Anda di halaman 1dari 9

AGROVIGOR VOLUME 9 NO.

1 MARET 2016 ISSN 1979 5777 73

POTENSI POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) SEBAGAI STIMULAN LATEKS PADA


TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Mull. Arg)

Mochlisin Andriyanto1* dan Muhamad Rizqi Darojat2

Balai Penelitian Sungei Putih PO BOX 1415 Medan 20001


E-mail: mochlisin.andriyanto.agh45@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK

An active subtance commonly used to Zat aktif yang umum digunakan dalam
increase the productivity of latex in natural meningkatkan produksi pada tanaman karet
rubber (Hevea brasiliensis) is latex stimulant (Hevea brasiliensis) adalah stimulan berbahan
contained of 2-Chloroethylphosponic Acid or aktif 2-Chloroethylphosponic Acid atau
ethephon Another alternative that could etefon. Alternatif lain yang berpotensi
potentially be used for latex stimulant is digunakan untuk stimulan lateks adalah
Polyethylene Glycol (PEG). This study aimed Polyethylene Glycol (PEG). Penelitian ini
to determine the effect of PEG on latex bertujuan untuk mengetahui pengaruh
production and physiological characters of the Polyethylene Glycol terhadap produksi lateks
rubber tree. Randomized Block Design (RBD) dan sifat fisiologi pada tanaman karet.
was used in this experiment with two Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak
treatments and four replicates. The results Kelompok (RAK) dengan dua perlakuan dan
showed PEG could increase the latex yield empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
when compared with the control (ethephon). zat Polyethylene Glycol terbukti dapat
PEG treatment for 9 months had an average meningkatkan produksi lateks jika
latex yield 50.88 g/t/t and etefon 34.36 g/t/t. dibandingkan dengan perlakuan etefon
This result indicates that PEG treatment can (kontrol). Perlakuan PEG selama 9 bulan
increase the latex yield at 16.52 g/t/t or memiliki rata-rata produksi sebesar 50,88 g/p/s
148.1% of the control. The result also showed dan kontrol (etefon) sebesar 34,36 g/p/s. Nilai
a decreasing pattern in both PEG and Etefon tersebut menunjukkan bahwa perlakuan PEG
treatments from the first to the fifth tapping. dapat meningkatkan produksi (g/p/s) sebesar
The latex yield with PEG stimulant were 16,52 atau 148,1% terhadap kontrol. Pola
decreasing from the first tapping (57.35 g/t/t) produksi lateks pada perlakuan stimulan PEG
to the fifth tapping (45.92 g/t/t). The dry menurun dengan respon tertinggi terjadi pada
rubber content of PEG treatment has higher irisan sadap ke-1 (57,35 g/p/s) dan mengalami
percentage than the control. (30.26% and penurunan hingga irisan ke-5 (45,92 g/p/s).
28.89%, respectively). The latex diagnosis Nilai kadar karet kering (KKK) stimulan PEG
showed that both of treatments had no memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
interference on physiological condition of the dengan nilai KKK stimulan etefon yaitu
tree. The contents of sucrose, inorganic sebesar 30,26% dan 28,89%. Kondisi
phosphate and thiols were in normal. fisiologis tanaman menunjukkan kondisi yang
Generally, the use of PEG stimulant can aman pada perlakuan stimulan PEG dengan
increase of latex yield and had no negative kadar sukrosa, thiol dan fosfat anorganik
effect on plant health. berada pada batas normal. Penggunaan
stimulan PEG secara umum dapat
Keywords: Hevea brasiliensis, Latex meningkatkan produksi lateks dan tidak
stimulant, Polyethylene glycol, mengganggu kondisi kesehatan tanaman.
latex yield
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
74

Kata kunci: Hevea brasiliensis, Polyethylene memaksimalkan keuntungan. Lebih lanjut


glycol, Stimulan lateks, Produksi Suhendry et al. (1999) menyatakan bahwa
lateks penggunaan stimulan pada dasarnya ditujukan
untuk menurunkan biaya penyadapan dengan
PENDAHULUAN menggunakan sistem sadap intensitas rendah.
Pada awalnya stimulan yang digunakan
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari bahan pertumbuhan sintetik yaitu
merupakan salah satu komoditas perkebunan 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan
penting yang telah memberikan nilai devisa 2,4,5-trichlorophenoxyacetic acid (2,4,5-T)
cukup besar bagi Indonesia. Kementerian (Abraham and Tayler, 1967). Umumnya saat
Perdagangan merilis nilai devisa yang ini teknologi yang diterapkan adalah dengan
dihasilkan Indonesia pada tahun 2014 yaitu menggunakan bahan aktif etefon (2-
sebesar 4,7 miliar dolar AS (Siaran Pers chloroethylphosphonic acid) yang
Bersama, 2015). Data International Rubber dikombinasikan dengan penyadapan intensitas
Study Group menunjukkan bahwa Indonesia rendah (d3 atau d4). Teknologi tersebut telah
menduduki peringkat pertama secara luas area diterapkan pada perkebunan-perkebunan besar
namun dari produksi karet alam masih belum di Indonesia sejak tahun 1974 hingga
optimal dan tertinggal dari Thailand yang sekarang.
berada di posisi pertama (IRSG, 2013). Selain Beberapa produk stimulan telah
rendahnya produktivitas, masalah lain yang tersedia di pasaran dengan menawarkan
dihadapi saat ini diantaranya adalah tingginya keunggulan yang spesifik. Secara umum
harga pokok produksi dan rendahnya harga kandungan bahan aktif stimulan yaitu etefon
jual karet sehingga tidak memberikan nilai (2-chloroethylphosphonic acid) dengan
positif secara ekonomi. kombinasi bahan pembawa (pengencer) atau
Upaya pendekatan untuk mengatasi bahan aditif lainnya. Bahan aktif etefon 2-
masalah tersebut adalah dengan meningkatkan chloroethylphosphonic acid berfungsi untuk
produksi tanaman karet. Optimalisasi sistem meningkatkan lama alir lateks dan mencegah
sadap merupakan cara yang sedang penggumpalan pada bidang sadap. Jetro and
dikembangkan salah satunya yaitu dengan Simmon (2007) telah melaporkan bahwa
penggunaan stimulan untuk meningkatkan penggunaan etefon dapat meningkatkan
produktivitas tanaman karet sekaligus efisiensi produksi lateks tanpa terjadi gangguan pada
usaha. Menurut Santoso (1993) penggunaan sifat fisiologis tanaman. Akan tetapi, efek
stimulan dapat menjadi alternatif cara untuk samping penggunaan stimulan dalam jangka
mengurangi biaya sadapan yang diakibatkan panjang dapat mengakibatkan tanaman lebih
semakin tingginya biaya tenaga kerja dan rentan terserang penyakit KAS. Oleh karena
sulitnya mencari tenaga terampil. Saat ini itu, perlu dikembangkan formula stimulan
pembuatan formula stimulan lateks tidak dengan bahan aktif yang lebih ramah terhadap
hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi kondisi fisiologis kesehatan tanaman.
latek saja namun juga untuk manfaat yang lain Salah satu bahan yang berpotensi
diantaranya yaitu meningkatkan kadar karet digunakan sebagai stimulan yaitu Polyethylene
kering (KKK), mencegah kering alur sadap glycol (PEG). Menurut Jackson (1962) PEG
(KAS), dan optimalisasi percepatan kulit merupakan bahan yang memiliki sifat sebagai
pulihan. osmotic agent yaitu bahan yang dapat
Stimulan lateks telah digunakan secara menyebabkan proses osmosis. Pada tanaman
luas dalam penyadapan tanaman karet untuk karet, PEG belum pernah diujikan sebagai
meningkatkan produksi lateks dengan cara stimulan sehingga perlu adanya penelitian
memperlama aliran lateks. Sivakumaran et al. untuk mengetahui potensi PEG untuk tanaman
(1982) melaporkan bahwa penerapan stimulan karet. Stimulan lateks harus mengandung
dengan frekuensi dan konsentrasi tertentu bahan-bahan yang sesuai untuk kebutuhan
dapat meningkatkan produksi dan tanaman karet sehingga tidak memiliki efek
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
75

negatif. Formula stimulan yang ideal etefon 2,5% sebagai kontrol (Tabel 1).
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas Masing-masing stimulan diaplikasikan dengan
tanaman dan tidak berpengaruh buruk terhadap dosis 1 gram per pohon menggunakan sikat
fisiologis pohon sehingga produktivitas dapat gigi yang dimodifikasi. Setiap perlakuan
berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan ukuran satu ancak sadap (478-
mengkaji pengaruh penggunaan bahan PEG 547 pohon/ancak) dan diulang sebanyak empat
sebagai stimulan terhadap peningkatan kali sehingga total perlakuan sebanyak 4.128
produksi lateks dan pengaruh fisiologis pohon.
terhadap tanaman karet. Aplikasi stimulan PEG dilakukan
sesuai standar yaitu lima kali sadap pada
METODE PENELITIAN bidang sadap kulit perawan (BO-2) klon PB
330 menggunakan metode Ga (Groove
Penelitian dilakukan di Kebun Sei Putih, application). Parameter yang diamati dalam
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) pengujian yaitu produktivitas tanaman
selama satu tahun yaitu dimulai bulan Januari- (gram/pohon/sadap), kadar karet kering
Desember 2014. Aplikasi stimulan dilakukan (KKK) (%) dan fisiologi lateks (kadar sukrosa,
selama 9 bulan, selama periode gugur daun (3 fosfat anorganik (Pi) dan thiol). Data yang
bulan) aplikasi stimulan dihentikan dan diperoleh merupakan catatan hasil pengamatan
dilanjutkan kembali setelah kondisi perdaunan di lapangan. Analisis data dilakukan secara
baik. Penelitian ini disusun berdasarkan statistik menggunakan uji F menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sotfware SAS V.9 portable, bila hasil uji F
perlakuan jenis stimulan yang terdiri dari dua menunjukkan pengaruh nyata selanjutnya akan
taraf yaitu formula stimulan PEG 2,5% dan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple
perlakuan pembanding yaitu formula stimulan Range Test) dengan taraf 5%.
.
Tabel 1. Desain Perlakuan stimulan PEG dan Etefon
No. Perlakuan Ulangan Jumlah Pohon Posisi Panel Sistem sadap
1 PEG 1 485 BO-2 S/2 d3 PEG2.5.Ga1(-)18/y(2w)
2 546 BO-2 S/2 d3 PEG2.5.Ga1(-)18/y(2w)
3 548 BO-2 S/2 d3 PEG2.5.Ga1(-)18/y(2w)
4 547 BO-2 S/2 d3 PEG2.5.Ga1(-)18/y(2w)
2 Etefon 1 508 BO-2 S/2 d3 ET2.5.Ga.1(-)18/y(2w)
2 526 BO-2 S/2 d3 ET2.5.Ga.1(-)18/y(2w)
3 478 BO-2 S/2 d3 ET2.5.Ga.1(-)18/y(2w)
4 490 BO-2 S/2 d3 ET2.5.Ga.1(-)18/y(2w)
Total 4.128

Ket: S/2: setengah spiral sadapan, d3: sadap 3 hari sekali, PEG 2.5: konsentrasi 2,5%, Ga: Groove
application, 18/y: aplikasi 18 kali dalam setahun, (2w): interval aplikasi 2 minggu sekali

penyadapan. Parameter pengamatan terhadap


HASIL DAN PEMBAHASAN produktivitas tanaman diketahui dari jumlah
gram per pohon per sadap (g/p/s). Hasil
Produksi Karet Kering pengamatan terhadap perkembangan capaian
Produktivitas tanaman karet dalam karet kering per pohon per sadap selama
pengujian diperoleh dari total perolehan lateks percobaan terlihat pada Gambar 1. Trend
sesuai dengan kadar karet kering pada setiap produksi kedua aplikasi stimulan PEG dan
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
76

etefon (kontrol) menunjukkan respon yang bulan Februari-April. Hasil pengamatan di


relatif sama dan fluktuatif, namun produksi lapangan menunjukkan periode gugur daun
karet kering aplikasi stimulan PEG lebih tinggi bergeser ke bulan April-Mei. Hal tersebut
dibandingkan aplikasi stimulan etefon. dapat dilihat dari perolehan produksi yang
Produksi tertinggi stimulan PEG dicapai rendah bulan Februari dan Mei. Produksi karet
bulan September dan stimulan etefon pada kering kedua stimulan setelah bulan Mei
bulan Januari. Produksi karet bulan Januari- menunjukkan pola respon yang meningkat.
Mei menurun pada kedua aplikasi stimulan. Hal ini mengindikasikan bahwa pertajukan
Hal tersebut disebabkan tanaman karet tanaman karet sudah terbentuk sempurna
memasuki periode musim gugur daun sehingga proses produksi lateks menjadi
sehingga proses regenerasi lateks tidak normal kembali. Proses biosintesis partikel
optimal. Aplikasi stimulan pada tanaman karet karet memerlukan bahan baku sukrosa yang
umumnya dilakukan pada kondisi perdaunan berasal dari proses fotosintesis. Menurut
yang baik yaitu selama 9 bulan dan dihentikan Boureau (2013), isoprena dibentuk dari
pada periode musim gugur daun selama 3 molekul Piruvat dan atau Asetil KoA yang
bulan. Menurut Siagian (2012) periode berasal dari proses pemecahan molekul
pembungaan atau periode gugur daun tanaman sukrosa.
karet di wilayah Sumatera Utara terjadi pada

Gambar 1. Produksi karet kering stimulan PEG dan etefon selama 9 bulan aplikasi

Tabel 2. Potensi produksi kg per hektar per tahun masing-masing perlakuan


Perlakuan Produksi per pohon Potensi produksi per hektar Persentase kenaikan
Stimulan per sadap (g/p/s) per tahun (kg/ha/tahun) dibandingkan etefon (%)
PEG 50,88a 2874,79a 48,10
Etefon 34,36b 1941,16b -
Selisih 16,52 933,63 48,10
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5%

Aplikasi kedua stimulan terbukti kering per hektar per tahun (Tabel 2). Aplikasi
mampu meningkatkan potensi produksi karet PEG memiliki produksi karet kering lebih
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
77

tinggi dibandingkan dengan stimulan etefon penyerapan air dan kelangsungan proses
dengan selisih sebesar 933,63 kg/ha/th. Traore fisiologi dalam sel (Southom, 1969).
et al. (2011) melaporkan bahwa pemberian
stimulan dengan aplikasi 4 kali setahun (S/2 Kadar Karet Kering (KKK)
d4 ET2.5.Pa1(1)(4/y)) pada klon GT-1 di
Pantai Gading dapat meningkatkan produksi Kadar karet kering merupakan salah
lateks sebanyak 4,08%. Lebih lanjut, bila satu parameter pengamatan terhadap kondisi
stimulan diaplikasikan melebihi hasil tesebut tanaman saat mengeluarkan lateks setelah
maka akan mengakibatkan penurunan penyadapan. Nilai KKK lateks
produksi lateks. Santoso (1993) menyatakan menggambarkan kondisi kandungan partikel
bahwa stimulan lateks memiliki dampak karet dalam setiap volume lateks dan proses
negatif yang akan terlihat setelah lima tahun biosintesis in situ yang dinyatakan dalam
penyadapan. Hal tersebut selanjutnya akan persen. Secara umum, peningkatan produksi
menyebabkan produktivitas total per siklus lateks berbanding terbalik dengan nilai KKK
mengalami penurunan. lateks. Penambahan stimulan menyebabkan
Usaha untuk menekan dampak negatif tekanan turgor naik sehingga kandungan air
penggunaan stimulan yaitu dengan penerapan dalam jaringan keluar hingga akhirnya kadar
intensitas sadap rendah dengan frekuensi karet kering menjadi rendah (Sumarmadji,
sadap tidak melebihi d3 (sadap interval 3 hari 1999). Aplikasi stimulan etefon 2,5 – 5,0%
sadap), penggunaan stimulan yang tidak dengan frekuensi sadap tiga hari sekali dapat
berlebihan (konsentrasi 2,5% dengan cara menurunkan KKK lateks (Sainoi dan Sdoode,
groove application interval 2 minggu sekali 2012). Pemberian stimulan dapat menurunkan
dosis anjuran 0,5 g/p), dan pemupukan yang KKK dibandingkan penyadapan konvensional
berimbang sesuai status hara tanaman saat tanpa stimulan (Sumarmadji, 2005).
menggunakan stimulan (Siregar, 1996). Hasil analisis statistik nilai KKK pada
Aplikasi stimulan pada tanaman muda dapat masing-masing perlakuan menunjukkan tidak
menyebabkan keseimbangan hormon adanya perbedaan yang signifikan. Hal
terganggu sehingga mempengaruhi tekanan sel tersebut menunjukkan bahwa stimulan PEG
dan laju aliran lateks (Tistama dan Siregar, sama pengaruhnya dengan stimulan etefon
2005). Aplikasi stimulan harus berpedoman terhadap nilai KKK. Namun nilai KKK
pada penjarangan frekuensi sadap dan stimulan PEG lebih tinggi dibandingkan
memperpendek alur sadap untuk menimbulkan dengan nilai KKK stimulan etefon (Tabel 3).
respon produksi yang tinggi (Wattimena, Menurut Boerhendy (2013) secara umum
1988). pemberian stimulan dapat menurunkan KKK.
Selain itu, pelukaan tanaman melalui Hasil KKK yang lebih tinggi ini menjadikan
penyadapan mampu membuat tanaman stres proses regenerasi lateks masih berlangsung
sehingga menginduksi pembentukan etilen. dengan baik. Hal tersebut karena produk
Terbentuknya etilen endogen tersebut stimulan PEG mengandung tambahan bahan
ditambah dengan aplikasi berbahan PEG organik seperti vitamin C dan vitamin K.
menyebabkan aliran lateks semakin lama dan Aplikasi pada kedua perlakuan belum
produksi meningkat. Pembentukan etilen dapat berdampak buruk terhadap nilai KKK.
diinduksi oleh stres seperti kekeringan, suhu Ambang batas nilai KKK dikategorikan
tinggi, zat kimia dan pelukaan (Rahayu et al., berbahaya bila dibawah 25% ( Sumarmadji
2005) Penambahan bahan aktif PEG pada dan Tistama, 2004). Penurunan KKK lateks
media in vitro pada sel jaringan kacang tanah dapat diatasi dengan menurunkan intensitas
mampu meningkatkan akumulasi prolina dan sadap dan mengurangi pemakaian kulit
senyawa posmolit sehingga dapat tetap (Sumarmadji et al.,2006).
mempertahankan tekanan turgor sel,
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
78

Tabel 4. Nilai KKK lateks perlakuan PEG dan Etefon


Pisau sadap ke-
Stimulan Rata-Rata
1 2 3 4 5
PEG 30,32a 30,16a 30,25a 30,21a 30,37a 30,26a
Etefon 28,95a 29,00a 28,82a 28,79a 28,90a 28,89a
Selisih 1,38 1,16 1,43 1.42 1,47 1,37

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji F taraf
5%

Tren produksi lain dapat dilihat dalam Diagnosis Lateks


satu siklus aplikasi stimulan yaitu lima kali
Data hasil diagnosis lateks disajikan
sadap sesuai dengan Gambar 2. Pola produksi
pada Tabel 4. Diagnosis lateks bertujuan untuk
kedua stimulan diketahui memiliki nilai
mengetahui parameter-parameter fisiologis
tertinggi pada irisan sadap ke-1 lalu
tanaman terhadap sistem eksploitasi tanaman
mengalami penurunan hingga irisan ke-5.
yang diterapkan sehingga kondisi kesehatan
Walaupun demikan secara kumulatif produksi
(fisiologi) tanaman dapat diketahui. Selain
stimulan PEG pada satu siklus aplikasi masih
KKK atau DRC beberapa parameter yang
lebih tinggi dibandingkan stimulan etefon. Hal
diamati antara lain: kandungan thiol (R-SH),
tersebut karena kandungan bahan aktif dalam
fosfat anorganik (FA), dan sukrosa. Nilai
jaringan pembuluh lateks telah terhidrolisis
rataan kandungan thiol perlakuan PEG dan
sehingga capaian produksinya menurun.
etefon (kontrol) yaitu sebesar 0,42 mM dan
Peningkatan produksi pada irisan sadap ke-1
0,363 mM. Nilai kandungan thiol perlakuan
setelah aplikasi stimulan dapat meningkatkan
PEG berada di kisaran optimal sedangkan
konsentrasi asam ribonukleat dalam lateks
perlakuan etefon di bawah kondisi optimal
setelah disadap. Menurut Siregar (1996)
namun masih di atas kondisi kritis. Menurut
stimulan lateks mampu meningkatkan
Sumarmadji dan Junaidi (2008) kandungan
konsentrasi asam ribonukleat di dalam
thiol yang optimal berkisar 0,4 mM – 0,9 mM
pembuluh lateks selang 3 hari setelah aplikasi.
dan berada di kondisi kritis di bawah 0,2 mM.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
PEG maupun etefon sebagai stimulan tidak
membuat tanaman mengalami stres fisiologi.
Kadar Thiol (R-SH) merupakan indikasi
penting yang berhubungan dengan kerentanan
fisiologis lateks terutama pada kejadian kering
alur sadap (KAS) (Sumarmadji et al., 2004)
Fungsi thiol adalah mengaktifkan enzim-
enzim yang berperan dalm kondisi cekaman
lingkungan, dan status thiol menunjukkan
respon tanaman terhadap tekanan eksploitasi.
Kadar thiol berbanding terbalik dengan
intensitas eksploitasi. Semakin tinggi
intensitas eksploitasi, maka semakin rendah
Gambar 2. Tren produksi dalam satu siklus kadar thiol.26 Kandungan thiol dipengaruhi
aplikasi stimulan. oleh beberapa faktor diantaranya sistem
eksploitasi, musim dan umur tanaman (Lynen,
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
79

1969; Fay dan Jacob, 1989; Sumarmaji dan kemampuannya dalam metabolisme. Namun
Junaidi, 2008). jika lebih tinggi dari 20 mM berarti tanaman
mengalami eksploitasi berlebih atau terserang
Kandungan fosfat anorganik (FA) lateks
penyakit (Gohet, 1996). Hal ini yang terlihat
perlakuan PEG maupun etefon memiliki nilai
pada nilai rataan FA perlakuan etefon (Tabel).
yang tinggi yaitu 17,86 dan 22,05. Nilai FA
Menurut Lynen (1969) FA terlibat dalam
perlakuan PEG terlihat berada pada batas
proses penyediaan energi dalam anabolisme
kisaran optimal yaitu 10 – 20 mM sedangkan
sel dan dalam biosintesis isoprene melalui
perlakuan etefon berada pada kondisi
ikatan adenosin fosfat dan pirofosfat. Oleh
eksploitasi berlebih. Kadar FA dalam lateks
karena itu dari hasil tersebut menunjukkan
yang tinggi menggambarkan metabolisme
bahwa aplikasi PEG pada pada tanaman karet
yang aktif, termasuk biosintesis lateks dalam
belum mengganggu metabolisme di dalam
sitosol sel pembuluh lateks. Apabila nilai FA
pembuluh lateks.
di bawah 10 mM maka tanaman kurang
Tabel 4. Kandungan thiol, fosfat anorganik dan sukrosa hasil diagnosis lateks
Perlakuan Thiol (uM) FA (mM) Sukrosa (mM)
PEG 0,42 17,86 4,47

Etefon 0,36 22,05 2,22

Kadar sukrosa lateks secara umum kedua KESIMPULAN


perlakuan tergolong rendah (< 8 mM), namun
Aplikasi stimulan PEG dapat meningkatkan
perlakuan PEG memiliki kadar sukrosa lebih
volume lateks dan produksi kering kering
tinggi (4,368) dibandingkan dengan perlakuan
secara nyata dibandingkan dengan stimulan
etefon (2,222). Nilai perlakuan PEG berada di
pembanding (etefon) sebesar 48,10% dengan
atas ambang batas sedangkan perlakuan etefon
rata-rata produksi karet kering 50,88 g/p/s.
di bawah ambang batas. Sumarmadji et al.
Penggunaan stimulan PEG tidak menyebabkan
(2004) menyatakan bahwa ambang batas nilai
penurunan KKK lateks yang siginifikan dan
sukrosa adalah 4 mM, apabila intensitas
memiliki nilai KKK lebih tinggi dibandingkan
eksploitasi ditingkatkan sehingga kadar
dengan stimulan etefon. Kondisi fisiologis
Sukrosa di bawah 4 mM maka akan
tanaman karet berada pada kondisi aman dan
menimbulkan kekosongan bahan penyusun
normal yang menunjukkan PEG berpotensi
(perkusor) lateks (isoprena).
digunakan sebagai stimulan alternatif.
Kandungan sukrosa dalam lateks sangat
terkait dengan kondisi umur tanaman dan SARAN
frekuensi penyadapan yang dilakukan. Gohet
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
(1996) menyatakan bahwa produksi lateks dan
berkaitan dengan komposisi optimal formula
pertumbuhan dapat berkompetisi dengan kuat
stimulan berbahan aktif PEG dan lama
dalam penggunaan sukrosa lateks. Lebih lanjut
perlakuan stimulan terhadap kejadian penyakit
pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
KAS.
peningkatan frekuensi sadap menurunkan
kadar sukrosa pada klon PB 260 (Rachmawan
UCAPAN TERIMA KASIH
dan Sumarmadji, 2007). Kadar sukrosa lateks
yang tinggi dalam pengamatan tidak dapat Penelitian ini terlaksana atas
langsung menggambarkan produksi aktual kerjasama riset antara Balai Penelitian Sungei
yang tinggi. Kondisi demikian justru bisa Putih dengan PT. Golden Agro Jaya.
mengindikasikan produksi yang rendah karena
sejumlah sukrosa mungkin tidak dapat
disintesis menjadi lateks.
80 Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….

di perkebunan karet. Warta perkaretan.


DAFTAR PUSTAKA 13(1): 25-30.

Lynen F. 1969. Biochemical problems of


Abraham, P.O. and Tayler, R.S. 1967. Tapping rubber synthesis. J. Rubb. Res. Inst.
of Hevea brasiliensis. Tropical Malaya. 21: 851 – 853.
Agriculture Trinidad 44(1), 1–11.
Rachmawan, A. dan Sumarmadji. 2007.
Boerhendy, I. 2013. Penggunaan stimulan Kajian fisiologi dan sifat karet klon
sejak awal penyadapan untuk PB 260 menjelang buka sadap. J.
meningkatkan produksi klon IRR 39. Penelitian Karet. 25 (2): 59 – 70.
Jurnal Peneltian Karet. 31(2): 117-
126. Rahayu, E. S., E. Guhardja, S. Ilyas, dan
Sudarsono. 2005. Polietilena glikol
Boureau, L . 2013. Metabolic engineering of (PEG) dalam media in vitro
isoprenoid biosynthesis. Dalam K.G. menyebabkan kondisi cekaman yang
Ramawat and J.M. Merillon. (Eds). menghambat tunas kacang tanah
Natural Products: 2814 – 2851. Berlin: (Arachis hypogaea L.). Berk. Penel.
Springer-Verlag. Hayati. 11: 39-48.27Fay E dan Jacob
JL. 1989. Symptomatology,
Fay E dan Jacob JL. 1989. Symptomatology, histological, and cytological aspects.
histological, and cytological aspects. In. J d’Auzac, JL Jacob dan H
In. J d’Auzac, JL Jacob dan H Chrestin (Ed). Physiol. Rubb. Tree
Chrestin (Ed). Physiol. Rubb. Tree Latex. CRC Press Boca Raton, 407 –
Latex. CRC Press Boca Raton, 407 – 430.
430.
Sainoi, T., and S. Sdoode. 2012. The impact
Gohet et al. 1996. Clone, croisance et od ethylene gas application on young
stimulation, facteurs de la production tapping rubber trees. Journal of
du latex. plantations, Agricultural Technology. 8(4): 1497-
recherché, and development. P: 30 – 1507.
38. In Plantations, recherché and
development. Santoso, B. 1993. Peranan srimulan etefon
dalam penekanan biaya produksi karet
Internatioal Rubber Study Group. 2013. dan cara aplikasinya. Warta
Rubber Statistical Bulletin January – Perkaretan. 12(2):41-46.
March 2013. Singapore: IRSG.
Siagian, N. 2012. Pembibtan dan Pengadaan
Jackson WT. 1962. Use of Carbowaxes Bahan Tanam Karet Unggul. Balai
(Polyethylene Glycols) as Osmotic Penelitian Sungei Putih. 117 hal.
Agents. Plant Physiol 37: 513 – 519.
Siaran Pers Bersama: Produk Berbasis Karet
Jetro, N. N. and G. M. Simon. 2007. Effects of Harus Jadi Produk Pendukung
2-chloroethylphosphonic acid Pembangunan Infrastruktur Nasional
formulations as yield stimulants on (http://www.kemendag.go.id/files/pdf/
Hevea brasiliensis. African Journal of 2015/04/09/produk-berbasis-karet-
Biotechnology. 6(5): 523-528. alam-harus-jadi-produk-pendukung-
pembangunan-infrastruktur-nasional-
Karyudi, T. H. S. Siregar, Lukman. 1994. id0-1428577555.pdf, diakses 20 April
Evaluasi penggunaan stimulan etefon 2015).
Mochlisin Andriyanto: Potensi Polyethylene Glycol (PEG) ….
81

Siregar, T. H. S. 1996. Aplikasi stimulan sejak


awal penyadapan di perkebunan karet. Sumarmadji, Siswanto dan S Yahya. 2004.
Warta Pusat Penelitiam Karet. 15(2): Penggunaan parameter fisiologi lateks
111-117. untuk penentuan sistem eksploitasi
tanaman karet. J. Penelitian Karet. 22
Sivakumaran S, Pakianathan S W, Abraham (1): 41 – 52.
D. 1982. Long-term stimulation.
Effect of continuous Ethephon Sumarmadji. 1999. Respon karakter fisiologi
stimulation with low frequency dan produksi lateks beberapa klon
tapping systems. J. Rubb. Res. Instit. tanaman karet terhadap beberapa
Malaysia, 30(3): 174-196. stimulasi etilen. Disertasi: Insititut
Pertanian Bogor.
Southorn, W. A. 1969. Physiology of hevea
(latex flow). J. Rubb. Res. Inst. Sumarmadji. 2005. Pengaruh penyadapan
Malaya. 21(4): 494-512. intensitas rendah terhadap produksi
dan serangan KAS. Jurnal Penelitian
Suhendry, I., A-Daslin, dan Zahary –Husni. Karet. 23(1): 58-67.
1999. Optimasi Produktivitas
Tanaman Karet. Warta Pusat Tistama, R., dan T. H. S. Siregar. 2005.
Penelitian Karet, 18 (1-3) 52-62. Perkembangan penelitian stimulan
untuk pengaliran lateks (Hevea
Sumarmadji dan Junaidi. 2008. Perakitan brasiliensis). Warta Perkaretan. 24(2):
sistem sadap EXPEX-315 pada Klon 45-57.
Quick Starter. Jurnal Penelitian Karet.
26 (2): 153-165. Traore, M. S., M. Diarrassouba, K. M. Okoma,
K. E. Dick, E. F. Soumahin, L. F.
Sumarmadji dan Tistama R. 2004. Deskripsi Coulibaly, S. Obouayeba. 2011. Long
klon karet berdasarkan karakter term effect of different annual
fisiologi lateks untuk menetapkan frequencies of ethylenen stimulation
sistem eksploitasi yang sesuai. J. on rubber productivity of clone GT 1
Penelitian Karet. 22 (1): 27 – 40. of Hevea brasiliensis (Muell. Arg.) in
South East of Cote d’Ivoire. Agric.
Sumarmadji, Karyudi, dan T. H. S. Siregar. Biol. J. N. Am. 2(8): 1251-1260.
2006. Rekomendasi Sistem Eksploitasi
pada Klon Quick Starter dan Slow Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh
Starter serta Pengggunaan Irisan Tanaman. Pusat Antar Universitas
Ganda untuk Meningkatkan Institut Pertanian Bogor Bekerjasama
Produktivitas Tanaman Karet. Pros. Deengan Lembaga Sumberdaya
Lok. Nas. Budidaya Tanaman Karet Informasi-IPB. 1-145.
2006, 4-6 September 2006. Pusat .
Penelitian Karet, Balai Penelitian
Sungei Putih. 169-184.

Anda mungkin juga menyukai