Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK


CA THYROID

Disusun Oleh:
AFRIDA SARI
NIM: P200202002

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi fisiologi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas
sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh
ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat
hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang
dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan
dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase.
Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian
dapat berefek pada organ target.
Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis
hipothalamus-hipofisis-tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid
Releasing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian TSH
merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid
terutama dalam bentuk T3 dan T4. Biosintesis hormon tiroid terbagi dalam
beberapa tahap : a. Tahap trapping; b. Tahap oksidasi; c. Tahap coupling; d.
Tahap penimbunan atau storage; e. Tahap deyodinasi; f. Tahap proteolisis; f.
Tahap sekresi.
B. Definisi Ca thyroid
Kanker tiroid adalah keganasan yang terjadi pada kelenjar tiroid dan
termasuk urutan kesembilan dari angka kejadian kanker di Indonesia, tetapi
diantara kelenjar endokrin, karker tiroid termasuk jenis keganasan paling
sering ditemukan. Kelenjar tiroid merupakan organ tubuh yang relatif jarang
mengalami keganasan, dengan angka kejadiannya meliputi 95% dari
keseluruhan kanker endokrin. Kanker tiroid secara umum termasuk kelompok
keganasan dengan prognosis relatif baik.
C. Klasifikasi
terdapat penyebab spesifik berdasarkan klasifikasi atau pembagian tipe
kanker tiroid, yaitu sebagai berikut:
1. Kanker Papiler
60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih
sering terjadi pada wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada
orang muda, tetapi pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan
menyebar. Resiko tinggiterjadinya kanker papiler ditemukan pada
orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher .
2. Kanker Folikuler
15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan
jenis kanker yang paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker
folikuler juga lebih sering ditemukan pada wanita, usia 20-50 tahun.
Mirip tiroid normal namun dapat berkembang lambat dan bermetastase
cepat. Pada penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena
perluasan local atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah
dengan keterlibatan yang luas dari tulang dan paru-paru.
3. Kanker Anaplastik
Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini
merupakan jenis kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling
sering ditemukan pada wanita usia lanjut. Kanker anaplastik tumbuh
sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan yang besar di leher.
Kanker ini mengakibatkan kematian dalam beberapa minggu (bulan).
Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang
lama dimana kelenjar tiba-tiba (dalam waktu beberapa minggu atau
bulan) mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan,
disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal
yang masif biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Kanker ini sangat
resisten terhadap pengobatan.
4. Kanker Meduler
ada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar
kalsitonin (dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan
merupakan penyakit keturunan. 5-10% dari semua kasus.
Karakteristiknya adalah bentuk tumor bulat, keras yang terletak di
lobus tengah dan atas kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar
melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah
ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini dapat
merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain ( sindroma neoplasia
endokrin multipel) , yakni Pheochromocytomo (kelainan pada kelenjar
adrenal) dan pertumbuhan pesat kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih
agresif dari pada kanker papiler atau folikuler tetapi tidak seagresif
kanker tiroid anaplastik.
5. Jenis-Jenis Lain
a. Limfoma
Satu-satunya jenis kanker tiroid yang tumbuh cepat yang berespon
baik terhadap pengobatan. Limfoma tiroid kadang-kadang timbul pada
pasien dengan tiroiditis Hashimoto yang lama dan sulit dibedakan dari
tiroiditis kronik. Invasi limfosit pada folikel tiroid dan dinding
pembuluh darah dapat membantu dalam membedakan limfoma tiroid
dari tiroiditis kronik.
b. Kanker Metastatik ke Tiroid
Kanker sistemik metastasis ke kelenjar tiroid, termasuk kanker
payudara dan ginjal, kanker bronkogenik dan melanoma maligna.
A. Etiologi
Lingkungan menjadi faktor penting dalam munculnya nodul tiroid.
Paparan radiasi atau penggunaan obat radioisotop pada daerah leher
menjadi faktor risiko kelainan tiroid. Radiasi eksternal yang digunakan
untuk mengobati kanker berat seperti CNS tumor, limfoma Hodgkin’s
mempunyai efek samping neoplasma yang tersering pada kelenjar tiroid.
Selain itu, radiasi internal akibat asupan radioiodine 131 pada usia muda
berisiko tinggi terjadinya papillary thyroid carcinoma.
1. Jenis kelamin
Dalam suatu studi epidemiologi menyebutkan bahwa prevalensi
nodul tiroid empat kali lebih besar terjadi pada wanita dari pada laki –
laki, tetapi kecenderungan untuk menjadi keganasan lebih tinggi pada
laki – laki dibandingkan wanita. Data yang mendukung antara jenis
kelamin dan kejadian nodul tiroid masih sedikit dan tidak ada bukti
kuat keterkaitan antara estrogen dengan pertumbuhan sel tiroid.
2. Defisiensi yodium
Defisiensi yodium menjadi pencetus utama timbulnya gondok
endemik yang diakibatkan sebagai mekanisme adaptasi alami akibat
kekurangan bahan baku pembuat hormon tiroid yang menyebabkan
aktifitas berlebihan dari kelenjar tiroid. Pada daerah dengan defisiensi
yodium seperti di daerah pegunungan menjadi tempat dengan angka
kejadian gondok endemik. Pembagian daerah gondok endemik terlihat
seperti berikut:
a. Endemi grade I (derajat ringan) : ekskresi median iodium >50
μg l/g kreatinin atau median urin 5,0-9,9 μg/dl.

b. Endemi grade II (derajat sedang) : ekskresi median iodium 25-


50 μg l/g kreatinin atau median urin 2,0-4,9 μg/dl.
c. Endemi grade III (derajat berat) : ekskresi median iodium <25
μg l/g kreatinin atau median urin <2mg/dl.
3. goitogen
Peran goitrogen sejauh ini hanya terbukti hanya pada binatang
coba, secara global hanya ada dua daerah endemis yang memiliki
pengaruh goitrogen yang kuat yaitu Idjwi, Zaire dan Candelaria,
Columbia. Sumber goitrogen alami yang sudah teridentifikasi di
antaranya ketela, air minum dari sedimen karang tertentu, sayur kol.
Goitrogen baru dipirkan apabila pada pemberian yodium secara
adekuat akan tetapi tidak terdapat penurunan angka kejadian yang
signifikan.

4. Genetic
Faktor herediter yang bertanggung jawab terbentuknya karsinoma
tiroid sangatlah sedikit bila dibandingkan dengan kasus sporadik,
kejadian ini berhubungan dengan Medullary Thyroid Carsinoma
(MTC) sel C (25% kasus). Gen MTC tersebut ditransmisikan secara
autosomal dominan dan apabila orang tua terpengaruh dengan gen
tersebut dan membawa mutasi germ-line bersama reseptor tyrosine-
protein kinase gene maka anggota keluarga perlu diskrining terhadap
mutasi tersebut.
5. Penggunaan amiodarone
Prevalensi nodul tiroid lebih banyak terjadi pada wanita daripada
laki-laki akan tetapi tidak ditemukan bukti yang kuat keterkaitan
antara estrogen dan pertumbuhan sel. Pada penggunaan obat gangguan
jantung amiodaron telah dilaporkan adanya efek samping
tirotoksikosis yang disebut Amiodarone Induced Thyrotoxicosis.
Kejadian tirotoksikosis pada penggunaan obat amiodaron disebabkan
karena amiodaron dan metabolitnya (desethylamiodaron) dapat
menyebabkan tiroiditis destruktif.
B. Patofisiologi
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang
menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk
sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat
mencetuskan timbulnya neoplasma yang menyebabkan timbulnya
pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini
dipengaruhi oleh pelepasan TRH oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh
TRH, Hipofisis anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai
reaksi adanya neoplasma. Peningkatan TSH ini akan meningkatkan massa
tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga memunculkan kanker tiroid. Kanker
ini umumnya akan meluas dengan metastasis dan invasi kelenjar dan organ
tubuh. Berikut perluasan kanker pada organ tubuh yang lain :
1. Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam
kelenjar dan dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama
bertahuntahun tumbuh sangat lambat dan tetap berada dalam kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini bisa jadi
lebih agresif dan menginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain
itu, dapat tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Pada
stadium lanjut, dapat menyebar ke paru-paru.
2. Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah,
menyebarkan sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit
lebih agresif dari pada kanker papiler dan menyebar dengan invasi local
kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk
membentuk tiroglobulin dan jarang untuk mensintesis T3 dan T4.
3. Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur
di sekitar tiroid lalu bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran
darah.
4. Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar
getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada
metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar
lain ( sindroma neoplasia endokrin multipel ).
C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala kanker tiroid adalah:
1. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah
bening di daerah leher (karena metastasis).
2. Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung
dalam minggu), tanpa nyeri.
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan
menelan yang menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak
yang menunjukkan adanya desakan / infiltrasi ke trakea.
4. Suara penderita berubah atau menjadi serak.
5. Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan untuk mengevaluasi nodul
tiroid dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk penentuan status fungsi
dengan memeriksa kadar TSHs dan hormon tiroid, pemeriksaan
Ultrasonografi, sidik tiroid, CT scan atau MRI, serta biopsi aspirasi jarum
halus dan terapi supresi Tiroksin untuk diagnostik.
1. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang dapat
menditeksi kemungkinan keganasan. Pemeriksaan TSH yang meningkat
berguna untuk tiroiditis. Pemeriksaan kadar antibody antitiroid
peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto yang sering timbul nodul uni/bilateral. Sehingga masih
mungkin terdapat keganasan.
2. Pemeriksaan calcitonin merupakan pertanda untuk kanker tiroid jenis
medulare, sedangkan pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitif untuk
keganasan tiroid tetapi tidak spesifik. Karena bisa ditemukan pada keadaan
lain seperti tiroiditis dan adenoma tiroid.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan noninvasif dan
ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high frequency real-time''
(generasi baru USG). Dengan alat ini akan diperoleh gambaran anatomik
secara detail dari nodul tiroid, baik volume (isi), perdarahan intra-noduler,
serta membedakan nodul solid/kistik/campuran solid-kistik. Gambaran
yang mengarah keganasan seperti massa solid yang hiperkoik,
irregularitas, sementara gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada
pemeriksaan dengan USG. Dari satu penelitian USG nodul tiroid
didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista tersebut
hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau campuran
berkisar 20%.
4. Pemeriksaan sidik tiroid dapat memberikan gambaran morfologi fugsional,
hasil pencitraannya merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid. Bahan
radioaktif yang digunakan I-131 dan Tc-99m. Pada sidik tiroid 80-85%
nodul tiroid memberikan hasil dingin (cold), sedangkan 10-15%
mempunyai risiko ganas. Nodul panas (hot) dijumpai sekitar 5% dengan
risiko ganas paling rendah, sedang nodul hangat (warm) 10-15% dari
seluruh nodul dengan risiko ganas kurang dari 10%.
5. Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic scanning) dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) diperlukan bila ingin mengetahui adanya
perluasan struma substernal atau terdapat kompresi/penekanan pada jalan
nafas.
6. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus dianggap sebagai metode yang
efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada nodul tiroid yang
soliter maupun pada yang multinoduler. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus ini mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%.
7. Terapi supresi Tiroksin (untuk diagnostik). Rasionalisasi dari tindakan ini
adalah bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi kelenjar tiroid
dan pertumbuhannya. Tes ini akan meminimalisasi hasil negatif palsu pada
biopsi aspirasi jarum halus.
E. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
1. Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan
tiroidektomi (operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan
untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan
dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan kanker jenis
papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada
lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral.
2. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi
total dengan maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan
meningkatkan spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau
penyebaran kanker. Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan
tumor soliter berdiameter kurang 1mm, kecuali ditemukan adanya
penyebaran.
3. Terapi Supresi L-Tiroksin
Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi
dipertimbangkan karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila
tidak ditekan akan merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang
tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi untung ruginya dengan
terapi ini. Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan
gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah
tulang.
Secara khusus (berdasarkan klasifikasi kanker tiroid), penatalaksanaan kanker
tiroid adalah:
1. Penatalaksanaan Kanker Papiler
Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang
melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya. Nodul
dengan diameter lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan
kelenjar tiroid di sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan
untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Pembedahan hampir selalu
bisa menyembuhkan kanker ini. Diberikan hormon tiroid dalam dosis
yang cukup untuk menekan pelepasan TSH dan membantu mencegah
kekambuhan. Jika nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan
pengangkatan sebagian besar atau seluruh kelenjar tiroid dan
seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan bahwa
jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan
menyerapnya dan hancur. Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin
diperlukan untuk memastikan bahwa keseluruhan kanker telah
dihancurkan. Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan.
2. Penatalaksanaan Kanker Folikuler
Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin
kelenjar tiroid dan pemberian yodium radioaktif untuk
menghancurkan jaringan maupun sel kanker yang tersisa.
3. Penatalaksanaan Kanker Anaplastik
Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak
menyerap yodium radioaktif. Pemberian obat anti kanker dan terapi
penyinaran sebelum dan setelah pembedahan memberikan hasil yang
cukup memuaskan. Operasi reseksi diikuti radiasi dan kemoterapi.
4. Penatalaksanaan Kanker Meduler
Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid. Lebih
dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari
sindroma neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika
kanker meduler berdiri sendiri, maka angka harapan hidup
penderitanya tidak sebaik itu. Kadang kanker ini diturunkan, karena
itu seseorang yang memiliki hubungan darah dengan penderita kanker
meduler, sebaiknya menjalani penyaringan untuk kelainan genetik.
Jika hasilnya negative, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut
tidak akan menderita kanker meduler. Jika hasilnya positif, maka dia
akan menderita kanker meduler; sehingga harus dipertimbangkan
untuk menjalani pengangkatan tiroid meskipun gejalanya belum
timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat. Kadar kalsitonin
yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang berlebihan setelah
dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam meramalkan
apakah seseorang akan menderita kanker meduler.
F. Konsep asuhan keperawatan
a. Focus pengkajian
1. Pengkajian
Pada bab ini akan di sajikan hasil pelaksanaan asuhan
kepperawatan yang di mulai dari tahap pengkajian, dignosa,
intervensi, imp;ementasi, dan evaluasi pada tanggal 12 januari 2021 di
ruang teratai RSUD pelita jaya samarinda.
2. Identitas pasien
Pasien atas nama Ny. B berusia 35 tahun beragama islam, klien
tinggal di tenggarong seberang, pekerjaan swasta pendidikan terakhir
pasien SMA, klien masuk rumah sakit pada tanggal 12 januari 2021.
3. Anamnesis
Anamnesis (keterangan riwayat penyakit) merupakan bagian
penting dalam menegakkan diagnosis. Pasien dengan nodul tiroid
nontoksik baik jinak maupun ganas, biasanya datang dengan keluhan
kosmetik atau takut timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan
tiroid tidak menimbulkan keluhan, kecuali jenis anaplastik yang
sangat cepat membesar dalam beberapa minggu saja. Pasien umumnya
mengeluh adanya gejala penekanan pada jalan napas (sesak) atau pada
jalan makanan (sulit menelan). Pada nodul dengan adanya perdarahan
atau disertai infeksi, bisa menimbul keluhan nyeri. Keluhan lain pada
keganasan tiroid yang mungkin timbul adalah suara serak.
4. Pemeriksaan fisik
Perlu dibedakan antara nodul tiroid jinak dan ganas. Yang jinak,
dari riwayat keluarga: nodul jinak, strumadifus, multinoduler.
Pertumbuhannya relatif besarnya tetap. Konsistensinya lunak, rata dan
tidak terfiksir. Gejala penekanan dan penyebarannya tidak ada.
Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga: karsinoma medulare,
nodul soliter, Usia kurang dari 20 tahun atau di atas 60 tahun. Pria
berisiko dua kali daripada wanita dan riwayat terekspos radiasi leher.
Pertumbuhannya cepat membesar. Konsistensi, padat, keras, tidak rata
dan terfiksir. Gejala penekanan, ada gangguan menelan dan suara
serak. Penyebarannya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.

G. Asuhan keperawatan

Diagnosis SLKI SIKI


Keperawatan
Gangguan menelan Status nutrisi Pemberian makan
enternal
b.d defek laring
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan dalam waktu - Priksa posisi NGT
3x24 di harapkan pemenuhan dengan memeriksa
nutrisi pasien membaik residu lambung atau
mengauskultasi
Dengan kriteria: hembusan udara
- Verbalisasi keinginan - monitor rasa penuh,
untuk meningkatkan nutrisi mual dan muntah
- Frekuensi makan - monitor residu lambung
- Bising usus tiap 4-6 jam selama 24
jam pertama, kemudian
tiap 8 jam selama
pemberian makanan via
enternal.
Terapeutik
- gunakan teknik bersih
dalam pemberian
makan via selang.
- Ukur residu sebelum
pemberian makan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
makanan tiap jam
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
cidera fisiologi Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan dalam waktu - Identifikasi lokasi,
3x24 di harapkan nyeri pasien karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri [4] intensitas nyeri
- Meringis [4] - Identifikasi respon nyeri
non verbal
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik
- Berikan teknik non
frmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ansietas b.d Tingkat ansietas Terapi relaksasi
Observasi
kekhawatiran
Setelah dilakukan tindakan - identifikasi teknik
mengalami kegagalan keperawatan dalam waktu relaksasi yang pernah
3x24 di harapkan kecemasan efektif digunakan
pasien menurun - identifikasi kesediaan,
kemampuan dan
Dengan kriteria: penggunaan teknik
- Verbalisasi khawatir sebelumnya
akibat kondisi yang di - monitor respon terhadap
alami terapi relaksasi
- Perilaku gelisah Terapeutik
- berikan informasi
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik
relaksasi
Edukasi
- jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, jenis relaksasi
yang tersedia
- anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
Gangguan Komunikasi verbal Promosi komunikasi:
komunikasi verbal b.d Setelah dilakukan tindakan defisit bicara
keperawatan di harapkan Observasi
pasien: - Monitor kecepatan,
- Kemampuan berbicara [4] tekanan, kuantitas,
- Keseuaian ekspresi volume, dan diksi
wajah/tubuh [4 bicara
Terapeutik
- Gunakan metode
komunikasi alternatif
- Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan
Edukasi
- Anjurkan berbicara
perlahan
H. WOC

Terapi penyinaran di kepala, leher dan


dada, riwayat keluarga, endemis,
konsumsi minim yodium

Timbul neoplasma, pertumbuhan kecil


(nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3, T4, kalsitonin meningkat

Massa tiroid meningkat

Memunculkan kanker tiroid

Pembengkakan laring

Cidera pita suara, Nyeri akut Kecemasan akan


Gangguan
serak penyakit
menelan

Gangguan Ansietas
komunikasi verbal
I. Analisis pengkajian

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH
PSIK ITKES WITYATA HUSADA SAMARINDA

Nama Mahasiswa : Afrida Sari


Tempat Praktek : Klinik Itkes Whs
Tanggal : 12 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Ny. B Suku : jawa

Umur : 35 tahun Pendidikan : SMA

J. kelamin : perempuan Pekerjaan : swasta

Alamat : tenggarong seberang Lama bekerja : 5 Tahun

Status : menikah Tanggal MRS : 12 jan 2021


Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 12 jan 2021
Sumber Informasi : pasien.

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama saat masuk RS: .

- Pasien mengatakan terdapat pembesaran pada leher, dan nyeri

2. Riwayat penyakit sekarang:


- Pasien dengan pembesaran nodul pada leher, nyeri dan tidak bisa
menelan

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien mengatakan tidak ada penyakit terdahulu yang berhubungan
dengan leher
Genogram:

4. Diagnose medik saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang di


lakukan :
- Diagnose medik cancer thyroid
III. PENGKAJIAN SAAT INI (MULAI DARI HARI PERTAMA
SUDARA MERAWAT KLIEN)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/ perawatan
- Pasien hanya mengetahui penyakit nya saat ini adanya pembesaran
pada bagian lehernya
2. Pola nutrisi/metabolic
a. Program diit RS
- Tidak dilakukan program diit
b. Intake makanan
- Nafsu makan berkurang, karena kesulitan menelan
c. Intake cairan
- Minum sedikit 2-3 gelas sehari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
- Kebiasaan defekasi 2 hari sekali
b. Buang air kecil
- Pasien pagi ini buang air kecil 2x
4. Pola aktifitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi/ROM v
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
5. Oksigenasi
- Pasien tidak mengalami sesak, tidak ada perafasan cuping hidung,
tarikan dinding dada tidak ada
6. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawatan saat bangun
tidur)
- pasien tidur malam hari jam 9 sampai jam 5 subuh, tidak ada
gangguan tidur, Terkadang bangun di tengah malam untuk buang air
kecil
7. pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)
- penglihatan : baik, tidak ada rabun jauh/rabun dekat
- pendengaran : baik pasien dapat mendengarkan dengan baik apa
yang petugas tanyakan
- pengecapan : baik, pasien dapat merasakan asam, asin, manis, pahit
- sensasi : baik, pasien masih bisa merasakan benda-benda halus dan
kasar
8. pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, koping
diri)
- pasien mengatakan bahwa penyakitnya saat ini sudah parah sehingga
harus di rawat di RS, pasien mengharapkan kesembuhan dari
penyakit yang di deritanya saat ini.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
- Menstruasi : tidak ada masaah saat menstruasi, menstruasi lancar
- Masalah seksualitas/penyakit: tidak ada
10. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,
kemampuan keuangan):
- Pasien mengatakan komunikasi dengan keluarga/ orang lain sangat
baik.
11. Pola managemen koping stress
- Pasien mengatakan akir-akhir ini belum ada perubahan dalam
hidupnya, pasien mengatakan jika dirinya mengalami setres pasien
memilih kegiatan keagamaan seperti mengaji/mendengarkan
ceramah
12. System nilai keyakinan
- Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pasien sering
mengikuti pengkajian, pasien mengatakan agama adalah hal yang
paling penting
IV. Pemeriksaan fisik
(Cephalocaudal) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkursi, dan auskultasi.
Keluhan yang dirasakan saat ini :
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian leher saat di tekan, dan terlihat
tampak adanya benjolan

TD: 110/80 mmHg P: 16x/menit N: 78x/menit

S: 36,5 C BB/TB: 58kg/158 cm

1. Kepala :
- Rambut : tidak ada kerontokan pada rambut pasien
- Kulit kepala : tidak terdapat ketombe
- Bentuk kepala : tidak terlihat adanya kelainan bentuk kepala
2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengaran)
a. Penglihatan
Berkurang ganda kabur  buta/gelap
- Pasien mengatakan penglihatan baik, tidak ada penglihatan buram,
ganda, berkurang, gelap
 Visus: dioptric
 Sklera ikterik : ya/tidak (normalnya putih, ikterik adalah
perubahan warna pada sklera)
 Konjung tiva : Anemis/tidak anemis (normal konjungtiva
berwarna putih, konjungtiva adalah selaput lender yang
melapisi permukaan dalam kelopak mata)
 Nyeri : tidak ada nyeri pada bagian mata
 Kornea : jernih/keruh/berbintik
 Alat bantu : tidak ada/lensa kontak/kacamata
b. Pendengaran
 normal  berdengung  berkurang  alat bantu  tuli
- Pendengaran pasien baik, pasien dapat mendengarkan dengan
jelas apa yang dibicarakan oleh petugas.
3. Hidung
- Indra penciuman pasien baik, pasien dapat mengenali aroma
yang diberikan oleh perawat misalanya minyak kayu putih
4. Mulut/gigi/lidah
- Gigi pasien rapi, mulut pasien tidak terdapat lesi tidak ada
sariawan, lidah pasien baik pasien dapat merasakan makanan
5. Leher
- Saat dilakukan perabaan pada bagian leher, teraba adanya
benjolan, saat di inspeksi terlihat benjolan pada leher
6. Respiratori
a. Dada
- Pergerakan dinding dada pasien normal, bentuk dada simetris
b. Batuk : produktif/tidak produktif
- Karakteristik sputum : Pasien tidak sedang batuk
c. Bunyi napas saat ini : vesikuler/lainya, jelaskan
- Bunyi napas pasien normal, tidak ada suara napas tambahan
- Sesak napas : pasien tidak sedang sesak
 ekspirasi  inspirasi  istirahat aktivitas
- Tipe pernapasan
 perut  dada  biot
 kussmaul
 cynestokes  lainya
…………………………………………………………………
…..
- Frekuensi nafas : ………..x/menit
- Penggunaan otot-otot asesoris : ya/tidak,
- nafas cuping hidung: tidak menggunakan napas cuping hidung
- fremitus : (vibrasi ketika pasien mengatakan 77) normal
- Sianosis : ya/tidak
Keluhan lain : tidak ada
7. Kardiovaskular
- Riwayat hipertensi : tidak ada riwayat hipertensi
- Masalah jantung : tidak ada
- Demam rematik : tidak ada
- Bunyi jantung : frekuensi…….. irama: …………
Kualitas :………… murmur:………..
nyeri dada, intensitas: tidak ada nyeri dada
palpitasi
pusing :  cyanosis
 capilariy refill:

Riwayat keluhan lainnya: tidak ada keluhan lainya


 edema, lokasi: grade:
 hematoma, lokasi:
8. neurologis
- rasa ingin pingsan/pusing: pasien tidak merasakan pusing
- sakit kepala,lokasi nyeri: tidak mengalami sakit kepala
frekuennsi: -
 GCS : Eye= 4 Verbal= 5 Motorik= 6
 Pupil : isokor/unisokor
 Reflek cahaya : normal, pupil mengecil saat diberikan
reflek cahaya
 Sinistra : +/- cepat/lambat
 Dekstra : +/- cepat/lambat
 Bicara : normal
 komunikatif  aphasia pelo
………………………………………………………..
Keluhan lain :
 Kesemutan  bingung tremor
 gelisah  kejang
 Koordinasi ekastemitas
normal  paralisis,lokasi:  plegia,
lokasi:
Keluhan lain : tidak ada
9. Abdomen
- Nyeri tekan : tidak ada
- Lunak/keras : perut teraba lunak
- Massa : tidak ada ukuran/lingkar perut:
- Bising usus: terdengar bising usus 15x/menit (normal)
- Asites : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada keluhan lain yang berhubungan dengan
abdomen
10. Musculoskeletal
 Nyeri otot/tulang, lokasi : tidak ada nyeri otot
intensitas:
 Kaku sendi, likasi : tidak ada
 Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
 Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
 Fraktur (tertutup/terbuka) : tidak ada
 Pergerakan terbatas, jelaskan : tidak ada
 Keluhan lain, jelaskan : -
11. Seksualitas
- Aktif melakukan berhubungan seksual : -
- Penggunaan alat kontrasepsi : -
- Masalah/ kesulitan seksualitas: -
- Perubahan terakhir dalam frekuensi :-
Wanita
- Usia menarche: 12 tahun
- lamanya siklus : 27-30 hari
- durasi : 5-7 hari
- periode menstruasi terakhir : 01 januari 2021
- menopause :-
- melakukan pemeriksaan payu dara sendiri : 1bulan yang
lalu
- PAP smear terakhir : tidak ada
V. Program terapi
Tidak ada program terapi
Hasil pemeriksaan penunjang dan laboraturium (dimulai saat anda mengambil
sebagai kasus kelolaan, cantumkan tanggal pemeriksaan,dan kesimpulan
hasilnya)

pemeriksaan Normal range


TSH L: 0,5-6 mIU/L
P: 4-5 mIU/L
T4 L:5-12,5 µg/dl
P: 5-12 µg/dl
T3 L: 120-195 ng/dl
P: 70-190 ng/dl
VI. Analisa data
No Data Penunjang Kemungkinan Masalah
Penyebab
1. Data subjektif Kanker tiroid Gangguan menelan
Pasien mengeluh sulit
menelan

Data objektif
Makanan tertinggal di
rongga mulut

2. Data subjektif Pembengkakan laring Nyeri akut


Pasien mengatakan
nyeri pada bagian
lehernya
P: Pembengkakan
Q: seperti di tusuk
benda tajam
R: di sekitar leher
S: skala 5
T: sering

Data objektif
Pasien tampak
meringis,

3. Data subjektif Kecemasan akan penyakit Ansietas


Pasien merasa
khawatir dengan
kondisi yang dihadapi

Data objektif
Pasien tampak gelisah
VII. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan menelan b.d defek laring
2. Nyeri akut b. agen cidera fisiologis
3. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

Diagnose SKLI SIKI


keperawatan
Gangguan menelan Status nutrisi Pemberian makan
enternal
b.d defek laring
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Priksa posisi NGT
dalam waktu 3x24 di dengan memeriksa
harapkan pemenuhan residu lambung
nutrisi pasien membaik atau
mengauskultasi
Dengan kriteria: hembusan udara
- Verbalisasi - monitor rasa
keinginan untuk penuh, mual dan
meningkatkan muntah
nutrisi - monitor residu
- Frekuensi makan lambung tiap 4-6
- Bising usus jam selama 24 jam
pertama, kemudian
tiap 8 jam selama
pemberian
makanan via
enternal.
Terapeutik
- gunakan teknik
bersih dalam
pemberian makan
via selang.
- Ukur residu
sebelum pemberian
makan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
makanan tiap jam
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Observasi
cidera fisiologi
Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik,
dalam waktu 3x24 di durasi, frekuensi,
harapkan nyeri pasien kualitas, intensitas
menurun nyeri
Dengan kriteria: - Identifikasi respon
- Keluhan nyeri nyeri non verbal
menurun - Identifikasi
- Meringis menurun pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
Terapeutik
- Berikan teknik non
frmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ansietas b.d Tingkat ansietas Terapi relaksasi
Observasi
kekhawatiran
Setelah dilakukan - identifikasi teknik
mengalami kegagalan tindakan keperawatan relaksasi yang
dalam waktu 3x24 di pernah efektif
harapkan kecemasan digunakan
pasien menurun - identifikasi
kesediaan,
Dengan kriteria: kemampuan dan
- Verbalisasi penggunaan teknik
khawatir akibat sebelumnya
kondisi yang di - monitor respon
alami terhadap terapi
- Perilaku gelisah relaksasi
Terapeutik
- berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Edukasi
- jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
jenis relaksasi yang
tersedia
- anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- demonstrasikan dan
latih teknik
relaksasi
LAPORAN ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN

(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : afrida sari Tanggal :

NIM : P2002002 Tempat : ruang teratai

N ITEM REVIEW
O
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny B
2. Usia : 35 tahun
3. Diagnosa medis : ca thyroid
4. Diagnosa keperawatan : Gangguan menelan
5. Tindakan yang : Pemasangan NGT
6. dilakukan
7. Tanggal tindakan : 13 januari 2021
8. Waktu : 08.00
Pengertian Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung
(gaster)
Tujuan 1. memasukan makanan cairan/obat-obatan
2. mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada di dalam
lambung
3. mengirigasi karena pendarahan/keracunan dalam lambung
indikasi 1. pasien tidak sadar (koma)
2. pasien yang tidak mampu menelan
3. pasien keracunan
4. pasien dengan muntah darah
kontraindikasi 1. pasien yang memiliki tumor dirongga hidung atau esophagus
2. pasien yang mengalami cidera servikal
3. pasien yang mengalami cidera serebrospinal
4. pasien dengan fraktur facialis
9. Kerja Pra interaksi :

1. Melakukan verivikasi data


2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Orientasi :
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik, memastikan
idenitas pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada keluara atau pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
Alat dan bahan :
1. Selang NGT sesuai ukuran yang di pakai
2. Jelly NGT
3. Bengkok
4. Plaster
5. Klem
6. Handscoen
7. Pinset anatomis
8. Kapas alcohol
9. Spuit 10 cc
10. Handuk pengalas
11. stetoskop
Tahap kerja :
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau fowler
(jika tidak ada kontra indikasi)
3. Memakai sarung tangan
4. Membersihkan lubang hidung pasien
5. Memasang pengalas diatas dada
6. Meletakkan bengkok atau baskom muntah depan pasien
7. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari ujung hidung klien ke ujung
telinga atas lalu dilanjutkan sampai processus xipoideus
8. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sepanjang 20-30 cm
9. Meminta pasien untuk rileks dan tenang, masukan selang secara
perlahan sepanjang 5-10 cm lalu meminta pasien untuk
menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan
10. Masukkan selang sampai batas yang ditandai
11. Jangan memasukkan selang secara paksa jika ada tahanan
12. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung dengan
menggunakan metode whoosh tes :
a. Meletakkan stetoskop pada epigastrium kiri
b. Melakukan aspirasi udara dengan spuit 10 cc
c. Menyemprotkan udara yang berada di dalan spuit dengan
cepat sambil mendengarkan ada atau tidaknya suara pada
stetoskop. Jika terdengar suara whoosh maka NGT masuk ke
dalam lambung (tambah 2 cara)
d. Masukan ujung luar selang NGT kedalam air
e. Aspirasi cairan lambung
13. Bila pipa telah ditempatkakn dengan tepat, fiksasi pipa
menggunakan plaster pada muka dan hidung
14. Tutup ujung pipa bila tidak segera digunakan dengan cara
melipat ujung selang. Bila ingin digunakan memberikan nutrisi
maka hubungkan dengan spuit
15. Merapihkan alat, melepas sarung tanagn, mencuci tangan.
Tahap terminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

ANALISA
TINDAKAN
1 Tindakan keperawatan Pemasangan NGT
yang dilakukan Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung
Nama pasien: Ny B (gaster)
Diagnose medis: ca
thyroid
Tanggal tindakan: 13
januari 2021
2 Diagnose keperawatan Gangguan menelan b.d defek laring
3 Tujuan tindakan Meningkatkan status nutrisi pasien
4 Prinsip-prinsip
tindakan dan rasional
5 Bahaya yang mungkin Terjadinya penumpukan makanan dalam lambung
terjadi akibat tindakan
tersebut dan cara
penangananya
6 Hasil yang didapat dan Pemasangan berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan.
makna
7 Identifkasi Auskultasi bising usus,
keperawatan lainya Identifikasi setiap pemberian makan di lakukan
dapat dilakukan untuk
mengatasi
masalah,diagnose
tersebut
8 Evaluasi diri tentang Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan waktu
pelaksanaan tindakan yang lebih efesien, tidak ada kendala saat di lakukan pemasangan
tersebut NGT
LAPORAN ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN

(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : afrida sari Tanggal :

NIM : P2002002 Tempat : ruang teratai

N ITEM REVIEW
O
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny B
2. Usia : 35 tahun
3. Diagnosa medis : ca thyroid
4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut
5. Tindakan yang : Pemberian relaksasi nafas dalam
6. dilakukan
7. Tanggal tindakan : 13 januari 2021
8. Waktu : 08.00
Pengertian Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Tujuan 1. Meningkatkan aliran udara dan oksigen dalam darah
2. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
3. Membantu dan meningkatkan relaksasi
4. Meningkatkan kualitas tidur
Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri
Kontraindikasi Tidak ada
9. Kerja Pra interaksi
1. Membaca status klien
2. Identifikasi klien
3. Mencuci tangan
Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Identifikasi klien
3. Memberikan salam terapeutik
4. Validasi kondisi pasien saat ini
5. Menjaga keamanan privasi pasien
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien dan keluarga
Tahap kerja

1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada


sesuatu yang kurang dipahami / jelas

2. Atur posisi agar pasien rileks tanpa adanya bebab fisik, baik
duduk maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk, maka
bantu pasien duduk di tepi tempat tidur atau posisi duduk
tegak di kursi. Posisi juga bisa semifowler, berbaring di
tempat tidur dengan punggung tesangga bantal

3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga


pasru berisi udara

4. Instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan


udara membiarkannya keluar diri setiap bagian anggota
tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya

5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal


beberapa saat (1-2 menit)

6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,


kemudian menghembuskan dengan cara perlahan dan
merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki,
menuju keparu-paru dan seterusnya udara dan rasakan udara
mengalir keseluruh tubuh

7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan


tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari
ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatannya

8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apa


bila rasa nyeri kembali lagi

9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk


melakukan secara mandiri
10. Ulangin latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali

Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
ANALISA
TINDAKAN
1 Tindakan keperawatan Pemberian relaksasi napas dalam
yang dilakukan
Nama pasien: Ny B
Diagnose medis: ca
thyroid
Tanggal tindakan: 13
januari 2021
2 Diagnose keperawatan Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
3 Tujuan tindakan Mengurangi rasa nyeri pada bagian leher pasien
4 Prinsip-prinsip
tindakan dan rasional
5 Bahaya yang mungkin
terjadi akibat tindakan
tersebut dan cara
penangananya
6 Hasil yang didapat dan
makna
7 Identifkasi
keperawatan lainya
dapat dilakukan untuk
mengatasi
masalah,diagnose
tersebut
8 Evaluasi diri tentang Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan waktu
pelaksanaan tindakan yang lebih efesien, tidak ada kendala saat di lakukan terapi relaksasi
tersebut dengan nafas dalam
LAPORAN ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN

(KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Nama mahasiswa : afrida sari Tanggal :

NIM : P2002002 Tempat : ruang teratai

N ITEM REVIEW
O
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien : Ny B
2. Usia : 35 tahun
3. Diagnosa medis : ca thyroid
4. Diagnosa keperawatan : Ansietas
5. Tindakan yang : Pemberian Aromaterapi lavender
6. dilakukan
7. Tanggal tindakan : 13 januari 2021
8. Waktu : 08.00
9 Pengertian Aromaterapi adalah salah satu bagian dari pengobatan alternatif yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap dikenal
sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya yang dapat
mempengaruhi jiwa, emosi dan kesehatan seseorang.
10 Tujuan Untuk menenangkan/mengurangi rasa kecemasan pada pasien,
11 indikasi Pasien merasakan cemas
12 kontraindikasi Pasien dengan gangguan pernafasan
13 Kerja Pra interaksi :

4. Melakukan verivikasi data


5. Mencuci tangan
6. Menyiapkan alat
Orientasi :
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik, memastikan
idenitas pasien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada keluara atau pasien
6. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
Alat dan bahan :
12. Minyak esensial lavender
13. Anglo
14. Lilin
15. Korek api
16. Air
Tahap kerja :
16. Menjaga privacy
17. Menanyakan keluhan sebelum dilakukan tindakan
18. Ciptakan suasana yang tenang
19. Anjurkan pasien untuk rileks dan tenag
20. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
21. Tuangkan air sebanyak 5 cc kemudian teteskan minyak
aromaterapi pada alat pengharum sebanyak 3 tetes diatas tempat
anglo
22. Kemudian nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 60 C
sampai aromaterapi tercium baunya dan dekatkan alat pada
penderita
23. Anjurkan pasien menghirup selama 10 menit
24. Anjurkan penderita bernafas beberapa kali dengan irama normal
25. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
26. Usahakan pasien tetap berkonsenterapi
27. Anjurkan pasien untuk mengulangi prosedur
Tahap terminasi :
6. Melakukan evaluasi tindakan
7. Membereskan alat
8. Berpamitan dengan pasien
9. Mencuci tangan
10. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

ANALISA
TINDAKAN
1 Tindakan keperawatan Pemberian aromaterapi lavender
yang dilakukan Aromaterapi lavender merupakan bagian dari pengobatan alternative
Nama pasien: Ny B yang menggunakan esensial oil lavender
Diagnose medis: ca
thyroid
Tanggal tindakan: 13
januari 2021
2 Diagnose keperawatan Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
3 Tujuan tindakan Untuk mengurangi kecemasan pasien
4 Bahaya yang mungkin Alergi: aromaterapi dapat menyebabkan reaksi alergi berupa hidung
terjadi akibat tindakan tersumbat dan bersin-bersin. Cara pencegahan: tanyakan terlebih
tersebut dan cara dahuku ke pasien apakah pasien menderita alergi aromaterapi.
penangananya
5 Hasil yang didapat dan Pasien merasakan lebih tenang, pasien tidak mengalami gangguan
makna pernafasan
6 Identifkasi Selalu monitor keadaan pasien saat diberikan aromaterapi
keperawatan lainya
dapat dilakukan untuk
mengatasi
masalah,diagnose
tersebut
7 Evaluasi diri tentang Praktek berjalan dengan lancar, tindakan dilakukan dengan waktu
pelaksanaan tindakan yang lebih efesien, tidak ada kendala saat di lakukan pemberian
tersebut aroma terapi

Anda mungkin juga menyukai