Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat secara umum didefinisikan sebagai suatu zat atau bahan yang
digunakan untuk mengurangi, mencegah, dan mengobati suatu penyakit. Obat itu
sendiri diperoleh dari bahan alam, baik tumbuhan maupun hewan, yang diolah
dengan campuran bahan-bahan kimia. Proses pembuatan dilakukan dengan
sintesis maupun nonsintesis.
Sediaan obat dalam bidang farmasi terdiri dari berbagai macam sediaan
atau kemasan. Sediaan-sediaan obat ini dapat berupa sediaan steril, tablet, pil,
kapsul, larutan, dan sediaan lain, yang memiliki efek terapi masing-masing.
Dalam bidang farmasi dipelajari tentang cara dan teknik pembuatan suatu
sediaan obat. Sediaan obat yang diproduksi dalam jumlah besar, perlu
diperhatikan kestabilan dari bahan dan sediaan obat tersebut. Jika tidak
diperhatikan kestabilan dari sediaan obat tersebut, maka dapat megalami
kerusakan pada penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat
an karakteristiknya agar sama dengan yang di miliki pada saat dibuat ( identitas,
kualitas, kemurniaan) dengan batas yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan Efek terapi yang
baik dan menghindari efek toksik (Martin, 2008).
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan
kerusakan sediaan obat dalam waktu penyimpanan adalah suhu, oksigen, cahaya
dan faktor-faktor lain. Oleh sebab itu seorang farmasi di tuntut untuk
memproduksi obat-obat yang bermanfaat dan bermutu selama penggunaan oleh
konsumen atau pasien.
Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah
labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan
dari bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu,
kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi yang yang
berkurang nilainya. Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam

1
skala tinggi adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaan dalam obat padat,
seperti serbuk, bubuk, dan tablet.
Sebagai seorang farmasis, perlu dipelajari dan diketahui tentang pengujian
stabilitas serta hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu obat
sehingga dalam formulasi dapat diformulasikan suatu obat yang benar-benar baik
terkhusus kestabilannya. Karena obat tidak selamanya stabil, adakalanya obat
akan mengalami kerusakan sebelum dikonsumsi, tergantung dari sediaan
farmasinya seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor lingkungan seperti sifat kimia
obat dan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan lainnya.
Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita
mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat
bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat pada
suhu dan pH tertentu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.
2. Menentukan energi aktivitas dari reaksi penguraian suatu zat.
3. Menentukan usia simpan suatu zat.
1.3 Prinsip Percobaan
Uji stabilatas obat adalah suatu uji untuk mengetahui identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian suatu obat dengan mnggunakan alat spektrofotometer.
Prinsip kerja dari spektofotometer menganut hukum Lambert Beer. Dalam hukum
ini jika cahaya monokromatik yang melewati suatu media yang merupakan larutan
maka ada tiga hasil yang terlihat. pertama, sebagian cahaya akan diserap. Kedua,
sebagian cahaya akan di pantulkan kembali dan ketiga sebagian cahaya akan
diteruskan. Cahaya yang diserap oleh materi akan di ukur dan di teruskan ke
detector atau pembaca.

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Stabilitas Obat
Stabilitas diartikan bahwa obat ( bahan obat, sediaan obat), disimpan
dalam kondisi penyimpanan dan pengangkutannya nya tidak menunjukkan
perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperoleh. Adalah
derajat degradasi soto babat dipandang dari segi kimia, stabilitas obat dapat
diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan (voigt, 1995 :
607 ; Moectar, 1989).
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat atau diproduksi identitas, kekuatan, kualitas dan kemurniaan
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
(Joshita, 2008 : 4).
Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia
pada sediaan yang dibuat ( termasuk experience dan sistem kemasan yang
digunakan untuk formulasi sediaan).  Adapun efek-efek tidak diinginkan yang
potensial dari ketidakstabilan produk Farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya
konsentrasi zat aktif, if bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, 
menurunnya status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi
faktor hubungan fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan
cahaya (Joshita, 2008 : 8).
2.1.2 Jenis-Jenis Stabilitas Obat
Jenis-jenis stabilitas obat yaitu stabilitas Fisika, Kimia,
Mikrobiologi,Terapi dan Toksikologi. Stabilitas fisika menyiratkan formulasi
tidak berubah secara total sepanjang umur simpan nya dan belum mengalami
perubahan total dalam penampilan, fisik organoleptik. Stabilitas fisika meliputi
penampilan, konsisten, warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan,
pengendapan, perubahan berat, adanya uap,  bentuk dan ukuran partikel.  (Jenskin,
1957 : 73).

3
Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensial
bahan aktif, kehilangan bahan-bahan   tambahan ( pengawet, antioksidan dan
lainnya).  terdapat beberapa dekomposisi dalam bahan kimia dimasukkan ke
dalam formulasi sebagai obat, pengawet dan excipient lainnya. Dekomposisi ini
dapat mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia obat  (Jenskin, 1957 : 73).
Stabilitas mikrobiologi menunjukkan bahwa formulasi tidak mengalami
beberapa serangan mikrobiologi dan memenuhi standar sehubungan dengan
berkurangnya kontaminasi atau sterilitas.Stabilitas mikrobiologi meliputi
perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi dan
perubahan efektivitas pengawet (Jenskin, 1957 : 73).
Stabilitas toksikologi adalah ukuran yang menunjukkan  ketahanan suatu
senyawa atau bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika, mikrobiologi dan
farmakologi yang tidak menyebabkan peningkatan toksisitas secara
signifikan.stabilitas toksikologi  yaitu kerja atau efek tidak diinginkan,  keracunan
akut pada dosis berlebih dan pengujian terhadap  toksisitas dan toleransi pada fase
praklinik   Stabilitas terapi yaitu stabilitas dengan efek terapi tidak berubah selama
penyimpanan (shelf life) sediaan (Jenskin, 1957 : 73).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Obat
  Stabilitas obat dapat dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor internal dan
eksternal. faktor internal yaitu adanya interaksi bahan obat dalam sediaan
sedangkan faktor eksternal menurut Soeratri W, dkk (1978)  meliputi :  
1. Suhu tinggi ( Panas dapat menginduksi reaksi reaksi oksidasi, 
polimorfisme dan penguraian dari obat)
2. PH sangat mempengaruhi stabilitas obat, sebab tiap-tiap obat mempunyai
PH stabilitas tersendiri.
3. Cahaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sediaan
karena reaksi foto dekomposisi dari obat.
4. Mikroorganisme dapat menyebabkan meningkatnya toksisitas karena
degradasi obat atau zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme itu.

4
5. Kelembaban, udara lembab  mempunyai pengaruh yang cukup berarti bagi
bahan obat atau sediaan farmasi dalam bentuk padat terutama yang bersifat
hidrokropis  dan tidak stabil dengan adanya air.
2.1.4 Jalur penguraian Obat
Penguraian bahan berkhasiat pada bentuk sediaan farmasi terjadi pada
jalur hidrolisis, oksidasi reduksi,  resemisasi, Epimerisasi,rearrangement  dan
dehidrasi.  Hidrolisis  adalah Reaksi yang terjadi pada obat-obat yang memiliki
gugus fungsional, misalnya senyawa Ester dan Amina.  Oksidasi-Reduksi, suatu
zat yang disebut teroksidasi apabila zat itu melepaskan elektron, jadi zat
teroksidasi jika memperoleh atom atau radikal elektron negatif atau kehilangan
atom. bentuk penguraian oksidatif yang paling umum terjadi dalam sediaan
farmasi adalah autooksidasi yang melibatkan proses berantai radikal bebas. secara
umum autooksidasi dapat didefinisikan sebagai reaksi bahan apapun dengan
bahan molekuler. Contohnya yaitu steroid, vitamin, antibiotika dan epinefrin
mengalami penguraian oksidatif. Resemisasi adalah proses dimana  bahan obat
yang memiliki bentuk-bentuk optis aktif dalam larutannya terjadi campuran 
resemis (kedua bentuk terdapat bersama-sama di dalamnya). epimerisasi adalah
suatu peristiwa dimana terjadi perubahan konfigurasi struktur suatu senyawa.
Dekarboksilasi,  beberapa asam karboksilat di bawah kondisi tertentu dapat
kehilangan CO2 nya dari gugus karboksilatnya sehingga menjadi inaktif.
Rearrengment adalah peristiwa dimana suatu senyawa kimia berubah menjadi
senyawa lain tanpa mengalami perubahan yaitu penambahan maupun
pengurangan atom-atomnya Contohnya yaitu penisilin (Lachman dkk, 1994).
2.1.5 Paracetamol
Paracetamol (asetaminifen) obat analgenik nin narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono
2002).ssss

5
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin
dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol
(asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai
daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).
2.1.6 Spektrofotometri
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi
dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah
optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang
mikro (Marzuki Asnah 2012).
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1995 ; Rowe 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Rumus molekul : C2H5OH

6
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,
mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan kloroform P dan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptik
 2. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Aquadest, air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur : :

H O H

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7
3. Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Parasetamol
Rumus struktur :

Rumus molekul : C8H9 NO2


Berat molekul : 151,16 g/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, ras
pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
dalam 13 bagian aseton
Kegunaan : Analgetik, antipiretik

8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat yang Digunakan
Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum ini yaitu alu, batang
pengaduk, botol vial 6 buah, gelas kimia, lumpang, mikro pipet, neraca analitik,
pipet tetes, spatula, stopwatch dan spektrofotometer UV-Vis.
3.2 Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang akan digunakan yaitu Alkohol 70%, aquadest, kertas
perkamen, paracetamol dan tissu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan larutan induk
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Di bersihkan dengan alkohol 70%
3. Di buat larutan induk dengan konsentrasi 1000 ppm
4. Di larutkan 0,1 gram parasetamol dalam 100 ml alkohol 70%
3.3.2 Pembuatan larutan stok
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Di bersihkan dengan alkohol 70%
3. Di buat larutan stok dengan konsentrasi 100 m
4. Di ambil 1 ml dari larutan induk dan dicukupkan sebanyak 10 ml alkohol
70%
3.3.3 Pembuatan larutan standar
1. Untuk konsentrasi 1 ppm
Diambil 0,1 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
2. Untuk konsentrasi 2 ppm
Diambil 0,2 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
3. Untuk konsentrasi 3 ppm
Diambil 0,3 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%

9
4. Untuk konsentrasi 4 ppm
Diambil 0,4 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
5. Untuk konsentrasi 5 ppm
Diambil 0,5 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70% 
3.3.4 Perhitungan nilai absorbansi parasetamol murni. 
1. Di persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Di bersihkan alat dengan alkohol 70%.
3. Dimasukkan larutan standar yang ber konsentrasi 1 ppm ke dalam 
spektrofotometri uv-vis untuk dihitung nilai absorbansinya.
4. Di catat hasil yang didapatkan.
5. Di ulangi langkah 3 dan 4 untuk larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm,
3 ppm, 4  ppm dan 5 ppm.
6. Di ambil larutan Paracetamol yang nilai absorbansinya tinggi
3.3.5 Perhitungan nilai absorbansi
1. Di ambil larutan yang memiliki nilai absorban tinggi.
2. Di bagi kedalam 4 vial dengan bagian yang sama.
3. Di simpan 2 vial pada suhu kamar masing-masing selama 10 dan 15
menit.
4. Di  simpan 2 vial pada suhu 60 derajat masing-masing selama 10 dan 15
menit.
5. Di hitung nilai absorbannya. 

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Sampel Absorbansi
Paracetamol 1 ppm 0,532
Paracetamol 2 ppm 0,563
Paracetamol 3 ppm 0,691
Paracetamol 4 ppm 0,723
Paracetamol 5 ppm 0,798
Paracetamol pada suhu 30°c 10 0,725
menit
Paracetamol pada suhu 30°c 15 0,886
menit
Paracetamol pada suhu 60°c 10 0,825
menit
Paracetamol pada suhu 60°c 15 0,750
menit

4.2 Perhitungan
4.2.1 Pembuatan larutan induk
x
x 1.000.000 = 1.000 ppm
100
1.000 x 100
=
1.000.ooo
= 0,1 g
4.2.2 Pembuatan larutan stok

x
x 100.000 = 100 ppm
100
100.000
X =
100.000
= 1 ppm
4.2.3 Pembuatan larutan standar

x
x 100 = 1 ppm
100

11
1x10
X = = 0,1
1oo
x
x 100 = 2 ppm
100
2 x 10
X = = 0,2
100
x
x 100 = 3 ppm
100
3 x 10
X = = 0,3
100
x
x 100 = 4 ppm
100
4 x 10
X = = 0,4
100
x
x 100 = 5 ppm
100
5 x 10
X = = 0,5
100
4.2.4 Kurva baku
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0,532
2 0,563
3 0,691
4 0,723
5 0,798
a = 0,453
b = 0,069
r =√o,692 = 0,9808
y : subjek dalam variabel dependen yang di produksi
a : harga y ketika X = 0 ( harga konstan )
x : subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang di dasarkan pada perubahan
variabel independen. Bila (+ ) arah garis naik dan bila ( - ) maka arah garis
turun.

12
KURVA BAKU
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.07 x + 0.45
R² = 0.96
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Konsentrasi (ppm)

4.2.5 Perhitungan konsentrasi parasetamol


Waktu Suhu
30°c 60°c
(menit)
10 0,725 0,825
15 0,886 0,750
Untuk suhu 30°c
1). Waktu 10 menit
y = bx + a
0,725 = 0,069x + 0,453
0,069x = 0,725-0,453
0,069x = 0,272
0,272
X=
0,069
X = 3,94
2). Waktu 15 menit
y = bx + a
0,885 = 0,069x + 0,453
0,069x = 0,885 – 0,453
0,069x = 0,432
0,432
X=
0,069
X = 6,29
Untuk suhu 60°c

13
1). Waktu 10 menit
y = bx + a
0,825 = 0,069x + 0,453
0,069x = 0,825 – 0,453
0,069x = 0,372
0,372
X=
0,069
X = 5,39
2). Waktu 15 menit
y = bx + a
0,750 = 0,069x + 0,453
0,069x = 0,750 – 0,453
0,069x = 0,297
0,297
X=
0,069
X = 4,30
Waktu Suhu
30°c 60°c
(menit)
10 3,94 5,39
15 6,26 4,30
4.2.6 Perhitungan koefisien korelasi
1. Suhu 30°c
Waktu (menit) Konsentrasi (c) Log c 1/C
10 3,94 0,695 1,680
15 6,26 0,796 1,256

2. Suhu 60°c
Waktu (menit) Konsentrasi (c) Log c 1/C
10 5,39 0,731 1,367
15 4,30 0,633 1,579
4.2.7 Penetuan orde reaksi

14
Keterangan :
1. Untuk orde 0 : regresikan antara waktu dan konsentrasi (c) masing
masing suhu
2. Untuk orde 1 : regresikan antara waktu dan log c masing-masing suhu
3. Untuk orde 2 : refresikan antara waktu dan 1/C masing-masing suhu
Suhu 30°C
Orde Regresi Hasil
A -0,7
B 0,464
0
r 1
A 0,193
B 0,0402
1
r 1
A 2,528
B -0,0848
2
r -1
Suhu 60°c
Orde
Regresi Hasil

A 7,57
B -0,218
0 r -1
A 0,927
B 0,0196
1
r -1
A 0,943
B 0,0424
2
r 1

Suhu
Orde
30°c 60°c
0 1 -1
1 1 -1
2 -1 1
4.2.8 Penentuan nilai mutlak
1. Nilai B didapatkan perhitungan orde 2 (regresi antara waktu dan 1/C )
pada masing- masing suhu

15
2. Nilai K untuk orde 0 dan 2 adalah B = K sedangkan pada orde 1 adalah
K = -b x 2,303
Suhu B K
30°c -0,0848 -0,0195
60°c 0,0424 0,0424
4.2.9 Penentuan nilai K pada suhu 25° dan usia simpan
Keterangan : suhu (k) 273 + suhu (°c)
1. Untuk suhu 30°c
T = 273 + 30°c

= 303 k

2. Untuk suhu 60°c


T = 273 + 60°c
= 333 k
3. Untuk suhu 25°c
T = 273 + 25°c
= 298 k
Untuk nilai 1/T (x)
1. Untuk suhu 30°c
X = 1/303 = 0,0033
2. Untuk suhu 60°c
X = 1/333 = 0,0030
3. Untuk suhu 25°c
X = 1/298 = 0,00335
Suhu Suhu (k) 1/T (x) K Log K
30°c 303 0,0033 -0,0848 -1,0716
60°c 333 0,0030 0,0424 -1,3726
25°c 298 0,00335
Perhitungan untuk 25°c pada orde 1 dan 2
Log K = log A – E
= 2,303 T
y = a + bx

y = log K

16
untuk mendapatkan nilai K pada suhu 25°c maka di regresikan antara x dengan
log k didapatkan nilai :
a = -4,3826
b = 1,003
r=1
y = a + bx
= -4,3826 + (1,003 x 0,00335)
= -4,3826 + (0,00336)
= -4,379
y = log K
K = anti log y
K = anti log -4,379
= 0,00004178
4.2.10 perhitungan paruh waktu
co
1. orde 0 = t ½ =
k
0,693
2. orde 1 = t ½ =
k
1
3. orde 2 = t ½ =
cok
Pada hasil yang di dapatkan mangikuti orde 1 dan 2, jadi di dapatkan hasil untuk
paruh waktu pada suhu 25°c
Co = 0,1 g/100 ml
= 1000 ppm
1. Untuk orde reaksi 1
0,693
t½=
k
0,693
t½=
0,00004178
t ½ = 16,586 menit
2. Untuk orde reaksi 2
1
t½=
cok

17
1
t½=
1000 x 0,00004178
1
t½=
0,04178
t ½ = 23,93 menit
waktu penyimpanan

0,105
t 90=
k
0,105
t 90=
0,00004178
t 90= 2,513 menit

= 0,041883333 jam

= 0,0017451389 hari

= 0,00005737437 bulan

co
t 90= 1/9 =
k
1 1.000
= x
9 0,00004178
1000
=
0,00037602
= 2,659 menit
= 0,044316067 jam
= 0,0018465278 hari
= 0,00006070777 bulan

18
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemajuan dari
produk obat. sebuah produk obat yang tidak cukup stabil dapat mengakibatkan
perubahan fisik ( seperti perubahan warna, rasa, bau dan bentuk obat)  serta
karakteristik kimianya (Martin, 2008).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat
an karakteristiknya agar sama dengan yang di miliki pada saat dibuat ( identitas,
kualitas, kemurniaan) dengan batas yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan Efek terapi yang
baik dan menghindari efek toksik (Martin, 2008)
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk melihat kestabilan dari
sediaan paracetamol dengan mmenggunakan alat spektrofotometri UV-Vis.
Adapun langkah pertama yang harus dilakukan yaitu:
5.1.1 Pembuatan larutan induk
Disiapkan alat dan bahan, alat yang digunakan yaitu gelas ukur,
mikropipet, timbangan,sudip, lumpang dan alu. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu alkohol, kertas perkamen, tisu dan parasetamol.

19
Langkah selanjutnya yaitu dibersihkan alat-alat yang akan digunakan
dengan menggunakan alkohol 70% agar bebas dari mikroorganisme. Karena
menurut Rowe et al (2009:17) alkohol 70% memiliki khasiat sebagai anti bakteri.
Kemudian dibuat larutan induk dengan kosentrasi 1000 ppm dan dilarutkan
dengan 0,1 g parasetamol dalam 100 ml alkohol 70%. Sebelum dilarutkan
parasetamol digerus terlebih dahulu, tujuan digerus yaitu agar mempercepat
proses pelarutan parasetamol.
5.1.2 Pembuatan larutan stok
Disiapkan alat dan bahan, alat yang digunakan yaitu gelas ukur,
mikropipet,dan sudip. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alkohol, kertas
perkamen, tisu dan parasetamol.
Langkah selanjutnya yaitu dibersihkan alat-alat yang akan digunakan
dengan menggunakan alkohol 70% agar bebas dari mikroorganisme. Hal ini
selaras dengan pendapat Sudjaswadi, R., (2002) yaitu alasan penggunaan alkohol
70% untuk membersihkan alat karena alkohol bekerja lebih cepat untuk
membunuh kuman/mikroba. Kemudian dibuat larutan stok dengan kosentrasi 100
ppm, kemudian diambil 1 ml dari larutan induk dan dicukupkan sebanyak 10 ml
dengan alkohol 70%. Menurut Dirjen POM (1995) Penambahan etanol berfungsi
untuk memperbesar kelarutan bahan-bahan obat.
5.1.3 Pembuatan larutan standar
1. Untuk konsentrasi 1 ppm
Diambil 0,1 ml dari larutan stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan
alkohol 70%.
2. Untuk konsentrasi 2 ppm
Diambil 0,2 ml dari larutan stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan
alkohol 70%.
3. Untuk konsentrasi 3 ppm
Diambil 0,3 ml dari larutan stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan
alkohol 70%.
4. Untuk konsentrasi 4 ppm

20
Diambil 0,4 ml dari larutan stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan
alkohol 70%.
5. Untuk konsentrasi 5 ppm
Diambil 0,5 ml dari larutan stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan
alkohol 70%.
5.1.4 Perhitungan nilai absorban parasetamol murni
Disiapkan alat dan bahan kemudian dibersihkan dengan alkohol 70%.
Tujuan di bersihkan alat dengan alkohol 70 % yaitu karna alkohol cukup efektif
digunakan untuk menghambat maupun mengurangi bakteri,alkohol 70% dapat
digunakan sebagai desinfektan untuk membersihkan alat dari mikroorganisme
(Tietjen, 2004).
Selanjutnya yaitu memasukan larutan standar yang berkonsentrasi 1 ppm
kedalam spektrofotometer UV-Vis untuk dihitung nilai absorbannya lalu dicatat
dan diulangi langkah sebelumnya untuk larutan standar dengan konsentrasi 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm. Kemudian diambil larutan parasetamol yang nilai
absorbansinya tinggi. Absorbansi merupakan nilai dimana suatu larutan dapat
menyerap cahaya yang dilewatkan dengan panjang gelombang tertentu, sehingga
nilai absorbansi akan sebanding dengan konsentrasi suatu zat (Ganjar, 2007).
5.1.5 Perhitungan dengan nilai absorbansi
Diambil larutan parasetamol yang memiliki nilai absorbansi tinggi,
kemudian dibagi menjadi empat vial dengan bagian yang sama lalu disimpan dua
vial pada suhu kamar masing-masing selama 10 menit dan 15 menit kemudian
disimpan dua vial pada suhu 60℃ masing-masing selama 10 menit dan 15 menit
dan dihitung nilai absorbannya.

21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dadat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain faktor utama
lingkungan diantaranya temperature, cahaya, kelembaban, oksigen, dan faktor
lain yang mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan,
mikroorganisme, dan bahan tambahan.
2. Energi aktivitas dari larutan paracetamol di hasilkan sebesar 0,00004178
3. umur simpan dari paracetamol pada orde 1 di dapatkan hasil 41,883 jam dan di
orde 2 didapatkan hasil 44,31 jam.
6.2 Saran
6.2.1 Saran praktikan
Di harapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan
pratikum, meningkatkan keaktifan dan lebih banyak belajar agar bias menguasai
materi
6.2.2 Saran untuk lab

22
Di harapkan agar kedepannya laboratorium teknologi farmasi dapat
menyediakan alat-alat untuk kebutuhan praktikum, sehingga praktikan tidak
kesulitan dalam melakukan praktikum.
6.2.3 Saran jurusan
Diharapkan jurusan lebih meningkatkan sarana dan prasarana agar dapat
melakukan praktikum dengan nyaman.

23

Anda mungkin juga menyukai