dahak berwarna putih, puing (-), makan
minum sedikit, sakit pada lutut kaki,
badan lemah dan bengkak pada kedua
punggung telapak kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 3 liter
per menit
- Fitting edema pada punggung telapak
kaki >3 detik
TTV : T :36,9 oC, P : 116 x / menit, R :
25 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 97%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Sore) 14.30 S:
Pasien mengatakan “Sesak nafas masih
dan sesak jika beraktivitas, batuk (+)
dahak berwarna putih, puing (-), makan
minum sedikit, sakit pada lutut kaki,
badan lemah dan bengkak pada kedua
punggung telapak kaki”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 3 liter
per menit
- Fitting edema pada punggung telapak
kaki >3 detik
- TTV : T :36,9 oC, P : 116 x / menit,
R : 25 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 97%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (15.00 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 15.10 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 15.15 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (18.00 wita)
- Memberikan obat seperti codein 3x1
(10mg), lesichole 2x1 ( dan
salbutamol 2x1 (2mg) (18.00 wita)
E:
S:
Pasien mengatakan “Nafas sessk jika
beraktivitas, batu (+), dahak berwarna
putih, makan minum kurang”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Fitting edema pada kaki >3 detik
- TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit,
R : 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 94%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian.
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
(Dinas Malam) 20.30 S:
Pasien mengatakan “Nafas sessk jika
beraktivitas, batu (+), dahak berwarna
putih, makan minum kurang”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Fitting edema pada kaki >3 detik
- TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit,
R : 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 94%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi
I:
- Mengkaji tanda-tanda vital seperti
nadi, suhu, tekanan darah, dan
pernapasan (20.30 wita)
- Mengauskultasi bunyi napas ( tidak
terdapat suara napas tambahan, suara
napas vesikuler pukul 20.40 wita)
- Mengajarkan pasien teknik batuk
efektif dan nafas dalam, pasien masih
belum bisa melakukan batuk efektif
(pukul 20.45 wita)
- Memberikan Nebulisasi combivent
dan pumicot (pukul 21.00 wita)
- Memberikan obat antibiotik
ceftriaxone 2x1 (1 gr) (21.00 wita)
E:
S:
Pasien mengatakan “Nafas sesak masih
jika beraktivitas, batu (+), dahak
berwarna putih, makan minum kurang”.
O:
- Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang
- Terpasang O2 per nasal kanul 4 liter
per menit
- Fitting edema pada kaki >3 detik
- TTV : T :36,1 oC, P : 101 x / menit,
R : 2 x / menit, BP : 110/80 mmHg,
SpO2 : 94%
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan Penyakit paru
obstruksi kronik teratasi sebagian
P:
- Kaji tanda-tanda vital dan saturasi
oksigen.
- Auskultasi bunyi nafas catat adanya
bunyi nafas abnormal.
- Atur posisi pasien
- Ajarkan pasien teknik batuk efektif
dan nafas dalam
- Anjurkan pasien untuk minum air
hangat
- Libatkan keluarga dalam melakukan
intervensi
- Kolaborasi dalam pemberian nebuliser
- Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi