Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN GERONTIK

IRINA SAFITRI

1914201323

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020
1. Jelaskan apa permasalahan pencernaan yang sering terjadi pada
lansia, minimal 2 dan apa keterikaitannya dengan perubahan sistem
pencernaan pada lansia

5 Gangguan Pencernaan yang Sering Terjadi pada Lansia

Gangguan pencernaan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk lansia.


Bisa dibilang, seiring bertambahnya usia, konstipasi, diare, dan kembung makin
sering terjadi. Faktor usia, gaya hidup, serta keturunan dapat menjadi alasan
seseorang mengalami masalah-masalah kesehatan tersebut. Otot-otot di sistem
pencernaan menjadi lebih kaku, lemah, dan kurang efisien. Jaringan-jaringan
juga rentan rusak karena sel-sel baru tidak terbentuk dengan cepat seperti dulu. 

Sebagai akibatnya, gangguan-gangguan pencernaan ini sering terjadi pada


orang lansia, seperti dilansir WebMD:

1. Sembelit

Salah satu gangguan pencernaan yang paling sering terjadi pada lansia
adalah konstipasi yang berdampak pada intensitas buang air besar. Gejala-
gejalanya termasuk gerakan usus yang lebih lambat dan tinja yang lebih keras.

Orang lansia yang rutin mengonsumsi obat, juga rentan mengalami


konstipasi. Obat-obatan untuk menstabilkan tekanan darah dan penghilang rasa
sakit, misalnya, diketahui dapat menyebabkan gangguan pencernaan tersebut.

2. Penyakit divertikular

Sekitar setengah dari lansia usia 60 atau lebih tua memiliki divertikulosis. Ini
terjadi ketika kantong kecil di lapisan usus besar menonjol di sepanjang dinding
usus. Gejala-gejala yang bisa terjadi meliputi kembung, kram, dan sembelit.

Meski umumnya tidak menyebabkan masalah berarti dan membutuhkan


penanganan khusus, gangguan kesehatan ini dapat menyebabkan jaringan parut.
Jika kantong menjadi meradang, itu disebut divertikulitis, yang dapat
menyebabkan sakit perut, kram, demam, menggigil, mual, dan muntah.
Antibiotik dan obat nyeri dapat mengobati diverticulitis.

3. GERD

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan yang paling


umum dialami lansia, meski tak menutup kemungkinan orang-orang dari segala
usia bisa terkena. GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan
sehingga menyebabkan mulas. Tanda dan gejalanya meliputi mulas, rasa asam
atau pahit di bagian belakang mulut atau tenggorokan, masalah menelan, mual,
nyeri dada, dan lainnya.

Selain bertambahnya usia, faktor-faktor risiko yang mengakibatkan GERD


termasuk obesitas, diet lemak tinggi, obat-obatan tertentu, stres, konsumsi
tembakau, hingga minum minuman alkohol.

4. Polip

Setelah usia 50, risiko seseorang terkena polip (gumpalan kecil dari sel-sel
yang terbentuk pada usus besar) akan meningkat. Polip biasanya bersifat jinak
atau nonkanker, tapi bisa juga menjadi kanker. Hingga kini, penyebab polip
tidak diketahui secara pasti. Ada spekulasi, diet dan genetik memengaruhi
terbentuknya polip.

Umumnya polip tidak memunculkan gejala-gejala yang khas. Karena itu,


para ahli kesehatan menyarankan orang-orang di atas usia 50 untuk melakukan
pemeriksaan kolonoskopi. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan
kanker usus besar atau faktor risiko lainnya disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lebih dini.

5. Ulser

Banyak lansia menggunakan obat anti peradangan nonsteroid (NSAID)


untuk mengontrol nyeri akibat artritis atau nyeri kronis lainnya. Penggunaan
NSAID secara rutin dapat meningkatkan risiko perdarahan perut dan ulser. Jika
lansia mendapati gejala perdarahan perut, seperti muntah darah, tinja berwarna
gelap, atau berdarah, segera temui dokter.

Lima gangguan pencernaan tersebut sering dialami oleh lansia. Dianjurkan


bagi lansia untuk menjaga kesehatan pencernaan dan tubuh secara keseluruhan
dengan menggunakan obat dengan baik dan benar, tetap aktif, mengonsumsi
serat, minum cukup, mengelola berat badan tetap ideal, serta melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Jika ada keluhan terkait pencernaan,
segeralah berkonsultasi ke dokter.
2. Rumuskan dua diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan
permalsahan pencernaan pada lansia

Diagnosis keperawatan aktual


1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) gangguan pola nafas,
3) gangguan pola tidur,
4) disfungsi proses keluarga,
5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi
1) Risiko kekurangan volume cairan,
2) Risiko terjadinya infeksi,
3) Risiko intoleran aktifitas,
4) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
5) Risiko distress spiritual.

3. Sebutkan pola nutrsi yang sehat untuk lansia


Panduan pola makan lansia

1. Fokus pada asupan gizi seimbang

Aturan pola makan lansia yang paling penting adalah mencukupi


kebutuhan nutrisi dan gizinya. Mengonsumsi makanan kaya gizi dan nutrisi
akan membantu lansia mendapatkan vitamin, mineral, protein, karbohidrat, serta
lemak yang mereka butuhkan.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, bahan makanan sehat untuk lansia
yang dianjurkan adalah:

 Bahan makanan sumber karbohidrat, seperti oatmeal (bubur gandum), roti


gandum, beras merah, dan beras tumbuk.
 Bahan makanan sumber protein, seperti susu rendah lemak, ikan, tempe,
dan tahu.
 Bahan makanan sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan (kacang
tanah/selai kacang), minyak kedelai, dan minyak jagung.
 Sayuran berwarna hijau atau jingga seperti bayam, kangkung, wortel,
brokoli, labu kuning, labu siam, dan tomat.
 Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, jeruk, apel, semangka, dan
lain sebagainya.
 Sebisa mungkin pilihlah makanan segar dan hindari segala jenis makanan
olahan yang menggunakan bahan pengawet.
2. Mengatur porsi makan

Salah satu penyebab kenaikan berat badan yang drastis pada lansia adalah
karena mereka tidak mengendalikan porsi makannya. Nah, itu sebabnya penting
bagi para lansia memerhatikan porsi makannya setiap hari.

Porsi makan lansia hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga
mereka jadi makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Dianjurkan bagi lansia
untuk makan besar sebanyak tiga kali dengan makanan selingan sebanyak dua
kali sehari. Bila lansia mengalami kesulitan mengunyah makanan karena gigi
ompong atau gigi palsu yang bekerja kurang baik, maka makanan yang
diberikan harus lunak atau dicincang dulu. Mengajak lansia makan bersama-
sama dalam satu meja akan meningkatkan nafsu makan mereka.

3. Batasi gula, garam dan lemak

Membatasi konsumsi gula, garam dan lemak sangat penting untuk


menjaga kesehatan lansia mengingat sistem pencernaan mereka tidak bisa
bekerja semaksimal saat masih muda dulu. Apabila asupan gula, garam, dan
lemak ini tidak dibatasi, maka lansia akan berisiko lebih tinggi mengalami
hipertensi, kolesterol tinggi, hiperglikemia, stroke, penyakit jantung, dan
diabetes.

4. Konsumsi kalsium

Kalsium berperan penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang.


Sayangnya, penyerapan kalsium untuk tulang akan semakin berkurang seiring
bertambahnya usia. Jika kepadatan tulang mulai berkurang hal ini akan
membuat seseorang lebih rentan terhadap pengeroposan tulang dan gigi.
Menurut angka kecukupan gizi untuk masyarakat Indonesia, kebutuhan kalsium
lansia dalam sehari adalah sebesar 1.000 mg.

Anda bisa mendapatkan sumber kalsium dari berbagai makanan seperti


susu, keju, yogurt, kacang almond, sayuran hijau (bayam, kangkung, dan bok
choy), serta ikan (sarden, ikan teri, dan salmon).

5. Perhatikan kebutuhan kalori lansia

Seiring bertambahnya usia, kebutuhan kalori lansia akan mengalami


penurunan. Sedangkan kebutuhan nutrisinya tetap sama atau mengalami sedikit
peningkatkan. Ini terjadi lantaran semakin tua seseorang, biasanya semakin
berkurang juga aktivitas fisik yang dilakukan. Alhasil, kebutuhan kalorinya pun
ikut menurun.
Sebenarnya kebutuhan kalori setiap orang berbeda, termasuk pada setiap
lansia. Untuk mengetahui kebutuhan kalori yang ideal bagi lansia, hitung
dengan Kalkulator Kebutuhan Kalori dalam tautan ini atau di
bit.ly/kalkulatorBMR. Anda bisa cek jumlah kalori yang dibutuhkan lansia
berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, serta aktivitas
fisiknya di sana.

6. Penuhi kebutuhan cairan

Selain berbagai hal yang sudah disebutkan di atas, asupan pola makan
lansia yang tidak kalah penting adalah cairan. Kebanyakan lansia sering
kesulitan memenuhi kebutuhan cairan hariannya. Itu sebabnya, mereka lebih
rentan terkena dehidrasi. Nah, untuk menghindari dehidrasi, pastikan para lansia
memenuhi kebutuhan asupan cairannya dengan baik.

Untuk memenuhi kebutuhan cairan lansia jangan dihitung dari banyaknya


minum air putih saja. Anda juga dapat menyiasati kebutuhan cairan lansia
dengan konsumsi makanan yang berkuah seperti sup atau buah dan sayuran
yang banyak mengandung air. Tidak hanya menghindari dehidrasi, cara ini juga
bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian yang dibutuhkan lansia
untuk menjaga sistem kekebalan tubuhnya yang rawan.

Anda mungkin juga menyukai