Tafsir Al-Qur'an Al-Karim Karya Mahmud Yunus. KL 5

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAFSIR NUSANTARA

TAFSIR AL-QUR’AN KARIM KARYA MAHMUD


YUNUS

Disusun Oleh:
1. Alfia Shofwatul Muna 2018080003
2. Shahifah Arisa Octavia 2018080005
3. Nafisatul Hana 2018080007

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2020

1
A. PENDAHULUAN

Mahmud Yunus memiliki minat yang tinggi terhadap studi Al-Qur’an serta bahasa
Arab telah menimbulkan hasrat besar dalam dirinya. Sehingga Pada tahun 1922,
beliau mulai menterjemahkan Al Qur’an dan diterbitkan dengan huruf Arab Melayu
untuk memberi pemahaman bagi mayarakat yang belum begitu paham bahasa Arab.
Meskipun waktu itu umumnya ulama Islam mengatakan haram menterjemah Al-
Qur’an, tetapi beliau sekali tidak terpengaruh bantahan tersebut dan beliau pun tetap
melanjutkan usahanya menterjemahkan Al-Quran Al Karim tersebut.1

Karya ini merupakan salah satu pemula bagi karya dalam kajian Al-Qur’an di
Indonesia dalam bentuk baru, yaitu dilihat dari sudut keberanian menampilkan
terjemahan Al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat yang masih menganggap haram
menterjemahkan Al Qur’an di luar bahasa Arab. Karena menurut gagasan mayoritas
dalam ortodoksi Islam, bahwa terjemahan Al-Quran dalam pengertian yang
sebenarnya dari kata tersebut adalah suatu kemustahilan. Gagasan ini terutama
didasarkan pada karakter i’jaz (keunikan) Al-Quran yang tidak bisa diimitasi atau
ditandingi manusia dengan cara apapun. Menurut sudut pandang ini, karakteristik
tersebut akan hilang dalam terjemahan Al-Quran, karena terjemahan dibuat oleh
manusia.

Namun usaha Mahmud Yunus tersebut terhenti, karena beliau pergi melanjutkan
studinya ke Mesir pada tahun 1924 M. Ketika belajar di Darul ‘Ulum, beliau
mendapatkan pelajaran dari Syaikh di sana, bahwa menterjemahkan Al-Qur’an itu
hukumnya adalah mubah (boleh), bahkan dianjurkan atau termasuk fardhu kifayah
dengan tujuan untuk menyampaikan dakwah Islamiyah kepada bangsa asing yang
tidak mengetahui bahasa Arab. Karena bagaimana mungkin dapat menyampaikan
kitabullah kepada mereka, jika tidak diterjemahkan ke dalam bahasa mereka.2

Dengan menerima pelajaran tersebut membuat Mahmud Yunus merasa berbesar


hati, karena hal itu sesuai dengan usaha menterjemahkan Al-Qur’an yang selama ini
beliau tekuni. Setelah kembali ke Indonesia, maka dengan berbagai ilmu yang telah
diserap pada bulan Ramadhan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali

1
Mahmud Yunus, Tafsir Al Qur’an Al Karim, (Jakarta: PT Hida Karya Agung, 2004),Cet.
LXXIII, hlm. III.
2
Taufik Adnan Kamal, Rekrontruksi Sejarah Al Qur’an, (Jakarta: Yayasan AbadDemokrasi,
2011), hlm. 395

2
menterjemahkan Al Quran dan disertai tafsir ayat-ayatnya yang dianggap penting
yang kemudian beliau beri nama : Tafsir Al Quran Al Karim.

B. PEMBAHASAN
1. Biografi Mahmud Yunus

Mahmud Yunus merupakan putera dari Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam
Sami’un. Beliau lahir pada tanggal 10 februari 1899 M atau 30 Ramadhan 1316 H di
desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat3. Mahmud Yunus lahir dari keluarga
sederhana, ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling, sedangkan ibunya
berasal dari suku Chaniago.

Sejak kecil, Mahmud Yunus dididik dalam lingkungan agama. Dia tidak pernah
masuk ke sekolah umum. Ketika menginjak usia tujuh tahun (1906), Mahmud mulai
belajar Al-Quran serta ibadah lainnya. Gurunya adalah kakeknya sendiri. Mahmud
sempat selama tiga tahun menimba ilmu di sekolah desa, tahun 1908. Namun saat
duduk di kelas empat, dia merasa tidak betah lantaran seringnya pelajaran kelas
sebelumnya diulangi. Dia pun memutuskan pindah ke madrasah yang berada di Surau
Tanjung Pauh bernama Madras School, asuhan H.M Thaib Umar, seorang tokoh
pembaru Islam di Minangkabau.

Sejarah mencatat H.M Umar Thaib amat berpengaruh terhadap pembentukan


keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat
menyerap semangat pembaruan yang dibawa. Saat Mahmud belajar di Madras School
antara tahun 1917- 1923, di Minangkabau tengah tumbuh gerakan pembaruan Islam
yang dibawa oleh para alumni Timur Tengah.

Mahmud Yunus mulai terlibat di gerakan pembaruan saat berlangsung rapat


besar ulama Minangkabau tahun 1919 di Padang Panjang. Dia diminta untuk
mewakili gurunya. Bersama staf pengajar lainnya yang bergiat di gerakan pembaruan,
tahun 1920 Mahmud membentuk perkumpulan pelajar Islam di Sungayang bernama
Sumatera Thawalib. Salah satu kegiatan kelompok ini adalah menerbitkan majalah al-
Basyir dengan Mahmud Yunus menjadi pemimpin redaksinya.

3
Sulaiman Ibrahim, Pendidikan dan Tafsir: Kiprah Muhammad Yunus dalam Pembaruan Islam,
(Jakarta: Lekas, 2011), hlm. 5.

3
Tidak mudah untuk mewujudkan hasratnya itu, berbagai kendala dihadapi.
Namun pada akhirnya kegigihan Mahmud Yunus dapat mengantarkannya ke al-
Azhar, Kairo, tahun 1924. Di sana dia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih
Hanafi dan sebagainya. Mahmud Yunus seorang murid yang cerdas. Hanya dalam
tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar dan
menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu.

Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk
rumah sakit. Tahun 1982, dia memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu
tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia. Sepanjang hidupnya, Mahmud menulis tak kurang dari
43 buku. Pada tahun 1982, Mahmud Yunus meninggal dunia. 4

Karya-karya Mahmud Yunus

Mahmud Yunus adalah penulis yang cukup produktif. Banyak bukunya telah
diterbitkan dan tersebar di tanah air. Buku-buku tersebut meliputi berbagai bidang
ilmu, di antaranya bidang pendidikan, hukum Islam (fiqh), tafsir, akhlak, ilmu jiwa,
sejarah Islam dan lain-lain. Bukunya itu antara lain:

a. Bidang Pendidikan
 Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Penerbit Mutiara Jakarta,
1997),
 Pendidikan di Negara negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat (CV.
Al-Hidayah Jakarta, 1968),
 Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik: Methodik Khusus Pendidikan
Agama (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1980),
 Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia; Pokok-pokok
Pendidikan dan Pengajaran (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1978),
 Al-Tarbiyah wal Ta’lim (Pendidikan dan Pengajaran).
b. Bidang Bahasa Arab
 Pelajaran Bahasa Arab I, Pelajaran Bahasa Arab II, Pelajaran Bahasa
Arab III, Pelajaran Bahasa Arab IV

4
Luluvikar, Biografi Mahmud Yunus, artikel inernet pada www.luluvikar.com , didownload pada
14 Oktober 2020

4
 Durus Al-Lughat Methodik Khusus Bahasa Arab: Kamus Arab
Indonesia: Contoh Tulisan Arab, (17) Muthall’ah wa Mahfuzhar
(Bedah Buku dan Kata Mutiara): Darus Al-Lughat al-’Arabiyah II (PT.
Hidakarya Agung Jakarta, 1980): Durus Al-Lughat Al-Arabiyah III
(PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1980): Muhadatsat Al-Arabiyah/
Percakapan: Bahasa Arab (PT. Hidakarya Agung Jakarta, 1981):Al-
Muktarat Lil Muthalla’ah wal Mahfuzhat (Kapita Selekta Bedah Buku
dan Kata Mutiara).
c. Bidang Fiqh (Hukum Islam)
 Marilah Sembahyang I (Hidakarya Agung, Jakarta, 1979),
 Marilah Sembahyang II (Hidakarya Agung Jakarta, 1979),
 Puasa dan Zakat (Hidakarya Agung Jakarta, 1979),
 Haji ke Mekkah (Hidakarya Agung Jakarta, 1979),
 Hukum Warisan dalam Islam (Hidakarya Agung, Jakarta 1974),
 Hukum Perkawinan dalam Islam 4 Mazhab
 Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa: Soal jawab Hukum
Islam: Fiqh Al-Wadhih I: Al-Fiqh Al-Wadhih II (Hidakarya Agung,
Jakarta, 1935),
 Al- Fiqh Al-Wadhih III (Hidakarya Agung Jakarta,1936),
 Mabadi’ al- Fiqh Al-Tsanawiy:Tarikh Al-Fiqh AlIslamiy (Sejarah Fiqh
Islam),
 Al-Masail Al-Fiqhiyah ’ala Madzahib Al-Arab’ah (Masalah Masalah
Fiqh Empat Madzhab).
d. Bidang Tafsir
 Tafsir Al-Qur’an Karim 30 Juz Tafsir Al-Fatihah (Sa’adiyah Putra,
Padang Panjang Jakarta, 1971),
 Tafsir Ayat Akhlak (Al-Hidayah Jakarta, 1975),
 Juz ’Amma dan Terjemahnya (Hidakarya Agung, Jakarta, 1978),
 Tafsir Al-Qur’an Juz 110-, Pelajaran Huruf Al-Qur’an I-II, 1973:
Kesimpulan Isi Al-Qur’an, Tahun 1978, Alif Ba Ta wa Juz ’Amma
Muhadharat Al-Israiliyat fi Tafsir wal Hadits (Cerita Israiliyat dalam
tafsir dan hadist), Tafsir Al-Qur’an Karim Juz II 20, 1973, Tafsir Al-
Qur’an Karim juz 211973 ,30-, Kamus Al-Qur’an I: Kamus Al-Qur’an

5
II Kamus Al-Qur’an Juz 130- (Hidakarya Agung Jakarta, 1978: Surat
Yasin dan Terjemahannya, 1977).
e. Bidang Akhlak
 Keimanan dan Akhlak I (1979): Keimanan dan Akhlak II (1979):
Keimanan dan Akhlak III (1979): Keimanan dan Akhlak II (1979):
Beriman dan Berbudi Pekerti (Hidakarya Agung, Jakarta 1981): Lagu-
lagu Baru Pendidikan Agama/ Akhlak Bahasa Indonesia: Moral
Pembangunan dalam Islam: Akhlak (1978).
f. Bidang Sejarah Islam
 Sejarah Islam di Minangkabau tahun 1971: Tarikh Al-Islam
(Hidakarya Agung, Jakarta, 1971). 04_SYAHADAH_VOLUME III,
NO 2 OKTOBER 2015.indd 9 18/04/2016 9:12:14 Jurnal Syahadah 10
Vol. III, No. 2, Oktober 2015
g. Bidang Perbandingan Agama
 Ilmu Perbandingan Agama (Hidakarya Agung, Jakarta, 1978), Al-
Adyan (agama-agama).
h. Bidang Dakwah
Pedoman Dakwah Islamiyah (Hidakarya Agung, Jakarta, 1978).
i. Bidang Ushul Fiqh
Mudzakarat ushul Al-Fiqh
j. Bidang Tauhid
Durus Al-Tauhid (pelajaran tauhid)
k. Bidang Ilmu Jiwa
Buku Tentang Doa seperti: Kumpulan Do’a (Hidakarya Agung Jakarta,
1976), Doa-doa Rasulullah (Hidakarya Agung, Jakarta, 1979).
l. Buku tentang Pemikiran
Mari Kembali ke Al-Qur’an (Hidakarya Agung Jakarta, 1971) dan Al-
Syuhur Al-Arabiyah fil Bilad Al-Islamiyah.
m. Buku tentang Kisah
Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya (Hidakarya Agung, Jakarta, 1980),
Khulashah Tarikh Hayat Al-Ustadz Mahmud Yunus (Ringkasan Biografi
Mahmud Yunus).
n. Buku tentang Pelajaran Agama

6
Pemimpin Pelajaran Agama I: Pemimpin Pelajaran Agama II: Pemimpin
Pelajaran Agama III (Al-Hidayah Jakarta).

2. Metode dan Corak Tafsir al-Qur’an Karim


a. Corak Tafsir dan Metode Penafsiran

Adapun corak penafsiran yang digunakan oleh Mahmud Yunus dalam


kitab Tafsīr Al-Qur’ān Karīm ialah corak ‘Ilmi. Selain penulisannya
menggunakan huruf latin, elemen lain yang menandai pola baru tafsir
Indonesia modern ini ialah keberadaan corak ilmiah di dalam penafsiran.
Sedangkan Tujuan Mahmud Yunus menulis Tafsīr Al-Qur’ān Karīm ialah,
untuk menggali hubungan harmoni antara Al-Qur’an sebagai sumber pokok
ajaran Islam dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menjadi ciri utama modernitas.

Pada bagian kitab Tafsīr Al-Qur’ān Karīm Mahmud Yunus, juga terdapat
indeks ayat-ayat yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi Hal
penting mengenai penjelasan corak ilmiah yang dilakukan Mahmud dalam
penulisan kitab Tafsīr Al-Qur’ān Karīm ialah: Pertama, Mahmud Yunus
memberikan penjelasan tehadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan penjelasan
dalam perspektif teori ilmiah modern. Kedua, menggunakan temuan-temuan
dan kemajuan ilmiah modern untuk memperkokoh ketinggian nilai ajaran
Islam dan kemukjizatan Al-Qur’an. Ketiga, mengemukakan temuan-temuan
ilmiah modern sebagai bahan dan materi perbandingan dalam fenomena dan
pesan-pesan ajaran Al-Qur’an yang di coba untuk menyeimbangkan dengan
kondisi yang kekinian.5

Secara umum Tafsir Qur`ân Karîm Mahmud Yunus ini menunjuk pada


metode ijmâlî yakni hanya menafsirkan ayat secara global saja. Namun pada
beberapa ayat, beliau memberikan perhatian lebih hingga terlihat corak
penafsiran tahlîlî, suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur`ân dan seluruh aspeknya. Dalam tafsir Mahmud
Yunus, aspek kosa-kata dan penjelasan arti global tidak selalu dijelaskan.
Kedua aspek tersebut dijelaskan ketika dianggap perlu, kadang suatu ayat atau
5
M. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru Penulisan
Tafsir al-Qur’an Indonesia,” 331-332.

7
suatu lafadz dijelaskan arti kosa-katanya, sedangakan lafadz di ayat yang lain
arti globalnya karena mengadung suatu istilah, bahkan kadang dijelaskan
secara terperinci dengan memperlihatkan penggunaan istilah itu pada ayat-ayat
yang lain.

b. Metode Pemikiran Penafsiran Atau Kecenderungan Penulis

Dari penjelasan di atas, metode pemikiran penafsiran Mahmud Yunus


cenderung ke arah penafsiran model bi al-riwâyah, yakni metode penafsiran
yang menggunakan riwayat-riwayat para sahabat dan para tabi’in sebagai
dasar pijakan. Metode ini kurang memberikan porsi yang besar terhadap akal
dan lebih banyak berpegang pada arti harfiahnya. Untuk dapat mengetahui
kecenderungan metode pemikiran penafsiran Mahmud Yunus yang dapat
dikategorikan bercorak bi al-riwâyah, dapat dilihat dari bagaimana Mahmud
Yunus menyingkap ayat-ayat al-Qur`ân dalam tafsirnya sebagai berikut ketika
menafsirkan surat al-Fath/48 ayat 10 dan surat Âli-‘Imrân/3 ayat 26 dan 73
yang masing-masing ada kata “yad” yang ayat tersebut dapat membawa
pemahaman antropomorfisme. Mahmud Yunus mengartikan kata tersebut
dengan tangan, maka dari sisi ini Mahmud Yunus memaknai teks al-Qur`ân 
secara harfiah. Penafsiran ini didasarkan pada riwayat yang mengatakan
bahwa ayat ini turun ketika orang-orang yang setia dan teguh kepada
Muhammad, berjabat tangan dengan Nabi dan mengumpamakan tangan Nabi
sebagai tangan Allah, seperti diungkap Mahmud Yunus dalam tafsir Qur`ân 
Karîm. Jadi penafsiran yang diperlihatkan beliau ini menunjukkan
metode tafsir bi al-riwâyah, meskipun pada ayat-ayat yang lain beliau
melakukan pentakwilan arti kata, tetapi hanya sebatas arti kata untuk
menjelaskan supaya tidak terjadi kesalah-pahaman tentang maksud ayat6.

3. Contoh Penafsiran Tafsir Qur’an Karim Karya Mahmud Yunus

Contoh penafsiran Mahmud Yunus dalam karyanya Tafsir Qur`ân


Karîm sebagai berikut:

a. QS. Al-Fill

6
M. Amursid dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Qur`an  Karim Karya Mahmud Yunus,” Jurnal
Syahadah. Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, hlm. 11-12.

8
﴾ ٣﴿ ‫﴾ َوأَرْ َس َل َعلَي ِْه ْم َط ْي رً ا أَ َب ِابي َل‬٢﴿ ‫ِيل‬
ٍ ‫ضل‬ْ ‫ ﴾أَلَ ْم َيجْ َع ْل آَ ْي دَ ُه ْم فِي َت‬١﴿ ‫ِيل‬
ِ ‫ب ْالف‬ ِ ‫ك ِبأَصْ َحا‬ َ ‫أَلَ ْم َت َر آَي‬
َ ‫ْف َف َع َل َر ُّب‬
٥-١ : ‫) ﴾سورة الفيل‬٥﴿ ‫ول‬ ٍ ُ ‫ ﴾ َف َج َعلَ ُه ْم آَ َعصْ فٍ َمأْآ‬٤﴿ ‫يل‬ ٍ ِّ‫ار ٍة مِنْ سِ ج‬ ِ ‫َترْ م‬
َ ‫ِيه ْم ِبح َِج‬

Artinya: Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap


orang-orang yang mempunyai gajah (1); Tiadakah ia menjadikan tipu daya
mereka jadi sia-sia (2); Dan mengirim kepada meraka burung berbondong-
bondong (3); Yang melempar mereka dengan batu dari tanah yang keras (4);
lalu Allah jadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat) (Q.S. alFi’il : 15-).

Adapun balatentara yang bergajah itu, ialah Raja Yaman yang datang
ke Negeri Makkah hendak meruntuhkan Ka’bah dengan membawa lascar dan
gajah yang kuat. Setelah mereka hamper masuk ke Negeri Makkah, lalu
beberapa burung menjatuhkan batu (tanah yang keras), boleh jadi didalamnya
banyak hama penyakit cacar, sehingga mereka semuanya dihinggapi penyakit
itu, akahirnya badan mereka hancur luluh seperti daun kayu dimakan binatang
atau ulat. Pendeknya maksud mereka hendak meruntuhkan Ka’bah tiadalah
berhasil adanya.7

b. QS. Fushilat ayat 13

َ ‫صاعشقَةً ِّم ْث َل‬


)13( ‫ص ِعقَ ِة عَا ٍد َوثَ ُمو َد‬ َ ‫فَإ ِ ْن أ ْع َرضُوْ ا فَقُلْ أ ْن َذرْ تُ ُك ْم‬

Artinya: “Jika mereka berpaling katakanlah: aku telah memperingatkan kamu


akan (siksa) petir seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud.”

Arti ‫ص ِعقَ ِة‬


َ dari jamak lafdz ‫ق‬
َ ‫ص َوا ِع‬
َ berarti petir, geledek, halilintar, yaitu bunyi
yang keras sekali diudara dan biasanya bersamaan dengan kilat. Didalam al-
Qur’an terdapat tiga penafsirannya:

 Dimaknai “Mati”, seperti pada ayat ‫ض‬ ِ ْ‫ت َو َم ْن فِي األَر‬ َّ ‫ق َم ْن فَي‬
ِ ‫الس{ َما َوا‬ َ َ‫ف‬
َ ‫ص{ ِع‬
“Maka matilah siapa yang dilangit dan siapa yang dibumi”.
 َ ‫ص ِعقَ ٍة ِم ْث َل‬
Dimaknai “Azab”, seperti pada ayat ‫ص ِعقَ ِة عَا ٍد َوثَ ُموْ َد‬ َ ‫“ أَ ْن َذرْ تُ ُك ْم‬aku
telah memperingatkan kamu akan (siksa) petir seperti petir yang
menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud.”

7
Mahmud Yunus, Tafsir   Quran   Karim..., h. 918-919

9
 ِ ُ‫ق فَي‬
Dimaknai “Api (Kilat)”, seperti pada ayat, ‫صيْبُ بِهَا َم ْن يَ َشا ٌء‬ َ ‫اع‬ َ ‫َويُرْ ِس ُل‬
ِ ‫الص َو‬
“Dia mengirim api (kilat), lalu mengenai siapa yang dikehendakinya.
Sebenarnya ketiga-tiganya itu adalah hasil dari petir.

ُ‫ص ْي َحة‬
َّ ‫ ال‬: teriakan yang keras (QS. Hijr ayat 73) ditafsirkan dengan Shaa’iqah
in, bukan dengan teriakan Jibril seperti dalam tafsir al-Jalalain.

c. QS. Al- Quraisy ayat 4


ٍ ْ‫ع َوآ َمنَهُ ْم ِم ْن خَ و‬
‫ف‬ ْ ْ‫ال ِذي‬
ٍ ْ‫أط َع َمهُ ْم ِم ْن جُو‬
Artinya: “ Yang te;ah memberi makan kepada mereka kerena kelaparan dan
telah mengamankan merreka karena ketakutan”.
Arti “Min” banyak, diantaranya:
 Min untuk permulaam (mulai dari) seperti ‫أ ْس َرى بِ َع ْب ِد ِه لَيِالَ من ال َم ْس ِج ِد ال َح َر ِام‬
َ ‫ “ الَي ال َم ْس ِج ِد األَ ْق‬Dia memperjalankan hamba-Nya pada malam hari
‫صى‬
dari masjidil haram ke masjidil aqsa”.
 Untuk menerangkan “setengan”, seperti : ‫اس َم ْن يَقُ{{وْ ُل آ َمنَّا‬
ِ َّ‫ “ َو ِمنَ الن‬dan
setengah (diantara) manusai ada yang berkata: kami beriman”.
 Untuk arti ganti seperti : ‫“ من َذلِ َكهَ َذا ُخ ْذ‬Ambillah ini ganti itu”.
 Untuk menerangkan “yaitu” atau “yakni”, seperti : َ‫ال ِجنَّ ِة َوالنَّا ِس ِمن‬
“(Syetan itu), yaitu jin dan manusia”.
 ْ ٍ‫ع َوآ َمنَهُ ْم ِم ْن َخوْ ف‬
Untuk arti “Karena”, seperti : ‫أط َع َمهُ ْم‬ ٍ ْ‫“ َم ْن جُو‬Dia memberi
mereka makanan karena kelaparan”.
 Untuk “Zaidah” (tambanhan saja) seperti: َ‫يَاْتِ ْي ِه ْم ِم ْن نَبِ ٍي ااَّل َكنُوْ ا بِ ِه يَ ْستَه ِْز ُؤن‬
‫“ َو َما‬Tidak datang Nabi kepada mereka melainkan mereka perolok-
olokan”.

d. Keistimewaan Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Mahmud Yunus


Adapun keistimewaannya adalah:
a. Terjemahan Al-Qur’an disusun baru, sesuai dengan perkembangan bahasa
Indonesia, serta mudah difahami oleh pembaca. Bahkan mahasiswa-
mahasiswa dapat memperluas bahasa arabnya.
b. Teks Al-Qur’an terjemahannya disusun sejajar dan setentang. Dengan
demikian mudah mengetahui nomornomor ayat Al-Qur’an dalam teks
bahasa arab dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

10
c. Keterangan-keterangan ayat ditaruh dan diletakkan didalam ayat yang
bersangkutan, sehingga mudah mempelajarinya tanpa memeriksa ke
halaman-halaman yang lain, seperti cetakan yang lama.
d. Keterangan-keterangan ayat ditambah dan diperluas, setengahnya berupa
masalah-masalah ilmiyah yang harus dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswa.
Simpulan
Mahmud Yunus lahir di desa Sungayang, Batusangkar, Sumatra Barat, hari
Sabtu 10 Februari 1899. Beliau merupakan seorang tokoh intelektual yang
banyak mencurahkan ilmunya kedalam bentuk tulisan dan telah banyak
diterbitkan. Beliau menghasikan karya tulis tersebut dalam berbagai jenis
bidang ilmu, diantaranya; bidang pendidikan, bahasa arab, tafsir, akhlak, fiqh,
sejarah islam, dan lain-lain. Sedangkan corak yang digunakan di dalam Tafsir
Al-Qur’an al-Karim tafsir ialah dengan corak ilmiah di dalam penafsiran.
Sedangkan tujuan Mahmud Yunus menulis Tafsīr Al-Qur’ān Karīm ialah,
untuk menggali hubungan harmoni antara Al-Qur’an sebagai sumber pokok
ajaran Islam dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menjadi ciri utama modernitas. Tafsir Qur`ân Karîm Mahmud Yunus ini
menunjuk pada metode ijmâlî yakni hanya menafsirkan ayat secara global
saja. Namun pada beberapa ayat, beliau memberikan perhatian lebih hingga
terlihat corak penafsiran tahlîlî, suatu metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur`ân dan seluruh aspeknya.

Daftar Pustaka

Yunus, Mahmud,Tafsir Al Qur’an Al Karim, (Jakarta: PT Hida Karya Agung,


2004),Cet. LXXIII, hlm. III.
Kamal, Taufik Adnan, Rekrontruksi Sejarah Al Qur’an, (Jakarta: Yayasan

AbadDemokrasi, 2011), hlm. 395

Ibrahim, Sulaiman, Pendidikan dan Tafsir: Kiprah Muhammad Yunus dalam

Pembaruan Islam, (Jakarta: Lekas, 2011), hlm. 5.

Syarifuddin , M. Anwar dan Jauhar Azizy, “Mahmud Yunus: Pelopor Pola Baru

Penulisan Tafsir al-Qur’an Indonesia,” Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol. 2, No. 3,

Januari-Juni 2015, hlm. 328

11
Amursid, M. dan Amaruddin Asra, “Studi Tafsir Qur`an  Karim Karya Mahmud
Yunus,” Jurnal Syahadah. Vol. 3, No. 2, Oktober 2015, hlm. 11-12.

12

Anda mungkin juga menyukai