Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN LOCKDOWN PADA

MASA KRISIS PANDEMI CORONA

DISUSUN OLEH

AYU ANGOLA

29.0452

A-3

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI KAMPUS PAPUA

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN / POLITIK

INDONESIA TERAPAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tentang Analisis terhadap Kebijakan
Lockdown pada Masa Krisis Pandemi Corona.

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini untuk memenuhi tugas dari dosen
mata kuliah Kebijakan Publik. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk memberikan
wawasan kepada pembaca dan penulis terhadap kebijakan Lockdown yang
sekarang ini diserukan oleh masyarakat dalam mengentas pandemi corona di
Indonesia.

Saya menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Jayapura, 07 April 2020

Ayu Angola
Analisis Terhadap Kebijakan Lockdown yang diserukan masyarakat
Indonesia

Virus corona sudah menyebar di 155 negara dan sudah dinyatakan sebagai
pandemik global. Salah satunya negara Indonesia yang berdasarkan data terbaru
terkait jumlah positif, meninggal, dan yang sembuh pada 4 April 2020 : 2.092 kasus,
150 sembuh, 191 meninggal.
Sejak awal muncul penyebaran virus corona pertama kali dan akhirnya
menjadi pandemi global Covid-19, maka yang harus segera kembali dipikirkan dan
dilakukan yang paling utama adalah melindungi serta menjaga keselamatan
masyarakat luas, kesehatan merupakan aspek paling utama. Namun, selain aspek
kesehatan ada beberapa aspek penting juga yang harus diperhatikan dalam rangka
meningkatkan produktifitas dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Baik itu di
sektor ekonomi, politik, maupun budaya dengan berbagai program kerja kebijakan
nasional.

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengentas wabah corona
ini, pertama karantina wilayah ( social distancing ) dan lockdown. Keduanya memiliki
pengertian yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahannya .Berbagai perdebatan yang banyak diserukan oleh masyarakat
Indonesia untuk menerapkan kebijakan lockdown. Namun sebelum mengambil
kebijakan yang akan diambil, tentu kita harus mengetahui serta memahami apa itu
lockdown dan social distancing. Lockdown artinya kuncian, negara terinfeksi virus
corona mengunci akses masuk dan keluar sebagai pengamanan ketat. Juga
larangan mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, penutupan semua
tempat-tempat umum. Lockdown sama dengan isolasi, berarti pemisahan suatu hal
dari hal lain atau usaha untuk memencilkan manusia dari manusia lain. Sedangkan,
social distancing berarti usaha untuk meminta warga tidak melakukan kontak fisik
yang terlalu dekat antara satu sama lain atau jaga jarak satu sama lain, namun
tetap bisa beraktivitas.
Trend kebijakan lockdown saat ini dilakukan untuk merespon penyebaran
virus corona atau pandemi global Covid-19. Lockdown sudah dilakukan sejumlah
negara di dunia, diantaranya China, Filipina, Iran, Italia, Denmark, dan Spanyol. Ada
juga negara-negara lainnya yang tidak melakukan lockdown, tapi melakukan
langkah dan kebijakan ketat.
Setiap keputusan atau kebijakan yang diambil tentu ada kelebihan dan
kelemahan. Namun, hal prioritas yang harus dijunjung tinggi. Lockdown digaungkan
menjadi salah satu alternatif yang baik diambil untuk mengatasi kasus wabah Covid-
19 di berbagai negara. Namun, pemerintah Indonesia tidak mengambil kebijakan itu.
Menurut saya, pemerintah tidak mengambil kebijakan untuk lockdown karena
menyesuaikan banyak aspek di masyarakat Indonesia ini sendiri. Setiap negara
memiliki karakter, budaya, kedisplinan yang berbeda-beda. Menurut saya, kebijakan
yang cocok diterapkan di Indonesia adalah kebijakan lockdown yang bersifat local
lockdown khususnya untuk daerah-daerah yang sudah banyak terpapar Covid-19
seperti di Jabodatabek, mengingat di area Jabodatabek merupakan epicentrum
Covid-19, khususnya area Kota Jakarta. Pemerintah harus segera melakukan
lockdown secara loka, yaitu melakukan larangan total penerbangan internasional ke
Indonesia, darimanapun asal negaranya dan juga secara tegas melarang
pertemuan-pertemuan yang melibatkan konsentrasi masa, seperti hajatan,
pernikahan, juga acara-acara peribadatan yang meminta masyarakat berkumpul di
suatu tempat. Selain itu, menghimbau kepada perusahaan swasta untuk
merumahkan karyawannya. Jika tidak kemungkinan merumahkan secara total, maka
bisa dilakukan sebagian atau secara bergantian, untuk mengurangin tingkat
kepadatan masyarakat di terminal, stasiun dan tempat kerja.
Seiring dengan semakin melebarnya penyebaran virus Corona (Covid-19) di
Indonesia, skenario untuk melakukan penerapan lockdown menjadi alternatif guna
mempersempit akses penyebaran Covid-19. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor
6 Tahun 2018, istilah lockdown dimaknai sebagai aksi “karantina”. Artinya bahwa,
bila diterapkan lockdown di Indonesia atau secara lokal misalnya di wilayah Pulau
Jawa, maka masyarakat harus dikarantina, diisolir, dijauhkan dari pergerakan lalu
lintas sosial yang umum.
Dengan mewabahnya virus Corona tersebut, pada dasarnya menjadi
ancaman serius bagi Indonesia dalam aspek pertahanan dan ketahanan nasional.
Kerugian yang ditimbulkan berdampak pada kesinambungan pembangunan
khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan. Dari sisi
ekonomi misalnya, Indonesia tidak akan lepas dari keterkaitan dengan
perkembangan ekonomi global akibat pandemi ini yang berdampak luas di hampir
semua negara. Dampak kerugian ekonomi dinilai lebih besar jika dibandingkan
dengan dampak perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok. Diprediksi
pertumbuhan ekonomi global akan menurun hingga 3%, dan bila pandemi masih
akan tetap berlanjut, pertumbuhan ekonomi global hanya mampu tumbuh 1 sampai
1,5 persen. Sementara Indonesia akan mengalami perlambatan ekonomi sebagai
akibat gangguan rantai suplai global, melemahnya permintaan dan layanan ekspor-
impor, serta menurunnya aktivitas bisnis di segala bidang. Semua ini dapat menjadi
faktor yang berkontribusi pada terjadinya resesi atau krisis.
Adapun kemungkinan-kemungkinan kerugian dan risiko yang dihadapi dalam
melakukan lockdown di Indonesia sebagai berikut:
1. Aspek Ekonomi
Pulau Jawa adalah pusat pertumbuhan ekonomi dan transaksi nasional.
Ekonomi Indonesia masih tergantung di Pulau Jawa, dan sekitar 59,03% produk
domestik bruto (PDB). Bila memberlakukan lockdown atau penguncian di wilayah
Pulau Jawa, maka sektor-sektor yang berhubungan dengan mobilitas masyarakat
bisa terkena dampaknya di seluruh Indonesia. Seperti diketahui bahwa, kurang lebihi
70% pergerakan uang dalam perekonomian nasional berada di Jawa dan khususnya
di DKI Jakarta. Akan sangat berisiko bila aktivitas perekonomian lumpuh karena
melakukan lockdown. Selain itu, pasokan bahan baku pokok bagi masyarakat di
Pulau Jawa maupun di Jakarta dan sebaliknya ke luar Jawa akan terhambat,
utamanya dalam sektor pangan (termasuk isu pelarangan pengiriman produk-produk
daerah/bahan pokok ke daerah lain). Jawa maupun Jakarta juga masih
mengandalkan pasokan pangan dari luar daerah. Demikian halnya Pulau Jawa
adalah penyumbang angka inflasi nasional terbesar (20%-30%), sehingga dapat
menimbulkan kelangkaan barang dan berujung pada kenaikan harga secara lokal.
Tercatat bahwa parameter ekonomi nasional berada di Pulau Jawa.

2. Aspek Sosial
Masyarakat miskin khususnya di Pulau Jawa akan menjadi pihak yang paling
terdampak dengan kebijakan ini. Pendapatan masyarakat kelas menengah ke
bawah akan menurun apabila lockdown dilakukan. Masyarakat yang berada di garis
kemiskinan kebanyakan merupakan pekerja di sektor informal, yang memperoleh
pendapatan harian di luar rumah. Misalnya pengemudi ojek online (ojol) ataupun
pedagang kaki lima, bila diterapkan lockdown mereka tentunya tidak bisa bekerja
dan menghidupi keluarganya. Kondisi buruk ini sesungguhnya dapat mendorong
terjadinya perlawanan rakyat terhadap kebijakan pemerintah di kemudian hari.
Banyak pekerja mengalami keputus-asaan sebagai akibat lockdown dan akhirnya
memberanikan diri keluar rumah dan melakukan lintas batas wilayah karena
khawatir kelaparan dan menanggung biaya hidup lainnya. Pada gilirannya situasi ini
dapat melahirkan gejolak sosial dan instabilitas di tengah-tengah masyarakat.
3. Aspek Budaya
Dalam konteks budaya, opsi lockdown menjadi tantangan tersendiri. Karakter
dan budaya masyarakat tergolong masih bersifat "kekeluargaan" dan selalu
berkumpul (berkelompok), sehingga kebiasaan dan budaya tersebut sulit
ditinggalkan. Penerapan lockdown sama dengan isolasi, berarti pemisahan-
pemisahan suatu hal dari hal lain atau usaha untuk memencilkan manusia dari
manusia lain. Disamping itu tata kehidupan terkait pembangunan manusia potensial
dapat terganggu jika dilakukan lockdown, seperti beberapa sekolah, universitas,
badan usaha, dan lainnya, termasuk tempat ibadah akan ditutup dan berhenti secara
total. Aibatnya, dapat menghambat proses komunikasi, produksi dan interaksi
(kecuali aktivitas online) yang kemudian merubah sistem nilai dalam budaya
masyarakat.
4. Aspek Politik
Indonesia khususnya Pulau Jawa, khususnya di DKI Jakarta adalah pusat
administrasi pemerintahan yang menentukan kebijakan besar termasuk dalam
mengatasi Covid-19. Sistem pemerintahan harus tetap berjalan di tengah-tengah
kedaruratan yang ada dan terus harus mengontrol kekuatan dalam merespon
ancaman pandemi ini. Bila wilayah Pulau Jawa ditutup atau diisolasi sangat
memungkinkan munculnya politisasi dan gerakan politik praktis untuk melemahkan
pemerintahan pusat, sebagai akibat terputusnya interaksi dan mobilitas antar-pulau.
Langkah lockdown di Pulau Jawa memberi sinyal bahwa pemerintah tidak mampu
meyakinkan publik untuk dapat mengambil sikap secara nasional, meskipun langkah
awal lockdown dilakukan di Pulau Jawa atau Jakarta sebagai epicentrum Covid-19
di Indonesia.
5. Aspek Keamanan
Akumulasi dari semua aspek tersebut, dapat melahirkan kecemasan yang
dirasakan masyarakat Indonesia. Macetnya roda ekonomi, gejolak sosial, tekanan
budaya dan ketidakstabilan politik menjadi dilema dalam menjaga stabilitas
kehidupan nasional. Penanganan masalah Covid-19 dengan melalui berbagai
kebijakan nasional termasuk upaya menerapkan skenario lockdown khususnya di
Pulau Jawa dapat mendorong munculnya potensi kerawanan dan melemahkan
ketahanan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.

Kesimpulan

Kebijakan lockdown telah diterapkan dinegara negara yang terkena dampak


wabah virus ini dan telah berhasil menghentikan atau meminimalisir penyebaran
wabah ini dan beberapa negara juga telah dinyatakan bebas dri wabah ini setelah
menerapkan kebijakan ini ,karena melihat dari penyebaranya wabah ini disebar
melalui kontak langsung antar warga dengan melakukan kebijakan ini akan sangat
meminimalisir penyebaran wabah ini tentunya pemerintah dan masyrakat haruslah
berkerjasama yang baik dalam pelaksanaan kebijakan ini,lockdown akan menutup
semua akses sehingga kemungkinan penularan akan sangat kecil dan ,selain itu
pemerintah harus membuat kebijakan lain seperti pengalihan dana apbn untuk
mengantisipasi kemungkinan terburuk dari adanya lockdown ini.

Saran
Pemerintah harus segera mengambil langkah untuk kebijakan lockdown ini
mengingat kasus yang terjadi semakin hari semakin bertambah dan tenaga medis
maupun alat medis kita masih sangat terbatas ,langkah yang paling tepat yang bisa
kita lakukan ialah dg mengambil kebijakan lockdown ini itulah salah satu alternatif
yang paling tepat digunakan untuk menghentikan penyebaran wabah virus covid 19
ini,dalam hal lainya yang berkaitan dengan ekonomi dan lain lain juga pemerintah
harus mengambil langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal terburuk,tetapi untuk
saat ini lockdown merupakan langkah paling tepat dalam menghadapi wabah ini
dengan kata lain ” keselamatan rakyat yang utama dan hal lain itu nomor dua tetapi
tidak dikesampingkan.”dan masyrakat harus mendukung penuh kebijakan dengan
cara patuh dengan apa yang telah diputuskan dengan begitu maka wabah ini
secepatnya bisa segera berakhir dinegara kita cintai ini.

Anda mungkin juga menyukai