6223 14709 1 SM PDF
6223 14709 1 SM PDF
4 (2018) : 95-105 95
pengeringan 8 jam dan 10 jam dengan tepung umbi talas yang dihasilkan
tiga kali ulangan. dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama
Selanjutnya dilakukan pengeringan. Selama proses
penepungan menggunakan blender dan pengeringan penurunan rendemen terus
diayak. Selanjutnya melakukan berlanjut dengan semakin tinggi suhu
pengujian kimia yang terdiri dari dan lama pengeringan yang
perhitungan rendemen, pengujian digunakan. Hal ini diduga karena bobot
kadar air, kadar abu, kadar protein air atau kandungan air di dalam bahan
dan kadar karbohidrat. Serta pengujian semakin menurun akibat pemanasan.
sensori yang terdiri dari kenampakan, Hal tersebut sejalan dengan
aroma, dan tekstur. literatur Yuniarti, dkk (2013), bahwa
Penelitian ini menggunakan semakin tinggi suhu pengering
analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji menyebabkan kadar air bahan semakin
lanjut Duncan. menurun. Seiring dengan menguapnya
kadar air maka kadar rendemen
HASIL DAN PEMBAHASAN yang dihasilkan juga semakin berkurang.
Semakin lama waktu
Karakteristik Kimia Tepung Umbi
pengeringan maka semakin rendah pula
Talas
rendemen tepung umbi talas. Hal
Karakteristik kimia tepung umbi
tersebut didukung dengan pendapat
talas bertujuan untuk mengetahui
Winarno (1993), bahwa proses
kandungan gizi suatu bahan pangan
pengeringan menyebabkan kandungan
seperti rendamen, kadar air, kadar abu,
air selama proses pengolahan berkurang
kadar protein, dan kadar karbohidrat
sehingga mengakibatkan penurunan
sebagai berikut:
rendemen.
Rendamen
Kadar Air
tepung umbi talas. Kadar air tepung umbi pengeringan yang digunakan untuk
talas yang dihasilkan dipengaruhi oleh mengeringkan suatu bahan, maka air
faktor suhu dan lama pengeringan. yang menguap akan semakin banyak.
Hal ini diduga pengeringan yang Sejalan dengan pernyataan Riansyah,
diberikan akan memberikan pengaruh dkk (2013), bahwa setiap kenaikan
yang sangat nyata terhadap perpindahan suhu dan waktu pengeringan yang
air pada bahan karena suhu yang rendah diberikan akan memberikan pengaruh
dan waktu pengeringan yang pendek yang sangat nyata terhadap
menyebabkan air terikat yang perpindahan air pada bahan.
terkandung di dalam bahan tidak terlalu Kadar Abu
banyak menguap sehingga kadar air
tepung umbi talas yang dihasilkan
masih tinggi, dimana kadar air ditentukan
oleh air terikat dan air bebas yang
terdapat pada bahan.
Hal ini disebabkan karena
dengan semakin tingginya suhu maka
semakin banyak molekul air yang
menguap dari umbi talas yang Gambar 3. Grafik Kadar Abu Tepung
dikeringkan sehingga kadar air yang Umbi Talas
diperoleh semakin rendah. Sejalan Hasil analisis sidik ragam suhu
dengan pendapat Winarno (1997), dan lama pengeringan mempunyai
dimana semakin tinggi suhu pengeringan pengaruh yang nyata terhadap kadar
maka semakin cepat terjadi penguaan, abu tepung umbi talas. Kadar abu
sehingga kandungan air di dalam tepung umbi talas yang dihasilkan
bahan semakin rendah. dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama
Semakin lama suatu bahan pengeringan. Hal ini diduga karena
kontak langsung dengan panas, maka semakin lama dan tinggi suhu
kandungan air juga akan semakin pengeringan yang digunakan akan
rendah. Hal ini sejalan dengan hasil meningkatkan kadar abu, dikarenakan
penelitian Lubis (2008), menyatakan kadar air yang keluar dari dalam bahan
bahwa lama pengeringan berpengaruh semakin besar.
terhadap kadar air, hal ini dikarenakan Sejalan dengan pendapat
pengeringan yang cukup lama Darmajana (2007) dalam Lisa, dkk
menyebabkan jumlah air yang teruapkan (2015), bahwa dengan bertambahnya
lebih banyak sehingga kadar air dalam suhu pengeringan maka kadar abu akan
tepung berkurang. cenderung meningkat. Begitupula
Menurut Desrosier (1988) dengan pendapat Sudarmadji, dkk
dalam Lubis (2008), bahwa semakin (1997) dalam Lisa, dkk (2015), dimana
tinggi suhu dan semakin lama waktu kadar abu tergantung pada jenis bahan,
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 100
lama pengeringan yang rendah mampu suhu dan lama pengeringan. Hal ini
menghasilkan kenampakan tepung yang diduga karena panelis lebih menyukai
berwarna putih. aroma tepung umbi talas yang
Produk yang mengalami spesifik tepung (beraroma khas talas)
proses pengeringan paling lama dari serta panelis kurang menyukai aroma
segi kenampakan mendapatkan nilai tepung umbi talas yang memiliki warna
rendah karena bahan pangan yang agak kusam (berwarna kecoklatan)
terpapar dengan suhu panas dalam karena aroma khas talas pada tepung
jangka waktu yang lama dapat telah berkurang.
menyebabkan permukaan umbi talas Suhu dan lama pengeringan
mengalami perubahan dari segi warna mempengaruhi aroma tepung umbi
yang awalnya berwarna putih cerah talas yang dihasilkan, semakin tinggi
berubah menjadi agak kecoklatan. dan lama suhu pengeringan yang
Hal ini sejalan dengan digunakan semakin rendah tingkat
pendapat Lubis (2008), bahwa waktu kesukaan panelis terhadap aroma
pengeringan terlalu lama dan suhu tepung umbi talas. Dikarenakan
pengeringan yang terlalu tinggi dapat semakin tinggi suhu dan lama
menyebabkan pigmen-pigmen pada pengeringan yang digunakan pigmen
bahan pangan mengalami oksidasi, warna pada umbi talas mengalami
sehingga menyebabkan bahan pangan perubahan menjadi agak kecoklatan.
berubah agak kecoklatan. Sejalan dengan pendapat
Aroma Winarno, (1996) dalam Fransiska,
(2014), bahwa pada umumnya aroma
yang diterima oleh hidung dan otak
lebih banyak merupakan berbagai
ramuan atau campuran empat aroma
utama yaitu harum, asam, tengik dan
hangus.
Salah satu kegunaan cabinet
dryerdalam proses pengeringan yaitu
untuk menghindarkan bahan pangan
Gambar 7. Grafik Aroma Tepung Umbi dari kontaminasi aroma dari lingkungan
Talas sekitar. Berbeda halnya dengan
Hasil analisis sidik ragam pengeringan menggunakan sinar
suhu pengeringan mempunyai matahari bahwa bahan pangan sangat
pengaruh yang nyata dan lama mudah mengalami kontaminasi
pengeringan tidak mempunyai langsung dari aroma disekitarnya
pengaruh terhadap aroma tepung umbi selama proses pengeringan.
talas. Aroma tepung umbi talas yang
dihasilkan dipengaruhi oleh faktor
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 103
DAFTAR PUSTAKA