Anda di halaman 1dari 42

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Kode Etik Penulis dan Etika Kepenulisan......................................................3

2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Plagiarisme..................................................9

2.3 Jenis , Tipe dan Identifikasi Plagiarisme.................................................14

Identifikasi Plagiarisme..................................................................................23

2.4 Alasan dan Contoh Plagiarisme..............................................................25

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme.............................................29

2.6 Sanksi atas Tindakan Plagiarisme................................................................34

2.7 Hak Cipta.................................................................................................35

BAB III..................................................................................................................37

PENUTUP..............................................................................................................37

3.1 Kesimpulan...................................................................................................37

3.2 Saran........................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap akademisi yang ada di perguruan tinggi tentu tidak asing dengan
karya illmiah. Karya illmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Macam-macam karya
ilmiah dapat meliputi artikel ilmiah populer, artikel ilmiah, makalah, laporan
tugas, skripsi, tesis, atau disertasi. Dalam penulisan karya ilmiah, terkadang
penulis tidak lepas dari tindakan plagiat.
Plagiarisme merupakan salah satu tindak kejahatan akademik karena
didalamnya terdapat unsur pencurian berupa pencurian ide-ide dan gagasan
tanpa mencantumkan sumber aslinya. Hal tersebut sangatlah bertentangan
dengan prinsip pendidikan yang ingin menciptakan sumber daya manusia
yang berilmu dan berakhlak mulia. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah
diberlakukan UU tentang plagiarisme yang terdapat pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.17/2010
Menurut Permendiknas No. 17/2010, definisi Plagiasi adalah perbuatan
secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Plagiator
adalah orang perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiarism, masing-
masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok dan atas nama suatu
badan.
Oleh karena itu, diharapkan para peneliti dapat menyediakan waktu mereka
untuk menyelidiki tentang persyaratan dasar dari jurnal yang mereka sasar,
alamat website asli jurnal tersebut, dan selalu mengecek daftar impact factor
yang terdapat di Thomson Reuters sebelum mengirimkan tulisan ilmiah

1
mereka ke jurnal tersebut agar terhindar dari jurnal predator maupun hijacked
journal.
Salah satu syarat utama dari tulisan ilmiah yang akan diterbitkan adalah
tulisan itu belum pernah diterbitkan pada penerbit atau jurnal manapun
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penerbitan ganda
dan praktek self-plagiarism dimana hal tersebut merupakan pelanggaran hak
cipta terhadap jurnal atau penerbit ilmiah. Untuk menghindari hal tersebut,
penulis wajib mencantumkan sumber asli dari suatu tulisan yang disitasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kode etik penulis dan etika kepenulisan ?
2. Apakah pengertian dan Ruang lingkup Plagiarisme ?
3. Apa saja jenis, tipe, identifikasi plagiarisme ?
4. Apa saja contoh kasus dari plagiasrime ?
5. Bagaimana pencegahan dan pengendalian dari kasus plagiarisme ?
6. Apakah sanksi dari plagiarisme ?
7. Apa pengertian dari hak cipta ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kode etik penulis dan etika kepenulisan
2. Untuk meanambah wawasan mengenai pengertian dan Ruang lingkup
Plagiarisme
3. Untuk mengetahui jenis, tipe dan identifikasi plagiarisme
4. Untuk mengetahui contoh kasus dari plagiasrime
5. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian dari kasus plagiarisme
6. Untuk menambah wawasan mengenai sanksi dari plagiarisme
7. Untuk mengetahui pengertian dari hak cipta

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Penulis dan Etika Kepenulisan


Etika berasal dari bahasa Yunani, yang mengandung banyak arti, antara
lain : adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir.
Pengertian etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
Alwi (2007) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) dalam kelompok sosial. Etika
menurut Setiawan (2011) adalah konsep yang mengarah pada perilaku yang
baik dan pantas berdasarkan nilai-nilai norma, moralitas, pranata, baik
kemanusiaan maupun agama.
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti, dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika
penelitian juga mencakup perilaku peneliti terhadap subyek penelitian serta
sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2014).
Para ilmuwan percaya bahwa hasil penelitian yang dilaporkan oleh peneliti
lainnya adalah benar (valid). Masyarakat percaya kepada para ilmuwan
bahwa hasil-hasil penelitiannya menampilkan kejujuran. Kepercayaan ini
akan terus berlanjut hanya apabila masyarakat ilmiah juga mencurahkan
perhatiannya untuk menunjukkan dan meneruskan nilai-nilai (values) tersebut
yang dihubungkan dengan perilaku etika ilmiah (CSEPP, 1995). Setelah hasil
penelitian dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan cara tertentu, maka
hasil penelitian tersebut dapat dinilai kebenarannya. Kemudian hasil
penelitian tersebut dinilai dan digunakannya secara kolektif, sebagai
sumbangan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidangnya
masing-masing, sehingga secara bertahap akan menjadi pengetahuan ilmiah.
Cara yang efektif dan menjadi standar dalam mempresentasikan dan
mengkomunikasikan hasil penelitian adalah dengan cara ditulis dalam bentuk

3
artikel (paper) ilmiah, dan dipublikasikan pada majalah/jurnal ilmiah yang di-
review (Muninjaya, 2002; Setiasyah, 2015).
Sebuah artikel ilmiah yang menampilkan hasil penelitian yang menarik
akan kurang berbobot kalau diterbitkan pada jurnal yang kurang sesuai. Pada
umumnya, jurnal yang menampilkan artikel ilmiah mempunyai etika/aturan
umum tentang editorial, etika ilmiah, prosedur percetakan, dan penerbitan.
Sebuah artikel ilmiah yang baik biasanya akan muncul dari jurnal yang sudah
diakui reputasinya di kalangan masyarakat ilmiah (Muninjaya, 2002).
Artikel ilmiah adalah suatu karya ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh para penulisnya, melalui proses peer reviewed,
dan menjadi indikator keberhasilan penulis dalam melakukan suatu kegiatan
penelitian sampai tuntas. Artikel ilmiah untuk publikasi seharusnya dilakukan
dengan berbagai tahapan dan memiliki kriteria “good science dan good
communication” (Afiyanti et al., 2015).
Penulis artikel ilmiah akan tetap memegang teguh etika penulisan sebuah
artikel ilmiah. Cara mengorganisasi suatu artikel ilmiah haruslah mengikuti
suatu aturan (format) yang telah ditetapkan. Penggunaan bahasa juga
memegang peranan penting dalam penulisan sebuah artikel ilmiah. Bahasa
yang kurang jelas dan tidak memenuhi kaidah penulisan bahasa yang benar
akan sukar dimengerti oleh pembacanya sehingga pembaca tidak dapat
mengikuti alur pikiran penulis (Muninjaya, 2002).
Etika pelaku penelitian adalah acuan moral bagi para peneliti dalam
menjalankan profesinya. Pelanggaran terhadap kode etik pelaku penelitian
dikategorikan sebagai perilaku tidak terpuji (scientific misconduct) berupa
Fabrikasi, Falsisfikasi, dan Plagiarisme pada tahap pengusulan, pelaksanaan,
pelaporan, publikasi, dan pemanfaatan hasil penelitian. Pelaku penelitian
dalam menjalankan tugas meneliti hendaknya memegang teguh sikap ilmiah,
serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun mungkin penelitian
yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subyek
penelitian (Notoatmodjo, 2014).

4
Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subyek, harus berdasarkan
empat prinsip dasar etika penelitian, yaitu (Anonimus, 2013) :
a. Menghormati orang (respect for person)
b. Manfaat (beneficence)
c. Tidak membahayakan subyek penelitian (nonmaleficence)
d. Keadilan (justice)

Etika penulisan. Tulisan belum pernah diterbitkan Bersifat orisinal dan


bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami, dan
pelanggaran hak cipta/isi Suatu tulisan ilmiah harus berasal dari hasil
penelitian penulis itu sendiri, baik yang berasal dari ide asli penulis maupun
berupa pengembangan dari ide terdahulu yang sudah terlebih dahulu ada.
Tulisan ilmiah harus bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi,
fragmentasi/salami, dan pelanggaran hak cipta. Salah satu syarat utama dari
tulisan ilmiah yang akan diterbitkan adalah tulisan itu belum pernah
diterbitkan pada penerbit atau jurnal manapun sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya penerbitan ganda dan praktek self-plagiarism
dimana hal tersebut merupakan pelanggaran hak cipta terhadap jurnal atau
penerbit ilmiah. Untuk menghindari hal tersebut, penulis wajib
mencantumkan sumber asli dari suatu tulisan yang disitasi.
Fabrikasi: Pemalsuan hasil penelitian dengan mengarang, mencatat dan/atau
mengumumkan hasil penelitian tanpa pembuktian telah melakukan proses
penelitian.
Falsifikasi: Pemalsuan data penelitian dengan memanipulasi bahan
penelitian, peralatan, atau proses, mengubah atau tidak mencantumkan data,
sehingga hasil penelitian tidak akurat.
Plagiasi: Pencurian proses dan/atau hasil dalam mengajukan usul penelitian,
melaksanakannya, menilainya dan melaporkan hasil penelitian sebagai milik
sendiri.

5
Duplikasi: Penggunaan hasil/data penelitian sebelumnya tanpa mengutip.
Fragmentasi/salami: Rekayasa memecah-mecah naskah dari satu kesatuan
utuh, tanpa tambahan informasi atau pengetahuan ilmiah baru
Selain masalah sitasi, keorisinalitasan ide juga sangat penting di dalam
menghasilkan tulisan ilmiah yang baik. Ide yang orisinal akan memacu para
peneliti untuk mengadakan penelitian yang mendalam dan menyeluruh
sehingga diperoleh hasil yang maksimal yang kemudian dituangkan ke dalam
suatu tulisan ilmiah. Bagaimanapun, apabila seorang peneliti ingin
mengembangkan suatu ide yang sudah dikenal, hal tersebut juga
diperbolehkan. Pengembangan ide lama akan memberikan dampak hasil
penelitian yang memiliki sifat kebaruan sesuai dengan perkembangan zaman.
Hasil dari penelitian ini kemudian dapat dituangkan ke dalam tulisan ilmiah
dengan tetap mencantumkan pemilik ide asli dan sumber referensi yang
dikutip.
Memasukkan pihak-pihak yang berkontribusi sebagai penulis, atau
sebaliknya, tidak memasukkan pihak-pihak yang tidak berkontribusi dalam
penelitian. Serta memberikan urutan/pengakuan pada penulis sesuai dengan
kontribusi
Kolaborasi antara peneliti maupun dengan siswa harus mengikuti kaidah
keadilan. Pihak-pihak yang telah berkontribusi secara substansi (misalnya
melakukan penelitian, berpartisipasi dalam membuat desain penelitian dan/
atau menganalisis data) dan dalam proses penulisan wajib dimasukkan
sebagai penulis yang menghindari praktik ghost author dalam penelitian. Dan
sebaliknya, penulis tidak boleh memasukkan nama seseorang yang kurang
atau tidak sama sekali berkontribusi dalam pekerjaan/penelitian atau dikenal
dengan “guest author”.
Kontribusi dari para penulis juga perlu diapresiasi dengan sistem penulisan
urutan peneliti yang sesuai dan dengan mencantumkan kontributor utama
sebagai corresponding author. Pada umumnya, urutan penulis diurutkan
berdasarkan tingkat kontribusi dimana peneliti dengan kontribusi terbesar
bagi penelitan menjadi penulis pertama. Sebagian peneliti ada juga yang

6
berpendapat bahwa pembimbing utama ditaruh di urutan paling akhir. Sistem
urutan dalam penulisan perlu dikomunikasikan dan disetujui oleh semua
kontributor. Beberapa jurnal atau penerbit ilmiah bahkan meminta penulis
untuk memaparkan dengan detail kontribusi dari masing-masing penulis yang
dicantumkan.
Penulisan afiliasi tempat bekerja. Terkadang penulisan ilmiah ditulis
ketika peneliti baru saja mengalami perpindahan institusi (umum terjadi pada
mereka yang baru saja menyelesaikan studi) ataupun ketika seorang peneliti
melakukan penelitian sabatikal. Dalam hal ini, afiliasi pertama yang
dicantumkan adalah lembaga tempat peneliti tersebut melakukan
penelitiannya.
Kredibilitas penerbit. Penerbit yang kredibel, terakreditasi (jurnal
nasional) atau terindeks (internasional). Penerbit bebas dari pelanggaran hak
cipta, penerbit predator dan hijacked journal Kredibilitas penerbit mempunyai
peran yang penting dalam menyampaikan hasil tulisan ilmiah kepada
komunitas ilmiah dan masyarakat, karena KTI yang diterbitkan oleh penerbit
yang kredibel dapat lebih dipercaya dan memiliki dampak yang lebih besar.
Penerbit yang kredibel memiliki beberapa karakteristik. Pada prinsipnya,
jurnal yang kredibel adalah jurnal yang memiliki kontrol yang ketat terhadap
proses mitra bestari tulisan. Saat ini, seluruh penerbitan buku ilmiah
dilakukan oleh Scientific Publishing House yang telah memenuhi persyaratan
untuk menerbitkan tulisan ilmiah. Jurnal ilmiah yang kredibel harus terdaftar,
memiliki International Standard Serial Number (ISSN), memiliki transparansi
tentang article processing charge (APC) dan tidak pernah melakukan
pelanggaran hak cipta. Di dalam negeri, jurnal yang kredibel adalah jurnal
yang telah terakreditasi, baik terakreditasi oleh KemenristekDikti maupun
LIPI. Sedangkan untuk tingkat internasional, jurnal-jurnal terindeks dan
memiliki impact factor yang tinggi dengan kontributor penulis oleh peneliti-
peneliti ternama dapat menjadi acuan dalam menilai kredibilitas suatu
penerbit atau jurnal ilmiah.

7
Di lain pihak, para peneliti harus waspada akan keberadaan penerbit atau
jurnal yang tidak berintergritas yang menawarkan peneliti kemudahan
publikasi dengan meniadakan atau memalsukan proses mitra bestari. Praktik
seperti ini dikenal juga dengan istilah jurnal predator yang disusun untuk
pertama kalinya oleh Jeffrey Beall, seorang pustakawan dari University of
Colorado, Amerika Serikat, pada tahun 2009. Salah satu ciri utama dari jurnal
predator adalah jurnal ini mengharuskan para peneliti untuk membayar
sejumlah uang yang sangat besar agar tulisan ilmiah mereka diterbitkan oleh
jurnal tersebut meskipun jurnal tersebut memiliki impact factor yang sangat
kecil atau bahkan tidak memiliki impact factor sama sekali. Sebagian besar
jurnal-jurnal tersebut meng-klaim bahwa mereka memiliki reputasi yang
bagus dan terindeks di Scopus, walaupun pada kenyataannya mereka hanya
terindeks di Google Scholar. Karena tidak menerapkan proses mitra bestari,
jurnal predator sering menawarkan waktu terbit KTI yang jauh lebih singkat.
Selain jurnal predator, terdapat juga kategori hijacked journal, yaitu jurnal
yang membajak jurnal asli yang memiliki reputasi bagus dan memiliki impact
factor yang tinggi. Cara pembajakannya adalah dengan membuat alamat
website palsu bagi jurnal yang dibajak (misalnya mengganti ekstensi .com
dengan .id). Sama dengan jurnal predator, hijacked journal juga akan
meminta peneliti untuk membayar biaya yang tinggi agar tulisannya
diterbitkan, dan tulisan tersebut tidak melewati proses mitra bestari.
Keberadaan jurnal-jurnal tidak berintegritas tersebut terkait dengan
kebutuhan para peneliti akan adanya jurnal untuk menerbitkan tulisan ilmiah
mereka. Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi terhadap keberadaan
jurnal predator adalah peneliti baru yang sedang memupuk curriculum vitae
(CV) mereka (Beall, 2012). Misalnya, peneliti baru/muda terutama di negara-
negara berkembang dan lingkungan akademisi yang mensyaratkan penerbitan
tulisan ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan. Keberadaan jurnal-jurnal
tidak berintegritas ini merupakan ancaman bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, akademik, dan kaum intelektual. Pada akhirnya, penerbit yang
tidak kredibel akan merugikan peneliti baik material maupun immaterial.

8
Oleh karena itu, diharapkan para peneliti dapat menyediakan waktu
mereka untuk menyelidiki tentang persyaratan dasar dari jurnal yang mereka
sasar, alamat website asli jurnal tersebut, dan selalu mengecek daftar impact
factor yang terdapat di Thomson Reuters sebelum mengirimkan tulisan ilmiah
mereka ke jurnal tersebut agar terhindar dari jurnal predator maupun hijacked
journal.

2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Plagiarisme


Sekarang adalah era “paperless”, ditandai dengan proses penyebaran
hasilhasil penelitian melalui internet secara terbuka atau open access
menggunakan tulisan digital atau tanpa harus melalui media yang dicetak
pada kertas buku (Bosc & Harnad, 2005). Era paperless dan internet dapat
berdampak dalam menumbuhkan perilaku plagiarisme karena orang mudah
mengakses karya orang lain (Debnath, 2016). Cara melakukan plagiarisme
berubah dari era teks tinta melalui buku cetak ke era teks digital melalui
internet (Sutherland-Smith, 2009). Ini artinya, jika dulu sebelum ada internet
dan komputer orang akan sulit mendeteksi plagiarisme, sekarang dengan
bantuan layanan daring akan lebih mudah mendeteksi indikasi plagiarisme.
Plagiarisme oleh (The Office of Research Integrity, 1994) didefinisikan
sebagai “to include both the theft or misappropriation of intellectual property
and the substantial unattributed textual copying of another’s work (para. 2)”.
Produk intelektual yang berisikan ide, data, dan tulisan merupakan bentuk
hasil karya yang sering menjadi bahan plagiarisme (Cooper, 2016a).
Plagiarisme sederhananya adalah melakukan copy dan paste dari produk
intelektual orang lain yang disalahgunakan tanpa menyebutkan nama penulis,
penemu, dan penggagas orisinal. Plagiarisme dapat terjadi secara disengaja
maupun tidak disengaja, kedua alasan motivasional ini tetap dianggap sebagai
plagiarisme jika pada dua karya ilmiah terdapat kesamaan tanpa melakukan
sitasi dan perubahan teks asli menggunakan kata-kata sendiri.

9
Plagiarism adalah bentuk pelanggaran etika penelitian (Loue, 2002).
Bagian tulisan yang di-copy dari orang lain namun disebut seolah-olah itu
adalah hasilnya sendiri. Mengambil ide orang lain seolah-olah idenya sendiri
(Princeton University, 2012). Menurut Mulyanta (2016) plagiarism adalah
penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang
lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiarism
dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di
dunia pendidikan, pelaku plagiarism dapat mendapat hukuman berat seperti
dikeluarkan dari sekolah/universitas.
Menurut Permendiknas No. 17/2010, definisi Plagiasi adalah perbuatan
secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Plagiator
adalah orang perseorangan atau kelompok orang pelaku plagiarism, masing-
masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok dan atas nama suatu
badan.
Menurut Soelistyo (2011 dalam Suardana, 2016; dan Afiyanti et al., 2015)
ada beberapa tipe plagiarism :

a. Plagiarism kata demi kata (word for word plagiarism). Penulis


menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sumbernya.
b. Plagiarism atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan
gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa
menyebutkan sumbernya secara jelas).
c. Plagiarism kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui
sebagai pengarang karya orang lain.
d. Self-plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan
satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi, termasuk mendaur
ulang karya tulis atau karya ilmiah self-plagiarism juga diartikan ketika

10
mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus
memiliki perubahan yang berarti. Artinya karya yang baru yang
dihasilkan harus lebih luas/besar maknanya daripada karya lamanya,
sehingga pembaca akan memperoleh hal yang baru.
Menurut Abdullah (2012) klasifikasi mengenai plagiarism dapat dibuat
tergantung dari berbagai aspek pandang yakni :

a. Dari segi substansi yang dicuri,


b. Dari segi kesengajaan,
c. Dari segi volume/proporsi
d. Dari pola pencurian, plagiasi dapat dilakukan kata demi kata, maupun
dapat diseling dari berbagai sumber dan dengan kata-kata sendiri
(mozaik). Berdasarkan individu sumber gagasan, ada pula yang dikenal
sebagai Autoplagiarisme/self-plagiarism:
Aspek plagiarism yang lain misalnya : plagiarism ide/data, kata, kalimat,
paragrap, total; berdasarkan kesengajaan, yaitu : sengaja atau tidak sengaja;
berdasarkan proporsi yang dibajak ringan (jika hanya mencapai 30%), sedang
(30-70%), total (lebih dari 70%) atau sesuai dengan angka kepantasan; dan
berdasarkan pola misalnya : kata demi kata, mosaic (Afiyanti et al.,2015).
Menurut www.ieee.org (dalam Mulyanta, 2016) tingkatan plagiarism
adalah :

a. Tingkat 1 : lebih dari 50 % menyalin kata perkata


b. Tingkat 2 : 20-50 % menyalin kata perkata
c. Tingkat 3 : menyalin elemen tulisan penting hingga 20 %
d. Tingkat 4 : menyalin paraphrase secara tidak benar, dengan tanpa
pengakuan.
e. Tingkat 5 : menyalin dengan pengakuan kata perkata tanpa indent yang
jelas.
Termasuk juga menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau
telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya sendiri tanpa

11
menyatakan sumber secara memadai (Suardana, 2016). Disebutkan pula
bahwa selain plagiat, ada soal ikutan yang tak tercantum dalam Permendiknas
No.17/2010, yaitu “auto-plagiat”, terjemahan dari bahasa Inggris self-
plagiarism. Ensiklopedia elektronik Wikipedia menulis, self-plagiarism
adalah pemakaian lagi karya sendiri secara signifikan, identik, atau mendekati
identik, tanpa memberi tahu tindakan itu atau tanpa merujuk karya aslinya
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiarism di Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa pelanggaran atau
penyimpangan Etika Penelitian meliputi :

a. Fabrikasi data
b. Falsifikasi data
c. Plagiat
d. Plagiat diri sendiri (selfplagiarism)
e. Pelakukan pemerasan dan eksploitasi tenaga peneliti;
f. Bertindak tidak adil (injustice) sesama peneliti dalam pemberian insentif
dan kepemilikan hak kekayaan intelektual;
g. Melanggar kesepakatan dan perjanjian yang telah ditulis dalam usul
penelitian; dan
h. Melanggar peraturan perundang-undangan tentang subjek manusia atau
publik, serta ketentuan hukum yang menyangkut penelitian.
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiarism di Perguruan Tinggi menyebutkan beberapa pengertian tentang
plagiat adalah sebagai berikut :

a. Plagiat adalah aktivitas mencuri, baik disengaja maupun tidak, sebagian


atau seluruh karya ilmiah pihak lain atau milik sendiri yang telah
dipublikasikan dengan tidak mencantumkan penulis atau pengarang
aslinya
b. Plagiat diri sendiri (self plagiarism) adalah kegiatan plagiat yang
mengutip dari karya sendiri dari publikasi yang berbeda tanpa merujuk

12
publikasi tersebut secara tepat dan memadai (untuk publikasi berseri,
cukup merujuk pada publikasi sebelumnya tanpa mesti menulis secara
utuh kalimat ataupun metode yang digunakan pada publikasi sebelumnya)
c. Plagiator adalah perseorangan atau kelompok baik yang bertindak atas
diri sendiri maupun kelompok yang melakukan perbuatan plagiat.
Fabrikasi kata adalah ketika menulis laporan penelitian, peneliti tidak
dibenarkan memberikan laporan/informasi palsu, yaitu pemalsuan hasil
penelitian (fabrication), termasuk mengarang, mencatat, serta memberikan
informasi tanpa bukti atau tidak didasarkan pada hasil penelitian yang
sebenarnya.
Falsifikasi data adalah memanipulasi data/instrumen penelitian. Masalah
yang sering dihadapi peneliti adalah masalah bias ketika menulis laporan.
Meskipun sulit, dan beberapa peneliti mempertahankan bahwa tidak
mungkin, peneliti terbebas dari bias atau meminimalisasi subjektivitas, dan
distorsi data. Objektivitas ilmiah harus dipertahankan sebaik mungkin. Jika
dapat dilihat alasan untuk kemungkinan terjadi bias dalam setiap aspek
penelitian, hal ini harus diakui dan dijelaskan. Diam-diam menolak atau
mengabaikan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan seseorang,
atau terlalu selektif dalam data yang digunakan dan dalam mempresentasikan
hasil analisis merupakan pelanggaran terhadap integritas dan etika (Williman,
2011 dalam Martono, 2015).
Yang dimaksud dengan sumber plagiarism, terdiri atas (pasal 1, ayat 2
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiarism di Perguruan Tinggi) : Orang perseorangan atau kelompok orang,
masingmasing bertindak untuk diri sendiri atau kelompok atau untuk dan atas
nama suatu badan, atau anonim penghasil satu atau lebih karya dan/atau karya
ilmiah yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan, atau dimuat dalan bentuk
tertulis baik cetak maupun elektronik. Yang dimaksud dengan yang dibuat
dapat berupa (pasal 1, ayat 3 Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Plagiarism di Perguruan Tinggi) adalah :

13
a. Komposisi musik
b. Perangkat lunak komputer
c. Fotografi
d. Lukisan
e. Sketsa
f. Patung
g. Karya dan atau karya ilmiah sejenis yang tidak termasuk kategori huruf a
sampai dengan f.
Yang dimaksud dengan diterbitkan dapat berupa (pasal 1, ayat 4
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiarism di Perguruan Tinggi) adalah :

a. Buku yang dicetak dan diedarkan oleh penerbit atau perguruan tinggi
b. Artikel yang dimuat dalam berkala ilmiah, majalah, atau surat kabar
c. Kertas kerja atau makalah profesional dari organisasi tertentu
d. Isi halaman elektronik
e. Hasil karya dan/atau karya ilmiah yang tidak termasuk pada huruf a
sampai dengan d.
Yang dimaksud dengan dipresentasikan dapat berupa (pasal 1, ayat 5
Permendiknas No. 17/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiarism di Perguruan Tinggi) adalah :

a. Presentasi di depan khalayak umum atau terbatas


b. Presentasi melalui radio/televisi/video/cakram padat/ cakram video digital
c. Bentuk atau cara lain sejenis yang tidak termasuk pada huruf a dan b di
atas.

2.3 Jenis , Tipe dan Identifikasi Plagiarisme


Jenis Plagiarisme
Menurut Soelistyo (2011), plagiarisme atau plagiat dapat diklasifikasikan
dalam beberapa tipe, bentuk dan jenis, yaitu:

14
a.  Akademik dan jurnalistik plagiarism
merupakan praktek usia tua. Namun, plagiarisme internet sekarang
merajalela dengan munculnya Internet, dan plagiarisme telah mengambil
banyak bentuk-bentuk baru. Sekarang hanya tentang cut, copy, dan paste,
atau mengulang sedikit. Namun salinan itu 
b. Plagiarisme Lengkap
Isi yang telah disajikan sebagai sendiri, tanpa ada perubahan yang
dibuat untuk bahasa, pikiran, aliran, dan bahkan tanda baca dikenal
sebagai plagiarisme penuh. Banyak akademisi percaya bahwa umumnya
pekerjaan orang-orang yang tidak kompeten dalam mata pelajaran
tertentu, atau sekadar malas untuk berusaha.
c.  Plagiarisme parsial
Ketika konten yang disajikan adalah kombinasi dua sampai tiga
sumber yang berbeda, di mana penggunaan mengulang dan sinonim
merajalela, maka dikenal sebagai plagiarisme parsial. Di sini, penulis
menggunakan beberapa orisinalitas, tapi tidak memadainya pengetahuan
tentang mata pelajaran tertentu adalah alasan umum untuk kejadian
plagiarisme parsial.
d. Plagiarisme minimalis
Penulis plagiator orang lain konsep, gagasan, pikiran, atau pendapat
dalam kata-kata mereka sendiri dan dalam aliran yang berbeda. Meskipun
banyak yang tidak menganggap ini sebagai plagiarisme (mungkin
seseorang yang melakukannya!), Itu dianggap sebagai mencuri someones
studi atau pikiran. Plagiarisme minimalis melibatkan banyak paraphrase
e. Sumber Kutipan
Ketika informasi sumber lengkap dengan kutipan disediakan, tidak
berjumlah plagiarisme. Namun, definisi sumber kutipan lengkap
bervariasi jauh. Beberapa penulis mengutip nama sumber, tetapi tidak
memberikan informasi yang dapat diakses lainnya. Sementara beberapa
mudah memberikan referensi palsu, beberapa hanya menggabungkan
informasi mereka dengan karya asli penulisan. Seorang penulis hantu

15
adalah contoh sempurna dari plagiator. Di sini penulis merasa bebas untuk
sumber informasi dan mereproduksi itu sebagai milik mereka.
f. Self-plagiarisme
Bentuk plagiarisme yang mungkin paling diperebutkan sebagai “itu”
dan “tidak”. Menggunakan karya sendiri, sepenuhnya atau sebagian, atau
bahkan pikiran yang sama dan re-menulisnya, dikenal sebagai self-
plagiarisme oleh banyak orang. Penerbitan bahan yang sama melalui
media yang berbeda tanpa referensi itu benar adalah kebiasaan yang
sangat umum di antara banyak penulis. Konten pada banyak situs adalah
contoh sempurna dari diri plagiaris.
Berdasarkan cara penyajiannya, plagiat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Plagiarisme Verbatim. Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan plagiasi
dengan menjiplak karya orang lain apa adanya dan memberi kesan bahwa
karya tersebut merupakan hasil karya ciptaanya sendiri. 
2. Plagiarisme Kain Perca. Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal dengan
patchwork merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil karya milik
orang lain dari berbagai sumber tanpa menyebutkan rujukan dan
menyusunnya menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga terkesan sebagai
karyanya sendiri. 
3. Plagiarisme Parafrasa. Plagiarisme parafrasa merupakan tindakan plagiasi
dengan mengubah kalimat dari penulis asli dengan kalimatnya sendiri dan
tidak mencantumkan referensi ataupun kutipan. 
4. Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci. Plagiarisme kata kunci atau
frasa kunci merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil sejumlah kata
kunci dari penulis asli dan memparafrasekannya lagi dengan kata-katanya
sendiri. 
5. Plagiarisme Struktur Gagasan. Plagiarisme struktur gagasan merupakan
tindakan plagiasi dengan mengambil struktur gagasan orang lain,
kemudian dituangkan lagi agar terlihat berbeda.

Tipe Plagiarisme

16
Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme:
a. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis
menggunakan kata‐kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sumbernya.
b. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan
gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa
menyebutkan sumbernya secara jelas).
c. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis
mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
d. Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan
satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi dan mendaur ulang
karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism adalah
bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang
dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya karya lama
merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga
pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar‐benar penulis tuangkan
pada karya tulis yang menggunakan karya lama.

Tipe Plagiarisme : motivasi melakukan


Tipe pertama yang dibahas adalah plagiarisme yang dibedakan
berdasarkan motivasi melakukannya. Tiga jenis plagiarisme dari kategori ini
adalah intentional, unintentional, dan inadvertent. Pada dasarnya ketiga jenis
plagiarisme ini memiliki benang merah berupa kesengajaan,
ketidaksengajaan, dan kelalaian. Cooper (2016b) menjelaskan bahwa
plagiarisme tidak dapat dipandang dari motivasinya, plagiarisme tetaplah
plagiarisme.
Intentional plagiarism terjadi ketika penulis secara sengaja melakukan
aksi plagiarisme (Barnett & Campbell, 2012), disebut pula dengan istilah
deliberate plagiarism (Marshall & Rowland, 1998). Kata atau ide dicatut
sebagai tulisan orisinal, padahal produk intelektual tersebut berasal dari orang
lain. Plagiarisme ini bentuk yang terberat, karena pelaku melakukannya

17
secara sadar, bahkan merencanakan untuk menipu orang lain (Park, 2003).
Ada kemungkinan jenis plagiarisme ini menyatu dengan jenis plagiarisme
lain, misalnya ada penulis yang sengaja melakukan plagiarisme dengan
berusaha mempublikasikan karya ilmiah yang sama di dua penerbit yang
berbeda (self-plagiarism).
Unintentional plagiarism adalah bentuk yang berlawanan dengan jenis
yang pertama, ditandai dengan ketidaksengajaan. Barnett dan Campbell
(2012) memaparkan bahwa penulis mendengar atau membaca kata, frase, atau
ide orang lain dan kemudian melupakan sumbernya. Pelaku berpikir bahwa
apa yang ia tulis adalah ide orisinalnya. Ketidaksengajaan juga bisa
bersumber dari ketidaktahuan, karena belum mengetahui secara jelas apa
batasan yang disebut plagiarisme dan bukan plagiarisme. Park (2003)
menjelaskan bahwa kemungkinan pelaku melakukan jenis unintentional
plagiarism karena tidak memahami aturan dasar merujuk materi akademik,
mengutip, menuliskan ide, hingga menyusun daftar pustaka. Elander, Pittam,
Lusher, Fox, dan Payne (2010) menemukan intervensi dengan memberikan
umpan balik secara langsung melalui kelompok yang terfokus antar-
mahasiswa dapat menurunkan plagiarisme jenis ini, caranya adalah
meningkatkan pemahaman tentang identitas kepenulisan.
Inadvertent plagiarism adalah bentuk terakhir dari tipe motivasi
plagiarisme. Jenis ini mirip dengan unitentional plagiarism, perbedaannya
adalah pelaku lalai atau lengah mengabaikan sumber pemikiran atau tidak
mencatat kutipan (Barnett & Campbell, 2012). Salah satu jalan untuk
memastikan bahwa pelaku melakukan jenis intentional, unintentional, atau
inadvertent dengan menanyakan atau menginvestigasi langsung. Selain itu,
analisis tingkat plagiarisme menggunakan alat atau software tetap dibutuhkan
untuk menambah bukti mengenai kasus plagiarisme.
Tipe Plagiarisme: Ditinjau dari Cara Melakukan
Tipe plagiarisme dapat dijelaskan melalui bagaimana cara melakukannya.
Terdapat tiga jenis plagiarisme, yaitu pathwriting, inappropriate praraphasing,
dan summaries. Titik poin dari ketiga jenis plagiarisme ini adalah apakah

18
penulis menyalin, mengubah, dan menyingkat tulisan orang lain dengan
menggunakan kaidah pengutipan dan parafrase secara baik.
Patchwriting adalah menyalin teks yang pernah ada sebelumnya tanpa
menyebutkan sumber orisinal (Roig, 2003). Tindakan ini menurut Roig
termasuk menggunakan sinonim dan memperpendek/memperpanjang frase.
Contoh patchwriting adalah ketika ada mahasiswa yang menyelesaikan tugas
makalah dengan mengambil isi makalah milik orang lain yang tersebar di
internet dan diklaim sebagai tulisan sendiri tanpa ada informasi sumber
orisinal. Hendaknya kita harus berhati-hati untuk mengutip tulisan yang
tersebar di internet, karena tidak ada batasan dan tidak mudah menyaring
informasi yang akurat dan terpercaya. Terlebih lagi, misalnya pada
blogspotblogspot, agak sulit untuk meyakinkan bahwa suatu tulisan yang kita
kutip adalah hasil karya orisinal penulis blogspot, bisa saja ternyata penulis
blogspot tersebut juga telah melakukan patchwriting terhadap tulisan orang
lain sebelumnya.
Inappropriate praraphrasing, mirip patchwriting, tetapi sumber orisinal
tetap disebutkan, hanya saja sedikit dilakukan perubahan tanpa diberi tanda
petik yang mengindikasikan bentuk kutipan langsung (Cooper, 2016a).
Kutipan sendiri sederhananya diartikan sebagai bentuk tulisan (kalimat atau
paragraf) yang bukan hasil buah pikiran kita sendiri, tetapi berasal dari orang
lain. Pada penulisan karya ilmiah, lazim untuk melakukan kutipan langsung
dan tidak langsung. Perbedaan dari dua jenis kutipan ini terletak pada apakah
kita melakukan perubahan (kutipan tidak langsung) atau sama persis (kutipan
langsung) dengan tulisan orisinal dan tetap menyebutkan sumber orisinalnya.
Inappropriate praraphrasing terjadi ketika penulis melakukan kutipan tidak
langsung, alih-alih menggunakan kalimat yang dibuat sendiri dengan ide
pokok yang sama dengan sumber aslinya (parafrase), tetapi pelaku
plagiarisme jenis ini hanya mengganti, menambah, atau mengurangi beberapa
kata dalam 1 kalimat/paragraf dengan tetap mencantumkan sumber sitasi.
Misalnya ketika menggunakan contoh kasus Melania Trump, bayangkan
Melania melakukan kutipan tidak langsung dengan tetap menyebutkan

19
sumber orisinal pada pidatonya dan menuliskan: that you treat people with
respect Obama (2008), berasal dari sumber orisinal berikut: that you treat
people with dignity and respect Obama (2008). Ini artinya Melania Trump
hanya menghapus satu kata dignity, maka ia dapat terindikasi telah
melakukan inappropriate prapraphrasing.
Summaries adalah menyingkat tulisan orang lain tanpa menyebut sumber
atau tidak menggunakan pengutipan secara baik (Cooper, 2016a). Penulis
harus dibekali kemampuan untuk dapat menyampaikan pemikiran penulis
orisinal dengan kata-kata yang berbeda tanpa menghilangkan maknanya.
Cooper menjelaskan bahwa permasalahan plagiarisme akan menjadi isu
krusial bagi penulis yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
ibu mereka, misalnya penulis Indonesia yang lebih terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia. Akan sangat mungkin para penulis Indonesia mengalami
kesulitan untuk mengutip atau meringkas tulisan berbahasa Inggris. Ketika
diminta menulis dalam bahasa Indonesia juga tidak bisa dipungkiri bahwa
mungkin ada sebagian dari penulis Indonesia yang hanya melakukan translasi
tulisan orang lain dari bahasa orisinal ke bahasa Indonesia, tanpa melakukan
kutipan atau parafrase secara baik.
Tipe Plagiarisme: Self-Plagiarisme
Jenis plagiarisme ini yang harus diperhatikan secara khusus oleh para
akademisi. Tipe ini adalah bentuk plagiarisme yang dilakukan terhadap hasil
karya sendiri. Para penulis harus memahami secara baik batasan apa yang
disebut dengan selfplagiarisme dan yang bukan termasuk jenis ini. Terdapat
tiga jenis self-plagiarisme, yaitu text recycling, redundant and duplicate
publication, dan salami-slicing atau data fragmentation.
Text recycling terjadi ketika peneliti bekerja secara sistematik pada suatu
topik menggunakan tulisan dia sebelumnya atau tulisan yang belum terbit
untuk tujuan yang baru (Burdine, de Castro Maymone, & Vashi, 2018;
Cooper, 2016a; Mohapatra & Samal, 2014). Permasalahan text recycling ini
kerap terjadi di ekonomi dan psikologi (Horbach & Halffman, 2019). Text
recycling tidak dianggap plagiarisme jika suatu naskah sebelumnya ditulis

20
untuk dokumen ‘internal’ yang tidak terpublikasi atau tanpa copyright dan
lisensi penerbit. Misalnya untuk tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi) yang
belum dipublikasikan, proposal hibah untuk pengajuan pendanaan ke sponsor,
dan makalah singkat yang ditulis untuk kebutuhan sendiri saat akan
mempresentasikan suatu hasil penelitian pada konferensi (Cooper, 2016a;
Roig, 2003). Makalah singkat untuk kebutuhan presentasi ini berbeda dengan
artikel prosiding, karena kadang ada peneliti yang menulis makalah singkat
hanya untuk bahan bacaan saat akan presentasi. Jika seorang penulis yang
mengikuti konferensi mengirimkan naskahnya untuk dipublikasikan ke
prosiding konferensi, maka naskah itu tidak boleh dipublikasikan kembali
menjadi artikel jurnal. Karena suatu prosiding konferensi biasanya telah
memiliki copyright dari penyelenggara konferensi atau penerbit. Di jenis
karya ilmiah lain, terkadang ada tugas akhir (seperti disertasi) yang
dibukukan oleh penulis dan telah berISBN (International Standard Book
Number) sehingga tidak boleh dipublikasikan ke bentuk karya ilmiah lain
seperti artikel jurnal ilmiah atau artikel prosiding.
Konsep text recycling ini harusnya dipahami dengan baik oleh penulis,
reviewer, editor, dosen, dan mahasiswa. Terkadang mungkin kita dihadapkan
dengan usaha untuk mereplikasi studi kita yang terdahulu untuk
mengembangkan suatu temuan yang baru (Shadiqi, Muluk, & Milla, 2018).
Pada kasus ini, yang perlu dipahami oleh semua akademisi atau penggiat
jurnal ilmiah adalah suatu tulisan dapat memiliki pendahuluan dan metode
penelitian atau bagian lainnya yang mirip dengan tulisan lain yang ditulis oleh
orang yang sama karena tujuan untuk studi replikasi. Meskipun tidak ada
standar batas berapa persen boleh melakukan text recycling, nilai yang dapat
diterima sekitar 10% untuk tiap bagian pendahuluan dan metode penelitian,
dan 5% untuk bagian lainnya (Moskovitz, 2017). Ini artinya selfplagiarisme
tidak dapat dikategorikan kecurangan akademik jika tujuannya adalah untuk
meletakkan dasar pijakan untuk karya baru, konsep baru, dan pembaca yang
berbeda (Wibowo, 2012).

21
Redundant and duplicate publication terjadi saat penulis mempublikasikan
artikel atau tulisan yang sama di tempat yang berbeda tanpa memberitahu
pembaca atau penerbit (Cooper, 2016a). Salah satu kasus untuk memahami
jenis selfplagiarisme ini adalah penarikan naskah yang dilakukan oleh Jurnal
Ecopsy karena terindikasi dipublikasikan di tiga jurnal lainnya (Rachmah,
2018). Jenis selfplagiarisme ini dapat terjadi karena ketidaktahuan penulis
mengenai aturan etika publikasi atau memang sengaja dilakukan untuk tujuan
tertentu. Penulis tidak boleh “menebar jaring” dengan menyebarkan naskah
ilmiahnya ke beberapa jurnal hanya untuk tujuan mendapatkan publikasi
tercepat karena tuntutan kewajiban pribadi, seperti proses kelulusan studi.
Larangan “menebar jaring” semacam ini harusnya menjadi pengetahuan
umum dan aturan yang dijelaskan oleh para editor jurnal ilmiah melalui
aturan publikasi (Committee on Publication Ethics, n.d.). Redundant
publication juga dapat terjadi karena tidak terjalin komunikasi yang baik
antara penulis pertama dan penulis lainnya pada satu artikel ilmiah. Penulis
kedua tanpa memberitahu penulis pertama mengirimkan naskah mereka ke
suatu jurnal, sementara penulis pertama juga melakukan hal yang sama pada
jurnal yang berbeda di waktu yang bersamaan atau berbeda.
Salami-slicing atau data fragmentation adalah memecah studi ke
beberapa publikasi demi menghindari publikasi satu studi besar (Cooper,
2016a; Elston, in press; Mohapatra & Samal, 2014). Tidak semua publikasi
termasuk jenis ini, contoh yang diperbolehkan adalah ketika ada suatu
disertasi dipecah menjadi 1 (satu) naskah literatur review dan 2 (dua) naskah
yang lain dengan dua kelompok sampel yang berbeda. Contoh lain yang
diperbolehkan adalah ketika peneliti mempunyai 1000 sampel studi survei,
500 data ditulis untuk 1 naskah alat ukur variabel X, 500 data yang lain
ditulis untuk naskah korelasional variabel X dan Y. Dengan catatan, kedua
naskah benarbenar ditulis berbeda untuk menjelaskan dua persoalan yang
berbeda, yaitu validasi alat ukur dan hubungan antar variabel. Sementara
indikasi plagiarisme dapat terjadi ketika pada suatu studi dipecah menjadi 1
(satu) naskah berisikan studi komparasi dua kelompok dan 1 (satu) naskah

22
yang lain melaporkan salah satu kelompok saja (variabel sama, analisis hasil
berbeda). Hal ini didukung dengan adanya bukti bahwa kedua naskah tersebut
memiliki tingkat kesamaan yang tinggi melalui uji plagiarisme. Ada
kecenderungan saat ini para peneliti berusaha mempublikasikan naskah
sebanyak-banyaknya meskipun dengan data yang sama. Secara etis hal
demikian dapat diatasi dengan cara yang tepat, namun akan muncul
pertanyaan mengapa tidak mempublikasikan satu naskah dengan hasil yang
lengkap untuk menjelaskan satu persoalan yang sama?
Berbeda hal jika kita berbicara tentang artikel review, kita mungkin pernah
menemukan artikel literatur review dengan topik yang sama ditulis orang
yang sama dipublikasikan pada jurnal yang berbeda dan terdapat beberapa
kesamaan ide topik tulisan. Hal seperti ini boleh dilakukan sejauh artikel-
artikel tersebut ditujukan untuk pembaca yang berbeda (Elston, in press),
misalnya ketika topik A dibahas pada suatu artikel menggunakan sudut
pandang psikologi dan artikel yang lain ditulis dengan pendekatan sosiologi
oleh satu orang penulis yang sama. Namun, perlu ditekankan bahwa dua
naskah dengan konsep yang sama harus melewati uji plagiarisme dan
memiliki batas indikasi kesamaan yang masih bisa ditoleransi. Sementara itu,
pada artikel studi empiris, penulis dapat menghindari self-plagiarisme dengan
cara melakukan suatu penelitian yang menguji beberapa variabel dengan
jumlah sampel yang besar dan memecahnya menjadi beberapa artikel.
Meskipun berasal dari 1 pengambilan data yang sama, akan terdapat beberapa
naskah dengan pertanyaan penelitian yang berbeda, variabel yang berbeda,
dan sampel yang berbeda.

Identifikasi Plagiarisme 
Menurut Novanta (2009), terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan
dalam mengidentifikasi plagiarisme, yaitu:
1. Penggunaan kosakata. Menganalisis kosakata yang digunakan dalam suatu
tugas terhadap penggunaan kosakata sebelumnya dapat membantu
menentukan apakah mahasiswa benar-benar telah menulis teks tersebut.

23
Dengan menemukan suatu kosakata baru dalam jumlah yang besar
(terutama kosa kata lanjut) dapat menentukan apakah mahasiswa menulis
teks tanpa melakukan plagiarisme. 
2. Perubahan kosa kata. Apabila penggunaan kosa kata berubah secara
signifikan  dalam suatu teks, hal ini dapat mengindikasikan plagiarisme
dengan cara copy and paste. 
3. Teks yang membingungkan. Apabila alur dari suatu teks tidak halus dan
tidak konsisten, hal ini mengindikasikan penulis tidak menulis
menggunakan pemikirannya sendiri atau beberapa bagian dari tulisannya
bukanlah hasil karyanya. 
4. Penggunaan tanda baca. Tidak wajar apabila dua orang penulis
menggunakan tanda baca yang persis sama dalam membuat suatu karya
tulis. 
5. Jumlah kemiripan teks. Pasti ada beberapa kemiripan antara beberapa teks
yang menulis dengan topik yang sama seperti nama-nama, istilah-istilah
dan sebagainya. Bagaimanapun, tidak wajar bila beberapa teks yang
berbeda memiliki kesamaan atau kemiripan teks dalam jumlah yang besar. 
6. Kesalahan ejaan yang sama. Merupakan hal yang biasa terjadi bagi
seseorang penulis dalam membuat suatu karya tulis. Menjadi tidak wajar
bila beberapa teks yang berbeda memiliki kesalahan-kesalahan yang sama
dalam pengejaan atau jumlah ejaan salah yang sama.
7. Distribusi kata-kata. Tidak wajar apabila distribusi penggunaan kata dalam
teks yang berbeda memiliki kesamaan. Sebagai contoh, suatu teks
memiliki parameter yang sama untuk suatu distribusi statistik yang
digunakan untuk menjelaskan penggunaan istilah. 
8. Struktur sintaksis teks. Hal ini menunjukkan plagiarisme mungkin saja
telah terjadi jika dua teks secara jelas memiliki kesamaan struktur
sintaksis. Hal yang wajar bila penggunaan struktur sintaksis yang
digunakan oleh beberapa penulis akan berbeda. 

24
9. Rangkaian-rangkaian panjang kata yang sama. Tidak wajar apabila suatu
teks yang berbeda (bahkan yang menggunakan judul yang sama) memiliki
rangkaian/urutan karakter yang sama. 
10. Orde kemiripan antar teks. Hal ini bisa mengindikasikan plagiarisme
apabila orde kecocokan kata atau frasa antar dua teks sama. Meskipun
diajarkan untuk menyajikan fakta-fakta dalam suatu aturan (contohnya
pendahuluan, isi, kemudian kesimpulan), kurang wajar jika fakta-fakta
yang sama dilaporkan dalam orde yang sama. 
11. Ketergantungan pada kata atau frase tertentu. Seorang penulis mungkin
memilih penggunaan suatu kata atau frase tertentu. Kekonsistenan
penggunaan kata-kata tersebut dalam suatu teks yang ditulis oleh orang
lain dengan menggunakan kata yang berbeda dapat mengindikasikan
plagiarisme. 
12. Frekuensi kata. Tidak wajar apabila kata-kata dari dua teks yang berbeda
digunakan dengan frekuensi yang sama.
13. Keputusan untuk menggunakan kalimat panjang atau kalimat pendek.
Tanpa sepengetahuan kita, para penulis tentu memiliki keputusan
penggunaan panjang kalimat yang tidak biasa dikombinasikan dengan
fitur-fitur lain. 
14. Teks yang dapat dibaca. Penggunaan metrik/ukuran seperti index Gunning
FOG, Flesch Reading Ease Formula atau SMOG dapat membantu
menentukan suatu skor kemampuan. Tidak wajar apabila penulis yang
berbeda akan memiliki skor yang sama. 
15. Referensi yang tidak jelas. Apabila referensi yang muncul dalam suatu
teks tetapi tidak terdapat pada daftar pustaka, hal ini dapat
mengindikasikan plagiarisme cut and paste, dimana penulis tidak menyalin
referensinya secara lengkap.

2.4 Alasan dan Contoh Plagiarisme

Beberapa tindakan plagiat terjadi di sekitar kita. Tentu saja hal ini cukup
menjadi perhatian kita semua, sehingga menjadi sangat penting bagi kita

25
untuk mengantisipasi tindakan ini. Tindakan plagiat akan mencoreng dan
memburamkan dunia akademis kita dan tidak berlebihan jika plagiarisme
dikatakan sebagai kejahatan intelektual. Ada beberapa alasan pemicu atau
faktor pendorong terjadinya tindakan plagiat yaitu:

1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang


menjadi beban tanggungjawabnya. Sehingga terdorong untuk copy-
paste atas karya orang lain.
2. Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap sumber
referensi yang dimiliki.
3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan
kutipan.
4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan
plagiarism.
Ada juga alasan lain dilakukannya plagiarisme :

1. Demi nilai
2. Kurangnya kemampuan meneliti
3. Kurangnya kemampuan menulis
4. Tidak mampu mengevaluasi materi dari internet
5. Tidak paham bagaimana cara mengutip
6. Tidak paham mengenai terminologi konsep
7. Tekanan
8. Manajemen waktu yang buruk
9. Orientasi Produk
10. Banyak temannya

Beberapa tokoh Indonesia yang pernah diduga menjadi plagiat diantaranya


adalah:
a. Chairil Anwar

26
Penyair ini pernah dituduh telah
melakukan penjiplakan suatu karya tulis. Tuduhan tersebut dikeluarkan
oleh Hans Bague Jassin melalui tulisannya yang dimuat di Mimbar
Indonesia berjudul Karya Asli, Saduran, dan Plagiat yang membahas
tentang puisi Kerawang-Bekasi. Adapun Jassin
(bergelar Paus Sastra Indonesia) itu membandingkan puisi Chairil
dengan The Dead Young Soldiers karya Archibald
MacLeish, penyair Amerika Serikat.
b. Siti Fadilah Supari
Contoh lain adalah kasus yang dialami oleh Siti Fadilah Supari.
Dirinya pernah mendapat tuduhan sebagai seorang plagiat. Tulisan
Fadilah yang berjudul Cholesterol-Lowering Effect of Soluble Fibre as an
adjunct to Low Calories Indonesian Diet in Patients with
Hypercholesterolamia ketika seminar di Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2002. Apa yang
dia tulis mirip dengan karya James W. Anderson berjudul Long-term
Cholesterol Lowering Effect of Psyllium as An Adjunct to Diet Therapy in
The Treatment of Hypercholesterolamia, yang dimuat di American
Journal of Clinical Nutrition. (http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiat).
c. Anggito Abimanyu
Sindonews.com (Senin,  17 Februari 2014  −  16:00 WIB). Dosen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Anggito Abimanyu telah menyampaikan
permohonan pengunduran dirinya sebagai dosen UGM. Permohonan
tersebut disampaikan Anggito terkait tuduhan plagiat tulisan artikel
disalah satu koran nasional.
Anggito dituduh menjiplak karya tulis Hotbonar Sinaga dan Munawar
Kasan. Tulisan atas nama Anggito tersebut tayang pada 10 Februari 2014
lalu dengan judul Gagasan Asuransi Bencana. Secara resmi pada
wartawan di UC UGM Senin (17/2), Anggito mengaku telah melakukan
kesalahan pengutipan referensi dalam sebuah folder di komputer
pribadinya.

27
"Artikel saya kirim sendiri melalui komputer pribadi saya. Saya akui
saya telah melakukan kesalahan, saya khilaf. Pengunduran diri saya ini
demi mempertahankan kredibilitas UGM sebagai universitas dengan
komitmen pada nilai-nilai kejujuran, integritas dan tanggung jawab
akademik, “ujar Anggito, Senin       (17/2/2014).
       Direktur Jenderal Haji dan Umroh Kementerian Agama RI tersebut
juga menyatakan penyesalan dan permintaan maafnya pada Rektor dan
civitas akademika UGM, Dekan dan para dosen FEB UGM, mahasiswa
dan alumni UGM, termasuk pada Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan.
       "Proses selanjutnya, saya serahkan pada UGM sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Saya tidak akan campur tangan dan akan
memprioritaskan berjalannya proses ini dari semua pekerjaan saya karena
ini menyangkut kredibilitas UGM," imbuhnya
d. Dosen UPI
TEMPO.CO, Bandung - Satu dari tiga orang dosen bergelar doktor
yang dikenai sanksi oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung karena  kasus plagiat mengaku teledor. "Tidak ada unsur
kesengajaan pencontekan tanpa sumber," kata Cecep Darmawan lewat
pesan pendek kepada Tempo, Jumat malam 2 Maret 2012.
Menurut Cecep, masalah itu berawal dari catatan kaki pada naskah
ajuannya untuk meraih jabatan guru besar dua tahun silam. Karya tulis itu
dibuat dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Tebalnya 18 halaman.
Pada sebagian kecil alinea dalam naskah berbahasa Inggris, kata Direktur
Kemahasiswaan UPI itu, ada catatan kaki sumber kutipan yang luput
dimasukkan. “ Padahal di naskah aslinya lengkap, ” kata dia.
Penulisan itu dibantu seorang kawannya yang menerjemahkan naskah
dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Adapun sebagian besar kutipan,
ujar dia, sudah sesuai kaidah. Namun, sidang Senat Akademik UPI tetap
memutuskan Cecep dan dua orang doktor lainnya menjiplak. Sanksi
kesalahan itu berupa penurunan pangkat dan jabatan, serta menggugurkan
kenaikan promosi guru besar ketiganya.

28
e. Doktor Memble ITB
Kisah kelam jiplak-menjiplak karya tulis juga pernah menghampiri
Institut Teknologi Bandung (ITB). Praktik plagiat di kampus yang
terkenal sebagai lumbung teknokrat Indonesia itu dilakukan oleh
Mochammad Zuliansyah. Dia saat itu sedang memburu titel doktor
dengan menempuh pendidikan di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
(STEI) ankatan 2006.
Guna meraih gelar doktor, Zuliansyah menulis disertasi berjudul
"Model Topologi Geometri Spasial 3 Dimensi." Sialnya, disertasi jiplakan
itu malah telah disetujui pada 1 Agustus 2008, dan dia sempat dinyatakan
lulus program Doktor
Bodohnya, Zuliansyah malah nekat mengikutsertakan disertasi hasil
mencontek itu dalam acara Konferensi Internasional Cybernetics dan
Sistem Intelejensia perkumpulan Institut Insinyur Listrik dan Elektro
(Institute Electrical and Electronics Engineers-IEEE International
Conference on Cybernetics and Intelligent Systems) di Chengdu, China,
pada 21 sampai 24 September 2008. Di ajang itulah aksi tipu-tipu
Zuliansyah terungkap.
Setelah dibaca dan diamati baik-baik, menurut panitia disertasi
Zuliansyah terbukti menjiplak. Bahkan kategorinya level 1 alias paling
berat. Ternyata, pada 2000 tulisan Zuliansyah itu sudah dipublikasikan
oleh penulis aslinya. Ide itu tercantum dalam disertasi Dr. Siyka
Zlatanova dari Universitas Teknologi Graz, Austria, berjudul '3D GIS for
Urban Development.' Siyka mempresentasikan disertasinya pada the 11th
International Workshop on Database and Expert System application,
DEXA 2000.
Menurut panitia, disertasi Zuliansyah sama persis dengan milik Siyka.
Setelah kabar itu sampai ke tanah air, maka gemparlah jagat akademisi.
Masalahnya yang dihantam perkara itu adalah ITB, yang puluhan tahun
dianggap mencetak ilmuwan mumpuni. Kepercayaan itu pun seketika
sirna lantaran nila setitik. Zuliansyah juga mesti meminta maaf kepada

29
Siyka dan IEEE secara tertulis. Jelaslah perbuatannya mencoreng nama
Indonesia di dunia keilmuan (http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-
plagiarisme-yang-mengguncang-dunia-akademi/doktor-memble-dari-
itb.html).

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme


Menurut Permendiknas No. 17/2010, pencegahan plagiarism adalah
tindakan preventif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi yang
bertujuan agar tidak terjadi plagiarism di lingkungan perguruan tingginya.
Penanggulangan plagiarism adalah tindakan represif yang dilakukan oleh
pimpinan perguruan tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di
lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas
akademik perguruan tinggi yang bersangkutan.
Inilah prinsip kejujuran dalam menulis laporan penelitian. Bila mengutip
informasi dari responden, sebaiknya menulis “siapa yang mengatakan
informasi tersebut”, minimal menggunakan inisial (bila responden tidak
bersedia disebutkan identitasnya) (Martono, 2015).
Banyak cara dalam melakukan sitasi untuk menghindari plagiarism, di
antaranya dengan menggunakan sistem Modern Language Association, yang
digunakan di luar negeri, sedangkan di Indonesia kita dapat menggunakan
metode yang biasa kita dapatkan dalam Bahasa Indonesia, yaitu tentang
teknik melakukan sitasi. Dan berikut ini cara melakukan sitasi secara umum
(Mulyanta, 2016) :

1. Membuat kutipan langsung, yaitu dengan cara menyalin kalimat, frase,


atau salah satu bagian dari teks secara langsung dengan kata-kata yang
sama persis disertai dengan tanda petik. Akan tetapi yang perlu
diperhatikan adalah bahwa kalimat yang kita salin tidak boleh terlalu
banyak, cukup berupa ringkasannya saja, untuk kemudian dijelaskan
dengan menggunakan kalimat sendiri.

30
2. Membuat Parafrase Teks, yaitu menuliskan kembali bagian dari teks dari
sumber yang akan kita masukan dalam karya tulis kita, namun ditulis
dengan kata-kata sendiri, selanjutnya cantumkan nama pengarang/pemilik
ide yang kita gunakan. Yang perlu diperhatikan dalam parafrase ini adalah
tidak boleh adanya sedikitpun persamaan kata antara sumber dengan
tulisan kita, namun apa yang kita tuliskan harus tetap memiliki makna
yang sama dengan sumber aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemahaman
terhadap sumber yang akan disitasi dengan cara membaca sumber tersebut
berulang-ulang sehingga kita dapat mengerti maknanya dan dapat
menuliskannya dengan kalimat/kata kita sendiri.
Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam menghindari plagiarism
adalah dengan membuat sitasi, atau penulisan sumber yang digunakan dalam
karya tulis kita. Sitasi tersebut dibagi menjadi dua macam, yang keduanya
saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu :

1. Sitasi dalam Teks. Mencantumkan nama pemilik ide, teori, pendapat


orang lain langsung dalam teks yang kita tulis dimana buah pikiran berupa
ide, pendapat, ataupun teori orang lain tersebut kita gunakan.
Pencantuman dilakukan dengan berbagai macam cara seperti menuliskan
nama lengkap, tahun dari sumber tersebut, serta halamannya, ataupun
dengan metode lain seperti hanya mencantumkan nama belakang serta
halamannya saja. Apabila sitasi yang kita lakukan berasal dari sumber di
dunia maya (website ataupun blog), dapat dilakukan dengan
mencantumkan nama pencipta jika ada, disertai dengan alamat lengkap
(link) dari sumber tersebut.
2. Daftar Pustaka. Pencantuman sumber dari karya cipta yang kita gunakan
dapat dilakukan di akhir karya tulis berupa daftar pustaka, dengan
menuliskan secara detail sumber yang kita gunakan dalam sitasi. Untuk
teknisnya kurang lebih hampir sama dengan sitasi langsung dalam teks,
hanya saja sumber dituliskan lebih detail, meliputi nama pengarang, tahun

31
penulisan, judul karya tulis, penerbit serta lokasi penerbitannya jika karya
tulis tersebut berupa cetakan.
Menurut Sudarsana (2016) upaya yang bisa dilakukan oleh institusi
Perguruan Tinggi untuk menghindari tindakan plagiarism sesuai Permen
Diknas No. 17 Tahun 2010 Pasal 7adalah sebagai berikut :

a. Karya mahasiswa (skripsi, tesis, dan disertasi) dilampiri dengan surat


pernyataan dari yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah
tersebut tidak mengandung unsur plagiat.
b. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya
ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal
Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi.
Ditegaskan pula oleh Sudarsana (2016) bahwa selain bentuk pencegahan
yang telah disebutkan di atas, ada langkah yang harus diperhatikan untuk
mencegah atau menghindar dari plagiarism, yaitu melakukan pengutipan
dan/atau melakukan paraphrase, sebagai berikut :

a. Pengutipan : (1) Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung


satu kalimat, dengan menyebutkan sumbernya. (2) Menuliskan daftar
pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Yang dimaksud
adalah sesuai panduan (gaya selingkung) yang ditetapkan masing-masing
institusi dalam penulisan daftar pustaka.
b. Paraphrase. Melakukan paraphrasedengan tetap menyebutkan sumbernya.
Paraphrase adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan
menggunakan kata kata sendiri, tanpa mengubah maksud atau makna
ide/gagasan dengan tetap menyebutkan sumbernya.
Beberapa aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun
gratis, antara lain :

32
a. Menggunakan alat/aplikasi pendektesi plagiarism, misalnya : (1) Turnitin;
(2) Wcopyfind ; (3) www.plagiarimchecker.com ; (4)
www.articlecheker.com ; (4) www.plagiarismdetect.com ; (5)
www.textbroker.com ; (6) www.scanmyessay.com ; dan sebagainya.
b. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote dan aplikasi sejenis untuk
pengelolaan sitiran dan daftar pustaka.

Tips Menulis, Agar Terhindar Dari Plagiarisme


1. Tentukan buku yang hendak anda baca
2. Sediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan satukan dengan
penjepit.
3. Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah
halaman pada kertas kecil paling depan
4. Sembari membaca buku, salin ide utama yang anda dapatkan pada kertas‐
kertas kecil tersebut.
5. Setelah selesai membaca buku, anda fokus pada catatan anda
6. Ketika menulis artikel, maka jika ingin menyitir dari buku yang telah
anda baca, fokuslah pada kertas catatan.
7. Kembangkan kalimat anda sendiri dari catatan yang anda buat.
8. Tuliskan sumber kutipan.
9. Untuk lebih meyakinkan bahwa tulisan kita jauh dari unsur plagiarisme,
anda dapat menggunakan aplikasi/software untuk mengecek tingkat
plagiarisme tulisan yang sudah kita hasilkan. Beberapa aplikasi
pendukung antiplagiarisme berbayar maupun gratis, misalnya Turnitin,
Wcopyfind, vyper, plagiarism‐detect, AiMOS, dan sebagainya. Selain itu
untuk pengelolaan sitasi dan daftar pustaka anda bisa menggunakan
aplikasi Zotero, Mendeley, Endnote dan lain‐lain.
    Kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari tindakan plagiarisme adalah
sebagai berikut :

a. Kerugian bagi penulis asli 

33
Menghasilkan sebuah karya pastinya adalah bukan suatu hal yang
mudah dan memerlukan usaha yang besar. Jika anda sebagai penulis,
tentu anda akan merasa kesal ketika melihat karya anda dijiplak orang lain
tanpa seizin anda dan tanpa mencantumkan sumbernya bukan? Sang
plagiator juga bisa memfitnah penulis aslinya dengan menyatakan bahwa
penulis aslinya lah yang melakukan plagiarisme bukan dirinya.
b. Kerugian bagi plagiator
Sebuah tulisan memerlukan referensi agar kandungannya terjamin
kebenarannya. Tulisan seorang plagiator tidak mencantumkan sumbernya
sehingga kebenarannya diragukan. Bisa jadi tulisan yang tanpa referensi
merupakan HOAX atau berita bohong. Contohnya anda membicarakan
masalah agama tanpa mencantumkan sumbernya (kitab suci), tidak ada
seorangpun yang akan menerima pendapat anda.
c. Kerugian bagi pembaca dan masyarakat luas
Para pembaca akan tertipu oleh sang plagiator  dan mengira sang
plagiator adalah seorang yang hebat sehingga akan menimbulkan
kebohongan publik. Membohongi para pembaca.

2.6 Sanksi atas Tindakan Plagiarisme


Berdasarkan UU No.20/2003, sanksi atas tindakan plagiarism adalah
sebagai berikut:
a. Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan
jiplakan dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2)
b. Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

34
Hukuman di atas merupakan hukuman riil/nyata yang akan diterima oleh
pelaku plagiarism berdasarkan 74 norma hukum. Padahal tindakan plagiarism
tidak hanya melanggar nilai-nilai hukum, melainkan juga nilai sosial
masyarakat. Pelaku yang ketahuan melakukan tindakan plagiarism juga akan
mendapatkan hukuman dari lingkungan sekitarnya, misalnya dicap negatif
buruk sebagai penjiplak oleh dosen/guru/atasannya karena hasil karyanya
bukan murni buah hasil pemikirannya sendiri.
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi
mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan
plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut :
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
d. Pembatalan nilai
e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
f. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
g. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.

2.7 Hak Cipta


Salah satu hak penulis yang paling mendasar adalah perlindungan terhadap
karya, gagasan, ide, temuan mereka. Di Indonesia perlindungan ini tercantum
dalam UU RI No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Berdasarkan pasal 12 ayat 1 UU RI No. 19 Tahun 2002, ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra,
yang mencakup :
a. Buku, program komputer, pamplet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis.

35
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim.
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.
g. Arsitektur
h. Peta
i. Seni batik
j. Fotografi
k. Sinematografi
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalih wujudan.
Perlindungan terhadap ciptaan tersebut termasuk juga semua ciptaan yang
tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan
yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya tersebut (Pasal 12
ayat 3 UU Hak Cipta). Selanjutnya pada pasal 13 UU Hak Cipta diuraikan
tentang hal-hal yang tidak ada hak cipta yaitu :

a. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara


b. Peraturan perundangundangan
c. Pidato kenegaraan atau pejabat pemerintahan
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim
e. Keputusan badan arbitase atau keputusan badanbadan sejenis lainnya.
Pasal 14 sampai 18 UU Hak Cipta, dicantumkan pembatasan Hak Cipta.
Pasal yang berkaitan dengan tatacara mengutip tercantum dalam pasal 15,
yang dijelaskan bahwa dengan syarat sumbernya harus disebutkan atau
dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Salah satunya
adalah penggunaan ciptaan orang lain untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan kritik atau tinjauan suatu

36
masalah, dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta
(Toha, 2017).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu tulisan ilmiah harus berasal dari hasil penelitian penulis itu sendiri,
baik yang berasal dari ide asli penulis maupun berupa pengembangan dari ide
terdahulu yang sudah terlebih dahulu ada. Tulisan ilmiah harus bebas dari
fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami, dan pelanggaran
hak cipta. Salah satu syarat utama dari tulisan ilmiah yang akan diterbitkan
adalah tulisan itu belum pernah diterbitkan pada penerbit atau jurnal manapun
sebelumnya.
Plagiarism adalah bentuk pelanggaran etika penelitian (Loue, 2002).
Bagian tulisan yang di-copy dari orang lain namun disebut seolah-olah itu
adalah hasilnya sendiri. Mengambil ide orang lain seolah-olah idenya sendiri
(Princeton University, 2012). Plagiarism adalah perbuatan secara sengaja
atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau
nilai untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian atau seluruh karya

37
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
Penanggulangan plagiarism adalah tindakan represif yang dilakukan oleh
pimpinan perguruan tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di
lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas
akademik perguruan tinggi yang bersangkutan.
Menurut Soelistyo (2011), plagiarisme atau plagiat dapat diklasifikasikan
dalam beberapa tipe, bentuk dan jenis, yaitu: Akademik dan jurnalistik
plagiarism, Plagiarisme Lengkap, Plagiarisme parsial, Plagiarisme minimalis,
Sumber Kutipan,Self-plagiarisme. Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa
tipe plagiarisme: Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism),
Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source), Plagiarisme Kepengarangan
(Plagiarism of Authorship), Self Plagiarism.
Banyak cara dalam melakukan sitasi untuk menghindari plagiarism, di
antaranya dengan menggunakan sistem Modern Language Association, yang
digunakan di luar negeri, sedangkan di Indonesia kita dapat menggunakan
metode yang biasa kita dapatkan dalam Bahasa Indonesia, yaitu tentang
teknik melakukan sitasi.
Berdasarkan UU No.20/2003, sanksi atas tindakan plagiarism adalah
sebagai berikut:
a. Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan
jiplakan dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2)
b. 2. Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan
gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Salah satu hak penulis yang paling mendasar adalah perlindungan terhadap
karya, gagasan, ide, temuan mereka. Di Indonesia perlindungan ini tercantum

38
dalam UU RI No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, adalah hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai
makalah ini adalah diharapkan penulis dapat mengembangkan dan
melanjutkan penulisan makalah mengenai plagiarisme dalam penulisan
ilimiah ini serta bagi pembaca dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan
ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

SUKAMERTA I M, A G N ALIT WISWATA, dkk. ETIKA PENULISAN


ILMIAH (DILENGKAPI CONTOH PROSES VALIDASI KARYA ILMIAH).
Denpasar : UNMAS PRESS ; 2017. [Book Online] [Diakses 2020 Okt 29].
Dari:URL:https://www.academia.edu/36804896/Buku_Referensi_ETIKA_PE
NULISAN_ILMIAH [Diakses 2020 okt 29 ] Dari : URL: http: //eprints.
ums.ac.id /44969/2/04 .%2 0 BAB%20I.pdf
Sri anugrawati. 2017. Makalah Seminar Plagiarisme dalam Pendidikan. [Diakses
2020 Okt 29]. Dari URL :
https://www.academia.edu/36904529/MAKALAH_SEMINAR_PLAGIARIS
ME_DALAM_DUNIA_PENDIDIKAN
Moh Syaifuddin. 2014. Karya Ilmiah dan Plagiat . [Diakses 2020 Okt 29]. Dari
URL : http://afianizecson49.blogspot.com/2014/11/normal-0-false-false-
false-in-x-none-x.html
LIPI. 2019. Modul PPJFP (Penulisan Ilmiah). [Book Online] [Diakses 2020 Okt
29]. Dari URL : http://pusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-
Penulisan-Ilmiah-new.pdf

39
Muchlisin Riadi. 2019. Pengertian, Jenis, dan Identifikasi Plagiarisme. [Diakses
2020 Okt 29]. Dari URL :
https://www.kajianpustaka.com/2019/02/Plagiarisme.html
Muhammad Abdan Shadiqi. 2019. Memahami dan Mencegah Perilaku
Plagiarisme dalam Menulis Karya Ilmiah. Buletin Psikologi. Vol.27. No. 1,
30-42.[serial onlina]. [Diakses 1 Nov 2020]. Dari URL :
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/43058/pdf

40

Anda mungkin juga menyukai