Anda di halaman 1dari 8

NAMA : MUTIARA INDRIANA

NIM : 14120180284

KELAS : C2-AKK

MATA KULIAH : ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN LAYANAN TERBATAS

(RESUME WEBINAR)

MATERI 1 : RISET DAN KEBIJAKAN PUBLIK


Pemateri : Dr. Andi Surahman Batara, SKM., M.Kes

Kebijakan sering diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka
yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu, bidang kesehatan,
lingkungan, pendidikan atau perdagangan. Thomas Dye (2001) menyatakan bahwa
kebijakan adalah segala sesuatu yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau
tidak. Ia berpendapat bahwa kegagalan untuk membuat keputusan atau bertindak atas
suatu permasalahan juga merupakan suatu kebijakan.

Kebijakan publik adalah alat untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan orang
perorang atau golongan dan kelompok. Meskipun sebagai alat (tool) keberadaan
kebijakan publik sangat penting dan sekaligus krusial.Pernyataan formal atau prosedur
dalam institusi (terutama pemerintah) yang mendefenisikan prioritas dan parameter
untuk tindakan dalam menanggapi kebutuhan kesehatan, sumber data yang tersedia
dan tekanan politik lainnya (Nut Beam, 1998). Program tindakan yang diusulkan atau
diambil pemerintah yang berdampak pada keuangan dan atau penyediaan pelayanan
kesehatan. Menurut WHO Kebijakan Kesehatan adalah berbagai keputusan, rencana,
dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai kesehatan tertentu dalam masyarakat.

Penelitian atau Riset adalah proses investigasi ilmiah terhadap sebuah masalah
yang dilakukan secara terorganisir, sistematis, kritis dan obyektif berdasarkan data
yang terpercaya, dan bertujuan untuk menemukan jawaban atau pemecahan atas satu
atau beberapa masalah yang diteliti. WHO dalam buku Designing and Conducting
Health Systems Research Projects mendefinisikan riset sebagai pengumpulan, analisis
dan interpretasi data yang dikerjakan secara sistematis untuk menjawab pertanyaan
tertentu atau menyelesaikan suatu masalah.

Tujuan Riset dalam Bidang Kesehatan :

1. Mengidentifikasi besarnya masalah kesehatan (misalnya, studi burden of


diseases, studi epidemiologi, survei).

2. Mengidentifikasi atau menemukan alternatif intervensi yang cost-effective


(misalnya, studi operasional, pengembangan model pelayanan, analisis
ekonomi).

3. Studi evaluasi kebijakan dan program kesehatan di masyarakat (misalnya,


penilaian program Kota/Kabupaten Sehat, Program wisata Covid-19, evaluasi
BPJS, dll).

Pemanfaatan publikasi ilmiah untuk masukan kebijakan oleh penentu kebijakan


banyak mengalami kendala, karena perbedaan paradigma dunia penentu kebijakan dan
dunia peneliti. Penentu kebijakan cenderung melihat suatu masalah secara makro dan
sistemis; sementara peneliti cenderung melihat suatu masalah secara parsial (hanya
menggunakan kaca mata disiplin ilmu tertentu) agar data dan informasi dapat
dikumpulkan dan dianalisis secara jelas dan sistematis.

Gagasan/ide dari kebijakan beralur melalui tiga proses yaitu: sumber,


penggunaan, dan pelaksanaan dari pembuktian. Alur yang melibatkan faktor-faktor
yang berhubungan dengan keputusan melalui suatu proses yang diartikan sebagai
mengadopsi, mengadaptasi dan melakukan. Saat diadopsi, pembuktian biasanya
diadaptasi atau dirubah sebelum digunakan dalam konteks kebijakan.

Sains dapat mengidentifikasi solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatan


masyarakat, tetapi hanya politik yang bisa menyelesaikan (memberi solusi) atau
mewujudkan sebagian besar solusi itu menjadi kenyataan.
MATERI 2 : PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
Pemateri : Dr. Nurmiati Muchlis, SKM., M. Kes

Dalam pasal 1 ayat 11 Undang Undang 12/2011 tentang ‘ Pembentukan


Peraturan Perundang Undangna‘ Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan hukum masyarakat”

Peraturan Perundang-undangan yang ideal :

- Responsif
- Eligater (Berkedudukan yang sama/sederajat)
- Aplikatif
- Futuristik

Contoh permasalahan PERDA:

1. Bertentangan dengan peraturan yang lebig tinggi atau kepentingan umum


2. Tidak berlaku efektif di masyarakat
3. Mendapatkan penolakan dari masyarakat kerana di anggap tidak berpihak
kepada masyarakat

 Dari 709 perda yang diteliti, sebesar 85,2% merupakan Perda bermasalah
dan hanya 14,8% yang tidak bermasalah (Hasil penelitian Komite Pemantau
Pelaksanaan Otonomi Daerah(KPPOD)
 Hasil kajian Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tahun 2010 ditemukan
369 Perda Pajak dan Retribusi bermasalah yang harus dihentikan
pelaksanaannya, direvisi, atau dicabut.
 Menteri Dalam Negeri menjelaskan bahwa Kemendagri telah membatalkan
1.878 Perda Pajak dan Retribusi sejak Tahun 2002 hingga2009
MATERI 3 : NASKAH AKADEMIK BANTUAN HUKUM &
PENTINGNYA NASKAH AKADEMIK DALAM KEBIJAKAN

Pemateri : Dr. Reza Aril Ahri, S.K.M., M.Kes

Bantuan hukum bertujuan untuk menjamin dan memenuhi hak bagi penerima
bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan; Mewujudkan hak konstitusional
segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan didalam
hukum;Menjamin kepastian penyelenggaraan bantuan hukum dilaksanakan secara
merata di seluruh wilayah Republik Indonesia; danMewujudkan peradilan yang efektif,
efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 :

Pasal 28 D
Ayat (1): “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.

Pasal 28 F
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi denggan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Pasal 28 G
Ayat (1) : “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi”.
Ayat (2) : “Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat menusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain”.
Pasal 28 H
Ayat (2) : “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan”.

Pasal 28 I
Ayat (1) : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut,
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.
Ayat (2) : “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu”.
Ayat (4) : “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggun jawab negara, terutama pemerintah”.
Ayat (5) : “Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur,
dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan”.

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum :

Pasal 2
Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas: keadilan, persamaan kedudukan di
dalam hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas.

Pasal 3
Penyelenggaraan Bantuan Hukum bertujuan untuk: menjamin dan memenuhi hak bagi
Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan, mewujudkan hak
konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di
dalam hukum, menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan
secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, dan mewujudkan
peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 4
- Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi
masalah hukum.
- Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum
keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi.
- Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menjalankan
kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan hukum
lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum.

Pasal 21
Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti menerima atau meminta pembayaran dari
Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang
sedang ditangani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat :

Pasal 22
Ayat (1): “Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
pencari keadilan yang tidak mampu”.
Ayat (2): “Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum
secara cuma-cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 23
Ayat (3): “Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk suatu
waktu tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum.
Ayat (4): “Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat
asing serta kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia
pendidikan dan penelitian hukum diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan :

Pasal 14
“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum :

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum adalah peraturan
tekhnis tentang syarat pemberian bantuan hukum, tata cara pemberian bantuan hukum,
tata cara penyaluran dana pemberian bantuan hukum, dan pengawasan pelaksanaan
pemberian bantuan hukum bagi orang/masyarakat miskin.

PENTINGNYA NASKAH AKADEMIK DALAM KEBIJAKAN

Pra-syarat Kebijakan :
1. Kehendak politik.
2. Iklim yang mendukung.
3. Tata pemerintahan yang baik (Good Governance).

Tahapan Penyusunan Naskah :


1. Tahap persiapan penyusunan.
2. Tahap diskusi public.
3. Tahap penyusunan naskah akademik.
4. Tahap uji sahih naskah akademik.
5. Tahap evaluasi naskah akademik.
6. Tahap penyempurnaan naskah akademik.
7. Tahap penyelarasan.

Asa Formal :
1. Asas tuhuan yang jelas.
2. Asas organ/lembaga yang tepat.
3. Asas perlunya peraturan.
4. Asas dapat dilaksanakan.
5. Asas consensus.

Asas Materil :
1. Asas tentang terminology dan sistematika yang benar.
2. Asas tentang dapat dikenali.
3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum.
4. Asas kepastian hukum.
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual

Anda mungkin juga menyukai