Anda di halaman 1dari 11

Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

4 (2018) : 95-105 95

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT KIMIA


DANORGANOLEPTIK TEPUNG UMBI TALAS (Colocasia esculenta)
The Influence of Temperature and Length of Drying to the Chemical Characteristic
and Organoleptic of Taro Flour(Colocasia esculenta)

Nurfiani Erni1), Kadirman2), Ratnawaty Fadilah3).


1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM
nurfianierniptp95@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap
sifat kimia dan organoleptik tepung umbi talas. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang
terdiri dari dua faktor, yaitu: suhu pengeringan (P1 = 50 0C, dan P2= 60 0C) dan lama
pengeringan (T1 = 8 jam, dan T2 = 10 jam) dengan 3 kali ulangan. Variabel yang diamati
meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat,
kenampakan, aroma, dan tekstur. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan yang diolah
menggunakan program Software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata
terhadap sifat kimia dan organoleptik tepung umbi talas. Hasil uji sifat kimia dan
organoleptik tepung umbi talas, yaitu rendemen 8,57 %, kadar air 11,80 %, kadar abu
11,46 %, kadar protein 5,95 %, kadar karbohidrat 73,58 %, kenampakan 8,60 %, aroma
6,82 %, tekstur 7,20 %.
Kata kunci : Pengeringan, Cabinet dryer, Uji Sifat Kimia, Uji organoleptik, Tepung
Umbi Talas.
ABSTRACT
This study aims at knowing the influence of temperature and leght of drying to
chemical characteristic and organoleptic of taro flour. This study is an experimental study
using complete random design, factorial pattern which is consisted of two factors namely:
drying temperature (P1 = 50 0C, and P2= 60 0C) and length of drying (T1 = 8 hours, and
T2 = 10 hours) with three time repetition. Variables observed were rendamen, the
content of water, the content of ashes, the content of protein, the content of
carbohydrate, the appearance, the smell and texture. Analysis technic used ini this study
were analysis of variance (ANOVA) and Duncan advanced test which were calculated
through software statistical package for social science (SPSS) version 21.0. The results
showed that temperature and length of drying had an evident influence to the chemical
characteristic and organoleptic of taro flour. The results of the chemical characteristic and
organoleptic of taro flour covered 8,57 % rendamen, 11,80 % water, 11,46 % ashes,
5,95 % protein, 73,58 % carbohydrate, 8,60 % in appearance, 6,82 % in smell, and 7,20
% in texture.
Keywords: Drying, Cabinet Dryer, Chemical CharacteristicTest, Organoleptic Test,
Taro Flour
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 96

PENDAHULUAN tradisional dan mempunyai nilai jual yang


rendah, sehingga penggunaannya
Negara Indonesia merupakan masih terbatas karena sifatnya yang
negara yang memiliki kekayaan alam tidak tahan lama disimpan dan tidak
yang melimpah terutama di bidang mampu meningkatkan perekonomian
pertanian. Salah satu potensi yang para petani.
dimiliki Indonesia adalah banyaknya Menurut Nurcahya (2013) umbi
tanaman umbi talas yang hampir talas yang sudah dipanen mudah rusak
tersebar merata di seluruh Indonesia. karena mengandung 63-85 % air. Talas
Kota Bogor yang merupakan sentra yang sudah terlanjur dipanen tidak
produksi talas pada tahun 2008, sudah bisa bertahan lama tanpa proses
mampu memproduksi lebih dari 57 ribu pengolahan. Dikarenakan umbi talas
ton per tahun. Pada tahun 2011 yang disimpan tanpa pengolahan harus
melalui pelaksanaan kegiatan dem area dijaga dari kerusakan mekanis dan
pangan alternatif, jumlah diusahakan ruang penyimpanan tetap
produktivitas talas dari beberapa daerah kering. Umbi talas dapat disimpan di
adalah 661 kuintal/hektar (Direktorat dalam gudang sekitar 2 bulan. Akan
Jenderal Tanaman Pangan dalam tetapi, pada proses penyimpanan 6
Nurbaya dan Teti, 2013). minggu umbi talas mulai bertunas,
Sedangkan data produksi talas namun jika suhu cukup tinggi tunas-
di Indonesia tahun 2013 adalah sekitar tunas ini akan mati. Dalam
825 ton yang diperoleh dari lahan seluas penyimpanannya, umbi talas akan
55 ha yang tersebar di enam mengalami susut berat. Semakin rendah
kabupaten/kota (Deptan dalam suhu, semakin kecil susut umbi talas.
Jatmiko dan Estiasih, 2014). Pada suhu rendah, umbi talas dapat
Kebutuhan karbohidrat setiap bertahan selama 9 minggu dalam
tahunnya semakin meningkat, sementara penyimpanan. Di Mesir umbi talas
penyediaan karbohidrat dari tanaman dapat disimpan selama 3,5 bulan pada
serealia saja tidak mencukupi. Tanaman
suhu 7 0C (Andarwulan, dkk, 2011).
talas yang merupakan penghasil
Salah satu solusi yang diambil
karbohidrat berpotensi sebagai
untuk mengatasi persoalan tersebut
suplemen substitusi beras atau sebagai
adalah mengolah umbi talas menjadi
diversifikasi bahan pangan dan bahan
tepung Talas memiliki potensi untuk
baku industri. Umbi talas juga
dapat digunakan sebagai bahan baku
merupakan sumber protein, vitamin C,
tepung- tepungan karena memiliki
riboflavin, niasin, tiamin, dan mineral
kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar
yang bagus (Niba, 2003 dalam
70-80 % (Quach dalam Mulyati, 2015).
Ariyanti, dkk, 2014). Pada kenyataannya,
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
walaupun penggunaan umbi talas ini
daya simpan tanpa mengurangi nilai gizi
sudah lama dikenal, tetapi
talas.
penggunaannya masih bersifat
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 97

Proses pengeringan pada dengan lama pengeringan 8 jam dan 10


pembuatan tepung talas merupakan jam, masing-masing dilakukan tiga kali
salah satu tahapan yang krusial, karena ulangan.
menentukan kualitas dan keawetan dari Alat-alat yang digunakan dalam
produk olahan selanjutnya dari tepung penelitian ini adalah slicer, pisau,
tersebut. Pengeringan dilakukan dengan talenan, baskom, timbangan digital,
menggunakan alat cabinet dryer. Alat timbangan analitik, desikator, gelas
ini bekerja dengan menggunakan ukur, cabinet dryer, saringan, wadah
bantuan panas dan mudah dioperasikan perendaman, timbangan kapasitas 2 kg,
(Suarnadwipa, 2008 dalam Apriani, blender,dan cawan.Bahan baku utama
dkk, 2011). yang digunakan adalah buah talas.
Pengeringan dengan Bahan baku penunjang yang digunakan
menggunakan alat cabinet dryer memiliki adalah garam dapur (NaCl) dan air
lebih banyak keuntungan dibandingkan (untuk merendam buah talas).
dengan menggunakan sinar matahari. Penelitian ini terdiri dari
Hal ini dikarenakan suhu pengeringan pembuatan tepung umbi talas dengan
dan aliran udaranya dapat diatur variasi suhu dan lama pengeringan
sehingga pengeringan lebih cepat dan menggunakan cabinet drayer.
merata serta kebersihan dapat lebih Proses pembuatan tepung umbi talas
terjaga (Winarno, 1993 dalam Apriani, terdiri dari persiapan bahan,
dkk, 2011). perendaman, pengeringan, penepungan.
Panas akan diserap oleh umbi Tahapan persiapan dilakukan
talas pada proses pengeringan, hal ini dengan menyiapkan beberapa alat dan
akan mempengaruhi tingkat kekeringan bahan yang akan digunakan dalam
pada tepung talas. Hasil uji organoleptik proses pembuatan tepung umbi talas.
dan uji proksimat tepung akan Sebanyak 400 g umbi talas yang telah
mengalami perubahan akibat adanya dikupas dan dicuci kurang lebih 5 menit
perlakuan suhu dan lama pengeringan. dengan menggunakan air hingga bersih,
Berdasarkan penjelasan di atas, diiris dengan ketebalan 2 mm
dianggap perlu untuk melakukan menggunakan slicer. Bahan baku
penelitian pengaruh suhu dan lama direndam dalam larutan garam (NaCl)
pengeringan terhadap hasil uji sebanyak 5 % (50 gr dan air 1000 ml)
organoleptik dan uji proksimat tepung selama 20 menit. Umbi talas dicuci
umbi talas. kembali dengan air bersih untuk
menghilangkan garam mineral dan sisa
METODE PENELITIAN endapan hasil pengikatan garam dan
kalsium oksalatnya yang menempel
Analisis data menggunakan
pada umbi talas. Umbi talas yang telah
rancangan acak lengkap (RAL) fola
direndam, dikeringkan dengan suhu 50
faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu
0C dan suhu 60 0C dengan lama
suhu pengeringan 50 0C dan 60 0C
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 98

pengeringan 8 jam dan 10 jam dengan tepung umbi talas yang dihasilkan
tiga kali ulangan. dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama
Selanjutnya dilakukan pengeringan. Selama proses
penepungan menggunakan blender dan pengeringan penurunan rendemen terus
diayak. Selanjutnya melakukan berlanjut dengan semakin tinggi suhu
pengujian kimia yang terdiri dari dan lama pengeringan yang
perhitungan rendemen, pengujian digunakan. Hal ini diduga karena bobot
kadar air, kadar abu, kadar protein air atau kandungan air di dalam bahan
dan kadar karbohidrat. Serta pengujian semakin menurun akibat pemanasan.
sensori yang terdiri dari kenampakan, Hal tersebut sejalan dengan
aroma, dan tekstur. literatur Yuniarti, dkk (2013), bahwa
Penelitian ini menggunakan semakin tinggi suhu pengering
analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji menyebabkan kadar air bahan semakin
lanjut Duncan. menurun. Seiring dengan menguapnya
kadar air maka kadar rendemen
HASIL DAN PEMBAHASAN yang dihasilkan juga semakin berkurang.
Semakin lama waktu
Karakteristik Kimia Tepung Umbi
pengeringan maka semakin rendah pula
Talas
rendemen tepung umbi talas. Hal
Karakteristik kimia tepung umbi
tersebut didukung dengan pendapat
talas bertujuan untuk mengetahui
Winarno (1993), bahwa proses
kandungan gizi suatu bahan pangan
pengeringan menyebabkan kandungan
seperti rendamen, kadar air, kadar abu,
air selama proses pengolahan berkurang
kadar protein, dan kadar karbohidrat
sehingga mengakibatkan penurunan
sebagai berikut:
rendemen.
Rendamen
Kadar Air

Gambar 1. Grafik Rendamen Tepung Gambar 2. Grafik Kadar Air Tepung


Umbi Talas Umbi Talas
Hasil analisis sidik ragam suhu Hasil analisis sidik ragam suhu
dan lama pengeringan mempunyai dan lama pengeringan mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap pengaruh yang nyata terhadap kadar air
rendemen tepung umbi talas. Rendemen
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 99

tepung umbi talas. Kadar air tepung umbi pengeringan yang digunakan untuk
talas yang dihasilkan dipengaruhi oleh mengeringkan suatu bahan, maka air
faktor suhu dan lama pengeringan. yang menguap akan semakin banyak.
Hal ini diduga pengeringan yang Sejalan dengan pernyataan Riansyah,
diberikan akan memberikan pengaruh dkk (2013), bahwa setiap kenaikan
yang sangat nyata terhadap perpindahan suhu dan waktu pengeringan yang
air pada bahan karena suhu yang rendah diberikan akan memberikan pengaruh
dan waktu pengeringan yang pendek yang sangat nyata terhadap
menyebabkan air terikat yang perpindahan air pada bahan.
terkandung di dalam bahan tidak terlalu Kadar Abu
banyak menguap sehingga kadar air
tepung umbi talas yang dihasilkan
masih tinggi, dimana kadar air ditentukan
oleh air terikat dan air bebas yang
terdapat pada bahan.
Hal ini disebabkan karena
dengan semakin tingginya suhu maka
semakin banyak molekul air yang
menguap dari umbi talas yang Gambar 3. Grafik Kadar Abu Tepung
dikeringkan sehingga kadar air yang Umbi Talas
diperoleh semakin rendah. Sejalan Hasil analisis sidik ragam suhu
dengan pendapat Winarno (1997), dan lama pengeringan mempunyai
dimana semakin tinggi suhu pengeringan pengaruh yang nyata terhadap kadar
maka semakin cepat terjadi penguaan, abu tepung umbi talas. Kadar abu
sehingga kandungan air di dalam tepung umbi talas yang dihasilkan
bahan semakin rendah. dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama
Semakin lama suatu bahan pengeringan. Hal ini diduga karena
kontak langsung dengan panas, maka semakin lama dan tinggi suhu
kandungan air juga akan semakin pengeringan yang digunakan akan
rendah. Hal ini sejalan dengan hasil meningkatkan kadar abu, dikarenakan
penelitian Lubis (2008), menyatakan kadar air yang keluar dari dalam bahan
bahwa lama pengeringan berpengaruh semakin besar.
terhadap kadar air, hal ini dikarenakan Sejalan dengan pendapat
pengeringan yang cukup lama Darmajana (2007) dalam Lisa, dkk
menyebabkan jumlah air yang teruapkan (2015), bahwa dengan bertambahnya
lebih banyak sehingga kadar air dalam suhu pengeringan maka kadar abu akan
tepung berkurang. cenderung meningkat. Begitupula
Menurut Desrosier (1988) dengan pendapat Sudarmadji, dkk
dalam Lubis (2008), bahwa semakin (1997) dalam Lisa, dkk (2015), dimana
tinggi suhu dan semakin lama waktu kadar abu tergantung pada jenis bahan,
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 100

cara pengabuan, waktu dan suhu yang Sejalan dengan pendapat


digunakan saat pengeringan. Yuniarti, dkk (2013) dalam Lisa, dkk
Peningkatan kadar abu terjadi (2015), bahwa pemanasan yang
karena semakin lama pengeringan yang terlalu lama dengan suhu yang
dilakukan terhadap bahan maka jumlah tinggi akan menyebabkan protein
air yang teruapkan dari dalam bahan terdenaturasi. Pemanasan dapat
yang dikeringkan akan semakin besar. merusak asam amino dimana
Hal ini sesuai dengan penyataan ketahanan protein oleh panas sangat
Sudarmadji, et.al, (1989) dalam Lubis terkait dengan asam amino penyusun
(2008), bahwa kadar abu tergantung protein tersebut, sehingga hal ini yang
pada jenis bahan, cara pengabuan, menyebabkan kadar protein menurun
waktu dan suhu yang digunakan saat dengan semakin meningkatnya suhu
pengeringan serta semakin rendah pemanasan.
komponen non mineral yang terkandung Hal ini diperkuat oleh pernyataan
dalam bahan akan semakin Lubis (2008), bahwa lama pengeringan
meningkatkan persen abu relatif berpengaruh terhadap kandungan
terhadap bahan. protein tepung,ini dikarenakan
Kadar Protein pengeringan yang cukup lama
menjadikan penguapan air dalam bahan
sangat cepat sehingga air dalambahan
berkurang dan mempengaruhi protein
dalam bahan.
Kadar Karbohidrat

Gambar 4. Grafik Kadar Protein


Tepung Umbi Talas
Hasil analisis sidik ragam suhu
dan lama pengeringan mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap kadar
protein tepung umbi talas. Kadar
protein tepung umbi talas yang Gambar 5. Grafik Kadar Karbohidrat
dihasilkan dipengaruhi oleh faktor suhu Tepung Umbi Talas
dan lama pengeringan. Hal ini diduga Hasil analisis sidik ragam suhu
karena disebabkan oleh kandungan dan lama pengeringan mempunyai
protein dalam bahan pangan mulai pengaruh yang nyata terhadap kadar
terdenaturasi akibat suhu dan lama karbohidrat tepung umbi talas.Kadar
pengeringan yang semakin meningkat. karbohidrat tepung umbi talas yang
dihasilkan dipengaruhi oleh faktor suhu
dan lama pengeringan. Hal ini diduga
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 101

karena selama proses pengeringan Hasil analisis sidik ragam suhu


kandungan karbohidrat bahan semakin pengeringan mempunyai pengaruh yang
bertambah dengan semakin rendahnya nyata dan lama pengeringan tidak
kandungan air dalam bahan pangan. mempunyai pengaruh terhadap
Sejalan dengan pendapat kenampakan tepung umbi talas.
Lidiasari, et.al, (2006) dalam Martunis Kenampakan tepung umbi talas yang
(2012), bahwa semakin tinggi suhu dan dihasilkan dipengaruhi oleh faktor
lama pengeringan yang digunakan akan suhu dan lama pengeringan. Hal ini
mengakibatkan rusaknya sebagian diduga karena panelis lebih menyukai
molekul karbohidrat pada saat kenampakan (warna) tepung umbi talas
pengeringan, sehingga karbohidrat yang yang bersih dan cerah serta panelis
dihasilkan menurun. kurang menyukai warna tepung umbi
Umbi talas mengandung talas yang kenampakannya kotor dan
amilopektin yang tinggi, dimana pati kusam.
sebagai komponen utama karbohidrat Sejalan dengan
pada suhu tinggi dapat mengalami pendapatTranggono, dkk (1989), bahwa
hidrolisis. Meningkatnya suhu akan kenampakan suatu produk akan
meningkatkan kecepatan hidrolisis pati. mempengaruhi ketertarikan konsumen
Pada suhu tinggi dapat mengalami terhadap produk tersebut. Dimana jika
pemecahan-pemecahan menjadi pangan tidak dapat diterima secara
senyawa-senyawa sederhana seperti estetis (kenampakan), pangan tidak akan
glukosa, maltose, dan dekstrin. Dimana, mendapat kesempatan untuk berperan
kadar kabohidrat pada suhu rendah pada pemenuhan kebutuhan gizi
mengalami penurunan dikarenakan seseorang.
kandungan air yang tinggi (Winarno, Menurut Andarwulan, Feri, dan
1997). Dian (2011), bila warna produk tidak
Analisis Uji Sensori Tepung Umbi disukai atau dianggap menyimpang dari
Talas Kenampakan warna yang seharusnya, maka
konsumen biasanya tidak tertarik lagi
untuk memberikan penilaian yang baik
terhadap atribut mutu lainnya.
Kenampakan pada setiap perlakuan
yang diberikan menghasilkan nilai
yang berbeda-beda. Suhu dan lama
pengeringan mempengaruhi
kenampakan tepung umbi talas yang
dihasilkan, semakin tinggi dan lama suhu
pengeringan mampu merubah
Gambar 6. Grafik Kenampakan kenampakan tepung menjadi agak
Tepung Umbi Talas kecoklatan. Akan tetapi, suhu dan
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 102

lama pengeringan yang rendah mampu suhu dan lama pengeringan. Hal ini
menghasilkan kenampakan tepung yang diduga karena panelis lebih menyukai
berwarna putih. aroma tepung umbi talas yang
Produk yang mengalami spesifik tepung (beraroma khas talas)
proses pengeringan paling lama dari serta panelis kurang menyukai aroma
segi kenampakan mendapatkan nilai tepung umbi talas yang memiliki warna
rendah karena bahan pangan yang agak kusam (berwarna kecoklatan)
terpapar dengan suhu panas dalam karena aroma khas talas pada tepung
jangka waktu yang lama dapat telah berkurang.
menyebabkan permukaan umbi talas Suhu dan lama pengeringan
mengalami perubahan dari segi warna mempengaruhi aroma tepung umbi
yang awalnya berwarna putih cerah talas yang dihasilkan, semakin tinggi
berubah menjadi agak kecoklatan. dan lama suhu pengeringan yang
Hal ini sejalan dengan digunakan semakin rendah tingkat
pendapat Lubis (2008), bahwa waktu kesukaan panelis terhadap aroma
pengeringan terlalu lama dan suhu tepung umbi talas. Dikarenakan
pengeringan yang terlalu tinggi dapat semakin tinggi suhu dan lama
menyebabkan pigmen-pigmen pada pengeringan yang digunakan pigmen
bahan pangan mengalami oksidasi, warna pada umbi talas mengalami
sehingga menyebabkan bahan pangan perubahan menjadi agak kecoklatan.
berubah agak kecoklatan. Sejalan dengan pendapat
Aroma Winarno, (1996) dalam Fransiska,
(2014), bahwa pada umumnya aroma
yang diterima oleh hidung dan otak
lebih banyak merupakan berbagai
ramuan atau campuran empat aroma
utama yaitu harum, asam, tengik dan
hangus.
Salah satu kegunaan cabinet
dryerdalam proses pengeringan yaitu
untuk menghindarkan bahan pangan
Gambar 7. Grafik Aroma Tepung Umbi dari kontaminasi aroma dari lingkungan
Talas sekitar. Berbeda halnya dengan
Hasil analisis sidik ragam pengeringan menggunakan sinar
suhu pengeringan mempunyai matahari bahwa bahan pangan sangat
pengaruh yang nyata dan lama mudah mengalami kontaminasi
pengeringan tidak mempunyai langsung dari aroma disekitarnya
pengaruh terhadap aroma tepung umbi selama proses pengeringan.
talas. Aroma tepung umbi talas yang
dihasilkan dipengaruhi oleh faktor
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 103

Tekstur pangan. Sejalan dengan pendapat


deMan (1997), tekstur merupakan
aspek penting dari mutu makanan,
kadang-kadang lebih penting dari aroma
dan warna.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Kusnandar, F., dan


Herawati, D. 2011. Analisis
Gambar 8. Grafik Tekstur Tepung Pangan. Jakarta: Dian Rakyat
Umbi Talas
Apriani, R.N., Setyadjit, dan Arpah.
Hasil analisis sidik ragam
2011. Karakteristik Empat Jenis
suhu pengeringan mempunyai
Umbi Talas Varian Mentega,
pengaruh yang nyata dan lama
Hijau, Semir, dan Beneng serta
pengeringan tidak mempunyai pengaruh
Tepung yang dihasilkan dari
yang nyata terhadap tekstur tepung umbi
Keempat Varian Umbi Talas.
talas.
Jurnal Ilmu Pangan. vol. 1, nomor
Tekstur tepung umbi talas
1.
yang dihasilkan dipengaruhi oleh faktor
suhu dan lama pengeringan. Hal ini Ariyanti, D., Catarina, S.B., dan Cahyo,
diduga karena panelis lebih menyukai A. 2014. Modifikasi Tepung Umbi
tekstur tepung umbi talas yang cukup Talas Bogor (Colocasia
kering dan halus. Sebaliknya panelis esculenta L Schott) dengan
kurang menyukai tekstur tepung umbi Teknik Oksidasi sebagai Bahan
talas yang agak kering dan sedikit kasar. Pangan Pengganti Tepung
Kadar air dan aktivitas air Terigu. Jurnal Reaktor. (on line),
dalam bahan pangan sangat besar vol. 15 nomor 8,
peranannya terutama dalam menentukan (http://ejournal.undip.ac.id,
tekstur bahan pangan. Penggunaan diakses 13 Maret 2016).
suhu dan lama pengeringan yang deMan, J. M. 1997. Kimia Makanan.
semakin meningkat mempengaruhi Bandung: Institut Teknologi
tingkat kesukaan panelis terhadap Bandung.
tekstur tepung umbi talas. Dimana
Fransiska, Dina., dkk. 2014.
semakin tinggi suhu dan semakin lama
Penambahan Kalsium Karbonat
pengeringan panelis semakin menyukai
pada Pembuatan Tepung Puding
tekstur dari tepung umbi talas. Tekstur
Instan Berbahan Alginat. Jurnal
suatu bahan pangan sangat
JPB Perikanan, (on line), vol. 9,
mempengaruhi rasa bahan pangan
nomor 1,
tersebut, tekstur yang baik akan
mendukung cita rasa suatu bahan
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 104

(http://bbp4b.litbang.kkp.go.id, Mulyati, Anis. 2015. Pembuatan


diakses 01 Desember 2016). Brownies Panggang dari Bahan
Jatmiko, Putra, G., dan Estiasih, T. Tepung Talas Komposit Tepung
2014. Mie dari Umbi Kimpul Ubi Jalar Ungu dengan
(Xanthosoma sagitifolium): Kajian Penambahan Lemak yang
Pustaka Noodles from Cocoyam Berbeda. Skripsi tidak
(Xanthosoma sagitifolium): A diterbitkan. Jurusan Pendidikan
Review. Jurnal Pangan dan Kesejahteraan Keluarga:
Agroindustri. (on line), vol. 2 Universitas Negeri Semarang.
nomor 2, (on line),
(http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/ar (http://lib.unnes.ac.id/22927/1/540
ticle/view/45/54, diakses 10 April 1411009, diakses 10 April 2016).
2016). Nurbaya, S.R., dan Teti Estiasih.
Lisa, Maya., Mustofa Lutfi, dan 2013. Pemanfaatan Talas
Bambang Susilo. 2015. Berdaging Umbi Kuning dalam
Pengaruh Suhu dan Lama Pembuatan Cookies. Jurnal
Pengeringan terhadap Mutu Pangan dan Agroindustri, (on line),
Tepung Jamur Tiram Putih vol. 1, nomor 1,
(Plaerotus ostreatus). Jurnal (http://jpa.ub.ac.id, diakses 01
THPi Student, (on line), vol. 3, April 2016).
nomor 3, (http://jkptb.ub.ac.id, Nurcahya, Hilmi. 2013. Budidaya dan
diakses 15 Desember 2016). Cara Olah Talas untuk Makanan
Lubis, Ikhwan Hafiz. 2008. Pengaruh dan Obat. Yogyakarta: Pusataka
Suhu dan Lama Pengeringan Baru Press.
terhadap Mutu Tepung Pandan. Riansyah, A., Supriadi, A., dan Nopianti,
Skripsi tidak diterbitkan. R. 2013. Pengaruh Perbedaan
Sumatera Utara: Universitas Suhu dan Waktu Pengeringan
Sumatera Utara. (on line), terhadap Karakteristik Ikan Asin
(http://repository.usu.ac.id, diakses Sepat Siam dengan
10 Februari 2016). Menggunakan Oven. Jurnal
Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Fishtech. vol. 2, nomor 1.
Lama Pengeringan terhadap Tranggono, Sutardi, dan Suparmo.
Kuantitas dan Kualitas Pati 1989. Bahan Tambahan Pangan
Kentang Varietas Granola. Jurnal (Food Additivies). Yogyakarta:
Teknologi dan Industri Pertanian Pusat Antar Universitas Pangan
Indonesia, (on line), vol. 4, dan Gizi UGM.
nomor 3,
(http://jurnal.unsyiah.ac.id,
diakses 11 Desember 2016).
Nurfiani Erni, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 95-105 105

Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi,


Teknologi dan Konsumen.
Jakarta: Gramedia.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Yuniarti, D, W., Titik dan Eddy. 2013.
Pengaruh Suhu Pengeringan
Vakum terhadap Serbuk Albumin
Ikan Gabus (Ophiocephalus
striatus). Jurnal THPi Student. vol.
1, nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai