Anda di halaman 1dari 3

BERHARI RAYA DENGAN PENUH SUKA CITA

Oleh: Prof. Dr. H. A. Fahmy Arief, MA

‫الرِح ْي ِم‬
َّ ‫ح ِن‬
‫الر ْ م‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫هللا‬ ْ

1) Hari raya sering disebut dengan “ٌ‫” ِعيْد‬, maknanya ialah berpesta ria atau bergembira
ria. Intinya ialah, pada hari itu tidak boleh ada seorang pun di antara kaum muslimin
dan muslimat yang bersedih hati dan bermuram durja. Mereka bergembira ria karena
berhasil memenangkan suatu perjuangan yang teramat berat selama mereka
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Bayangkan, berpuasa selama sebulan
penuh, luar biasa.
ْ ‫ ”ا ْل ِف‬maknanya ialah watak dasar, naluri, dan karakter. Kalau digabung
2) Kata “ٌ‫طر‬
ْ ‫” ِعيْد ٌا ْل ِف‬, maka makna
menjadi satu nomenklatur, dalam hal ini ialah “ٌ‫ط ِر‬
komprehensifnya ialah, kaum muslimin dan muslimat merayakan momentum kembali
kepada watak dasar setelah menjalani penempaan yang luar biasa selama bulan
Ramadhan. Apa yang ditempa? Jawabannya ialah fisik dan mental, lahiriyyah dan
batiniyyah. Pada sisi fisik dan lahiriyyah, mereka menahan diri dari makan dan
minum dan segala apa yang membatalkan puasanya dari sejak terbit fajar di pagi hari
sampai tenggelamnya matahari di sore hari. Dari sisi mental dan batiniyyah, mereka
dilatih untuk selalu bersabar dan menahan nafsu dalam segala hal yang menyangkut
ْ ِ‫”ف‬, suci bersih dalam
keduniaan. Hasil dari kedua tempaan itu disebut dengan “ٌ‫ط َرة‬
pengertian segala dosa yang dilakukan mereka selama sebelas bulan yang lalu
diampuni oleh Allah SWT. Dalam bahasa Rasulullah SAW. dikatakan seperti iniٌ:
ْ ‫ىٌالف‬
ٌ "ٌِ‫ِط َرة‬ ْ َ‫عل‬َ ٌ‫"كلٌُّ َم ْول ْودٌٍي ْولَد‬
Artinya, setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci bersih.
3) Faktor inilah yang menyebabkan kaum muslimin dan muslimat bergembira ria di hari
ْ ‫” ِعيْد ٌا ْل ِف‬. Bisa dibayangkan, pada hari itu mereka bagaikan seorang bayi yang baru
“ٌ‫ط ِر‬
dilahirkan oleh ibunya, suci bersih tanpa dosa.
Mengapa suci bersih tanpa dosa? Jawabannya ialah, karena bila ada seorang muslim
atau muslimah di malam pertama bulan Ramadhan bersenandung dalam doa, pasti
dikabulkan. Bila ada di antara mereka yang bersimpuh dalam senandung puji-pujian
kepada Allah SWT., dipastikan yang bersangkutan dicintai dan dikasihi-Nya. Bila ada
di antara mereka yang beristighfar dan bertaubat, pasti diterima-Nya. Di luar
Ramadhan, belum tentu. Apakah ada lagi yang lebih dahsyat dari semua itu?
Jawabannya, ya. Apa pula itu?
Sesungguhnya Allah SWT. memerintahkan Malaikat Kiraman dan Malaikat Katibin
sepanjang bulan Ramadhan untuk hanya merekam amal kebajikan mereka yang
berpuasa Ramadhan itu dan tidak merekam perbuatan dosa mereka. Bahkan Allah
SWT. mengampuni dosa-dosa yang mereka lakukan sepanjang sebelas bulan yang
lalu.
ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬itu diwujudkan
4) Kegembiraan kaum muslimin dan muslimat di hari raya “ٌ‫ط ِر‬
dalam bentuk kegiatan apa? Biasanya di sore hari menjelang hari raya, kaum
muslimin dan muslimat berbondong-bondong mendatangi panitia pengumpul zakat
setempat. Mereka menyerahkan zakat fitrah kepada panitia tersebut untuk
didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya.
Siapakah mereka yang berhak menerima zakat fitrah? Mereka adalah orang fakir
َ ), orang yang baru masuk Islam (ٌ‫)م َؤلَّف‬,
(ٌ‫)فَ ِقيْر‬, orang miskin (ٌ‫) ِم ْس ِكيْن‬, panitia (ٌ‫عامِل‬
hamba sahaya (ٌ‫)رقَاب‬,
ِ orang yang berhutang (ٌ‫َارم‬
ِ ‫)غ‬, pejuang agama Allah SWT. (ٌ ‫سبِيْل‬
َ
ٌِ‫)للا‬, dan musafir (ٌ‫سبِ ْي ِل‬
َّ ‫)ابْنٌال‬.
Lantas, zakat fitrah itu dikeluarkan dalam bentuk apa saja? Kalau meminjam bahasa
tuan guru kita, yang dikeluarkan itu ialah makanan pokok bagi penduduk negeri,
seperti beras dan sejenisnya. Setiap pribadi atau setiap jiwa wajib mengeluarkannya
setara 2 ½ kilogram.
5) Kegembiraan kaum muslimin dan muslimat yang berikutnya ialah melaksanakan
ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬di mesjid atau di lapangan terbuka. Untuk kesempatan kali
shalat hari raya “ٌ‫ط ِر‬
ini, sehubungan dengan upaya kita bersama dalam memutus mata rantai persebaran
ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬dilaksanakan di rumah saja. Meminjam
Covid-19, maka shalat hari raya “ٌ‫ط ِر‬
istilah Presiden Jokowi, silahkan bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di
rumah.
ْ ‫ٌالف‬
Apa hukumnya melaksanakan shalat hari raya “ٌ‫ِط ِر‬ ْ ‫ ?” ِعيْد‬Hukumnya ialah “ٌ‫”سنَّة ٌم َؤ َّكدَة‬
yaitu sunat yang ditekankan untuk dilaksanakan. Dalam hal ini ialah pelaksanaanya
fleksibel saja. Tidak bisa dilaksanakan di masjid atau di lapangan terbuka, silahkan
dilaksanakan di rumah saja. Tidak bisa dilaksanakan secara berjamaah, boleh
ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬itu dilaksanakan di
dilaksanakan secara sendirian. Jikalau shalat hari raya “ٌ‫ط ِر‬
rumah dan tidak ada khatibnya maka boleh shalatnya dilaksanakan tanpa adanya
ْ ‫” ِعيْد ٌا ْل ِف‬. Rentang waktu pelaksanaan shalatnya ialah dimulai saat terbit
khutbah “ٌ‫ط ِر‬
matahari sampai pun saat tergelincirnya matahari.
ْ ‫?” ِعيْد ٌا ْل ِف‬
Lantas, apa saja yang harus kita lakukan sebelum melaksanakan shalat “ٌ‫ط ِر‬
Pertama, kita melakukan mandi di pagi hari. Kedua, mengenakan pakaian yang bagus
dan rapi. Ketiga, menggunakan minyak wangi dengan niat mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW. Keempat, disunatkan sarapan pagi sebelum melaksanakan shalat
ْ ‫” ِعيْد ٌا ْل ِف‬. Kelima, mengumandangkan kalimat-kalimat takbir (ٌ‫)تَ ْكبِيْر‬, dimulai dari
“ٌ‫ط ِر‬
terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan sampai imam berdiri untuk
ْ ‫” ِعيْد ٌا ْل ِف‬. Mengumandangkan kalimat-kalimat “ٌ‫”تَ ْك ِبيْر‬
melaksanakan shalat “ٌ‫ط ِر‬
diusahakan dengan suara yang nyaring dan dengan lidah yang fasih.
6) Dalam situasi yang normal, disunatkan pergi ke mesjid atau lapangan terbuka dengan
cara mengambil jalan yang berbeda. Ini dimaksudkan dalam upaya memperpanjang
jarak tempuh perjalanan untuk mendapatkan pahala yang berlimpah. Dalam situasi
yang normal, di Indonesia ada tradisi saling mengunjungi jiran tetangga. Tentu
sekedar bermaaf-maafan dan saling bertukar oleh-oleh. Dalam situasi yang normal,
malam takbiran dimeriahkan dengan konvoi anak-anak muda mengarak bedug
berkeliling kampung dan kota. Di beberapa daerah kabupaten dan kota, konvoi itu
bahkan difasilitasi oleh pihak Pemerintah Daerah setempat. Masing-masing daerah
kecamatan menampilkan konvoi mobil berhias dengan mengumandangkan gema
takbir (ٌ‫ )تَ ْك ِبيْر‬yang meriah. Dalam situasi yang normal, masing-masing instansi dan
lembaga serta ormas keagamaan, selesai hari raya “ٌ‫ط ِر‬ ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬mereka menyambungnya
dengan acara “ٌ‫”ح ََللٌبِ َح ََل ٍل‬.
َ Konon kabarnya, istilah ini diperkenalkan oleh Presiden RI
yang pertama, Dr. Ir. H. Soekarno. Dengan demikian acara “ٌ‫ ” َح ََلل ٌبِ َح ََل ٍل‬ini, menjadi
ciri khas Indonesia dan sama sekali tidak dikenal di kawasan Timur Tengah.
Apa yang dipaparkan di atas, terlaksana dengan penuh kegembiraan, jikalau situasi
ْ ‫ ” ِعيْد ٌا ْل ِف‬tahun 1441 H. ini,
dalam keadaan normal. Sedangkan untuk kegiatan “ٌ‫ط ِر‬
situasinya sudah berbeda. Negeri kita Indonesia tercinta ini sedang dilanda wabah
yang mengerikan, yaitu Covid-19. Tetapi kita tidak sendirian, ada 209 negara di dunia
pada saat yang sama mengalami musibah yang sama, Covid-19. Dengan demikian,
bagi kita umat Islam Indonesia, tidak ada pilihan lain selain menaati anjuran
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk tinggal di rumah saja. Dalam hal ini,
ْ ‫ٌالف‬
tentu juga termasuk berhari raya “ٌ‫ِط ِر‬ ْ ‫ ” ِعيْد‬di rumah saja. Tidak apa-apa, untuk tahun
ini kita berhari raya dengan penuh suka cita.

ِ ‫لص َو‬
﴾‫اب‬ َّ ‫﴿ َوهللاُ أَ ْعلَ ُم ِِب‬

Anda mungkin juga menyukai