Anda di halaman 1dari 39

1

ANALISIS RISIKO KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT
AND RISK CONTROL (HIRARC) PADA KEGIATAN PENGELASAN
DI PT. KUNANGO JANTAN TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ASTRI NOPIANI
NIM : 16.01.1.081

PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
202
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani. Diharapkan dengan menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja pada kegiatan kerja maka para pihak dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut yang beresiko muncul
kecelakaan ataupun penyakit kerja dapat dihindari. Sedangkan yang
dikatakan pekerjaan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah dalam melakukan
pekerjaannya (Yoga, 2019)
Peraturan Mentri Ketenagakerjaan NO. 03/ MEN/ 1998,
menyatakan Kecelakaan Kerja merupakan kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga yang mana dapat menimbulkan kerugian
korban manusia serta kerugian harta benda. Sedangkam Penyakit Akibat
Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan serta lingkungan
kerja.
Menurut PP. NO. 44/2015 Tentang Program Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian, Dalam PP ini ditegaskan setiap pemberi
kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-undangan.
Menurut PP Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, SMK3
3

merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem manajemen perusahaan


secara keseluruhan dalam rangka untuk mengendalikan risiko bahaya yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. Setiap perusahaan wajib menyiapka SMK3
diperusahaannya, terutama bagi perusahaan yang memperkerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau perusahaan yang
mempunyai tingkat risiko tinggi. Dalam pelaksanaan SMK3 meliputi
beberapa poin yaitu, penetapan kebijakan, perencanaan K3, pelaksanaan
rencana K3, pemantaun dan evaluasi kinerja K3, peninjauan, dan
peningkatan kinerja SMK3. Untuk melakukan pelaksanaan SMK3
diperusahaan perlu melakukan identifikasi dengan metode Hazard
Identification, Risk Assesment dan Risk Control (HIRARC).
Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)
merupakan suatu metode dari sebuah proses untuk mendeskripsikan
kemungkinan terjadinya bahaya yang meliputi frekuensi, severity hingga
melakukan eveluasi konsekuensi dari setiap potensi kerugian dan cidera
yang akan terjadi. Berdasarkan OHSAS 18001:2007 penerapan HIRARC
dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yakni : Identifikasi bahaya (hazard
identification), Penilaian risiko (risk assesment) dan Pengendalian risiko
(risk control) dalam mengimplementasikan pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dilingkungan kerja (Dewi, 2017).
Di era globalisasi ini, perkembangan dunia industri menjadi
sorotan penting. Sebuah industri dapat berkembang dan berkontribusi
dalam perkembangan apabila sumber daya yang ada di dalamnya memiliki
kondisi optimal termasuk Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak menerima perlindungan dalam
melakukan kegiatan pekerjaan guna meningkatkan kesejahteraan hidup
pekerja dan produktifitas perusahaan.
Internasional Labor Organization (ILO), menyatakan lebih dari
1,8 juta kematian akibat kerja terjadi setiap tahunnya dikawasan asia
4

pasifik. Bahkan dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi si Asia.
Pada tingkat global, lebih dari 2,78 juta orang terdata meninggal setiap
tahun akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Selain itu
terdapat sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal
setiap tahunnya yang banyak mengakibatkan absensi kerja. (ILO, 2018).
Hasil riset Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan memperlihatkan jumlah kecelakaan dan korban
meninggal dunia di indonesia sejak lima tahun terakhir (2014-2018).
Terdata pada tahun 2014 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.383 kali
dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 jiwa. Pada tahun 2015,
terjadi kecelakaan sebanyak 110.285 kali dengan korban meninggal dunia
sebanyak 2.308 jiwa. Pada tahun 2016, terjadi kecelakaan sebanyak
101.367 dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 jiwa. Pada tahun
2017, terjadi kecelakaan sebanyak 123.041 kali dengan korban meninggal
dunia sebanyak 3.000 jiwa. Pada tahun 2018 terjadi 173.105 kasus
kecelakaan kerja atau 40.273 kasus setiap hari. Dari jumlah sebanyak
4.678 kasus (3,18 %) berakibat kecacatan, dan 2,575 (1,75 %) kasus
berakhir dengan kematian (BPJS Ketenagakerjaan, 2019)
Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementrian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, jumlah kasus Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK) di Provinsi Riau tahun 2017 menempati urutan ketiga jumlah
kecelakaan terbanyak yaitu sebesar 1.974 kasus. Bahkan untuk kategori
Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada tahun 2017, Provinsi Riau merupakan
provinsi dengan jumlah PAK tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 108
kasus dari 116 kasus di Indonesia. Dari data tingginya angka kecelakaan
akibat kerja dan penyakit akibat kerja di Provinsi Riau tentunya harus
mendapatkan perhatian khusus. (Kemenaker RI, 2018)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,
menyatakan Angka Kecelakaan Kerja menunjukkan tren yang meningkat.
Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang di laporkan sebanyak
123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105
5

kasus dengan nominal santunan yang dibayarkan mencapai Rp 1,2


Triliyun. (BPJS Ketenagakerjaan, 2019)
Pengelasan atau (welding) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dari proses manufaktur. Proses manufaktur yang banyak
dikenal antara lain seperti proses-proses pengecoran, pembentukan,
pemesinan, dan metalurgi serbuk. Produk dengan bentuk-bentuk rumit dan
berukuran besar dapat dibuat dengan teknik pengecoran. Produk-produk
seperti pipa, pelat dapat dibuat dengan mesin. Kegiatan welding pada
prinsipnya adalah menyambung dua atau lebih komponen, lebih tepat
ditujukan untuk merakitit beberapa komponen menjadi satu bentuk mesin,
komponen yang dirakit mungkin saja berasal dari pengecoran, dari
pembentukan atau pemesinan, baik dari logam yang sama maupun
berbeda. Kegiatan-kegiatan ini memiliki potensi bahaya kerja yang
beresiko. (Sonawan dalam Yoga, 2019)
Menurut Permenaker NO : PER.2/MEN1982 syarat untuk juru las
atau tukang las (welding) harus memiliki keterampilan dan harus
menempuh ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai sertifikat
juru las (welding), yang mana juru las dianggap tidak terampil apabila
selama 6 (enam) bulan terus menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai
dengan yang tercantum dalam sertifikat juru las (welding). Juru las juga
diwajibkan sekurang-kurangnya berumur 18 tahun.
Menurut Winiarto, faktor risiko bahaya-bahaya yang berpotensi
terjadi pada saat aktivitas pengelasan diantaranya adalah bahaya terbakar,
bahaya ledakan, bahaya listrik, bahaya radiasi, bahaya terbentur, bahaya
tertusuk material, bahaya terjepit, bahaya asap, bahaya terkena percikan
api, bahaya terkena sinar ulta violet, dan bahaya dari asap pengelasan.
Potensi bahaya yang beresiko rendah yaitu tertimpa/ terbentur material,
tertusuk benda tajam, tangan terjepit, terjatuh, terhirup asap, terkena logam
panas, terkena serpihan gerinda dan terkena pecahan geram pada putaran
gerinda yang mana bahaya-bahaya itu merupakan risiko yang dapat
diterima para pekerja. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif melakukan
6

obsevasi untuk mengetahui langsung kondisi di lapangan yang terkhusus


pada pekerja bagian Pengelasan di PT. Kunango Jantan Rimbo Panjang
tahun 2020.
PT. Kunango Jantan, Rimbo Panjang adalah perusahaan yang
bergeraak dibidang manufacturing and trading yang fokus dalam
penyediaan, pemesanan, dan distribusi material baja dan beton siap pakai
untuk industri konstruksi, kelistrikan dan pertambangan, telekomunikasi
dan perhubungan.
Berdasarkan hasil survei atau wawancara awal penulis memperoleh
data kasus kecelakaan kerja dimana salah satu pekerja las mendapat luka
pada mata karna masuknya pecahan geram besi saat melakukan
pengelasan di PT. Kunango Jantan Rimbo Panjang, Hal tersebut terjadi
karna pada dasarnya pekerja bagian pengelasan di PT. Kunango Jantan
tidak mengikuti standar prosedur dengan baik dan benar, serta terdapat
pekerja las yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara
benar dan lengkap pada saat melakukan pekerjaan contohnya welder yang
tidak memakai topi, helm/kacamata las, masker (blowerhisap), apron, baju
las, celana las, sarung tangan las dan sepatu pelindung.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berinisiatif untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Risiko Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja dengan Menggunakan Metode Hazard
Identification, Risk Assesment and Risk Cintrol (HIRARC) Pada
Kegiatan Pengelasan di PT. Kunango Jantan Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah
PT. Kunango Jantan yang bergerak dibidang industri, yang mana di
dalam perusahaan terdapat proses pengelasan untuk membuat segala
barang produksi atau pembuatan yang berhubungan dengan
penyambungan besi atau baja dengan menggunakan las listrik.
Berdasarkan survei atau wawancara awal yang dilakukan di PT. Kunango
Jantan, maka perlu di tindak lanjuti dari kegiatan welding adalah kasus
7

kecelakaan kerja yang mana pekerja las mengalami luka pada mata akibat
masuknya pecahan geram besi. Hal ini dilakukan melalui proses
Identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan pengendaliann risiko
pada kegiatan welding. Dengan memperhatikan latar belakang, maka
didapatkan rumusan masalah ini adalah “Analisis Risiko Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja dengan Metode Hazard Identification, Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC) pada Kegiatan Pengelasan di PT.
Kunango Jantan Tahun 2020”.

C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian mengenai masalah yang diangkat peneliti :
1. Bagaimana penerapan Metode Hazar Identification, Risk Assesment
and Risk Control (HIRARC) pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?
2. Bagaimana identifikasi bahaya pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?
3. Bagaimana penilain risiko pada kegiatan pengelasan di PT. Kunango
Jantan 2020?
4. Bagaimana pengendalian risiko pada kegiatan pengelasan di PT.
Kunango Jantan 2020?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan metode Hazar Identification, Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC) pada Kegitan Pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana penerapan Metode Hazar Identification,
Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) pada kegiatan
pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
8

b. Mengetahui bagaimana identifikasi bahaya pada kegiatan


pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
c. Mengetahui bagaimana penilaian risiko bahaya pada kegiatan
pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.
d. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian risiko pada
kegiatan pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bentuk penerapan ilmu kesehatan masyarakat
khususnya dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
dipelajari serta menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam
penelitian.
2. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
sumber bagi pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan
masyarakat terutama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Bagi PT. Kunango Jantan
Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan lebih rinci
tentang analisis risiko KAK dan PAK mengunakan metode Hazard
Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC).

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT. Kunango Jantan pada bulan Maret
sampai dengan April 2020. Adapun ruang lingkup penelitian ini membahas
tentang identifikasi bahaya pengelasan, analisis risiko bahaya, evaluasi
risiko, dan pengendalian risiko dengan menggunakan Hazard
Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) pada Kegiatan
Pengelasan di PT. Kunango Jantan Tahun 2020. Rancangan penelitian ini
bersifat obsevasi, dengan pendekatan kualitatif. Cara pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mendalam, penulusuran dokumen dan
9

obsevasi secara langsung, informan dalam penelitian ini meliputi


Supervisor, Staf K3 dan pekerja las.
10

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Telaah Pustaka
1. Manajemen Risiko
a. Definisi
Definisi risiko berdasarkan ISO 31000 yang bersumber
pada ISO Guide 73 : 2009 menyatakan bahwa : risiko adalah
kemungkinan yang tak terduka dapat terjadi pada sasaran.
Manajemen risiko didefinisikan sebagai aktifitas organisasi yang
terarah dan terkoordinasi, yang berkaitan dengan risiko. (Susilo,
2018). Bahaya (hazard) adalah apapun yang menyebabkan
kerusakan bisa bersumber dari bahan, peralatan, proses kerja,
lingkungan dan lain sebagainya.
Menurut AS/NZS 4360, “Risk management is an iterative
process consisting of well-defined steps which, taken in sequance,
support better decisionmaking by contributing a greater insight
into risks and their impacts”. Manajemen risiko adalah suatu
proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan
dengan baik, mempunyai urutan dan membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang
dapat ditiimbulkan. (Ahmad Anugrah, 2017).
Menurut Kurnia Kusuma 2012, Manajemen risiko
merupakan metode yang sistematis yang terdiri dari menetapkan
konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan,
monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan
dengan aktivitas apapun. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah
menjadi bagian integral dari suatu bentuk manajemen yang baik.
Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang
11

dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan


(continuous improvement). Proses ini dapat diterapkan disemua
tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk, maupun aset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Proses manajemen risiko juga
sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi atau perusahaan. (Ahmad, 2017).
Proses manajemen risiko mencangkup penerapan yang
sistematis dari kebijakan, prosedur, dan berbagai pendekatan untuk
menjalankan komunikasi dan konsultasi, membangun konteks, dan
menilain risiko, memberi perlakuan, memantau, meninjau ulang,
mencatat dan melaporkan kepada para pihak yang berkepentingan.
Proses manajemen risiko merupakan serangkain langkah sistematis
untuk membantu para pemilik sasaran sistematis, terukur, dan
terkendali.(Leo J. Susilo, 2018)
Penilaian Risiko adalah keseluruhann proses dari
identifikasi risiko, analisis risiko, hingga evaluasi risiko. Penilaian
risiko harus dilakasanakan secara sistematis, berulang, dan bekerja
sama dengan para pihak terkait, berdasarkan pada pandangan dan
pengetahuan dari pihak perusahaan terhadap risiko (Leo J. Susilo,
2018). Penilaian risiko tidak lebih dari pemeriksaaan yang cermat
terhadap apa di dalam pekerjaan yang dapat membahayakan orang,
sehingga perusahaan dapat mempertimbangkan apakah perlu
diambil tindakan pencegahan.
b. Manfaat Manajemen Risiko
Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai
manfaat antara lain (Ramli, 20100
1) Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari
setiap kegiatan yang mengandung bahaya.
2) Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak
diinginkan.
12

3) Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham


mengenai kelangsungan dan keamanan investasinya.
4) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko
operasi bagi setiap unsur dalam organisasi / perusahaan.
5) Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
2. Menentukan Konteks
Penetapan konteks ini meliputi konteks strategis, konteks
manajemen risiko, mengembangkan kriteria risiko dan menentukan
struktur pengelolaannya (Ramli, 2010)
a. Konteks Strategis
Setiap organisasi ataupun perusahaan pasti memiliki visi
dan misi yang menjiwai dan menjadi landasan perusahaan. Dari
visi dan misi tersebut dikembangkan rencana strategis untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Dalam upaya mencapai
visi dan misi tersebut terdapat berbagai risiko berupa peluang atau
hambatan pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini dapat diketahui
melalui kajian mendalam mengenai peluang dan tantangan, serta
ancaman (threat) yang dihadapin perusahaan strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT analysis).
b. Konteks Manajemen Risiko
Setelah mendapatkan gambaran jelas mengenai konteks
strategis dan organisasional, dilanjutkan dengan merumuskan
konteks yang berkaitan dengan K3. Setiap perusahaan memiliki
permasalahan K3 yang berbeda sehingga risiko K3 yang dihadapi
juga akan berbeda.
c. Kriteria Risiko
Langkah berikutnya adalah menetapkan kriteria risiko yang
berlaku bagi perusahaan. Penetapan kriteria risiko sangat penting
karna menjadi landasan mendalam untuk mengelola risiko.
Penetapan kriteria risiko merupakan tanggung jawab manajemen
karena merekalah yang paling mengetahui kemampuan perusahaan
13

atau organisasi dari segi finansial maupun sumber daya yang


tersedia.
3. Kecelakaan Kerja
a. Definisi
Kecelakaan, hakekatnya merupakan peristiwa yang tidak
terduga dan pasti tidak diharapkan oleh siapapun juga. Kejadian
yang tidak terduga tersebut, jelas bukan merupakan suatu bentuk
kesengajaan dan tidak direncanakan lebih dahulu. Pada peristiwa
kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja, selalu akan
berkaitan dengan hubungan kerja, yakni sebagai akibat pekerjaan
atau pada waktu melaksanakan suatu pekerjaan, termasuk juga
kecelakaan yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan menuju
atau pulang dari tempat kerja (Suwardi, 2018)
b. Teori Kecelakaan Kerja
Mengutip dari Suwardi (2018), kecelakaan kerja
merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja,
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan
pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab
kecelakaan kerja, yaitu :
1) Tori Heinrich (Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan kerja
terjadi dari suatu rangkaian kejadian. Ada lima faktor terkait
dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan
manusia, perbuatan atau kondisi tidak aman, kecelakaan dan
cedera atau kerugian.
2) Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya
kecelakaan, penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
14

3) Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari
interaksi antara korban dan kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan mempertimbabgkan salah satu dari
tiga faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang
mendukung harus dapat diketahui secara detail.
4) Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat
terdapat “lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan
ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan
tentang keselamatan kerja.
c. Penyebab Kecelakaan Kerja
Mengutip dari Suwardi (2018), penyebab kecelakaan kerja
disebabkan oleh :
1) Kecerobohan
a) Pemakaian peralatan tanpa mendapatkan pelatihan yang
tepat tentang penggunaanya.
b) Penggunaan alat atau perlengkapan dengan cara yang salah.
c) Lalai menggunaka perlengkapan pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, tameng dan pelindung dada.
d) Terburu-buru dan membiarkan bahaya kecil terjadi di
bengkel.
e) Kekacauan pekerjaan atau membiarkan diri anda diganggu
atau bingung.
2) Kondisi yang Tidak Aman Untuk Bekerja
a) Kurangnya intruksi dengan metode yang aman.
b) Kurang latihan.
15

c) Pakaian yang tidak cocok untuk bekerja.


d) Fisik yang kurang baik, seperti mata rabun atau
pendengaran berkurang.
e) Rambut panjang bekerja di dekat mesin yang berputar.
f) Kurangnya penjagaan keamanan pada mesin.
4. Identifikasi Bahaya
a. Definisi
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Dengan
mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-
hati, waspada dan melakukan langkah-langkah pengamanan agar
tidak terjadi kecelakaan kerja. Identifikasi bahaya hanya dilakukan
seadanya atau bersifat visual belaka sehinggan tidak mampu
menjangkau bahaya yang lebih rinci misalnya berkaitan dengan
proses, peralatan, prosedur dan lainnya (Ramli, 2010). Identifikasi
risiko adalah proses penemuan, pengenalan dan pendeskripsian
risiko. Identifikasi risiko melibatkan pengidentifikasian sumber
risiko, kejadian, penyebab dan potensi konsekuensi (ISO Guide
73:2009)
b. Sumber Bahaya
Sumber bahaya ditempat kerja dapat berasal dari
bahan/material, alat/mesin, proses produksi, lingkungan kerja,
metode kerja, cara kerja dan produk. (Vinda dalam Ahmad, 2017)
1) Peralatan atau Mesin
Bahaya dari bangunan, peralatan dan mesin perlu
mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan
memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus
menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Penerangan dan
ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan
rambu yang jelas serta tersedia jalan penyelamat diri. Mesin
harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam
16

desain maupun konstruksi. Dalam industri juga digunakan


berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak
dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa
menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik,
ledakan, luka-luka atau cedera.
2) Bahan
Bahaya dari bahan meliputi risiko dengan sifat bahan
antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan
alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,
menyebabkan kanker, menyebabkan kelainan pada janin,
bersifat racun, dan radioaktif.
3) Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung
teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri
ada yang sederhana tetapi ada proses yang rumit, industri-
industri biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam
prosesnya misalnya menggunakan suhu, tekanan yang tinggi
dn bahan kimia yang berbahaya yang dapat memperbesar
bahayanya. Dari proses ini terkadang timbul asap, debu, panas,
dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong atau tertimpa.
4) Metode Kerja
Bahaya dari metode / cara kerja dapat membahayakan
karyawan itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Contoh cara
kerja yang demikian antara lain cara kerja yang mengakibatkan
hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan
bahan berbahaya.
5) Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas
berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja serta menyebabkan
penurunan produktivitas dan efisiensi kerja.
17

c. Jenis Bahaya
Mengutip dari ramli (2010) ada beberapa jenis bahaya, dan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bahaya mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual
maupun penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong,
press, tempa, pengaduk dan lain-lain. Bagian yang bergerak
pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,
memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkupas.
2) Bahaya Listrik
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi
listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,
sengatan listrik, dan hubungan singkat. Dilingkungan kerja
banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik
maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi
listrik.
3) Bahaya Kimiawi
Bahaya kimia mengandung berbagai potensi sesuai
dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi
akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
bahan-bahan kimia antara lain :
a) Keracunan bahan kimia yang bersifat racun (toxic)
b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti
asam keras, air aki dan lainnya.
c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah tebakar dan meledak misalnya
golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah,
premium, LPG, dan lainnya.
18

d) Polusi dan pencemaran lingkungan.


4) Bahaya Fisik
Bahaya yang berasal dari faktor fisik antara lain :
a) Kebisingan, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau
kerusakan indera pendengaran.
b) Tekanan
c) Getaran
d) Suhu panas atau dingin
e) Cahaya atau penerangan
f) Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultara violet atau infara
merah.
5) Bahaya Biologis
Di beberapa lingkungan kerja terdapat bahaya yang
bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang
terdapat dilingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja.
Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
pertanian, kimia, pertambangan, minyak dan gas.
d. Metode HIRARC
Hazard Identification, Risk Assesment, And Risk Control
(HIRARC) adalah metode upaya pencegahan kecelakaan kerja
dengan cara mengidentifikasi potensi risiko yang ada. Metode ini
terdiri dari serangkain implementasi K3 dimulai dengan
perencanaan yang baik meliputi identifikasi bahaya, penilain risiko,
dan menentukan langkah-langkah pengendalian berdasarkan data
yang dikumpulkan dalam rangka untuk memperoleh model
HIRARC komprehensif untuk kekuatan studi. Metode HIRARC
inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan
sehingga perusahaan nantinya akan dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri, terutama masalah manajemen dalam
perusahaan tersebut. (Taufik, 2016).
19

HIRARC adalah proses identifikasi, penilaian risiko dan


pengendalian risiko terkait dengan pekerjaan / kegiatan dalam
lingkup usaha / aktivitas pada organisasi atau perusahaan. Tujuan
dari HIRARC adalah sebagai berikut (Guildelines for HIRARC,
2008)
1) Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat
menyebabkan kerugian bagi karyawan dan orang lain
(bahaya)
2) Untuk mempertimbangkan kemungkinan dari bahaya yang
sebenarnya dapat menimpa siapapun dalam keadaan kasus
tertentu dan tingkat keparahan yang mungkin muncul dari
risiko.
3) Untuk memungkinkan pengusaha / organisasi merencanakan,
memperkenalkan dan memantau tindakan pencegahan untuk
memastikan bahwa risiko tersebut dikendalikan secara tepat
setiap saat.
5. Analisis Risiko
Mengutip dari Ramli 2010, Aanalisis risiko adalah untuk
menentukan besarnya suatu risiko yang dicerminkan dari
kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkan. analisis risiko
merupakan penentuan status dari risiko (risk event status). Status
risiko adalah perkalian dari kemungkinan (probability) dengan
dampak (concequances).
Kriteria tingkat risiko adalah metode untuk mengkombinasikan
dampak dan kemungkinan untuk mengetahui daya pengaruh risiko
terhadap ketercapaian sasaran. Berdasarkan metode yang digunakan
untuk menentukan atau memperkirakan probabilitas dan tingkat
keparahan, telah dibagi menjadi kualitatif, kuantitatif dan semi-
kualitatif.
20

a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif menggunakan matriks risiko yang
menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu
kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko paling
rendah sampai risiko paling tinggi. Metode kualitatif adalah
menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan
yang akan diukur (Leo J. Susilo, 2018). Analisis risiko secara
kualitatif dapat menentukan risiko mana yang paling dominan
dengan cara mengalikan kemungkinan / kekerapan (probability)
dengan konsekuensi (consequence) dari risiko yang telah
diidentifikasi. (Imansari, 2017)

Tabel 1
Estimasi Kekerapan (Probability)
Level Kriteria Probabilitas/kemungkinan
A Almost Certain Kjadian dipekirakan terjadi pada
(Hampir pasti) hampir semua keadaan
B Likely (Mungkin) Kejadian mungkin akan sering
terjadi pada hampir semua
keadaan
C Possible (Sedang) Kejadian akan terjadi pada suatu
waktu
D Unilikely (Kadang- Kejadian dapat terjadi pada suatu
kadang) waktu / jarang
E Rare (Jarang) Kejadian yang mungkin hanya
dapat terjadi tidak dapat
diperkirakan
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999
21

Tabel 2
Estimasi Keparahan (Consequance)
Level Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak ada cedera, kerugian
(Tidak Signifikan) finansial rendah
2 Minor Cedera ringan, pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K),
kerugian finansial sedang
3 Moderate (Sedang) Cidera sedang, perlu penanganan
medis, kerugian finansial besar
4 Major (Mayor) Cidera berat, mengakibatkan
cacat/ hilangnya fungsi tubuh,
tidak berjalanya produksi,
kerugian materi besar
5 Catastrophic Menyebabkan kematian,
(Bencana) keruguian materi sangat besar.
Sumber :AS/NZS 4360 : 1999
Tabel 3
Matriks Penilaian Risiko Kualitatif
Consequences
Probability Isignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (Almost H H E E E
Certain)
B (Likely) M H H E E
C (Moderate) L M H E E
D (Unlikely) L L M H E
E (Rare) L L M H H
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999

Tabel 3 peringkat Risiko (Risk Ranking) merupakan


kombinasi dari kemungkinan potensi bahaya timbul dan tingkat
keparahan dari konsekuensi yang ditimbukkan, Berdasarkan
Australian Standard / New Zealand Standard 4360. Peringkat
risiko harus dipertimbangkan seberapa sering dan seberapa lama
tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian dapat
dibuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit
22

yang terjadi untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi.


Kemudian ditentukan ratingnya sesuai tabel 3.
Tabel 4
Risk Matriks Peringkat Risiko
Level Risk Uraian
E Extreme Risiko yang ditimbulkan sangat ekstrem /
tinggi, dibutuhkan tindakan segera.
H High Beresiko tinggi, tidak dapat diterima. Analisis
lebih lanjut harus dilakukan untuk memberikan
perkiraan yang lebih baik dari risiko.
M Medium Risiko sedang dapat diterima tapi mendesain
ulang atau perubahan lain harus
dipertimbangkan jika cukup mudah untuk
dilakuakan.
L Low Risiko rendah, tindakan pengendalian lebih
lanjut tidak diperlukan.
Sumber : AS/NZS 4360, 1999
b. Metode Kuantitatif
Analisis risiko secara kuantitatif adalah proses analisis
dampak risiko dengan memberikan rute berupa angka terhadap
variabel risiko yang telah diidentifikasi. Hal ini menunjukkan
bahwa baik tingkat keparahan dan kemungkinan peningkatan,
resikonya lebih tinggi memaparkan rating risiko dimana angka-
angka yang lebih tinggi menunjukkan risiko yang lebih tinggi dan
situasi tidak dapat diterima. (Aisyaning, 2017).
c. Metode Semi Kuantitatif
Metode semi kuantitatif adalah metode yang memakai
skala-skala numerik dan kombinasinya menggunakan rumus
tertentu. (Leo J. Susilo, 2018). Metode analisis semi kuantitatif
merupakan metode yang mengkombinasi antara angka yang
bersifat subjektif pada kecendrungan dan dampak dengan rumus
matematika, yang menghasil tingkat risiko dengan kriteria
tertentu. Metode ini berguna untuk mengidentifikasi dan
memberikan peringkat dari suatu tujuan yang berpotensi
menimbulkan konsekuensi yang parah. (Rini, 2017)
23

Menurut Australian Standard/New Zealand Standard


4360: 1999, analisis semi kuantitatif mempertimbabgkan
kemungkinan untuk menggabungkan dua elemen, yaitu
probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai
frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi
dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko. Dalam metode
semi kuantitatif terdapat 3 unsur yang dijadikan pertimbangan,
yaitu :
1) Konsekuensi/Dampak (Consequance)
Pada tahap ini, tiap risiko secara individu akan
dipertimbangkan dalam setiap topik konsekuensi atau impact,
akibat yang akan terjadi. Masing-masing peristiwa risiko akan
dinilai secara komparasi dan diberikan nilai menggunakan
kriteria seperti tabel penentuan konsekuensi dibawah ini
(Aryono, 2019)
Tabel 5
Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori Deskripsi Rating
Catastropic Bencana besar (kerusakan fatal/parah dari beragam 100
fasilitas, aktivitas dihentikan)
Disaster Bencana (kejadian yang berhubungan dengan 50
kematian, kerusakan permanen sangat bersifat kecil
terhadap lingkungan)
Very Serious Sangat serius (terjadi cacat permanen/penyakit 25
parah, kerusakan lingkungan tidak permanen)
Serious Serius (terjadi dampak yang serius tapi bukan 15
cidera dan penyakit parah yang permanen, sedikit
berakibat buruk bagi lingkungan)
Important Penting (membutuhkan penanganan medis, terjadi 5
emisi buangan, diluar lokasi tetapi tidak
menimbulkan kerusakan)
Noticeable Tampak (terjadi cedera atau penyakit ringan memar 1
bagian tubuh, kerusakan kecil, kerusakan ringan
dan terhentinya proses kerja sementara waktu)
Sumber : Risk Management AS/ NZS 4360 : 2004
2) Kemungkinan (Probability)
Kemungkinan atau probability adalah terjadinya tiap
kejadian peristiwa risiko beserta dampaknya dialokasikan
24

secara numerik berdasarkan kategori tingkat kemungkinan


seperti tabel dibawah ini (Aryono, 2019)
Tabel 6
Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori Deskripsi Rating
Almost Certain Sering terjadi (kejadian yang sering terjadi) 10
Likely Cenderung terjadi (kemungkinan terjadinya 6
kecelakaan 50:50)
Unusual Tidak biasa (tidak biasa terjadi namun 3
mempunyai kemungkinan untuk terjadi)
Remotely Possible Kemungkinan kecil (kejadian yang kecil 1
kemungkinannya terjadi)
Conceivable Jarang terjadi (tidak pernah terjadi 0.5
kecelakaan selama tahun-tahun pemaparan
namun mungkin sajan terjadi)
Practically Hampir tidak mungkin terjadi (sangat tidak 0.1
Impossible mungkin terjadi)
Sumber : Risk Management AS/ NZS 4360 : 2004

3) Paparan (Exposure)
Exposure merupakan frekuensi seseorang berinteraksi
dengan hazard yang teridentifikasi, berikut adalah tabel
tingkatan paparan metode analisis semi kuantitatif.
Tabel 7
Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori Deskripsi Rating
Continously Sangat sering (sering terjadi dalam sehari) 10
Frequently Sering (terjadi sekali dalam sehari) 6
Occassionally Kadang-kadang (1 kali seminggu sampai 3
1 kali sebulan)
Infrequent Tidak sering (1 kalin sebulan sampai 1 2
kali setahun)
Rare Jarang (diketahui kapan terjadinya) 1
Very rare Sangat jarang (tidak diketahui kapan 0,5
terjadinya)
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 2004

6. Eveluasi Risiko
Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 :
2004, evaluasi risiko merupakan suatu proses membandingkan
25

estimasi nilai risiko dengan kriteria yang telah disusun terlebih dahulu
dan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat potensial dan
hasil yang tidak menguntungkan. Selanjutnya akan dilakukan proses
menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan
kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa
diterima, risiko mana yang harus dikurangi, atau risiko mana yang
bisa dikendalikan dengan cara yang lain. (Ahmad, 2017).
Tujuan dari eveluasi risiko adalah memperoleh informasi yang
memadai tentang risiko yang mempengaruhi ketercapain sasaran, baik
yang bersifat mengancam atau berdampak negatif terhadap sasaran
maupun bersifat peluang atau berdampak positif terhadap sasaran,
untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan menerima atau
menilai risiko. Proses evaluasi risiko dilakukan dengan menentukan
risiko-risiko mana dapat diterima dan risiko mana yang tidak dapat
diterima sehinga jika pemilik risiko mengambil risiko ini maka perlu
dibuatkan perlakuan risiko. (Leo J. Susilo, 2018;251)
Ada berbagai pendekatan dalam menentukan prioritas risiko
antara lain berdasarkan Standar Australia 10014b yang menggunakan
3 (tiga) kategori risiko yaitu :
a. Secara umum dapat diterima (generally acceptable)
b. Dapat di tolerir (tolerable)
c. Tidak dapat diterima (generally unacceptable)
Tingkat risiko pada analisis semi kuantitatif merupakan hasil
perkalian nilai variabel konsekuensi, paparan dan kemungkinan dari
risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan
pekerjaan. Tingkat risiko metode analisis semi kuantitatif dibagi
dalam beberapa kategori, yaitu Very Hight, Priority 1, Substansial 3,
Dan Acceptable (AS/NZS 4360 : 2004)
26

Tabel 8
Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif
Tingkat Risiko Kategori Tindakan
> 350 Very High Aktifitas dihentikan sampai risiko
bisa dikurangi hingga mencapai
batas yang dibolehkan atau
diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu pengendalian sesegera
mungkin
70 – 180 Substansial Mengharuskan adanya perbaikan
secara teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan
secara berkesinambungan
< 20 Acceptable Intensitas yang menimbulkan
risiko dikurangi seminimal
mungkin
Sumber : Risk Management AS/NZS 4360 : 2004

7. Pengendalian
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan
menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian
risiko berperan dalam meminimalisisr / mengurangi tingkat risiko
yang ada sampai risiko terendah atau sampai tingkatan yang dapat
ditolerir.
Mengutip dari Ramli (2010), pengendalian yang lebih spesifik
untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan
sebagai berikut :
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling
baik untuk dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat
dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber
bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat
dihindarkan.
b. Substitusi
Substitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang laimn sehinnga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan. Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat
27

beracun diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak
berbahaya.
c. Pengendalian Engineering
Pengendalian engineering dapat merubah jalur transmisi
bahaya atau mengisolasi dari bahaya. Pengendalian engineering
antara lain yaitu :
1) Isolasi, yaitu sumber bahaya dapat diisolisir dengan
penghalang (barrier) agar tidak dapat memajan pekerja.
2) Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu
dengan menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan
pekerja.
3) Ventilasi, cara ini merupakan cara yang peling efektif untuk
mengurangi kontaminasi udara.
d. Pengendalian Administratif
Prinsip dari pengendalian ini adalah untuk mengurangi
kontak antara penerima dengan sumber bahaya. Contoh
pengendalian administratif yaitu :
1) Rotasi dan penempatan pekerja, cara ini dilakukan untuk
mengurangi paparan yang diterima pekerja dengan membagi
waktu kerja dengan pekerja yang lain. Penempatan pekerja
terkait dengan masalah kemampuan seseorang untuk
melakukan pekerjaan.
2) Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk
meminimalkan penurunan performance dan memperbaiki
kerusukan secara lebih dini.
3) Monitoring, yang untuk memonitor efektifitas pengendalian
yang sudah dilakukan.
e. APD (Alat Pelindung Diri)
Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk mengurangi
dampak/keparahan risiko dari suatu bahaya yang memajan tubuh
manusia/pekerja.
28

8. Pengelasan
a. Definisi
Pengelasan (welding) adalah proses menyambung dua
bahan atau lebih dengan prinsip proses difusi yang mendasarinya,
sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Proses
pengelasan pada prinsipnya adalah menyambung dua atau lebih
komponen menjadi satu bentuk mesin. Las listrik adalah las yang
banyak digunakan. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan
dialirkan melalui kabel kesebuah alat yang menjepit elektroda,
berupa suatu konduktor. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda
disentuhkan kebenda kerja, ditarik kebelakang, dan arus tetap
mengelir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda
kerja. Arus ini disebut busur (arc) yang bisa mencairkan logam
(Suratman, 2007).
Proses pengelasan bukan merupakan hal yang mudah dalam
pengerjaannya karena risiko fisiknya sangat tinggi sehingga perlu
keahlian dan alat pelindung diri untuk menghindari kecelakaan
kerja. Hal-hal yang dapat membahayakan antara lain percikan
bunga api yang dapat mengenai mata dan kulit pekerja las, efek
sinar-sinar yang bersifat yang bersifat radiasi yang bisa
membahayakan kesehatan mata pekerja welding, dan asap las
listrik juga debu beracun yang dapat menggangu proses
pernafasan.
b. Jenis Las Listrik
Jenis-jenis las listrik antara lain (Suratman, 2007) :
1) Las Busur Dengan Elektroda Berselaput Fluks
Merupakan listrik yang terjadi antara elektroda dan
bahan bakar dasar akan mencairkan elektroda dan sebagian
besar selaput elektroda. Setelah terbakar, elektroda tersebut
akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi kawat
29

las, busur listrik, ujung elektroda, dan daerah sekitar busur


listrik dari pengaruh oksidasi.
2) Las Busur Gas MIG (Metal Inert Gas)
Welding menggunakan kawat las yang berfungsi
sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat
yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Kecepatan elektroda
dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya las jenis ini
untuk pengelasan baja karat dan alumunium. Gas yang
digunakan adalah argon atau las campuran argon dan helium.
3) Las Busur Rendam
Las busur rendam menggunakan fluks serbuk sebagai
pelindungnya. Pada saat pengelasan, fluks serbuk mencair dan
membeku menutupi las. Sebagian fluks serbuk yang tidak
mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak las.
4) Las Busur Gas TIG (Taungsten Inert Gas)
Las busur gas TIG menggunakan elektroda wolfram.
Busur listrik yang terjadi antar ujung elektroda wolfram dan
bahan dasarnya merupakan sumber panas, dan tidak ikut
mencair saat terjadi busur listrik.
5) Las Tahanan Listrik atau Las Bubur
Las jenis ini adalah cara mengelas menggunakan
hambatan listrik yang terjadi antara dua logam yang akan di
sambungkan. Prinsipnya adalah menyambung dua bagian
logam atau lebih dengan cara pelelehan dengan busur listrik.
Cara mengaitkan busur nyalanya adalah mendekatkan elektroda
las benda kerja pada jarak beberapa milimeter. Harus
dipastikan ada arus listrik mengalir keelektroda dan benda
kerja. Elektroda dialirkan sedikit demi sedikit menjauhi benda
kerja. Jarak antara elektroda dan benda kerja disebut panjang
busur nyala. Suhu busurnya sekitar 3800, dimana dengan suhu
yang tinggi tersebut elektroda dan logam akan meleleh.
30

c. Peralatan Pengelasan (welding)


Peralatan yang digunakan untuk pengelasan menurut
Daryanto (2013) yaitu :
1) Kabel las, merupakan kabel massa menghubungkan pesawat las
dengan benda kerja.

Gambar 1

Kabel Las

Sumber : https://www.kabel.las.com

2) Pemegang elektroda, yang terdiri dari mulut penjepit dan


pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.
Gambar 2
Pemegang Elektroda

Sumber`: www.elektroda.las.com

3) Palu las, berhati-hatilah membersihkan terak las dengan palu


las karna kemungkinan beresiko adanya percikan kemata atau
kebadanlainnya.
31

Gambar 3
Palu Las

Sumber : www.palu.las.com

4) Sikat kawat, berfungsi untuk membersihkan alat yang akan di


las dan membersikan terak las yang sudah lepas dari jalur las
oleh pukulan palu las.

Gambar 4
Sikat Kawat

Sumber : www.sikat+kawat+pengelasan.com/
32

5) Klem massa, suatu alat untuk menghubungkan kabel massa


(kabel negatif) kebenda kerja.

Gambar 5
Klem Massa

Sumber : www.klem+masa+las.com
6) Tang jepit, suatu alat yang digunakan untuk memegang atau
memindahkan benda kerja yang masih panas.

Gambar 6
Tang Jepit

Sumber : www.tamg.jepit.com/
33

B. Kerangka Teori

Penetapan Konteks
KOMUNIKASI dan KONSULTASI

PEMANTAUAN DAN TINJAUAN


Penilaian Risiko
Identifikasi Risiko

vvv
Analisis Risiko
vvv

Evaluasi Risiko

Pengendalian

Bagan Manajemen Risiko

Sumber : ISO 31000 : 2011

Gambar 7
Kerangka Teori
34

C. Kerangka Berpikir
Analisis Risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Pada
Kegiatan Pengelasan di PT. Kunango Jantan 2020 dengan menggunakan
Metode Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).

Input Proses Output

Proses Metode HIRARC Implementasi


1. SDM metode HIRARC
1. Identifikasi Bahaya
2. Mesin dan Peralatan pada kegiatan
2. Penilaian Risiko
3. Sarana dan Prasarana Pengelasa di PT.
3. Pengendalian Risiko
4. Dokumen Kunango Jantan

Gambar 8

Kerangka Berpikir Analisis Risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja


dengan Metode HIRARC Pada Kegiatan Pengelasan Di PT. Kunango Jantan
2020
35

D. Penelitian Sejenis

Tabel 9
Penelitian Sejenis

Keterangan Penelitian sekarang Alifan Syahputra Rio Filemon


(2020) Vianez (2019) Sembiring (2018)
Topik Analisis Risiko Analisis Tingkat Risiko Analisi Risiko
Penelitian Kecelakaan dan Penyakit Pekerja di PT. Sumigita Keselamatan Kerja di
Kerja dengan Metode Jaya (SGJ) Tahun 2019 Divisi Mechanical
Hazard Identification, Engineering PDAM
Risk Assesment and Risk Tirtanadi Cbang
Control (HIRARC) Pada Sunggal Tahun 2017
Kegiatan Pengelasan
(welding) di PT. Kunango
Jantan Tahun 2020
Jenis Kualitatif Kualitatif Deskriptif
Pebelitian
Variabel Implementasi HIRARC, Identifikasi bahaya, Prosedur identifikasi
Identifikasi bahaya, Penilain Risiko bahaya, penilaian
Analisi risiko, Evaluasi Kecelakaan, risiko dan
Bahaya dan pengendalian Tingkat Risiko pengendalian risiko
risiko Kecelakaan,
Pengendalian Risiko.

Subjek Manajer, Staf K3 dan Manager HSE, Pekerja Pekerja peke di divisi
Pekerja Las mechanical
Engineering
Tempat PT. Kunango Jantan PT. Sumigita Jaya (SGJ) PDAM cabang
Sunggal
Universitas STIKes Hang Tuah STIKes Hang Tuah UniversitaSumatera
Pekanbaru Pekanbaru Utara
36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dengan pendekatan kualitatif. Melalui observasi lapangan
dengan bentuk lembar wawancara mendalam dan penulusuran dokumen-
dokumen untuk menganalisis risiko Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
dengan Metode Hazard Identification, Risk Assesment, Dan Risk Control
(HIRARC) pada Kegiatan Pengelasan di PT. Kunango Jantan Tahun 2020.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di PT. Kunango Jantan Rimbo
Panjang, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2020.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi informan dalam penelitiann ini adalah :

Tabel 9
Jumlah Informan

No Informan Jumlah Kode Informan


1 Supervisor 1 1
2 Staf K3 1 2
3 Welder 4 3, 4,5 dan 6
Jumlah 6
37

D. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah

Tabel 10

Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Cara ukur Alat Ukur


1 Implementasi HIRARC adalah Wawancara Pedoman
HIRARC metode yang terencana mendalam dan Wawancara,
yang terdiri dari Penelusuran Telaah Dokumen,
serangkain kegiatan Dokumen Matriks Risiko,
meliputi identifikasi Handphone dan
risiko, penilain risiko, Alat Tulis
dan pengendalian
risiko.

2 Identifikasi Untuk mengetahui Wawancara, Pedoman


Risiko potensi bahaya dan Obsevasi dan Wawancara,
risiko kecelakaan kerja Penelusuran Lembar Checklist,
yang ada dilingkungan Dokumen Handphone dan
kerja Alat Tulis
3 Penilaian Risiko Untuk penentukan Wawancara, Pedoman
status risiko, perkalian Observasi, dan Wawancara, Tabel
dari kemungkinan dan Penelusuran Penilaian Risiko,
dampak. Dokumen Handphone dan
Alat Tulis
4 Pengendalian Untuk mengetahui Wawancara Pedoman
Risiko pengendalain dalam Mendalam, Wawancara,
mengurangi resiko Obsevasi Lembar Checklist,
bahaya kerja Handphon dan
Alat Tulis
38

E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen
utamanya. Instrumen lain yaitu pedoman obsevasi dengan lembar
checklist, menggunakan pedoman wawancara secara mendalam yang
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus penelitian.
Penelitian juga menggunakan alat bantu HP sebagai alat perekam dan
dokumentasi, alat pencatatan, serta dokumen yang mendukung penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data


Sistem pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik manual karena pengumpulan data menggunakan metode wawancara
mendalam terhadap responden, pengumpulan dokumen terkait serta
observasi langsung dilapangan.
Validasi yang digunakan dalam penelitiaan ini dengan memakai
konsep triangulasi data sebagai berikut : (Tohirin, 2012)
1. Triangulasi Sumber
Hasil wawancara yang didapat akan dilakukan cross check
dengan HRD, Staf K3, dan beberapa informan-informan yang terlibat
langsung dalam pelaksanaan Hazar Identification, Risk Assesment, dan
Risk Control.
2. Triangulasi Metode
Hasil wawancara yang didapat akan di cross check dengan
metode penelusuran dokumen.
3. Triangulasi Data
Data yang telah didapat dari hasil wawancara mendalam, hasil
obsevasi kemudian dianalisis oleh peneliti.
39

G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kualitatif yaitu untuk menganalisis data yang di peroleh data hasil
wawancara, observasi lapangan, penelusuran dokumen dan lembar
checklist, dibuat dalam bentuk transkip kemudian disajikan dalam bentuk
narasi. Dimana proses analisi dilakukan secara bertahap yaitu dengan
mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber baik wawancara,
observasi langsung dan dokumen. (Saryono & Anggraini, 2011).

Anda mungkin juga menyukai