Anda di halaman 1dari 4

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bab ini, kalian dapat membedakan antara tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan
tumbuhan biji, serta memanfaatkan dan melestarikan tumbuhan tersebut dalam kehidupan

Tumbuhan merupakan salah satu makhluk ciptaan-Nya yang menyusun kehidupan di dunia ini.
Ketika melihat sekeliling kita, hamparan sawah yang menghijau atau begitu luasnya hutan, akan semakin
menambah kekaguman kita terhadap ciptaan-Nya yang begitu mahasempurna. Semua kehidupan yang ada
di dunia ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung tergantung pada keberadaan tumbuhan. Pada
bab ini, kalian diajak memasuki dunia tumbuhan yang meliputi Bryophyta (tumbuhan lumut),
Pterydophyta (tumbuhan paku), dan Spermathophyta (tumbuhan berbiji).

A. Bryophyta (Lumut)
Ketika kalian berada di daerah pegunungan atau batu-batuan yangada di sungai atau di tembok-tembok di
dekat sumur rumah kalian seringkalian temukan tumbuhan yang berwarna hijau, hidup
menempel.Tumbuhan tersebut adalah Bryophyta (tumbuhan lumut).

1. Ciri-ciri Bryophyta
Bryophyta berasal dari bahasa Yunani, kata bryum yang berarti lumut dan phyta artinya adalah tumbuhan.
Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri:
a. Memiliki habitat di daerah yang lembap.
b. Tumbuhan lumut merupakan peralihan dari thallophyta ke cormophyta, karena tumbuhan
lumut belum memiliki akar sejati.
c. Akar pada tumbuhan lumut masih berupa rhizoid, selain itu tumbuhan ini belum memiliki berkas pembuluh
angkut xylem dan floem, sehingga untuk mengangkut zat hara dan hasil fotosintesisnya
menggunakan sel-sel parenkim yang ada.
d. Tumbuhan lumut memiliki klorofil atau zat hijau daun sehingga cara hidupnya fotoautotrof.
e. Tumbuhan lumut dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan spora haploid
dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
f. Dalam siklus hidupnya atau metagenesis tumbuhan lumut, akan didapati fase gametofit, yaitu
tumbuhan lumut sendiri yang lebih dominan dari fase sporofit, yaitu sporogonium.
2. Klasifikasi Bryophyta
Divisio tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a. Musci (lumut daun)
Disebut lumut daun karena pada jenis lumut ini telah ditemukan daun meskipun ukurannya masih kecil.
Lumut daun merupakan jenis lumut yang banyak dijumpai sehingga paling banyak dikenal.
Contoh-contoh spesiesnya adalah Polytrichum juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum,
dan Sphagnum.
b. Hepaticae (lumut hati)
Lumut hati atau Hepaticae dapat bereproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan dan
betina, secara aseksual dengan pembentukan gemmae. Contohnya adalah Marchantia polymorpha.
c. Anthocerotaceae (lumut tanduk)
Disebut sebagai lumut tanduk karena morfologi sporofitnya mirip seperti tanduk hewan. Contohnya
adalah Anthoceros leavis.

3. Metagenesis atau Pergiliran Keturunan Lumut


Pada tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung melalui
suatu proses yang disebut sebagai metagenesis. Dalam metagenesis, terjadi pergiliran keturunan
antara generasi sporofit (2n) dan generasi gametofit (n).
Ketika ada spora yang jatuh pada tempat yang sesuai, maka spora tadi akan tumbuh menjadi protonema.
Protonema tadi akan segera tumbuh menjadi tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan gamet jantan,
yaitu anteridium yang akan menghasilkan spermatozoid dan juga menghasilkan gamet betina, yaitu
arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Apabila terjadi fertilisasi antara spermatozoid dengan ovum
maka akan terbentuk zigot, zigot tadi akan segera berkembang menjadi sporogonium yang akan
menghasilkan spora. Spora yang dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan keluar serta tumbuh
lagi menjadi protonema. Siklus akan berjalan seperti semula.
4. Peranan Tumbuhan Lumut dalam Kehidupan
Dalam kehidupan, tumbuhan lumut juga memiliki manfaat, di antaranya adalah:
a. Dalam ekosistem yang masih alami, lumut merupakan tumbuhan perintis karena dapat melapukkan
batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan yang lain.
b. Lumut dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
c.Lumut jenis Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat radang hati.
d. Lumut Sphagnum dapat dijadikan sebagai bahan pengganti kapas untuk industri tekstil.

B. Pterydophyta (Tumbuhan Paku)


Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sebagian besar hidup
di tempat-tempat yang lembap.
1. Ciri-ciri Pterydophyta
Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
b. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut,
yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses
fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan.
c. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang diperairan serta ada yang hidupnya
menempel.
d. Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
e. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae
dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
f. Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
g.Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase
gametofitnya.
h. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Macam-macam daun pada tumbuhan paku adalah:
a. Berdasarkan ukurannya
1) Mikrofil
Berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan folium yang berarti daun, jadi daun ini memiliki ukuran
yang kecil dan jaringan-jaringan di dalamnya belum terdiferensiasi secara jelas.
2) Makrofil
Berasal dari kata makro yang artinya besar dan folium yang berarti daun, jadi daun ini memiliki ukuran
yang besar dan sudah terdiferensiasi. Di sini sudah bisa didapatkan jaringan epidermis serta daging daun
yang terdiri atas jaringan spons dan jaringan bunga karang.
b. Berdasarkan fungsinya
1) Tropofil
Merupakan daun yang hanya berguna untuk fotosintesis. Pada daun ini, tidak dihasilkan spora yang
merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan paku.
2) Sporofil
Merupakan jenis daun pada tumbuhan paku yang selain dapat digunakan untuk fotosintesis juga dapat
menghasilkan spora. Spora tumbuhan paku terletak dalam sorus yang merupakan kumpulan dari
kotak spora (sporangium).
Berdasarkan jenis-jenis spora yang dihasilkan, dikenal tumbuhan paku homospora, paku peralihan, dan paku
heterospora.
a) Paku homospora
Merupakan jenis paku yang hanya menghasilkan spora jantan atau spora betina saja. Contohnya
adalah Lycopodium atau paku kawat.
b) Paku peralihan
Merupakan jenis paku yang dapat menghasilkan dua macam spora, yaitu spora jantan dan spora
betina. Namun, spora-spora yang dihasilkan tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
Contohnya adalah Equisetum debile.
c) Paku Heterospora
Merupakan jenis paku yang dapat menghasilkan spora dengan jenis dan ukuran yang berbeda, yaitu
spora jantan dan spora betina. Spora jantan memiliki ukuran yang lebih kecil, atau biasa disebut
sebagai mikrospora dan spora betina memiliki ukuran yang lebih besar, atau biasa disebut
sebagai makrospora. Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella
widenowii.

2. Klasifikasi Pterydophyta
Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
a. Psilophytinae
Contohnya adalah Psilotum nodum. Anggota kelas ini banyak yang telah punah.
b. Equisetinae
Contohnya adalah Equisetum debile atau paku ekor kuda.
c. Lycopodinae
Contohnya adalah Lycopodium atau paku kawat dan Marsilea crenata
(semanggi).
d. Filicinae
Contohnya adalah paku pakis.

3. Metagenesis atau Pergiliran Keturunan Paku


Pada metagenesis tumbuhan paku, baik pada paku homospora, paku heterospora, ataupun paku peralihan,
pada prinsipnya sama. Ketika ada spora yang jatuh di tempat yang cocok, spora tadi akan berkembang
menjadi protalium yang merupakan generasi penghasil gamet atau biasa disebut sebagai generasi
gametofit, yang akan segera membentuk anteredium yang akan menghasilkan spermatozoid dan
arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Ketika spermatozoid dan ovum bertemu, akan terbentuk zigot
yang diploid yang akan segera berkembang menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang kita lihat
sehari-hari merupakan generasi sporofit karena mampu membentuk sporangium yang akan
menghasilkan spora untuk perkembangbiakan.
Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya.
4. Manfaat Tumbuhan Paku
Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuhan paku juga berperan dalam kehidupan, antara lain:
a. Sebagai tanaman hias, misalnya Adiantum cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku sarang
burung) dan Platycerium biforme (paku simbar menjangan).
b. Sebagai tanaman obat, misalnya rimpang dari Aspidium filixmas (Dryopteris) yang mampu
mengobati cacingan.
c. Sebagai bingkai dalam karangan bunga.
d. Sebagai pupuk hijau.
e. Sebagai sayuran, contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi).

Anda mungkin juga menyukai