Gadar Imeh
Gadar Imeh
B. Macam Rujukan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) membedakannya menjadi dua
macam yakni :
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan
kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan
masyarakat (public health service).
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan kesehatan
yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen
ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional (Syafrudin, 2009).
2
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik
pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service).
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan
bahan bahan pemeriksaan (Azwar, 1996).
C. Manfaat Rujukan
Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh
ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai
berikut:
1. Sudut Pandang Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan (Policy Maker)
Manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan
dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan
kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem
pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan
administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
3
E. Kegiatan Rujukan
Menurut Syafrudin (2009), kegiatan rujukan terbagi menjadi tiga
macam yaitu :
4
B. Konsep Triase
1. Pengertian Triase
Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas
klien berdasarkan berat ringannya kondisi klien atau kegawatanya
yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan
dokter mempunyai batasan waktu (response time) untuk mengkaji
keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu <10 menit.
Penatalaksanaan pada kondisi darurat didasarkan pada respon
klinis daripada urutan kedatangan (ACEM, 2005). Pasien dengan
prioritas rendah akan menunggu lebih lama untuk penilaian dan
pengobatan (Manitoba Health, 2010).
Setiap rumah sakit harus memiliki standar triase yang
ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit (Permenkes RI No. 47
tahun 2018).
a. Triase merupakan proses khusus memilah pasien berdasarkan
beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
penanganan/intervensi kegawatdaruratan.
b. Triase tidak disertai tindakan/intervensi medis.
9
3. Fasilitas
Menurut Kemenkes (2012), kebutuhan ruang, fungsi dan
luasan ruang serta kebutuhan fasilitas pada ruang gawat darurat di
rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. Ruang Penerimaan
1) Ruang Administrasi, berfungsi untuk menyelenggarakan
kegiatan administrasi, meliputi: pendataan pasien,
keuangan dan rekam medik. Untuk kebutuhan fasilitas
antara lain seperti meja, kursi, lemari berkas/arsip, telefon,
safety boxdan peralatan kantor lainnya.
2) Ruang tunggu pengantar pasien, berfungsi sebagai ruangan
dimana keluarga/pengantar pasien menunggu. Kebutuhan
fasilitas yang diperlukan antara lain kursi, meja, televisi dan
alat
3) Ruang triase, ruang tempat memilah –milah kondisi pasien,
true emergencyatau false emergency. Kebutuhan fasilitas
yang diperlukan seperti wastafel, kit pemeriksaan
sederhana, label.
4) Ruang penyimpanan brankar, tempat meletakkan/ parker
brankar pasien yang siap digunakan apabila diperlukan.
5) Ruang dekontaminasi (untuk RS di daerah industri), ruang
untuk membersihkan/ dekontaminasi pasien setelah drop
offdari ambulan dan sebelum memasuki area triase.
Kebutuhan fasilitas uang diperlukan adalah showerdan sink
lemari/rak alat dekontaminasi.
6) Area yang dapat digunakan untuk penanganan korban
bencana massal. Kenutuhan fasilitas yang diperlukan
adalah area terbuka dengan/tanpa penutup, fasilitas air
bersih dan drainase.
12
b. Ruang Tindakan
1) Ruang Resusitasi, ruangan ini dipergunakan untuk
melakukan tindakan penyelamatan penderita gawat darurat
akibat gangguan ABC. Kebutuhan fasilitas yang diperlukan
seperti nasoparingeal, orofaringeal, laringoskop set anak,
laringoskop set dewasa, nasotrakeal, orotrakeal,suction,
trakeostomi set, bag valve mask, kanul oksigen,oksigen
mask, chest tube, ECG, ventilator transport monitor,
infusion pump, vena suction, nebulizer, stetoskop, warmer,
NGT, USG.
2) Ruang tindakan bedah, ruangan ini untuk melakukan
tindakan bedah ringan pada pasien. Kebutuhan fasilitas
yang diperlukan yaitu meja periksa,dressing set, infusion
set, vena section set, torakosintesis set, metalkauter,tempat
tidur, tiang infus, film viewer.
3) Ruang tindakan non bedah, ruangan ini untuk melakukan
tindakan non bedah pada pasien. Kebutuhan fasilitas yang
diperlukan yaitu kumbah lambung set, EKG, irrigator,
nebulizer, suction, oksigen medis, NGT, infusion pump,
jarum spinal, lampu kepala, otoskop set, tiang infus, tempat
tidur, film viewer, ophtalmoskop, bronkoskopi, slit lamp.
4) Ruang observasi, ruang untuk melakukan observasi
terhadap pasien setelah diberikan tindakan medis.
Kebutuhan fasilitas hanya tempat tidur periksa
5) Ruang pos perawat (nurse station), ruang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pelayanan keperawatan,
pengaturan jadwal, dokumentasi s/d evaluasi pasien.
C. Pembagian Triase
Tujuan triase adalah memilih atau menggolongkan semua pasien
yang datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganan.
1. Single Patient Triage
Menurut Pusponegoro (2011), triase tipe ini dilakukan
dimana pasien dikategorikan ke dalam pasien gawat darurat (true
emergency) dan pasien bukan gawat darurat (false emergency).
Dasar dari cara triase ini adalah menanggulangi pasien yang dapat
meninggal bila tidak dilakukan resusitasi segera. Single patient
triage dapat juga dibagi dalam kategori berikut :
a) Resusitasi, adalah pasien yang datang dengan keadaan gawat
darurat dan mengancam nyawa serta harus mendapat
penanganan resusitasi segera.
b) Emergent, adalah pasien yang datang dengan keadaan gawat
darurat karena dapat mengakibatkan kerusakan organ permanen
dan pasien harus ditangani dalam waktu maksimal 10 menit.
c) Urgent, adalah pasien yang datang dengan keadaan darurat
tidak gawat yang harus ditangani dalam waktu maksimal 30
menit.
d) Non-urgent, adalah pasien yang datang dalam kondisi tidak
gawat tidak darurat dengan keluhan yang ringan-sedang, tetapi
14
Khankeh, Reza Hamid, dkk. 2013. Triage effect on wait time of receiving
treatment services and patients satisfaction in the emergency department:
Example from Iran dan Pelaksanaan Triase di Instalasi Gawat Darurat RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Jakarta :
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2423/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Ada hubungan tingkat kepadatan IGD dengan stress kerja perawat di IGD RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawat
daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan,
persalinan merupakan masa nifas.
Sedangkan, Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis
(≤usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu.
Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama
(diagnosis) dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang (tidak panik), walaupun suasana keluarga pasien ataupun
pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Serta melakukan persiapan umum
sebelum tindakan kegawatdaruratan dengan baik dan benar. Dalam
menanggani kasus-kasus berat harus memperhatikan konsep triase serta sistem
rujukan.
16
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswi kebidanan dapat
memahami tentang kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dapat
memberikan penanganggan yang maksimal sesuai standar kesehatan ibu dan
anak.