Anda di halaman 1dari 7

Nama : Safina Nurul Qonita

NIM : 201851254

Mata Ujian : Arif Hidayat,S.Farm,M.Farm.,Apt.

Tanggal Ujian : Rabu/ 11 November 2020-11-11

NO.Ruang : 410

NO.Bangku : 47
1. Jelaskan proses Perjalanan obat dengan menggunakan kurva farmakokinetik
oral/per oral

Seperti yang telah kita ketahui perjalanan obat terdiri dari ADME (Absorbsi,
Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi). Pada Absorpsi obat melalui rute oral merupakan
permberian yang paling mudah dan paling sering digunakan sehingga absorpsi dalam
saluran cerna mempunyai peran penting yang sangat besar, Contohnya usus halus.
Setelah proses absorpsi, obat masuk kedalam pembuluh darah untuk selanjutnya
ditansportasikan bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi menuju tempat kerjanya.
Setelah obat diserap usus kedalam sirkulasi lalu diangkut melalui sistem pembuluh porta
ke hati. Dalam hati, seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan kimiawi secara
enzimatis pada fase ini disebut metabolisme. Pada Ekskresi pengeluaran obat atau
metabolitnya dari
tubuh terutama
dilakukan oleh ginjal
melalui air seni dan
dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. (sumber: Buku Farmakologi
Penerbit Buku Kedokteran EGC untuk kompetensi Farmasi Penulis Aster Nila,
S.Si.,M.Farm.,Apt.).
Dalam kedaan sesungguhnya, kinetik total adalah hasil kinetika invasi dan kinetika eliminasi.
Gambar disamping merupakan bentuk kurva kadar obat dalam darah setelah pemberian obat
secara oral dan adanya suatu kompartemen masuk serta kompartemen sentral (fungsi Bateman).

Kinetika total yang dapat ditentukan berdasarkan


kurva dalam darah merupakan hasil dari kinetika invasi & kinetika eliminasi Kurva yang
dihasilkan darai invasi & eliminasi diberikan lagi melalui persamaan diatas. Persamaan
diatas disebut fungsi Bateman Pada kurva semilogaritmik, garis menurun lurus adalah
eliminasi.
Kurva eliminasi yang menurun dan lurus
dapat ditentukan tetapan laju eliminasi
melalui kemiringan garis lurus &
ekstrapolasi konesentrasi plasma teori
pada waktu t = 0. Jika konsentrasi
plasma yg diperoleh secara ekstrapolasi
dikurangi dengan konsentrasi yang
diperoleh dgn pengukuran. Maka didapat kurva absorbsi, Kurva eliminasi berupa kurva
eksponen ( pada gambaran semi logaritmik merupakan garis lurus.Dari kurva absorbsi
dapat ditentukan t ½ untuk absorbsi.

Apabila terdapat model 2


kompartmen dengan
kompartemen masukan,
diperoleh bentuk kurva
sebagai disamping. Garis
putus putus menunjuka fase
alfa, garis lurus hitam menunjukan fase beta. Bentuk kurva kadar obat dalam darah pada
pemberian oral dan adanya suatu kompartemen masuk serta kompartemen pusat dan
perifer.
(sumber: Dasar dasar perhitungan Farmakokinetika. Diterbitkan oleh Budi Hermawan)

2. Gambarkan dan Jelaskan rute administrasi perbedaan pada pemberian suatu obat?
A.     Enteral

1.      Oral : memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum
tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama
ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat
diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga
obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena
itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang
dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini
tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat
lepas lambat.
2.      Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam
anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian
suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan
hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3.      Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan
tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam
lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan
secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.

B.      Parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan
untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja
obat yang cepat.

1.      Intravena (IV) : suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering
dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan
pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang
baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau
pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan
bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian
terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it,
kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk
obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2.      Intramuskular (IM) : obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan
dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat
depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap
pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit
demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3.      Subkutan : suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan
intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan
mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain
pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan
kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
C.      Lain-lain

1.      Inhalasi : inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang
dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-
penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena
obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2.      Intranasal : Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes


insipidus; kalsitonin  insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.

3.      Intratekal/intraventrikular : Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara


langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4.      Topikal : Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol  diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit
dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5.      Transdermal : Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling
sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan derajat ionisasi dan berikan contohnya min.3
Derajat ionisasi adalah proses menghasilkan satu ion atau lebih yang terjadi melalui:
pelepasan elektron dari molekul netral.

Derajat Ionisasi dalam Farmakokinetik Adalah banyaknya obat yang terionkan (menjadi
bermuatan) ketika dilarutkan dalam air.
Contoh obat dan sifat keasamannya
Basa: Diazepam, Klordiazepoksid, Trimetoprim, Morfin, Norepinefrin, Dopamin,
Propranolol, Amfetamin, Klorokuin.
Asam: Levodopa, Penisilin, Aspirin, Metotreksat, Sulfametoksazol, Klorotiazid,
Fenobarbital, Fenitoin, Asam askorbat
Contoh:

 Aspirin (bersifat asam lemah) akan lebih mudah terabsorpsi di lambung.


 Asam Salisilat Bersifat asam lemah, sehingga mudah larut dalam lemak, mudah menembus
membran lambung.
 jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan asam tartart) dimana masuk bersamaan
dengan obat yang bersifat basa lemah (pKa 5 – 11, misalnya reserpin &propoksifen), maka
absorbsi obat akan turun

 interaksi antara tetrasiklin dengan simitidin.


simitidin adalah obat H2 blocker dimana dia akan mengikat reseptor H2 didalam lambung
sehingga produksi asam dalam lambung berkurang. Akibatnya, pH lambung menjadi lebih
basa/pH tinggi (tidak asam) daripada normalnya. pH yang tinggi ini menyebabkan  tetrasiklin
yang bersifat asam menjadi bentuk terionnya yang lebih banyak daripada molekulnya.
Akibatnya obat yang terabsorbsi lebih sedikit.
Sumber: Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/pharmacokinetics-bw.pdf

4. Perempuan umur 45 tahun, tinggi 167cm, berat badan 70kg, nilai kreatinin pertama
2,15dl, nilai kreatinin kedua 2.75dl, waktu pengukuran pertama 2 jam 15 menit, waktu
pengukuran kedua 2 jam 50 menit. Hitung nilai GFR dan stadium ginjal pasien
tersebut?
Jawab:
5. Laki-laki warga negara papua nugini umur 55tahun, berat badan 75kg, tinggi 175cm,
nilai kreatinin 2.88dl. Hitung GFR dan stadium ginjal pasien tersebut menggunakan
rumus MDRD.
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai