Anda di halaman 1dari 15

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Lempung


Definisi tanah lempung menurut para ahli:
Bowles,1991 mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai
partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50
%.
Hardiyatmo,1992 mengatakan sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung yaitu
antara lain ukuran butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah,
kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi
dan proses konsolidasi lambat
Terzaghi,1987 medefinisikan tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran
mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur
kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak
mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah,
bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika bagian barat, untuk lempung yang
keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari
lilin disebut “gumbo”. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung
akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut: (Hardiyatmo,
1999).
1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat
5

2.1.1 Susunan Tanah Lempung


Susunan tanah lempung terdiri dari silika tetrahedral dan alumunium oktahedra.
Silika dan alumunium secara parsial dapat digantikan oleh elemen yang lain dalam
kesatuannya, keadaan ini dikenal sebagai substituasi isomorf. Kombinasi susunan dari
kesatuan dalam bentuk susunan lempeng. Bermacam-macam lempung terbentuk oleh
kombinasi tumpukan dari susunan lempeng dasarnya dengan bentuk yang berbeda-
beda (Hardiyatmo dkk, 2002)
Pelapukan akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok partikel
berukuran koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm, yang disebut
mineral lempung. Partikel lempung berbentuk seperti lembaran yang mempunyai
permukaan khusus, sehingga lempung mempunyai sifat sangat dipengaruhi oleh gaya-
gaya permukaan. Terdapat kira-kira 15 macam mineral yang diklasifikasikan sebagai
mineral lempung. Diantaranya terdiri dari kelompok-kelompok: montmorillonite,
illite, kaolinite, dan polygorskite. Terdapat pula kelompok yang lain, misalnya:
chlorite, vermiculite, dan hallosite. Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel
lempung saja, akan tetapi dapat bercampur dngan butir -butiran seperti lanau maupun
pasir dan mungkin juga terdapat campuran bahan organik.

Gambar 2.1 Tanah Lempung


(Sumber: Dokumen Pribadi)
6

2.2 Desain Alat Penyaring Tanah Lempung

Gambar 2.2 Desain dan Komponen Mesin Penyaring Tanah Lempung

Mesin ini terbuat dari beberapa komponen utama dengan menggunakan motor
bensin 5 hp dan menggunakan gear box untuk memperlambat kecepatan. Transmisi
menggunakan sabuk V dan untuk rangka mesin menggunakan plat siku dengan
ketebalan 5mm. Selain itu, salah satu komponen yang akan diuji pada penelitian ini
yaitu sudu yang berada di dalam tabung, berfungsi sebagai pengaduk dan pembawa
tanah ke penyaringan.

2.2.1 Model Sudu


Sudu merupakan elemen mesin yang memiliki banyak jenis dan fungsi yang
berbeda. Sudu pada turbin memiliki fungsi untuk memberikan daya pada poros dengan
merubah enegi kinetik dari fluida menjadi energi mekanik, jika sudu pada blender,
mixer, berfungsi sebagai pengaduk atau pencampur bahan. Pada pabrik anggur, Sudu
pada mesin destemmer berfungsi sebagai pemukul atau pemisah buah anggur dengan
tangkainya. Mesin penghancur sampah memiliki sudu sebagai penghancur sampah.
Sedangkan pada mesin penyaring tanah lempung untuk bahan baku batu bata
asab/tempel memiliki sudu yang berfungsi sebagai pencampur tanah dengan air dan
7

pembawa tanah ke penyaringan. Berikut desain sudu pada mesin penyaring tanah liat
sebagai bahan baku batu bata asab/tempel yang sudah ada

1. Sudu dengan bentuk lurus sejajar sumbu putar

Bahan

Sisa Saringan
Sisa Saringan

Penyaring Sudu lurus

Gambar 2.3 Sudu Lurus


2. Sudu bentuk miring dengan variasi kemiringan 5o,10o,15o.
Bahan

Sisa Saringan
pada sisi kanan
cenderung
Sisa Saringan
sedikit
pada sisi kiri
banyak

Sudu miring
Penyaring
Gambar 2.4 Sudu Miring
Berdasarkan data dari pengujian kedua sudu di atas masih terdapat beberapa
kekurangan. Diharapkan pada penelitian ini dengan membuat model sudu miring
bertingkat dapat bekerja lebih baik dari kedua model sudu di atas.
8

2.3 Pulley dan Sabuk


2.3.1 Pulley
Pulley merupakan alat yang digunakan untuk mentransmisikan daya yang dapat
mengurangi gesekan (friction) seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Alat ini
sudah menjadi bagian penting dari kerja suatu mesin baik mesin industri maupun
kendaraan bermotor. Pulley memiliki beberapa type yaitu:
1. Type V
2. Timming
3. Variable (pulley V yang bisa disetting besar dan kecil)
4. Round (alur U)
5. Loss (biasanya sebagai adjusment)

Gambar 2.5 Pulley


(Sumber : http://diogene.satispa.com/en-us/v-belt-pulley-w-solid-hub-spa-60-3-am00603)

2.3.2 Sabuk
Sabuk–V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan
tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk mentransmisikan
tarikan dengan beban berat. Sabuk V dibelitkan pada alur puli yang berbentuk V pula.
Bagian sabuk yang membelit akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh
bentu baji, yamg akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang
relative rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari sabuk-V jika
dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso,1987). Gambar 2.3 menunjukan berbagai
porsi penampang sabuk-V yang umum dipakai.
9

Gambar 2.6 Konstruksi dan Ukuran Penampang Sabuk-V


(Sumber : Sularso, 1987: 164)
Keuntungan pemakaian sabuk antara lain :

1. Dibandingkan roda gigi atau rantai, penggunaan sabuk lebih halus, tidak bersuara,
sehingga akan mengurangi kebisingan.
2. Penggunaan sabuk yang dapat selip, maka jika terjadi kemacetan atau gangguan
pada salah satu elemen tidak akan menyebabkan kerusakan pada elemen lain.

2.3.3 Rumus Perhitungan Pulley dan Sabuk


Mesin penyaring bahan baku batu bata merah ini menggunakan sabuk-V sebagai
penerus daya dari motor listrik ke poros, dengan rumus perhitungan:
1. Perbandingan Transmisi (Sularso, 1987)
𝑛1 𝑑2
= ……………………………………………….…..........................(2.1)
𝑛2 𝑑1

dengan : 𝑛1 = putaran poros pertama (rpm)


𝑛2 = putaran poros kedua (rpm)
𝑑1 = diameter puli penggerak (mm)
𝑑2 = diameter puli yang digerakan (mm)
2. Kecepatan Sabuk (Sularso, 1987)

𝜋.𝑑.𝑛
𝑉= (𝑚/𝑠)………………….…………………...............................(2.2)
60.1000

dengan : V = kecepatan sabuk (m/s)


10

d = diameter puli motor (mm)


n = putaran motor listrik (rpm)
3. Panjang Sabuk (Sularso, 1987)
𝜋 1
𝐿 = 2𝐶 + 2 (𝑑1 + 𝑑2) + 4.𝐶 (𝑑2 − 𝑑1)2 .....................................................(2.3)

dengan : L = panjang sabuk (mm)


C = jarak sumbu poros (mm)
dp = diameter puli penggerak (mm)
Dp = diameter poros puli (mm)

Gambar 2.7 Diagram pemilihan sabuk V

2.4 Poros dan Pasak


Poros adalah merupakan bagian terpenting dari mesin. Hampir semua mesin
menggunakan poros untuk meneruskan daya bersama dengan putaran. Peranan dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros Ada 3 macam jenis poros yang dibedakan
menurut pembebanannya untuk meneruskan gaya, antara lain (Sularso,1987). :
11

1. Poros Transmisi
Poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk dan sproket
rantai.
2. Spindel
Spindel adalah poros yang memiliki transmisi relatif pendek, seperti poros
utama mesin perkakas, beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus
dipenuhi oleh poros ini adalah deformasinya harus kecil, bentuk dan ukurannya
harus teliti.
3. Gandar
Gandar adalah poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang yang
tidak mendapat beban puntir. Gandar ini hanya mendapat beban lentur.

Untuk perencanaan sebuah poros terdapat beberapa hal-hal penting yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut (Sularso,1987) :
1. Kekuatan Poros
Kekuatan poros adalah kekuatan poros untuk menerima beban puntir atau
lentur atau gabungannya. Perlu juga diperhatikan jika poros mendapat alur pasak
atau mengalami pengecilan diameter (poros bertingkat). Jadi poros harus kuat dan
mampu untuk menerima semua beban tersebut.
2. Kekauan Poros
Meskipun poros sudah kuat tetapi jika lenturan atau defleksi puntirannya
harus besar, misalnya pada kotak roda gigi. Oleh karena itu disamping
kekuatannya harus diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin yang akan
dilayani.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga tertentu akan
menimbulkan getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kristis. Jika mungkin poros harus direncanakan dengan putaran kerja dibawah
putaran kristisnya.
12

4. Bahan Poros
Bahan untuk poros hendaknya bahan yang tahan terhadap korosi, terutama
untuk poros yang bersinggungan langsung dengan fluida yang korosif dan poros
mesin yang sering berhenti dalam jangka waktu yang lama. Tetapi pada batas-
batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi. Poros yang biasa
digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari
baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening)
sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel,
baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun
demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena
putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga
akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

Gambar 2.8 Poros


(Sumber : Dokumen Pribadi)

2.4.1 Poros dengan Beban Puntir dan Lentur


Jika poros yang akan direncanakan diketahui tidak mendapatkan beban lain
kecuali torsi, maka diameter poros dapat dibuat lebih kecil. Tetapi jika poros
diperkirakan memiliki pembebanan berupa tekanan, tarikan dan lenturan ,maka
pembebanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan dalam factor keamanan yang
diambil.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam
factor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama
13

dapat diambil kecil. Jika factor koreksi adalah ƒc maka daya rencana Pd (kW) sebagai
patokan adalah (Sularso, 1987)
Pd = ƒcP (kW)............................................................................................................(2.4)
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735
untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah T(Kg.mm)
maka (Sularso, 1987)
𝑇 )(2𝜋𝑉)
(1000
𝑃𝑑 = 60 ..................................................................................................(2.5)
120

sehingga
𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 × 105 ...................................................................................................(2.6)
𝑁

Bila momen rencana τ (Kg.mm) dibedakan pada suatu diameter poros ds (mm),

maka tegangan geser τ (Kg.mm2) yang terjadi adalah (Sularso, 1987)


𝑇 5,1𝑇
𝜏= 𝑑𝑠3
= ).................................................................................................(2.7)
(𝜋 ) 𝑑𝑠 3
16

Tegangan geser yang diizinkan τa (Kg.mm2) untuk pemakain umum pada poros

dapat diperoleh dengan berbagai cara. τa di hitung atas dasar batas kelelahan puntir

yang besar diambil 40% dari batas kelelahan Tarik yang besarnya kira-kira 45% dari

kekuatan Tarik τB (Kg.mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan

Tarik τB, sesuai dengan standart ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan

diambil sebesar 1/8,18 = 5,6. Harga 5,6 ini di ambil untuk bahan SF dengan kekuatan
yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan.
Faktor ini dinyatakan dengan Sƒ1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukan pengaruh-pengaruh
ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sƒ2 dengan harga

sebesar 1,3 sampai 3,0. Dari hal-hal diatas maka besarnya τa dapat dihitung dengan

(Sularso, 1987)
14

𝜎𝐵
𝜏a = ).......................................................................................................(2.8)
(𝑆ƒ1 𝑥 𝑆ƒ2 )

Kemudian, keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi
yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor ini dinyatakan dengan Kt,
dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit
kejutan atau tumbukan, dan 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terjadi atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakain dengan
beban lentur dimasa mendatang. Jika memang akan diperkirakan akan terjadi
pemakian dengan beban lentur maka dapat dipertimbangkan pemakain faktor Cb yang
nilainya antara 1,3-2,3. Jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka
Cb diambil sama dengan 1,0.

2.4.2 Pasak
Pasak merupakan elemen dari suatu mesin yang dipakai untuk menetapkan atau
mengunci bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling sehingga
mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak dilakukan dengan
membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub (bos) sebagai
tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.

Gambar 2.9 Macam-macam Pasak


(Sumber: https://pudukstifarea.wordpress.com/2014/04/13/296/)
15

Hal-hal penting yang diperhatikan dalam mendesain sebuah pasak, antara lain :
1. Bahan pasak yang digunakan harus lebih lemah daripada bahan poros dan bahan
yang akan dipasangkan pada poros.
2. Gaya tangensial yang bekerja
3. Tegangan geser yang terjadi
4. Faktor keamanan
5. Torsi yang ditrnasmisikan oleh poros
6. Torsi akibat gaya geser

2.5 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang usia pemakianya, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.6 . Bantalan harus
cukup kokoh untuk memungkinkan poros suatu mesin bekerja dengan baik.
( Sularso,1987 )

Gambar 2.10 Bearing atau Bantalan


(Sumber : (Damai, 2017))

2.5.1 Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sularso,1987) :
1. Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros
a. Bantalan luncur, bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
16

b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara


bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.

2. Atas Dasar Arah beban dan poros


a. Bantalan radial, arah bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros
b. Bantalan aksial, bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpi beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

2.5.2 Bahan Bantalan


1. Bantalan Luncur
Bahan bantalan luncur harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Mempunyai kekuatan cukup (tahan terhadap beban dan kekerasan)
b. Dapat menyusaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar
atau terhadap perubahan bentuk yang kecil.
c. Mempunyai sifat anti las (tidak menempel) terhadap poros jika terjadi
kontak atau gesekan antara logam dan logam
d. Sangat tahan karat
e. Cukup tahan aus
f. Dapat mebenamkan kotoran atau debu kecil yang terkurung didalam
bantalan
g. Murah harganya
h. Tidak terlalu terpengaruh oleh temperature
2. Bahan Bantalan Umum
a. Paduan Tembaga, paduan yang di maksud adalah perunggu, perunggu
fosfor, dan perunggu timah hitam, yang sangat baik dalam kekuatan,
ketahanan terhadap karat, ketahanan terhadap kelelahan, dan dalam
penerusan panas. Kekakuannya membuat bahan ini sangat baik untuk
bantalan mesin perkakas. Kandungan timah yang lebih tinggi dapat
mempertinggi sifat anti las. 
b. Logam putih, paduan yang termasuk dalam golongan ini adalah logam
17

putih berdasar Sn dan logam putih berdasar Pb. Keduanya dipakai sebagai
lapisan pada logam pendukungnya. 

2.6 Roda Gigi
Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat.
Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh
gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena dapat
meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada
menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga memiliki beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu : Sistem transmisinya
lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga
konstruksinya sederhana. Kemampuan menerima beban lebih tinggi. Efisiensi
pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil. Kecepatan
transmisi roda gigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran
yang kecil dan daya yang besar. Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan
sudut tetap antara dua poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan
kecepatan sudutnya dapat bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-
putus. Dalam teori, rodagigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir
tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama (Sularso ,1987)

Gambar 2.11 Macam-macam Roda Gigi


(Sumber: (Gardan, 2017))
18

2.6.1 Roda Gigi Lurus atau Sejajar


Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada dua
bidang silinder (disebut ”bidang jarak bagi”);kedua bidang silinder tersebut
bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap
sejajar. Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar
poros seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.12 Roda Gigi Lurus


(Sumber : http://ardy-web.blogspot.co.id/2015/12/macam-macam-roda-gigi-pada-elemen-mesin.html)

Anda mungkin juga menyukai