PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
ASTRI NOPIANI
NIM : 16.01.1.081
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani. Diharapkan dengan menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja pada kegiatan kerja maka para pihak dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut yang beresiko muncul
kecelakaan ataupun penyakit kerja dapat dihindari. Sedangkan yang
dikatakan pekerjaan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah dalam melakukan
pekerjaannya (Yoga, 2019)
Peraturan Mentri Ketenagakerjaan NO. 03/ MEN/ 1998,
menyatakan Kecelakaan Kerja merupakan kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga yang mana dapat menimbulkan kerugian
korban manusia serta kerugian harta benda. Sedangkam Penyakit Akibat
Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan serta lingkungan
kerja.
Menurut PP. NO. 44/2015 Tentang Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian, Dalam PP ini ditegaskan setiap pemberi
kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-undangan.
Menurut PP Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, SMK3
3
pasifik. Bahkan dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi si Asia.
Pada tingkat global, lebih dari 2,78 juta orang terdata meninggal setiap
tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Selain itu
terdapat sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal
setiap tahunnya yang banyak mengakibatkan absensi kerja. (ILO, 2018).
Hasil riset Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan memperlihatkan jumlah kecelakaan dan korban
meninggal dunia di indonesia sejak lima tahun terakhir (2014-2018).
Terdata pada tahun 2014 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.383 kali
dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 jiwa. Pada tahun 2015,
terjadi kecelakaan sebanyak 110.285 kali dengan korban meninggal dunia
sebanyak 2.308 jiwa. Pada tahun 2016, terjadi kecelakaan sebanyak
101.367 dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 jiwa. Pada tahun
2017, terjadi kecelakaan sebanyak 123.041 kali dengan korban meninggal
dunia sebanyak 3.000 jiwa. Pada tahun 2018 terjadi 173.105 kasus
kecelakaan kerja atau 40.273 kasus setiap hari. Dari jumlah sebanyak
4.678 kasus (3,18 %) berakibat kecacatan, dan 2,575 (1,75 %) kasus
berakhir dengan kematian (BPJS Ketenagakerjaan, 2019)
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementrian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, jumlah kasus Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK) di Provinsi Riau tahun 2017 menempati urutan ketiga jumlah
kecelakaan terbanyak yaitu sebesar 1.974 kasus. Bahkan untuk kategori
Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada tahun 2017, Provinsi Riau merupakan
provinsi dengan jumlah PAK tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 108
kasus dari 116 kasus di Indonesia. Dari data tingginya angka kecelakaan
akibat kerja dan penyakit akibat kerja di Provinsi Riau tentunya harus
mendapatkan perhatian khusus. (Kemenaker RI, 2018)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,
menyatakan Angka Kecelakaan Kerja menunjukkan tren yang meningkat.
Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang di laporkan sebanyak
123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105
5
B. Rumusan Masalah
PT. Kunango Jantan yang bergerak dibidang industri, yang mana di
dalam perusahaan terdapat proses pengelasan untuk membuat segala
barang produksi atau pembuatan yang berhubungan dengan
penyambungan besi atau baja dengan menggunakan las listrik.
Berdasarkan survei atau wawancara awal yang dilakukan di PT. Kunango
Jantan, maka perlu di tindak lanjuti dari kegiatan welding adalah kasus
7
kecelakaan kerja yang mana pekerja las mengalami luka pada mata akibat
masuknya pecahan geram besi. Hal ini dilakukan melalui proses
Identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan pengendaliann risiko
pada kegiatan welding. Dengan memperhatikan latar belakang, maka
didapatkan rumusan masalah ini adalah “Analisis Risiko Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja dengan Metode Hazard Identification, Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC) pada Kegiatan Pengelasan di PT.
Kunango Jantan Tahun 2020”.
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian mengenai masalah yang diangkat peneliti :
1. Bagaimana penerapan Metode Hazar Identification, Risk Assesment
and Risk Control (HIRARC) pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?
2. Bagaimana identifikasi bahaya pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?
3. Bagaimana penilain risiko pada kegiatan pengelasan di PT. Kunango
Jantan 2020?
4. Bagaimana pengendalian risiko pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan metode Hazar Identification, Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC) pada Kegitan Pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana penerapan Metode Hazar Identification,
Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) pada kegiatan
pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
8
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bentuk penerapan ilmu kesehatan masyarakat
khususnya dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
dipelajari serta menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam
penelitian.
2. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
sumber bagi pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan
masyarakat terutama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Bagi PT. Kunango Jantan
Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan lebih rinci
tentang analisis risiko KAK dan PAK mengunakan metode Hazard
Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC).
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Telaah Pustaka
1. Manajemen Risiko
a. Definisi
Definisi risiko berdasarkan ISO 31000 yang bersumber
pada ISO Guide 73 : 2009 menyatakan bahwa : risiko adalah
kemungkinan yang tak terduka dapat terjadi pada sasaran.
Manajemen risiko didefinisikan sebagai aktifitas organisasi yang
terarah dan terkoordinasi, yang berkaitan dengan risiko. (Susilo,
2018). Bahaya (hazard) adalah apapun yang menyebabkan
kerusakan bisa bersumber dari bahan, peralatan, proses kerja,
lingkungan dan lain sebagainya.
Menurut AS/NZS 4360, “Risk management is an iterative
process consisting of well-defined steps which, taken in sequance,
support better decisionmaking by contributing a greater insight
into risks and their impacts”. Manajemen risiko adalah suatu
proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan
dengan baik, mempunyai urutan dan membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
dapat ditiimbulkan. (Ahmad Anugrah, 2017).
Menurut Kurnia Kusuma 2012, Manajemen risiko
merupakan metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan
konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan,
monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan
dengan aktivitas apapun. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah
menjadi bagian integral dari suatu bentuk manajemen yang baik.
Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang
11
3) Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari
interaksi antara korban dan kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan mempertimbabgkan salah satu dari
tiga faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang
mendukung harus dapat diketahui secara detail.
4) Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan
ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan
tentang keselamatan kerja.
c. Penyebab Kecelakaan Kerja
Mengutip dari Suwardi (2018), penyebab kecelakaan kerja
disebabkan oleh :
1) Kecerobohan
a) Pemakaian peralatan tanpa mendapatkan pelatihan yang
tepat tentang penggunaanya.
b) Penggunaan alat atau perlengkapan dengan cara yang salah.
c) Lalai menggunaka perlengkapan pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, tameng dan pelindung dada.
d) Terburu-buru dan membiarkan bahaya kecil terjadi di
bengkel.
e) Kekacauan pekerjaan atau membiarkan diri anda diganggu
atau bingung.
2) Kondisi yang Tidak Aman Untuk Bekerja
a) Kurangnya intruksi dengan metode yang aman.
b) Kurang latihan.
15
c. Jenis Bahaya
Mengutip dari ramli (2010) ada beberapa jenis bahaya, dan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bahaya mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual
maupun penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong,
press, tempa, pengaduk dan lain-lain. Bagian yang bergerak
pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,
memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkupas.
2) Bahaya Listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi
listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik, dan hubungan singkat. Dilingkungan kerja
banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik
maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi
listrik.
3) Bahaya Kimiawi
Bahaya kimia mengandung berbagai potensi sesuai
dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi
akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
bahan-bahan kimia antara lain :
a) Keracunan bahan kimia yang bersifat racun (toxic)
b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti
asam keras, air aki dan lainnya.
c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah tebakar dan meledak misalnya
golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah,
premium, LPG, dan lainnya.
18
a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif menggunakan matriks risiko yang
menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu
kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko paling
rendah sampai risiko paling tinggi. Metode kualitatif adalah
menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan
yang akan diukur (Leo J. Susilo, 2018). Analisis risiko secara
kualitatif dapat menentukan risiko mana yang paling dominan
dengan cara mengalikan kemungkinan / kekerapan (probability)
dengan konsekuensi (consequence) dari risiko yang telah
diidentifikasi. (Imansari, 2017)
Tabel 1
Estimasi Kekerapan (Probability)
Level Kriteria Probabilitas/kemungkinan
A Almost Certain Kjadian dipekirakan terjadi pada
(Hampir pasti) hampir semua keadaan
B Likely (Mungkin) Kejadian mungkin akan sering
terjadi pada hampir semua
keadaan
C Possible (Sedang) Kejadian akan terjadi pada suatu
waktu
D Unilikely (Kadang- Kejadian dapat terjadi pada suatu
kadang) waktu / jarang
E Rare (Jarang) Kejadian yang mungkin hanya
dapat terjadi tidak dapat
diperkirakan
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999
21
Tabel 2
Estimasi Keparahan (Consequance)
Level Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak ada cedera, kerugian
(Tidak Signifikan) finansial rendah
2 Minor Cedera ringan, pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K),
kerugian finansial sedang
3 Moderate (Sedang) Cidera sedang, perlu penanganan
medis, kerugian finansial besar
4 Major (Mayor) Cidera berat, mengakibatkan
cacat/ hilangnya fungsi tubuh,
tidak berjalanya produksi,
kerugian materi besar
5 Catastrophic Menyebabkan kematian,
(Bencana) keruguian materi sangat besar.
Sumber :AS/NZS 4360 : 1999
Tabel 3
Matriks Penilaian Risiko Kualitatif
Consequences
Probability Isignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (Almost H H E E E
Certain)
B (Likely) M H H E E
C (Moderate) L M H E E
D (Unlikely) L L M H E
E (Rare) L L M H H
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999
3) Paparan (Exposure)
Exposure merupakan frekuensi seseorang berinteraksi
dengan hazard yang teridentifikasi, berikut adalah tabel
tingkatan paparan metode analisis semi kuantitatif.
Tabel 7
Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori Deskripsi Rating
Continously Sangat sering (sering terjadi dalam sehari) 10
Frequently Sering (terjadi sekali dalam sehari) 6
Occassionally Kadang-kadang (1 kali seminggu sampai 3
1 kali sebulan)
Infrequent Tidak sering (1 kalin sebulan sampai 1 2
kali setahun)
Rare Jarang (diketahui kapan terjadinya) 1
Very rare Sangat jarang (tidak diketahui kapan 0,5
terjadinya)
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 2004
6. Eveluasi Risiko
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 :
2004, evaluasi risiko merupakan suatu proses membandingkan
25
estimasi nilai risiko dengan kriteria yang telah disusun terlebih dahulu
dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat potensial dan
hasil yang tidak menguntungkan. Selanjutnya akan dilakukan proses
menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan
kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa
diterima, risiko mana yang harus dikurangi, atau risiko mana yang
bisa dikendalikan dengan cara yang lain. (Ahmad, 2017).
Tujuan dari eveluasi risiko adalah memperoleh informasi yang
memadai tentang risiko yang mempengaruhi ketercapain sasaran, baik
yang bersifat mengancam atau berdampak negatif terhadap sasaran
maupun bersifat peluang atau berdampak positif terhadap sasaran,
untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan menerima atau
menilai risiko. Proses evaluasi risiko dilakukan dengan menentukan
risiko-risiko mana dapat diterima dan risiko mana yang tidak dapat
diterima sehinga jika pemilik risiko mengambil risiko ini maka perlu
dibuatkan perlakuan risiko. (Leo J. Susilo, 2018;251)
Ada berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko
antara lain berdasarkan Standar Australia 10014b yang menggunakan
3 (tiga) kategori risiko yaitu :
a. Secara umum dapat diterima (generally acceptable)
b. Dapat di tolerir (tolerable)
c. Tidak dapat diterima (generally unacceptable)
Tingkat risiko pada analisis semi kuantitatif merupakan hasil
perkalian nilai variabel konsekuensi, paparan dan kemungkinan dari
risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan
pekerjaan. Tingkat risiko metode analisis semi kuantitatif dibagi
dalam beberapa kategori, yaitu Very Hight, Priority 1, Substansial 3,
Dan Acceptable (AS/NZS 4360 : 2004)
26
Tabel 8
Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif
Tingkat Risiko Kategori Tindakan
> 350 Very High Aktifitas dihentikan sampai risiko
bisa dikurangi hingga mencapai
batas yang dibolehkan atau
diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu pengendalian sesegera
mungkin
70 – 180 Substansial Mengharuskan adanya perbaikan
secara teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan
secara berkesinambungan
< 20 Acceptable Intensitas yang menimbulkan
risiko dikurangi seminimal
mungkin
Sumber : Risk Management AS/NZS 4360 : 2004
7. Pengendalian
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan
menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian
risiko berperan dalam meminimalisisr / mengurangi tingkat risiko
yang ada sampai risiko terendah atau sampai tingkatan yang dapat
ditolerir.
Mengutip dari Ramli (2010), pengendalian yang lebih spesifik
untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan
sebagai berikut :
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling
baik untuk dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat
dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber
bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat
dihindarkan.
b. Substitusi
Substitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang laimn sehinnga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan. Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat
27
beracun diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak
berbahaya.
c. Pengendalian Engineering
Pengendalian engineering dapat merubah jalur transmisi
bahaya atau mengisolasi dari bahaya. Pengendalian engineering
antara lain yaitu :
1) Isolasi, yaitu sumber bahaya dapat diisolisir dengan
penghalang (barrier) agar tidak dapat memajan pekerja.
2) Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu
dengan menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan
pekerja.
3) Ventilasi, cara ini merupakan cara yang peling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara.
d. Pengendalian Administratif
Prinsip dari pengendalian ini adalah untuk mengurangi
kontak antara penerima dengan sumber bahaya. Contoh
pengendalian administratif yaitu :
1) Rotasi dan penempatan pekerja, cara ini dilakukan untuk
mengurangi paparan yang diterima pekerja dengan membagi
waktu kerja dengan pekerja yang lain. Penempatan pekerja
terkait dengan masalah kemampuan seseorang untuk
melakukan pekerjaan.
2) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki
kerusukan secara lebih dini.
3) Monitoring, yang untuk memonitor efektifitas pengendalian
yang sudah dilakukan.
e. APD (Alat Pelindung Diri)
Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk mengurangi
dampak/keparahan risiko dari suatu bahaya yang memajan tubuh
manusia/pekerja.
28
8. Pengelasan
a. Definisi
Pengelasan (welding) adalah proses menyambung dua
bahan atau lebih dengan prinsip proses difusi yang mendasarinya,
sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Proses
pengelasan pada prinsipnya adalah menyambung dua atau lebih
komponen menjadi satu bentuk mesin. Las listrik adalah las yang
banyak digunakan. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan
dialirkan melalui kabel kesebuah alat yang menjepit elektroda,
berupa suatu konduktor. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda
disentuhkan kebenda kerja, ditarik kebelakang, dan arus tetap
mengelir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda
kerja. Arus ini disebut busur (arc) yang bisa mencairkan logam
(Suratman, 2007).
Proses pengelasan bukan merupakan hal yang mudah dalam
pengerjaannya karena risiko fisiknya sangat tinggi sehingga perlu
keahlian dan alat pelindung diri untuk menghindari kecelakaan
kerja. Hal-hal yang dapat membahayakan antara lain percikan
bunga api yang dapat mengenai mata dan kulit pekerja las, efek
sinar-sinar yang bersifat yang bersifat radiasi yang bisa
membahayakan kesehatan mata pekerja welding, dan asap las
listrik juga debu beracun yang dapat menggangu proses
pernafasan.
b. Jenis Las Listrik
Jenis-jenis las listrik antara lain (Suratman, 2007) :
1) Las Busur Dengan Elektroda Berselaput Fluks
Merupakan listrik yang terjadi antara elektroda dan
bahan bakar dasar akan mencairkan elektroda dan sebagian
besar selaput elektroda. Setelah terbakar, elektroda tersebut
akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi kawat
29
Gambar 1
Kabel Las
Sumber : https://www.kabel.las.com
Sumber`: www.elektroda.las.com
Gambar 3
Palu Las
Sumber : www.palu.las.com
Gambar 4
Sikat Kawat
Sumber : www.sikat+kawat+pengelasan.com/
32
Gambar 5
Klem Massa
Sumber : www.klem+masa+las.com
6) Tang jepit, suatu alat yang digunakan untuk memegang atau
memindahkan benda kerja yang masih panas.
Gambar 6
Tang Jepit
Sumber : www.tamg.jepit.com/
33
B. Kerangka Teori
Penetapan Konteks
KOMUNIKASI dan KONSULTASI
vvv
Analisis Risiko
vvv
Evaluasi Risiko
Pengendalian
Gambar 7
Kerangka Teori
34
C. Kerangka Berpikir
Analisis Risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Pada
Kegiatan Pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020 dengan menggunakan
Metode Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).
Gambar 8
D. Penelitian Sejenis
Tabel 9
Penelitian Sejenis
Subjek Manajer, Staf K3 dan Manager HSE, Pekerja Pekerja peke di divisi
Pekerja Las mechanical
Engineering
Tempat PT. Kunango Jantan PT. Sumigita Jaya (SGJ) PDAM cabang
Sunggal
Universitas STIKes Hang Tuah STIKes Hang Tuah UniversitaSumatera
Pekanbaru Pekanbaru Utara
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dengan pendekatan kualitatif. Melalui observasi lapangan
dengan bentuk lembar wawancara mendalam dan penulusuran dokumen-
dokumen untuk menganalisis risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
dengan Metode Hazard Identification, Risk Assesment, Dan Risk Control
(HIRARC) pada Kegiatan Pengelasan di PT. Kunango Jantan Tahun 2020.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di PT. Kunango Jantan Rimbo
Panjang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2020.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi informan dalam penelitiann ini adalah :
Tabel 9
Jumlah Informan
Tabel 10
Variabel Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen
utamanya. Instrumen lain yaitu pedoman obsevasi dengan lembar
checklist, menggunakan pedoman wawancara secara mendalam yang
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian.
Penelitian juga menggunakan alat bantu HP sebagai alat perekam dan
dokumentasi, alat pencatatan, serta dokumen yang mendukung penelitian.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kualitatif yaitu untuk menganalisis data yang di peroleh data hasil
wawancara, observasi lapangan, penelusuran dokumen dan lembar
checklist, dibuat dalam bentuk transkip kemudian disajikan dalam bentuk
narasi. Dimana proses analisi dilakukan secara bertahap yaitu dengan
mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber baik wawancara,
observasi langsung dan dokumen. (Saryono & Anggraini, 2011).