Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting
artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan
obat yang harus  diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti
kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Tujuan percobaan ini yaitu, menentukan kecepatan disolusi dari obat
metronidazole dengan menggunakan alat disolusi. Menurut Dirjen POM (1995)
alat disolusi terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan
keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air pada suhu
37°C. Prinsip percobaan ini yaitu didasarkan pada penentuan konstanta kecepatan
disolusi dari obat dan berdasarkan pada kadar obat tersebut yang terdisolusi
dalam media air dengan menggunakan alat disolusi dan menentukan kadarnya
pada menit ke 5, menit 10, menit 15, dan menit 20.
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan pada percobaan ini adalah
dissolution taster, dispo, labu disolusi, pipet mikro, spektrofotometer UV-Vis, vial
kemudian alcohol 70%, metronidazole, aquadest, label dan tisu.
Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan kemudian dibersihkan menggunakan alkohol
70%. Alkohol mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, dan alkohol juga merupakan antiseptik dan desinfektan
(Noviansari, dkk, 2013).
Memasukkan 900 ml aquadest ke dalam labu disolusi, hal ini dikarenakan
menurut Lehninger (1982), aquadest merupakan pelarut yang jauh lebih baik
dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Adapun volume dari
labu disolusi yang digunakan adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu
gelembung udara, maka gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan
bekerja sebagai barier pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat (Ali,
2005).
Dirangkai seluruh alat yang akan digunakan, kami menggunakan alat tipe
2 atau tipe dayung (paddle). Menurut Martin (1993), alat uji disolusi yang akan
digunakan adalah alat yang biasa digunakan untuk mengukur kelarutan zat aktif
obat pada media larutan. Kemudian diukur pada kecepatan 50 rpm. Menurut
Madinah (2008) pengaduk dayung (paddle) yang digunakan untuk dimasukkan ke
dalam labu disolusi diatur pada kecepatan 50 rpm. Dan menurut Kemenkes RI
(2014), agar sesuai dengan suhu fisiologis tubuh manusia dengan kecepatan
putaran 50 rpm karena setara dengan kecepatan gerak peristaltic usus. Suhu yang
digunakan yaitu 37°C, digunakan suhu 37°C karena merupakan suhu tubuh
manusia (Martin, 1993).
Disiapkan vial yang sudah diberi label 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20
menit. Dimasukkan obat metronidazole kedalam labu disolusi. Alasan digunakan
metronidazole menurut Rediguieri dkk (2011), metronidazole
mempunyai kelarutan yang tinggi pada pH asam, yaitu 30,6 mg/mL pada pH 1
dan kelarutan yang rendah pada pH basa yaitu 11,6 mg/mL pada pH 7. Pada saat
tablet dimasukkan ke dalam medium disolusi maka tablet akan mengalami proses
disolusi sesuai dengan lama waktu disolusi tablet tersebut (Martin, 1983).
Kemudian dihitung waktu pada saat bersamaan dimasukannya metronidazole,
disampling dan diganti cairan pada labu disolusi pada menit ke 5 dan
kelipatannya. Penyamplingan dilakukan bertujuan untuk menentukan jumlah dan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data (Stuart et al, 2015).
Setelah melalui peroses penyamplingan, sampel dimasukkan ke dalam
masing-masing vial yang telah diberi label dan dilakukan perhitungan serapan
pada spektrofotometer UV-Vis. Menurut Sastrohamidjojo (2007), Tujuan
penggunaan spektrofotometer untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca
atau kuarsa yang disebut kuvet, nilai absorbansi dari cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Kemudian dicatat hasil/nilai
serapan dari tiap sampel yang diperoleh dan dilakukan perlakuan yang sama untuk
kecepatan 100 rpm.
Adapun hasil uji disolusi pada praktikum kali ini yaitu pada kecepatan 50
rpm menit ke 5 diperoleh konsentrasi 1,1324 mg/ml, menit ke 10 yaitu 0, 9516
mg/ml, menit ke 15 yaitu 0,932 mg/ml dan menit ke 20 di peroleh 1,042 mg/ml.
Serta pada kecepatan 100 rpm menit ke 5 diperoleh konsentrasi 1,346 mg/ml,
menit ke 10 yaitu 0,905 mg/ml, menit ke 15 yaitu 0,779 mg/ml dan menit ke 20 di
peroleh 1,1255 mg/ml.
kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini adalah tidak tepatnya
volume cairan yang diambil untuk dimasukkan kedalam labu disolusi serta kurang
telitinya praktikan dalam membaca skala pada alat ukur dan kurangnya
pengetahuan dalam penggunaan kalkulator ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai