Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 latar belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Konsep Penulisan Ilmiah................................................................................3

2.2 Kriteria KTI yang Berkualitas dan Berintegritas...........................................5

2.3 Jenis, Format, dan Bentuk Tulisan Ilmiah......................................................7

2.4 Strategi Penulisan Ilmiah..............................................................................12

2.5 Tahap dan Teknik Penulisan Ilmiah............................................................19

2.6 Cara Pembuatan Outline dalam Karya Tulis................................................24

2.7 Kendala Menulis Karya Ilmiah....................................................................27

BAB III..................................................................................................................34

PENUTUP..............................................................................................................34

3.1 Kesimpulan...................................................................................................34

3.2 Saran.............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat selama satu abad terakhir
baik di bidang ilmu pengetahuan dasar, teknik, medis maupun sosial -
menegaskan pentingnya diseminasi hasil penelitian yang dituangkan dalam
sebuah tulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah atau yang biasa disingkat sebagai
KTI berperan sebagai dokumentasi hasil penelitian, dimana hasil tersebut ke
depannya akan dapat (i) dikembangkan secara keilmuan oleh komunitas
ilmiah, (ii) dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, dan/atau (iii)
diterapkan sebagai bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan (policy
makers). Oleh karena itu, peran para peneliti dalam menuliskan hasil
penelitian mereka dalam tulisan ilmiah memiliki manfaat yang luas
Begitu banyak para pelajar yang masih keliru tentang penulisan sebuah
karangan. Untuk membuat karangan formal, seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, dan sebagainya, seorang penulis dituntut memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain teknik penyajian, isi, dan bahasa.
Dengan begitu, seorang penulis benar-benar siap mengemukakan gagasannya
dalam bahasa tulis secara terorganisasi. Ini mengisyaratkan bahwa menulis
bukan sesuatu yang kebetulan, namun memang sudah direncanakan.
Dalam melakukan sebuah penulisan, tentu kita membutuhkan suatu
perencanaan. Perencanaan itu yang akan membantu kita untuk membuat
sebuah tulisan yang terstruktur, terurut, dan tidak berantakan. Dalam
perencanaan penulisan, dibutuhkan juga sebuah teknik penulisan, dan
kerangka karangan. Kerangka karangan ini akan memudahkan kita untuk
mengembangkan apa yang hendak kita tulis.
Namun dibalik itu semua, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal dalam
melakukan perencanaan penulisan yang nantinya akan dilanjutkan menjadi
sebuah tulisan yang baik.

1
Karya tulis ilmiah adalah representasi hasil pemikiran penulis atas suatu
obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti
sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan hasil
berpikir ilmiah yang didasarkan pada sebuah pereancanaan. Perencanan
tersebut akan memudahkan penulis untuk mewujudkan naskah yang akan
dituangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan konsep penulisan ilmiah ?
2. Apa saja kriteria KTI yang berkualitas dan berintegritas ?
3. Bagaimana jenis, format, dan bentuk tulisan ilmiah ?
4. Bagaimana strategi penulisan ilmiah ?
5. Apa tahap dan teknik penulisan ilmiah ?
6. Bagaimana cara pembuatan outline dalam karya tulis ?
7. Apakah kendala menulis karya ilmiah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dimaksud dengan konsep penulisan ilmiah
2. Untuk menambah wawasan mengenai kriteria KTI yang berkualitas dan
berintegritas
3. Untuk mengetahui jenis, format, dan bentuk tulisan ilmiah
4. Untuk mengaplikasikan strategi penulisan ilmiah
5. Untuk mengetahui tahap dan teknik penulisan ilmiah
6. Untuk menambah wawasa mnegenai cara pembuatan outline dalam karya
tulis
7. Untuk mengetahui kendala menulis karya ilmiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penulisan Ilmiah


Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat selama satu abad terakhir baik
di bidang ilmu pengetahuan dasar, teknik, medis maupun sosial - menegaskan
pentingnya diseminasi hasil penelitian yang dituangkan dalam sebuah tulisan
ilmiah. Karya tulis ilmiah atau yang biasa disingkat sebagai KTI berperan
sebagai dokumentasi hasil penelitian, dimana hasil tersebut ke depannya akan
dapat (i) dikembangkan secara keilmuan oleh komunitas ilmiah, (ii)
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, dan/atau (iii) diterapkan
sebagai bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan (policy makers). Oleh
karena itu, peran para peneliti dalam menuliskan hasil penelitian mereka
dalam tulisan ilmiah memiliki manfaat yang luas.
Dalam arena perkembangan dunia ilmiah yang semakin pesat, kuantitas
dan kualitas KTI menjadi cerminan produktifitas dan daya saing peneliti,
lembaga bahkan bangsa. “Publish or Perish! (menulis atau tersingkir)” adalah
sebuah istilah dalam komunitas ilmiah yang menekankan pentingnya
penulisan KTI bagi kemajuan karir seorang peneliti. Saat ini, faktanya peneliti
Indonesia perlu lebih menggiatkan upayanya dalam menghasilkan publikasi
ilmiah. Apalagi bila mengingat tingginya kekayaan alam dan aspek sosial
budaya Indonesia yang layak diangkat sebagai topik penelitian.
Nature Index 2016 yang merangkum jumlah publikasi sepanjang tahun
2015 di dua majalah/jurnal ilmiah bergengsi bagi komunitas ilmiah
internasional yaitu Nature dan Science, tidak menempatkan Indonesia dalam
50 negara teratas. Di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia berada di ranking 16,
diungguli oleh enam negara Asia Tenggara lainny.
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasinya, peneliti perlu
mendalami dan menerapkan teknik-teknis penulisan KTI yang berkualitas dan
berintegritas. Karya tulis ilmiah bukan hanya hasil akhir dari sebuah

3
penelitian, tetapi juga bagian dari rangkaian metode ilmiah (scientific
methods) yang berkelanjutan.
Perka LIPI No. 4 Tahun 2012 mendefinikasikan KTI sebagai: “tulisan hasil
litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis
yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah
ilmiah.” Dengan kata lain, KTI adalah inti dari kegiatan penelitian yang
ditujukan untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang melibatkan hipotesis,
data, dan kesimpulan.
Rangkaian metode ilmiah diawali dengan sebuah pengamatan yang
menimbulkan pertanyaan yang dapat berupa “apa”, “kenapa” atau
“bagaimana” akan suatu fenomena alam atau sosial di sekitar kita. Sebagai
kajian ilmiah, tentu pertanyaan tersebut harus ditinjau dengan studi literatur
yang komprehensif untuk mengidentifikasi scientific gap yang ada dan
mendesain penelitian yang hasilnya akan membawa kebaharuan. Setiap
penelitian dibangun dengan hipotesis yang dituangkan ke dalam research
questions. Sehingga, proses pengumpulan data yang dilakukan akan menjawab
seluruh research questions guna memperoleh kesimpulan. Tidak ada
kegagalan dalam proses ilmiah, karena kesimpulan yang dihasilkan baik
mendukung hipotesis awal atau sebaliknya merupakan informasi baru yang
perlu disampaikan kecuali apabila terjadi kesalahan metodologi atau
pendekatan (approach). KTI yang telah dipublikasikan selanjutnya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan kajian literatur oleh penelitian-penelitian
berikutnya, baik yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri maupun peneliti
lainnya.
Apa yang membedakan tulisan ilmiah dengan tulisan lainnya? Yang
membedakan KTI dengan tulisan lainnya adalah adanya proses mitra bestari
(peer review) yang harus dilalui setiap manuskrip KTI sebelum layak
diterbitkan di penerbitan ilmiah. Sehingga, fungsi dari penerbitan ilmiah
adalah untuk “meregistrasi kegiatan kecendekiaan, mensertifikasi hasil
kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum, mendiseminasikannya

4
secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil
kegiatan kecendekiaan ilmuwan dan pandit yang dimuatnya” (Lukman, 2016).

2.2 Kriteria KTI yang Berkualitas dan Berintegritas


Dari segi substansi, Perka LIPI No. 4 Tahun 2012 menguraikan kaidah
penulisan KTI yang benar yaitu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Logis, berarti kerunutan penjelasan dari data dan informasi yang masuk ke
dalam logika pemikiran kebenaran ilmu.
Obyektif, berarti data dan informasi sesuai dengan fakta sebenarnya.
Sistematis, berarti sumber data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian
dengan mengikuti urutan pola pikir yang sistematis atau litbang yang
konsisten/berkelanjutan.
Andal, berarti data dan informasi yang telah teruji dan sahih serta masih
memungkinkan untuk terus dikaji ulang.
Desain, berarti terencanakan dan memiliki rancangan.
Akumulatif, berarti kumpulan dari berbagai sumber yang diakui kebenaran
dan keberadaannya serta memberikan kontribusi bagi khasanah iptek yang
sedang berkembang
Kualitas data hasil penelitian sebagai intisari dari sebuah KTI menjadi
faktor krusial dalam proses mitra bestari. Seluruh data penelitian yang
disajikan harus bersifat valid dan reliable. Atau dalam istilah teknisnya,
memiliki tingkat akurasi (validitas) dan presisi (reliabilitas) yang tinggi.
Akurasi adalah tingkat kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya,
sedangkan presisi adalah sejauh mana pengulangan pengukuran dalam
kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang sama. Salah satu
implikasi penting dari sebuah KTI adalah penelitian yang telah dilakukan
dapat diulang kembali oleh peneliti lain agar topik penelitian tersebut dapat
terus berkembang. Oleh karena itu, data dengan akurasi dan presisi yang
tinggi yang didapatkan melalui metodologi penelitian yang benar akan

5
memudahkan peneliti lain untuk menghasilkan data yang sama atau
mendekati sama.
Sebagai bentuk diseminasi hasil penelitian, KTI yang berkualitas juga
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Sebuah KTI yang ditulis dengan
cermat akan mudah dipahami oleh pembacanya, baik oleh peneliti dengan
latar belakang kepakaran yang sama, peneliti dengan latar belakang
kepakaran yang berbeda, maupun masyarakat awam yang tertarik dengan ide
yang dimunculkan di dalam tulisan tersebut.
Tingkat keterbacaan yang tinggi dapat tercapai apabila tulisan tersebut
memiliki struktur penyampaian ide yang runut, pemilihan kata (diksi) yang
mudah dipahami serta ketatabahasaan yang benar. Misalnya, salah satu
strategi untuk menyampaikan ide dengan runut dalam sebuah tulisan adalah
dengan membuat kerangka penulisan (outline) yang kemudian dikembangkan
dalam paragraf-paragraf yang memiliki kalimat topik yang mewadahi
bahasan paragraf tersebut.
Pemilihan diksi yang bersifat teknis atau biasa dikenal dengan jargon
seringkali tidak dapat dihindari dalam beberapa jenis tulisan. Oleh karena itu,
layaknya singkatan yang digunakan dalam tulisan, kata-kata teknis pun perlu
dijelaskan di bagian awal sebelum dapat digunakan secara luas dalam sebuah
tulisan ilmiah. Dan dalam hal ketatabahasaan, peneliti harus menguasai
kaidah ketatabahasaan yang berlaku, baik dalam Bahasa Indonesia untuk
penulisan di jurnal nasional terakreditasi maupun Bahasa Inggris untuk
bagian Abstrak selain untuk penerbitan di jurnal internasional terindeks.
Dengan menulis KTI yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi,
seorang peneliti dapat menyampaikan hasil penelitiannya kepada komunitas
yang lebih luas, dan hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai acuan bagi
karya-karya tulis ilmiah lainnya. Di dalam dunia penelitian, KTI yang
memiliki sitasi tinggi dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional
terakreditasi atau jurnal internasional terindeks yang ber-impact factor tinggi
merupakan salah satu indikator kinerja dan prestise bagi para penulisnya.

6
Pada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi
kualitas, tetapi juga memenuhi standar KTI yang berintegritas. Setiap karya
tulis ilmiah harus memenuhi kaidah etika penulisan ilmiah, mulai dari tahap
penelitian (misalnya, karya yang dihasilkan menggunakan sampel yang
didapatkan secara legal, interpretasi data berdasarkan hasil yang diperoleh
tanpa dipilah-pilah sesuai keinginan peneliti untuk mendukung suatu
kesimpulan, dsb.) sampai tahap penulisan manuskrip (tidak mengandung
plagiarisme, dsb.) maupun aspek kredibilitas pihak penerbit (jurnal yang
disasar adalah jurnal yang tepercaya, dsb.). Mengingat luasnya dan
pentingnya pembahasan ini, etika penulisan ilmiah menjadi pokok bahasan
modul terpisah dalam diklat ini.

2.3 Jenis, Format, dan Bentuk Tulisan Ilmiah


A. Jenis Tulisan Ilmiah
Tujuan dari setiap KTI adalah untuk memberikan kontribusi ilmiah
yang baru dalam bidang keilmuannya. Kontribusi tersebut dapat berupa
pelaporan:
a. Hasil litbang, yang mengikuti kaidah metode ilmiah dengan uraian
mengenai metodologi, hasil dan kesimpulan.
b. Tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis. KTI dalam
bentuk ini perlu memiliki pendekatan kajian yang obyektif dan
sistematis serta studi literatur yang komprehensif. Sehingga, karya tulis
ilmiah tersebut selain dapat memberikan informasi yang bersifat
rangkuman dari hasil-hasil penelitan yang ada, juga dapat menarik
sebuah benang merah mengenai arah kemajuan di bidang keilmuan
tersebut seperti pengetahuan yang belum dan perlu dipahami ke
depannya.

7
B. Format Tulisan Ilmiah
Karya tulis ilmiah juga dapat dipublikasikan dalam berbagai macam
jenis penulisan misalnya dalam format artikel ilmiah maupun kajian
kebijakan (policy review). Pada prinsipnya, format penulisan ilmiah dapat
berkembang seiring dengan perkembangan masa dan menyesuaikan
dengan kebutuhan agar dapat membawa kebaruan bagi bidang keilmuan.
Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dengan format yang seringkali disebut makalah lengkap
adalah tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan analisis dan sintesis data
hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran
sistematis yang belum pernah ditulis dan dipublikasikan oleh orang lain
serta topik yang dibahas berupa topik baru yang menambah informasi baru
dan/atau memperkuat temuan/ topik sebelumnya. Pada umumnya, artikel
ilmiah memiliki sistematika sebagai berikut: judul, nama dan alamat
penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, saran (opsional), ucapan terima kasih, dan daftar
acuan.
Beberapa majalah/jurnal ilmiah mengadopsi alur yang sedikit berbeda
dan lebih ringkas, yang seringkali disebut sebagai komunikasi pendek.
Majalah/ jurnal ilmiah tersebut, seperti misalnya Kyoto Review of
Southeast Asia, Nature dan Science, memuat informasi penting dan
memiliki nilai ilmiah tinggi serta perlu segera diketahui oleh dunia litbang,
yang dapat berupa laporan awal yang ringkas dan independen serta
berkontribusi secara signifikan dan relevan untuk dipublikasikan, atau
tulisan sederhana tetapi lengkap dengan maksud untuk menjelaskan hasil
dari investigasi suatu masalah atau penjelasan mengenai model/hipotesis
baru, inovasi metode, teknik, atau peralatan. Majalah/ jurnal ilmiah jenis
ini memiliki sistematika yang hampir sama dengan makalah lengkap
namun formatnya dapat tidak mencantumkan kata-kata “Pendahuluan”,
“Hasil”, dsb secara eksplisit, melainkan terkadang menggunakan topik

8
bahasan sebagai sub-heading, dan menaruh bagian metode di akhir sebagai
sisipan.
Dalam majalah/jurnal ilmiah di bidang medis juga terdapat artikel
ilmiah yang dikenal dengan studi Clinical Case, yang isinya memaparkan
detail mengenai kondisi seorang pasien dimana kasus medis tersebut
memberikan pengetahuan baru yang signifikan. Studi tersebut umumnya
mendiskusikan kondisi, gejala, diagnosis dan pengobatan akan suatu
penyakit. Tulisan ilmiah dalam format clinical case dianggap sepadan
dengan artikel ilmiah dan umumnya ditulis oleh peneliti atau praktisi
medis yang sudah sangat berpengalaman.
Artikel ilmiah yang telah dipublikasikan dalam perkembangannya dapat
mendapat pengembangan dengan artikel lainnya yang berformat
Correction, Comment dan Reply to Comments yang melibatkan
argumentasi secara ilmiah. Correction ditulis oleh peneliti yang sama
untuk mengkoreksi bagian dari tulisan ilmiah yang telah dipublikasikan.
Artikel correction dapat memiliki format yang ringkas ataupun
komrehensif yang dapat mengandung kontribusi ilmiah tersendiri di
dalamnya. Artikel ilmiah yang telah dipublikasikan dapat ditanggapi oleh
peneliti lain dengan artikel berformat comment untuk mengungkapkan
kesangsian atas KTI yang telah dipublikasikan tersebut, baik dari aspek
metode, hasil maupun kesimpulan yang dibentuk. Artikel berbentuk
comment kemudian perlu dijawab oleh penulis awal dengan artikel
berformat reply to comment untuk menjawab kesangsian yang
diungkapkan berdasarkan argumentasi ilmiah. Seringkali artikel berformat
comment dan reply to comment disatukan dalam satu edisi.
Kajian Kebijakan (Policy Brief)
Kajian kebijakan adalah tulisan yang dibuat atas respon terhadap suatu
kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu instansi pemerintah maupun non-
pemerintah dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pandangan
lain bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terkait atas kebijakan
yang dibuat serta bagi masyarakat umum.

9
Kajian kebijakan merupakan dokumen yang berdiri sendiri,
memfokuskan pada satu topik dan tidak lebih dari 2-4 halaman (atau berisi
sekitar 1500 kata). Sistematika dari kajian kebijakan adalah sebagai
berikut: Ringkasan eksekutif (Executive Summary), Pendahuluan
(Introduction), Pendekatan dan Hasil (Approaches and Results),
Kesimpulan (Conclusion), Implikasi dan Rekomendasi (Implications and
Recommendations).
Dalam penulisannya, kajian kebijakan sebaiknya mempertimbangkan
halhal sebagai berikut:
 Untuk siapa kajian kebijakan dibuat? Seberapa dalam pemahaman
pembaca akan topik yang ditulis? Seberapa terbuka pembaca akan
pesan yang akan disampaikan?
 Penulis juga harus mempertimbangkan bagaimana cara untuk
menyentuh pembaca, dengan memperhatikan pertanyaan yang perlu
dijawab, topik yang menjadi ketertarikan (interests) dan perhatian
(concerns) pembaca, serta pendekatan segmen yang spesifik.
 Menggunakan kekuatan persuasi, dengan mendeskripsikan urgensi dari
situasi yang ada serta memperhatikan nilai atau keuntungan yang akan
ditawarkan untuk pembaca.
 Dalam hal pemilihan konten atau isi, sebaiknya memilih satu fokus
yang spesifik dengan mendefinisikan tujuan, mengidentifikasi poin
utama untuk mendukung tujuan dan menyaring poin-poin agar hanya
menampung informasi yang esensial.

C. Bentuk Tulisan Ilmiah


Karya tulis ilmiah dapat dipublikasikan dalam berbagai bentuk
penerbitan ilmiah, yang meliputi:
Buku Ilmiah
Buku ilmiah berisi pembahasan mendalam tentang masalah kekinian
suatu keilmuan dengan merangkum hasil-hasil penelitian yang terbaru
dengan menekankan pada aspek teori, panduan penjelasan filosofis atas

10
suatu langkah panduan atau suatu bentuk kajian yang dicetak dalam format
buku serta susunan dalam bagian per bagian atau bab per bab yang dibuat
secara berkesinambungan dan bertautan.
Sistematika buku ilmiah memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Sampul
& nama penulis, karya cipta, pengantar, daftar isi, pendahuluan, batang
tubuh, ucapan penghargaan (opsional), indeks, glosarium (opsional), daftar
acuan/bibliografi, dan lampiran (opsional).
Buku ilmiah harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: diterbitkan
oleh Scientific Publishing House (SPH), memiliki International Standard
Book Number (ISBN), telah melewati proses editorial yang mencakup
pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tata bahasa, dan berisi paling sedikit
49 halaman.
Bunga Rumpai
Bunga rampai adalah kumpulan tulisan ilmiah dengan satu topik
permasalahan dengan pendekatan dari beberapa aspek/ sudut pandang
keilmuan. Masing-masing bab dapat berdiri sendiri dengan susunan tulisan
ilmiah lengkap dan ada benang merah yang mengkaitkan keseluruhan bab.
Tulisan ilmiah yang dikeluarkan dalam bentuk bunga rampai mempunyai
makna yang mandiri dan jelas. Sistematika bunga rangkai memiliki unsur-
unsur yang sama dengan buku ilmiah, tetapi memiliki perbedaan dalam hal
prakata/prolog yang mengantarkan keseluruhan isi dan dalam hal
penutup/epilog yang merupakan analisis atas keseluruhan isi.
Dengan format nama penulis menyertai judul bab, nama editor
dicantumkan dalam sampul bunga rampai. Bunga rampai harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu: diterbitkan oleh SPH, memiliki ISBN, dan
melewati proses editorial yang mencakup pemeriksaan kebenaran
keilmuan dan tata bahasa.
Jurnal/Majalah Ilmiah
Jurnal/Majalah Ilmiah Jurnal/majalah ilmiah adalah publikasi yang
memuat tulisan ilmiah yang secara nyata mengandung data dan informasi

11
yang memajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
ilmiah serta diterbitkan secara berkala.
Jurnal/majalah ilmiah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
memiliki International Standard Serial Number (ISSN), memiliki mitra
bestari paling sedikit empat orang, diterbitkan secara teratur paling sedikit
dua kali per tahun (kecuali yang memiliki cakupan keilmuan spesialisasi),
menerbitkan minimal 300 eksemplar bagi majalah ilmiah non-elektronik,
dan memuat artikel utama tiap kali terbit minimal 5 artikel.
Prosiding
Prosiding adalah kumpulan tulisan ilmiah yang diterbitkan sebagai hasil
suatu pertemuan ilmiah. Prosiding harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu: mencantumkan tema dan institusi pelaksana seminar, memiliki
paling sedikit dua orang editor, telah melalui proses editing, dan memiliki
ISSN (untuk seminar berkala) dan ISBN (untuk seminar tidak berkala)
kecuali seminar internasional.

2.4 Strategi Penulisan Ilmiah


A. Struktur penulisan ilmiah
Format penulisan ilmiah secara umum mencakup Pendahuluan
(Introduction), Bahan dan Metode (Materials and Method), Hasil dan
Pembahasan (Results dan Discussion) dan Kesimpulan (Conclusion),
dengan spesifikasi tertentu yang dapat dipersyaratkan oleh penerbit yang
disasar. Sistematika KTI secara lengkap pada umumnya adalah sebagai
berikut. Namun, beberapa tulisan ilmiah terutama di bidang ilmu sosial
dapat memiliki penulisan dengan sistematika yang berbeda dengan
menjaga runut penyampaian yang logis.
Judul (Title)
Sebagai hal yang pertama kali dibaca oleh pembaca, judul artikel harus
menarik minat para pembaca dengan memberikan gambaran yang ringkas
dan informatif mengenai isi artikel yang sesungguhnya. Judul tidak perlu

12
diawali dengan kata penelitian, analisis, studi, dll, dan sebaiknya
menghindari pemilihan judul yang terlalu umum. Abstrak di bidang ilmu
eksakta sebaiknya mampu menjelaskan mengenai apa, kapan, dan
tergolong spesies/grup apa (jika relevan) mengenai penelitian yang
dilakukan (Carraway, 2009). Bidang ilmu tertentu dapat memiliki judul
yang berseri bila penelitian yang dilakukan merupakan sebuah rangkaian.
Dan, penulis perlu menyesuaikan panjang judul dengan aturan penerbit
yang disasar.
Abstrak dan Kata Kunci (Abstract and Keywords)
Abstrak merupakan ringkasan dari tulisan ilmiah (umumnya satu
paragraf berisi 150-250 kata) yang mencerminkan garis besar tulisan
tersebut. Sebagai intisari dari tulisan ilmiah, abstrak harus mampu berdiri
sendiri dengan meliputi latar belakang (perumusan masalah, research gap,
alasan penelitian), bagaimana penelitian tersebut memberikan solusi
melalui metodologi yang digunakan, serta hasil dan kesimpulan dengan
menjelaskan implikasinya dalam konteks yang luas. Mengingat ringkasnya
ruangan yang disediakan untuk menulis abstrak, pada umumnya abstrak
tidak mengandung referensi kecuali di beberapa majalah/jurnal ilmiah
yang dapat mencantumkan referensi dalam abstrak ditulis ringkas dengan
angka sebagai superscript.
Kata kunci merupakan istilah dalam tulisan ilmiah yang mengandung
informasi untuk indeks dan tujuan penelusuran. Kata-kata kunci dapat
berupa kata tunggal atau majemuk, terdiri dari 3-5 kata, dan penulisannya
dipisahkan dengan tanda koma.
Pendahuluan (Introduction)
Pendahuluan memiliki peran penting dalam meyakinkan editor dan
mitra bestari mengenai latar belakang dan motivasi kenapa penelitian
tersebut penting dilakukan, serta ditutup dengan tujuan penulisan artikel
dan hipotesis secara singkat dan jelas. Pendahuluan memberikan ruang
yang lebih luas bagi penulis untuk menjelaskan lebih detail mengenai
fenomena dan rumusan masalah yang diangkat, research gap dengan

13
ulasan studi literatur yang komprehensif, research questions yang menjadi
motivasi penelitian tersebut, hipotesis dan rancangan penelitian (research
design) sehingga dapat menjelaskan bagaima penelitian tersebut membawa
kebaharuan.
Turabian (2013) menekankan bahwa research questions yang solid
bukan hanya mencari sebuah jawaban (why?), tetapi juga menjelaskan
implikasi dari terjawabnya research questions tersebut dan mengapa
pembaca perlu peduli (so what?).
Kajian literatur yang dipaparkan harus menggunakan referensi yang
berkaitan langsung dan menghindari detail lain agar tidak mengalihkan
perhatian pembaca dari intisari artikel. Penulis harus memahami substansi
dan memastikan ketepatan referensi yang dikutip. Penulis juga harus
cermat agar tidak terlalu mensitasi hasil penelitiannya sendiri, karena
pemilihan referensi yang tidak obyektif justru dapat berdampak negatif
bagi kredibilitas peneliti. Apabila suatu metode atau hasil penelitian sudah
sering dilakukan, penulis sebaiknya memilih referensi yang mewakili dan
kuat.
Metodologi (Methodology)
Metodologi menjelaskan desain dan proses pengumpulan data
termasuk di dalamnya detail mengenai objek penelitian, metode/instrumen
yang digunakan dan prosedur pengolahan data. Bagian ini harus memiliki
informasi yang utuh sehingga hasil penelitian dapat dipertahankan dan
metode yang digunakan dapat ditiru di kemudian hari. Dalam beberapa
bidang keilmuan terutama ilmu sosial, kata metodologi tidak harus
dituliskan secara eksplisit dan dapat dituliskan misalnya sebagai deskripsi.
Pada beberapa majalah/jurnal ilmiah terutama bidang eksakta, bagian
Metodologi berada di belakang sebagai lampiran. Dan pada beberapa
penerbit ilmiah, persetujuan dari dewan penelitian harus diberikan oleh
peneliti di bagian Metodologi.
Hasil (Results)

14
Bagian hasil adalah menjelaskan hasil penelitiannya secara obyektif
sesuai dengan data dan fakta yang ada, tanpa melibatkan interpretasi dari
hasil tersebut. Pemaparan hasil analisis dapat didukung dengan ilustrasi
(gambar, diagram, dsb) dan tabel, sesuai dengan efektifitas penyampaian.
Proses penyajian data sebaiknya dilakukan secara logis agar
mempermudah pembaca untuk memahami hasil yang disajikan dan
memungkinkan peneliti lain untuk mengulang penelitian tersebut. Bagian
hasil merupakan inti dari prinsip karya tulis ilmiah dimana fakta digunakan
sebagai kenyataan yang dapat diterima pembaca, terlepas dari pendapat
pribadi pembaca dalam hal tersebut.
Diskusi (Discussion)
Bagian diskusi mempunyai fungsi untuk menginterpretasikan dan
menjelaskan implikasi hasil analisis di bagian hasil. Penulisan diskusi
dapat dimulai dengan mendiskusikan hasil temuan dalam konteks hipotesis
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam penjelasan hasil analisis data,
kesimpulan yang dihasilkan perlu didiskusikan dengan hasil penelitian
sebelumnya untuk mengidentifikasi kebaharuan dari hasil penelitian yang
baru dilakukan. Apabila terdapat persamaan hasil dan kesimpulan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, hal ini dapat meningkatkan tingkat
reliabilitas hasil penelitian. Dalam hal adanya perbedaan, peneliti harus
mampu menjelaskan perbedaan yang ada. Acuan pustaka juga harus
dimunculkan dalam membandingkan hasil atau pembahasan dengan
publikasi sebelumnya. Pada bagian diskusi, penting untuk menyatakan
kelebihan dan batasan/asumsi dari penelitian yang telah dikerjakan,
Beberapa penerbit ilmiah menggabungkan bagian hasil dengan diskusi.
Meskipun demikian, penulis tetap harus membedakan penulisan hasil yang
obyektif dengan interpretasi hasil sebagai komponen bagian diskusi. Hal
ini penting karena hasil yang sama dapat diintrepetasikan berbeda
tergantung dari paradigma ilmu yang diaplikasikan.

15
Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan merupakan bagian terakhir dari penulisan sebuah tulisan
ilmiah, berisi tentang rangkuman ringkas beserta saran yang berguna untuk
memberikan pedoman bagi penelitian serupa yang akan dilaksanakan.
Dalam penulisan kesimpulan, penulis dapat mengingatkan kembali
mengenai perumusan masalah dan tujuan dari penelitian.
Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment)
Ucapan terima kasih ditulis untuk pihak-pihak non-penulis yang telah
membantu berjalannya penelitian dan proses penulisan artikel. Umumnya
penyandang dana penelitian mewajibkan untuk menuliskan program dan
nomer grant dalam bagian ini. Terkadang penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada mitra bestari yang telah membantu meningkatkan
kualitas manuskrip selama proses mitra bestari, terutama apabila mitra
bestari tersebut mengungkapkan nama mereka dalam hasil review.
Daftar Acuan atau Bibliografi (References or Bibliography)
Daftar acuan atau referensi merupakan daftar sumber kutipan yang
dipakai di dalam suatu artikel yang terletak pada bagian akhir suatu artikel.
Komunikasi pribadi (personal communication) dapat menjadi acuan, tetapi
tidak termasuk acuan primer dan tidak dicantumkan dalam daftar acuan.
Gaya kutipan dan penulisan referensi harus konsisten dan mengikuti
format yang dipakai oleh penerbit ilmiah yang disasar. Terdapat beberapa
gaya selingkung/kutipan memiliki, yang paling banyak dipakai adalah
American Psychological Association (APA), Modern Language
Association (MLA), Chicago Manual of Style (CMS) dan lainnya. Penulis
harus mencermati gaya selingkung pengutipan yang diminta oleh
jurnal/penerbit ilmiah yang disasar untuk menghindari penolakan dengan
sebab yang bersifat teknis. Penggunaan software pengutipan seperti
Mendeley, EndNote, dan Zotero dapat membantu penulis karena penulisan
referensi secara manual rentan untuk menimbulkan kesalahan penulisan
sumber referensi.

16
Lampiran (Appendix) - opsional
Tulisan ilmiah dapat pula menambahkan bagian lampiran apabila
ternyata masih memerlukan ruang yang merupakan hasil-hasil analisis
penguat. Hasil-hasil analisis penguat tersebut dapat dituangkan ke dalam
bagian lampiran dengan beberapa alasan, yaituhasil-hasil tersebut diminta
oleh mitra bestari dan dianggap penting untuk ditunjukkan namun tidak
pas untuk dimasukkan dalam artikel utama karena dapat mengganggu alur
penulisan artikel; atau jurnal dan/atau penerbit yang disasar memiliki
format yang singkat (3-4 halaman).

B. Strategi Penulisan ilmiah


Beberaga strategi dapat diadopsi oleh peneliti untuk menulis dengan
efektif sesuai dengan bidang keilmuannya, seperti berikut ini:
Preferensi Urutan Penulisan
Pada praktiknya, proses penulisan ilmiah tidak harus mengikuti alur
sistematika tulisan ilmiah itu sendiri, namun disesuaikan sesuai efektifitas
cara kerja penulis. Pada umumnya, beberapa bidang dapat menerapkan
urutan penulisan sesuai dengan sistematika: Introduction, Methods,
Results, and Discussion (atau dikenal dengan pendekatan IMRAD),
sedangkan penulis di bidang lainnya dapat juga menggunakan urutan:
Methods, Result, Discussion dan Introduction (MRDAI). Setelah bagian
artikel selesai ditulis, penulisan judul artikel dan abstrak perlu
disempurnakan kembali agar selaras dengan isi yang disampaikan.
Penyajian Informasi (Gambar, Grafik, Foto, Diagram, Tabel)
Ilustrasi (yang dapat berupa grafik, gambar atau tabel) merupakan
representasi dari hasil dan analisis penelitian sehingga perlu disampaikan
secara profesional. Salah satu strategi proses penulisan ilimiah yang efektif
adalah dengan menyiapkan ilustrasi yang akan ditampilkan terlebih
dahulu. Misalnya, gambar pertama menginformasikan lokasi penelitian,
kemudian gambar kedua menggambarkan pola iklim di lokasi penelitian,
dan gambargambar berikutnya memaparkan hasil-hasil penelitian.

17
Mayoritas bidang keilmuan umumnya memiliki konsesus mengenai cara
menampilkan data dan bahkan perangkat lunak (software) khusus untuk
mengakomodasi kebutuhan bidang keilmuan tersebut.
Kerangka Penulisan (outline) dan Kalimat Topik
Proses penulisan dimulai dengan membuat sebuah kerangka mengenai
alur penyampaian ide-ide yang akan dipaparkan. Struktur kerangka
tersebut mengikuti sistematika tulisan ilmiah yang dilengkapi dengan
pesan-pesan yang ingin disampaikan. Kerangka tersebut kemudian
dikembangkan dengan kalimat-kalimat topik (topic sentences), yaitu
kalimat pertama dalam tiap paragraf yang menjiwai isi paragraf tersebut
yang kemudian diikuti oleh kalimat pelengkap. Karya tulis ilmiah yang
berstruktur akan memudahkan pembacanya untuk memahami alur dan
pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Kaidah Bahasa & Kesalahan Ketik
Tulisan ilmiah harus ditulis mengikuti kaidah bahasa yang dipakai baik
dalam bahasa Indonesia maupun asing. Untuk penulisan dalam Bahasa
Indonesia, penggunaan bahasa daerah dan asing diperbolehkan sepanjang
kata tersebut belum memiliki padanan katanya dalam Bahasa Indonesia.
Hal ini dikarenakan masih seringnya terdapat kata-kata yang menunjukkan
alat yang lebih mudah dikenali dalam bahasa asing, misalnya kata
earphone yang lebih mudah dikenali daripada kata pelantang telinga.
Sebagai bahasa yang masih berkembang, Bahasa Indonesia masih terus
menambah jumlah perbendaharaan kata baik yang berupa serapan dari
bahasa daerah (contoh: langka = jarang ada), bahasa asing (contoh:
prestise – dari Bahasa Inggris prestige), maupun bahasa yang sama sekali
baru (contoh: penyintas, petahana, dsb.). Untuk menentukan apakah kata
yang dipilih termasuk ke dalam bahasa baku atau tidak, peneliti dapat
mengecek kata-kata tersebut ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Untuk penulisan dalam Bahasa Inggris, penulis harus
memerhatikan pemakaian grammar yang benar.

18
2.5 Tahap dan Teknik Penulisan Ilmiah
Tahap /Langkah-Langkah Membuat karya tulis ilmiah
Pada tahap-tahap tertentu penulis dalam karya ilmiah perlu memperhatikan
alur proses dalam memproduksi tulisannya melalui proses yang tidak singkat,
akan tetapi perlu upaya yang dilakukan, diantaranya:
a. Tahap persiapan atau perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan bagi seorang
penulis karya tulis ilmiah, karena dengan merencanakan segala aspek dari
apa yang akan dibahas dan dikaji dapat ter-sampaikan dengan adanya
perencanaan.
Maka dari itu alangkah baik nya sebelum menulis karya ilmiah lebih
baik dituliskan rencana yang mau ditulis itu apa, (pilih topik masalah,
rumusan tujuan, telusuri topic, identifikasi pembaca, dan tentukan cakupan
atau ruang lingkup karya ilmiahmu sendiri).
b. Tahap pengumpulan informasi
Adapun bahan dari pengumpulan informasi dalam pembuatan karya
ilmiah sebagai berikut ini:
1) Manfaat perpustakaan
2) Memanfaatkan internet
3) Kelola dan pilah bahan-bahan pustaka
4) Membuat ringkasan dan melakukan paraphrase
5) Membuat kutipan
6) Membuat daftar instrumen wawancara, observasi dan pertanyaan yang
dipersiapkan

19
c. Tahap Pelaksana Draf
Setelah direncanakan, selanjutnya adalah pelaksanaan yang harus
dipersiapkan dengan baik diantara, menyiapkan bahan referensi yang
cukup sesuai dengan tema yang akan dibahas itu apa, dan bagaimana
pelaksanaan dalam membuat karya tulis ilmiah, seperti buku, jurnal ilmiah,
Prosiding, laporan ilmiah, semua memiliki petunjuk teknis yang berbeda,
dan masing-masing dari kita dalam membuat karya ilmiah ditentukan oleh
tujuan, termasuk pemenuhan tugas yang diberikan seperti halnya saat
kuliah.
d. Tahapan menulis draf
1) Mengekspresikan ide-ide kedalam bentuk tulisan kasar
2) Mengembangkan ide kreatif yang masih bersifat tentative
3) Konsentrasi pada ekspresi atau gagasan, bukan pada aspek mekanik
e. Tahapan revisi
1) Memperbaiki ide dalam karangan karya tulis ilmiah yang berfokus pada
penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan
kebutuhan pembac
2) Membaca ulang seluruh isi draf data, atau referensi yang akan dijadikan
bahan sehingga memudahkan kita untuk mereduksi kedalam bahan
yang siap jadi
3) Sharing atau berbagai pengalaman tentang draf kasar dengan berbagai
teman untuk menemukan apa yang menjadi kekurangan kelebihan
f. Tahap penyuntingan
1) Memperbaiki dan mengevaluasi perubahan-perubahan aspek mekanik
karangan (huruf capital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah,
kosakata, format karangan).
2) Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan menarik
yang dilakukan guna meminimalisir kesalahan yang terjadi
g. Tahap publikasi
1) Tulisan yang kita buat akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca
orang lain

20
2) Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
h. Evaluasi
Apa perlu kah evaluasi dilakukan dalam membuat karya ilmiah, bagi
penulis sangat perlu, karena dengan evaluasi dapat mengukur kemampuan
kita untuk bisa mengerjakan, maupun menyelesaikan apa yang bisa kita
lakukan dalam membuat karya ilmiah yang bagus, terutama bagi pemula
atau yang akan memulai membuat karya tulis ilmiah, dengan melakukan
evaluasi maka kita berarti ingin selalu melakukan perbaikan agar apa yang
kita kerjakan menjadi terukur dan maksimal. Adapun evaluasi yang lebih
utama ada (fokus, pembangunan, organisasi, gaya konvensi).
Untuk mengetahui cara menulis karya ilmiah, kita harus tahu dulu jenis
karya tulis ilmiah tersebut, karena dengan mengetahui, maka kita bisa
melakukan klasifikasi apa yang mau kita kerjakan, misalnya kita membuat
laporan penelitian lembaga dll. Untuk kita harus bisa membedakan dengan
baik karya ilmiah yang mau kita buat seperti apa, diantara jenisnya ada
jurnal, makalah seminar, skripsi, tesis, disertasi, kertas kerja dll.
Tips Penting Dalam Penulisan Karya Ilmiah
1. Membuat Judul Karya Ilmiah
Langkah pertama dalam membuat karya ilmiah adalah membuat judul,
judul yang diambil harus konkrit, tidak bias atau meluas serta
menggambarkan ide dari hasil karya tulis ilmiah yang kita buat, untuk itu
kita perlu menentukan tema terdahulu sebelum kita membuat judul karya
tulis ilmiah.
2. Memberikan isi latar belakang yang bagus
Latar belakang masalah sudah menjadi bagian utama penelitian, yang
bertujuan supaya yang membaca memiliki pemahaman awal mengenai
ulasan karya ilmiah yang kita buat, dalam isi latar belakang berkaitan
dengan esensi idealist masalah, fakta masalah, data, analisis, solusi serta
(state of the arts) penelitian terdahulu yang memperkuat masalah yang
perlu dilakukan.

21
3. Membuat rumusan masalah
Rumusan masalah menjadi bagian terpenting dari penelitian yang
melingkupi apa yang mau di teliti serta dikaji dari karya ilmiah yang kita
buat, yang merumuskan masalah ialah dengan menghadapkan sebuah hal
yang ideal terhadap realitas yang terjadi di lapangan, maka yang harus
diperhatikan ialah memperhatikan apa yang mau dibuat serta dilakukan
untuk dipecahkan masalahnya.
Pada rumusan masalah kata Tanya yang lain efektif ialah dengan tiga
hal yang paling penting untuk merumuskan masalah tersebut ialah apa,
mengapa dan bagaimana, tiga kata tersebut sudah mewakili apa yang mau
dicari serta dibongkar.
4. Membuat pembahasan yang sederhana dan sesuai dengan variabel judul
Untuk karya ilmiah yang perlu dipersiapkan penulis adalah
memberikan analisis bahasan yang dilakukan untuk memperkuat
argumentasi dan diskusi ilmiah yang dilakukan yang kita buat, caranya
dengan menerapkan beberapa hal ideal dengan fakta yang pastinya ada
beberapa faktor yang mempengaruhi maupun menghalanginya.
5. Membuat kesimpulan
Cara membuat karya tulis ilmiah yang paling akhir dan terpenting
adanya kesimpulan yang diberikan untuk membuat pembaca memahami
maksud dari apa yang diteliti maupun dibuat dari tulisan, sehingga paham
akan tujuan karya yang ditulis tersebut.
Sistematika penulisan karya ilmiah 
1. Bagian pembuka
Adapun bagian pembuka yang ada didalam karya ilmiah terdiri dari:
sampul, halaman judul, dan juga halaman pengesahan, dan juga ada
abstraksi dalam 1 atau 2 bahasa, kata pengantar serta daftar isi.

22
2. Bagian isi
Pada sistematika pembuatan karya tulis ilmiah pada bagian isi harus
terdiri dari pendahuluan, adanya latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah dan pembahasan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, sistematika penulisan dan siginifikasinya serta metode yang
digunakan diantaranya: Pendahuluan (latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembahasan atau pembatasan masalah, tujuan dari penelitian,
manfaat penelitian, kajian teori atau tinjauan Kepustakaan, pembahasan
teori, kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan, pengajuan
hipotesis).
3. Pembahasan
Untuk isi pada bagian pembahasan karya tulis ilmiah harus
mencantumkan kajian teori atau tinjauan pustaka yang disesuaikan
dengan variabel yang dikaji serta dijelaskan untuk memberikan
argumentasi keilmuan dan kerangka pemikiran serta pengajuan hipotesis
masalah yang diteliti. Melihat hal itu maka dalam pembahasan haruslah
dijelaskan secara terperinci dan jelas serta perlu memperhatikan kaidah-
kaidah ilmiah baku sesuai aturan serta memenuhi unsure ke-ilmiahan.
4. Metodologi penelitian
Metodologi ilmiah merupakan alat analisis atau pisau analisis yang
bekerja dalam penelitian yang digunakan untuk melakukan kinerja
penelitian yang dilakukan, pada tahapan metodologi ini kita perlu
mencantumkan waktu & tempat objek penelitian, bagaimana metode dan
rancangan penelitian, apa saja populasi & sampel-nya berapa jumlahnya,
serta bagaimana instrument penelitian dan pengumpulan data dan analisis
reduksi data yang akan dilakukan dalam penelitian, sehingga jelas arah
tujuan serta maksud dari penelitian yang Anda lakukan tersebut.

23
Adapun yang perlu ada pada metodologi penelitiannya: (waktu serta
tempat penelitian. metode dan rancangan penelitian, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data, hasil penelitian,
jabaran variabel penelitian, hasil penelitian, pengajuan hipotesis, diskusi
penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang
didapatnya).
5. Hasil penelitian
Pada bagian hasil penelitian peneliti harus menyertakan jabaran
variable penelitian, bagaimana hasil penelitian, pengajuan hipotesisnya,
tentang tanggapan diskusi penelitian yang diberikan, memberikan
pandangan teoritis terkait hasil yang sudah didapatkan kemudian
melakukan memberikan kesimpulan mengenai apa telah didapat dari hasil
meneliti tersebut.
6. Bagian penutup
Adapun bagian penutup dalam karya tulis ilmiah, adanya bab akhir
penutup yang berisikan kesimpulan dan saran serta implikasi penelitian
yang didapat.
7. Bagian penunjang
Pada bagian penunjang yang ada dalam karya ilmiah adalah adanya
lampiran, seperti daftar pustaka, lampiran instrument penelitian, dan juga
daftar table, daftar gambar, daftar bagan yang bisa memberikan
penjelasan pada pembaca karya tulis ilmiah Anda.

2.6 Cara Pembuatan Outline dalam Karya Tulis


Membuat outline tidak bisa serampangan. Harus memenuhi kaidah dan
aturan yang berlaku. Ketika memutuskan hendak membuat outline karya tulis
ilmiah misalnya, maka hal ini yang harus memperhatikan langkah langkah
seperti dibawah ini :

24
1. Menentukan pola penyususan kerangka karangan
Adapun 2 pola dalam penyusunan kerangka karangan adalah pola
alamiah dan pola logis. Perbedaan keduanya adalah pola alamiah lebih
mengutamakan keadaan yang sebenarnya di alam atau lapangan,
sementara pola logis lebih mengutamakan jalan pikiran yang sistematis
dan ilmiah. Setelah memilih antara keduanya, maka bisa dibagi lagi
menjadi kedalam beberapa tahapan. Untuk tahapan pola alamiah dibagi
menjadi :
 Spasial atau waktu yaitu apabila tema dalam tulisan mempunyai
hubungan erat dengan ruang atau tempat, tahapan ini biasanya
digunakan untuk tulisan yang bersifat deskriptif atau penjelasan
mengenai suatu hal.
 Kronologis berdasarkan waktu, yaitu tahapan yang berdasarkan
runtunan peristiwa atau tahapan kejadian.
 Topik apa adanya, tahapan ini memasukkan topik dan data apa adanya
yang berasal dari kejadian alamiah. Untuk menggambarkan hal
tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian tersebut harus di
jelaskan dalam karangan tanpa mempersoalkan bagian mana yang
lebih penting.
Untuk pola logis bisa dibagi kedalam beberapa tahapan menjadi :
 Kausal, yaitu penulisan berdasarkan urutan dari sebab ke akibat dan
urutan akibat ke sebab.
 Klimaks dan Antiklimaks, yaitu penulis memilih mana data yang
paling menonjol dan paling tinggi kedudukannya
 Umum khusus, berarti penulis membahas dari pdari menyeluruh
(umum)ke embahasan secara terperinci (khusus)
 Familiaritas, penulis menceritakan sesuatu yang paling dikenal, lalu
kemudian mendetail terhadap sesuatu yang jarang dikenal
 Akseptabilitas, penulis menceritakan hal yang paling banyak diterima,
kemudian mendetail kepada hal yang tidak banyak orang terima

25
 Pemecahan Masalah, penulis memulai suatu masalah tertentu lalu
menuju kesimpulan umum atau pemecahan masalah
2. Merumuskan topik dan membuat judul karya tulis
Hal kedua setelah menentukan pola penulisan, maka kamu harus
menentukan topik dan merumuskannya menjadi beberapa point, diikuti
oleh pembuatan judul karangan yang sesuai. Topik atau tema yang dibuat
haruslah menyeluruh, begitu juga dengan judul yang dipilih harus bisa
menggambarkan seluruh topik yang dijabarkan dalam tulisan.
3. Mengumpulkan bahan dan data yang diperlukan
Penulis harus mengumpulkan data dan bahan yang bisa mendukung
karya tulis tersebut. Data tersebut bisa berupa pengertian, tujuan, jenis,
contoh, pendapat para ahli, teori, hukum dan sebagainya. Tulis semua
data dan informasi yang terlintas dalam pikiran untuk memudahkan
penulisan bagian pembahasan nantinya
4. Seleksi bahan dan data
Menyeleksi setiap bahan atau data yang diperoleh dari tahapan ketiga.
Memilih data mana yang paling relevan dan aktual untuk karangan atau
karya tulis yang akan kamu buat nantinya. Hindari memilih dan
membahas topik yang tidak penting untuk menghasilkan karya tulis yang
konsisten dan terarah.
5. Mengembangkan OutLine
Ini adalah langkah terakhir, yaitu membuat kerangka tulisan yang utuh
dan menyeluruh. Perluas semua data dan topik yang sudah kamu dapatkan
dan jangan membahas topik yang tidak relevan dalam kerangka karangan.
Mengembangkan outline membutuhkan pola pikir yang sistematis dan
daya analisis yang kuat.

26
2.7 Kendala Menulis Karya Ilmiah
Menurut Sardi (2016), ada beberapa kesulitan yang menyebabkan orang
enggan menulis.
Pertama, merasa tidak memahami tujuan mereka menulis. Menulis
merupakan suatu proses pembelajaran. Baik itu untuk diri penulis maupun
orang lain. Apabila seorang mampu menulis, tujuan utamanya adalah agar
tulisan itu dibaca oleh orang lain. Orang lain yang mulanya tidak tahu,
menjadi tahu. Dengan demikian, diri penulis akan teraktualisasi (dikenal),
diakui eksistensinya dan tentu saja akan merasa bangga dan puas yang tidak
bisa diukur nilainya. Jika hasil tulisan dimuat di suatu surat kabar, tentu akan
mendapat penghargaan dan imbalan yang layak. Jadi secara ekonomis, bisa
menambah penghasilan bagi orang yang berhasil menulis. Apabila seorang
pustakawan mau dan mampu mendasari semangatnya dengan berpijak dari
tujuan menulis, maka hasil tulisannya akan berkembang dan berbobot.
Kedua, orang enggan untuk belajar dan membaca. Banyak orang ingin bisa
memiliki keterampilan menulis, namun banyak pula yang tidak mau tahu,
bagaimana proses untuk menjadi seorang penulis tersebut. Salah satu usaha
untuk menjadi penulis, harus mau belajar kepada siapa saja dan tentang
berbagai hal sebagai penunjang terbentuknya sebuah tulisan. Salah satu
bentuk belajar yang dilakukan penulis adalah membaca. Dengan belajar dan
membaca, penulis akan memiliki bahan yang luas untuk diolah menjadi
sebuah tulisan. Sayang, banyak guru merasa enggan belajar dan membaca.
Merasa pengetahuan dan keterampilan yang sekarang dimilikinya sudah
banyak. Mereka mengetahui bahwa ilmu itu selalu berkembang, tetapi kurang
mau menyikapi perkembangan ilmu dengan belajar dan membaca. Apalagi
menulis?
Ketiga, tidak ada waktu untuk menulis. Dengan banyaknya beban dan
tanggungjawab yang ada, orang merasa tidak punya waktu dan kesempatan
lagi untuk menulis. Benarkah demikian? Perlu disadari bahwa Tuhan itu
Maha Adil. Tuhan memberikan waktu yang sama kepada semua ciptaan-Nya.
Jika ada orang beralasan tidak punya waktu untuk menulis, mungkin

27
mempunyai anggapan bahwa menulis itu butuh waktu khusus. Pada hal,
menulis itu bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Terlebih untuk jaman
modern sekarang ini, alat untuk menulis semua serba canggih. Tugas dan
tanggungjawab pustakawan di mana saja sama. Banyak pustakawan yang
berhasil menulis. Hal ini menunjukkan bahwa mereka (termasuk kita) masih
punya waktu untuk menulis. Tinggal bagaimana kita mengatur atau
mengelola waktu untuk menulis.
Keempat, tidak tahu apa yang mesti ditulis. Menulis tidak jauh berbeda
dengan berbicara. Menulis itu berbicara yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Jika bingung akan menulis tentang apa, tulis saja tentang apa yang
sedang kita bicarakan. Atau apa yang sekarang kita rasakan dan alami.
Sebagai seorang pustakawan, tentu sering mendengar, melihat, dan
merasakan suatu permasalahan yang beraneka macam. Tidak perlu bingung
akan apa yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk ditulis. Ya, yang didengar,
dilihat dan dirasakan itulah dituangkan dalam bentuk tulisan. Apalagi, di
sekitar pustakawan melimpah-ruah bahan yang bias dijadikan sumber untuk
dibuat tulisan
Kelima, sulit menentukan ragam dan bentuk tulisan. Jika dalam menulis
kita terpancang dengan teori tentang ragam dan bentuk suatu tulisan, maka
kita akan ter-skeptis (terbatasi). Tidak merasa bebas menuangkan tulisan.
Pada hal, menulis itu suatu kebebasan berekspresi menuangkan ide dan
gagasan. Oleh sebab itu, salah kiranya jika kita sendiri yang membatasi diri.
Ingin menulis cerita pendek, pantun, opini, future, dan sebagainya. Sebagai
pustakawan misalnya, mestinya kita sadar bahwa manusia (kita) itu memiliki
jiwa untuk berekspresi dalam menuangkan ide dan gagasannya. Jika kita
ingin menulis, mulai saja menulis. Jangan berfikir hasil tulisannya ini nanti
berbentuk apa. Biarlah orang lain yang membaca tulisan kita yang akan
memberikan penilaian tentang ragam dan bentuknya.
Keenam, tidak tahu cara mengirim tulisan. Tujuan utama menulis adalah
agar tulisannya dibaca oleh orang lain. Jika menginginkan yang membaca
tulisan 6 itu banyak orang, kirimkan ke surat kabar agar dimuat. Sayangnya,

28
tidak semua orang tahu bagaimana cara mengirimkan tulisannya. Pada hal ini
mudah. Tulis sebuah surat yang ditujukan kepada redaksi yang diinginkan. Isi
surat, memohon agar tulisan dimuat. Pada akhirnya, sebagai pustakawan
hendaknnya jangan gagap teknologi. Dengan kemampuan dan ketarampilan
yang kita miliki, mari kita gunakan untuk mengembangkan diri dengan
menuangkan ide dan gagasan kita dalam bentuk tulisan.
Menurut idehidup.com tahun 2015 terdapat delapan kenadala menulis
karya ilmiah dan cara mengatasinya :
1. Malas
Secara umum malas mengerjakan penulisan merupakan permasalahan
umum kendala menulis karya ilmiah. Seperti halnya jenis pekerjaan yang
lain, malas merupakan kendala utama dalam menyelesaikan pekerjaan.
Demikian halnya dengan menulis karya ilmiah, anda akan mendapatkan
tantangan pertama kali oleh rasa malas ini. Jika anda berhasil mengatasi
rasa malas ini maka anda seperti sudah menyelesaikan proses penulisan
sebesar 45%, karena selajutnya akan terus mengalir secara lancar hingga
tulisan selesai. Bila anda malas mengerjakan menulis karya ilmiah maka
bisa jadi itu pertanda bahwa anda perlu menguatkan niat.
Bila niat sudah kuat maka anda tinggal mengkondisikan diri supaya
semangat menulis karya ilmiah menggelora. Salah satu caranya adalah
dengan membuat anda menjadi terus menerus bersinggungan dengan
materi atau hal-hal yang berhubungan dengan topik karya ilmiah yang
sedang anda kerjakan. Pikirkanlah manfaat-manfaat yang akan anda
dapatkan dan yang akan didapatkan masyarakat umum dari tulisan karya
ilmiah anda, sehingga rasa malas anda akan tergusur oleh semangat
menulis. Hal ini karena secara umum menusia itu akan bersemangat
ketika mengetahui manfaat yang didapatkan dari suatu kegiatan.
2. Suka menunda (procrastinating)
Suka menunda-nunda juga merupakan kendala umum yang banyak
dihadapi oleh banyak orang ketika menghadapi suatu pekerjaan. Suka
menunda juga menjadi salah satu kendala menulis karya ilmiah. Segera

29
kerjakan apa yang bisa dan memungkinkan untuk dikerjakan. Jangan ada
jeda sama sekali karena bila ada jeda dalam pengerjaan maka itu akan
memungkinkan terjadinya keinginan untuk menunda proses pengerjaan
menulis karya ilmiah. Bila keinginan tersebut dipenuhi maka menunda-
nunda menulis karya ilmiah akan terus berlangsung dan anda baru akan
tersadar ketika sudah memasuki tenggat waktu (deadline).
3. Kurang mengetahui seluk beluk dan kurang pengalaman menulis karya
ilmiah
Kendala yang juga biasanya dihadapi dalam menulis karya ilmiah
adalah kurang memahaminya tentang seluk-beluk karya ilmiah dan
kurang berpengalaman dalam menulis karya ilmiah. Untuk kendala
kurang dipahaminya seluk beluk menulis karya ilmiah maka harus diatasi
dengan banyak membaca dan mempelajari buku atau artikel yang
membahas tentang penulisan karya ilmiah sampai faham sedalam-
dalamnya.
Kurang pengalaman dalam menulis karya ilmiah hanya bisa diatasi
dengan banyak menulis karya ilmiah, mengikuti event seperti lomba karya
tulis ilmiah remaja, lomba karya tulis mahasiswa dan event perlombaan
karya tulis lainnya akan memberikan pengalaman yang tidak ternilai
harganya dalam proses menulis karya ilmiah. Dengan demikian kendala
menulis karya ilmiah seperti ini akan bisa diatasi.
4. Tidak/kurang menguasai topik yang dibahas di karya ilmiah yang sedang
dibuat
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan resmi yang membahas suatu
permasalahan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena
karya ilmiah membahas suatu permasalahan tertentu sehingga bila sang
penulis tidak menguasai topik yang akan dia bahas pada suatu tulisan
karya ilmiah maka tentu saja dia akan mengalami kesulitan/kendala dalam
proses menulisnya. Bisa jadi berarti memang dia tidak pernah
bersinggungan dengan topik tersebut atau memang masih pada tahap baru
mempelajari topik tersebut.

30
Bila memang alasannya adalah masih baru dengan topik tersebut maka
solusinya adalah dengan terus mempelajari dan menambah info-info atau
pengetahuan-pengetahuan tentang topik tersebut. Berdiskusi dengan pakar
atau ahli yang berkaitan dengan topik yang akan ditulis juga bisa menjadi
salah satu alternatif untuk mengatasi.
5. Kurang membaca literatur
Masih berhubungan dengan point sebelumnya, kurang membaca
literatur juga menjadi kendala menulis karya ilmiah. Menulis merupakan
pasangan dari membaca. Apabila kegiatan membaca kurang maka
kehendak dan semangat untuk menulis pun juga menurun. Oleh karena itu
kurang membaca literatur juga menjadi kendala menulis karya ilmiah.
Bisa dibayangkan menulis karya ilmiah memerlukan pengkolaborasian
pemikiran dari penulis lain dalam bentuk sitasi (citation) dalam karya
ilmiah.
Dengan kurangnya membaca literatur maka akan menyebabkan
kurangnya perbandingan dengan pemikiran-pemikiran atau hasil
penelitian dari penulis-penulis lain. Perlunya penelaahan pemikiran-
pemikiran dari penulis lain dengan membaca karya-karya mereka dan
memasukkannya ke dalam tulisan karya ilmiah yang sedang dibuat adalah
suatu syarat penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh karena itulah
apabila seseorang akan menulis karya ilmiah maka mau tidak mau orang
tersebut juga harus membaca literatur tulisan orang lain yang relevan
dengan topik yang akan dia tulis.
6. Tidak tersedia literatur yang memadai
Kendala menulis karya ilmiah lainnya adalah kurang tersedianya
literatur relevan yang memadai. Setelah seseorang
bersemangat mengerjakan karya ilmiah dan bersemangat dalam membaca
literatur ternyata terkadang sering (terutama di Indonesia) terjadi kondisi
sulitnya mencari literatur yang up to date dan relevan. Untung sekali
sekarang sudah tersedia layanan gratis dalam pencarian literatur yang up
to date dan relevan.

31
Sebut saja salah satunya adalah google scholar, suatu layanan dari
google yang menyediakan fasilitas pencarian literatur paper ilmiah dari
berbagai jurnal internasional. Ada juga layanan pencarian sekaligus
penyedia literatur berbayar lainnya semisal elsevier, science direct,
proquest, dan lain sebagainya, yang biaya berlangganannya cukup mahal
dan tidak semua kampus perguruan tinggi di Indonesia memilikinya.
7. Tidak mengecek ulang tulisan
Kendala menulis karya ilmiah yang bisa terjadi adalah tidak mengecek
ulang tulisan yang dibuat sehingga menyebabkan adanya banyak
kesalahan ketik (typo), adanya kalimat ambigu, adanya ketidak sinkronan
antara kutipan yang di isi tulisan dengan yang di bagian daftar pustaka
karya ilmiah, adanya kesalahan penulisan nama penulis yang dikutip, dan
kesalahan-kesalahan penulisan lainnya. Dengan demikian sangat perlu
sekali untuk membaca dan mengecek ulang tulisan karya ilmiah yang
telah selesai dibuat.
Cara lainnya untuk mengatasi kendala ini adalah dengan meminta
bantuan teman atau kolega untuk membaca dan mengoreksi kesalahan
penulisan (proof reading). Teman atau kolega ini juga akan membarikan
masukan-masukan yang berharga untuk menambah kualitas karya ilmiah.
Bacalah berkali-kali tulisan karya ilmiah anda hingga dipastikan tidak ada
kesalahan penulisan. Jangan sampai ketika karya ilmiah diterbitkan baru
diketahui ada kesalahan penulisan, kesalahan ejaan, dan kesalahan-
kesalahan lainnya.
8. Plagiasi
Plagiasi merupakan kendala menulis karya ilmiah yang juga sangat
perlu sekali dihindari. Plagiasi paling berat adalah mempublikasikan
ulang karya ilmiah orang lain atas nama dirinya sendiri. Dengan kata lain
hanya mengganti nama author saja. Plagiasi ini merupakan tindakan
penjiplakan berat karya orang lain yang sangat tidak terpuji.
Jenis plagiasi berikutnya adalah menggunakan kalimat yang persis
sama dengan kalimat yang ada di tulisan karya tulis orang lain tanpa

32
memberikan kredit (citation) pada penulis aslinya. Budaya plagiasi ini
bisa disuburkan dengan kebiasaan copy paste yang banyak terjadi di
kalangan siswa dan bahkan mahasiswa. Cara mengatasinya adalah dengan
menanamkan pada diri sendiri untuk tidak melakukan penyalinan kalimat
secara gegabah dan memberikan kredit (citataion) pada penulis yang
tulisannya dikutip (quote) dalam proses menulis karya ilmiah.
Beberapa kendala menulis karya ilmiah yang telah dipaparkan di atas
sering dihadapi oleh para penulis karya ilmiah, terutama penulis pemula.
Menulis karya ilmiah memerlukan pembiasaan bagi penulisnya. Pembiasaan
ini dalam artian harus banyak dilatih. Semakin banyak dilatih maka akan
semakin mahir menguasai dan semakin terbiasa.
Oleh karena itu maka harus segera menulis karya ilmiah saat ini juga dan
sebanyak-banyaknya dalam rangka berlatih. Serta selanjutnya
mempublikasikan karya tulis ilmiah tersebut di jurnal-jurnal ilmiah yang ada.
Kiranya ada benarnya suatu ungkapan publish or perish, maka menulislah
sekarang juga.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karya tulis ilmiah bukan hanya hasil akhir dari sebuah kegiatan penelitian,
tetapi juga bagian dari rangkaian metode ilmiah (scientific methods) yang
berkelanjutan yang meliputi hipotesis, data dan kesimpulan. Yang
membedakan KTI dengan tulisan lainnya adalah adanya proses mitra bestari
(peer review) yang harus dilalui setiap manuskrip KTI sebelum layak
diterbitkan di jurnal atau penerbitan ilmiah.
Dari segi substansi, KTI yang baik memiliki kriteria logis, obyektif,
sistematis, andal, desain dan akumulatif. Sebagai intisari dari setiap KTI, data
yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi menjadi aspek penting
dalam proses publikasi ilmiah dan perkembangan ilmu pengetahuan. Suatu KTI
harus memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi yang dapat tercapai dengan
struktur penyampaian ide yang runut, pemakaian diksi yang mudah dipahami,
serta ketatabahasaan yang sesuai kaidah. KTI yang baik tidak hanya unggul
dalam kualitas, tetapi juga memenuhi kaidah etika penulisan ilmiah. Hal ini
meliputi tahap penelitian, penulisan manuskrip, dan kredibilitas pihak penerbit.
Tulisan ilmiah dapat dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang dapat
dipilih berdasarkan hasil penelitian dan kedalaman topik yang diinginkan oleh
seorang peneliti. Pada prinsipnya, terdapat empat bentuk tulisan ilmiah, yaitu
Gambar 5. buku ilmiah, bunga rampai, majalah/jurnal ilmiah, dan prosiding.
Format penulisan ilmiah secara umum mencakup Pendahuluan
(Introduction), Bahan dan Metode (Materials dan Method), Hasil dan
Pembahasan (Results dan Discussion) dan Kesimpulan (Conclusion), dengan
spesifikasi tertentu yang dapat dipersyaratkan oleh penerbit. Sistematika tulisan
ilmiah pada umumnya adalah: Judul, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan,
Metodologi, Hasil, Diskusi, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih, Daftar Acuan
atau Bibliografi, dan Lampiran (opsional).

34
Pada tahap-tahap tertentu penulis dalam karya ilmiah perlu memperhatikan
alur proses dalam memproduksi tulisannya melalui proses yang tidak singkat
diantaranya tahap persiapan atau perencanaan, tahap pengumpulan
informasi, tahap pelaksana draf, tahap menulis draf, tahap revisi, tahap
penyuntingan, tahap publikasi, dan eveluasi.
Selain itu dalam embuat outline tidak bisa serampangan. Harus memenuhi
kaidah dan aturan yang berlaku. Ketika memutuskan hendak membuat outline
karya tulis ilmiah misalnya, maka hal ini yang harus memperhatikan langkah
langkah seperti menentukan pola penyusunan kerangka karangan,
merumuskan topik dan membuat judul karya tulis, mengupulkan bahan dan
data yang diperlukan, seleksi bahan dan data, mengembangkan outline
Menurut Sardi (2016), ada beberapa kesulitan yang menyebabkan orang
enggan menulis yaitu, merasa tidak memahami tujuan mereka menulis, orang
enggan untuk belajar dan membaca, tidak ada waktu untuk menulis, tidak
tahu apa yang mesti ditulis, sulit menentukan ragam dan bentuk tulisan, dan
tidak tahu cara mengirim tulisan

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
makalah ini adalah diharapkan penulis dapat mengembangkan dan melanjutkan
penulisan makalah mengenai Teknis Penulisan Karya Ilmiah ini serta bagi
pembaca dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.

35
DAFTAR PUSTAKA

LIPI. 2019. Modul PPJFP (Penulisan Ilmiah). [Book Online] [Diakses 2020 Okt
29]. Dari URL : http://pusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-
Penulisan-Ilmiah-new.pdf
Sevima.2020.https://sevima.com/%E2%88%9A-panduan-cara-membuat-karya-
tulis-ilmiah-lengkap/
Reza Harahap. 2018. [Diakses 2020 Nov 1]. Dari URL :
https://www.kosngosan.com/2018/12/contoh-pembuatan-outline-tulisan.html
Agus Wibowo. 2018. Modul Lincah Menulis Karya Ilmiah.
http://sipeg.unj.ac.id/pelatihan/files/20/20-MODUL%20LINCAH
%20MENULIS%20KARYA%20TULIS%20ILMIAH.pdf
Produktivitas. 2015. [diakses 2020 Nov 1]. Dari URL : http://idehidup.com/8-
kendala-menulis-karya-ilmiah-dan-cara-mengatasinya/

36

Anda mungkin juga menyukai