Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Widya Teknik

Volume 17 Nomor 2 2018


ISSN 1412-7350

Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Failure Mode


Effect and Criticality Analysis (FMECA)
Mainita Chandra Saputri, Edy Sianto*, Ig. Joko Mulyono
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jalan Kalijudan 37
Surabaya
*Email : martinus.sianto@gmail.com

ABSTRAK

Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau
memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi yang bisa di terima. PT. X merupakan perusahaan pengolah
minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil). Permasalahan yang dihadapi oleh PT. X adalah penjadwalan
perawatan yang belum terjadwal dengan baik untuk boiler (burner dengan part induced draft fan, secondary
fan, dan forced draft fan). Indentifikasi sistem dengan menggunakan metode failure mode effect criticality and
analysis (FMECA). Penerepan dengan FMECA digunakan untuk menentukan tingkat kegagalan. Preventive
maintenance digunakan menjadwalkan perawatan komponen burner (secondary fan dan forced draft fan)
sebelum terajdi kerusakan. Jadwal perawatan yang digunakan dengan weibull 3 parameter, dengan melihat
waktu kerusakan. Hasil dari pengoalahan dan perhitungan data didapatkan nilai critical forced draft fan
1,094 dan secondary fan 5,472 dengan interval waktu perawatan dan keandalan yang efektif yakni
untuk komponen secondary fan menunjukan waktu operasi dengan realibility 88% atau sekitar 496 jam untuk
dilakukan trade off dan forced draft fan menunjukan waktu operasi 98% atau sekitar 201 jam untuk dilakukan
trade off. Manfaat dari penjadwalan perawatan komponen burner (seondary fan dan forced draft fan) bagi
perusahaan adalah dapat mengetahui kerusakan sebelum waktunya.

Kata kunci : Failure Mode Effect Criticality and Analysis (FMECA), Preventive Maintenance

I. Pendahuluan yang mempengaruhi proses produksi. Tujuan dari


Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang critical pada komponen burner, mengidentifkasi
atau memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi terjadinya kegagalan dan untuk menyusun jadwal
yang bisa di terima (Supandi, 1990). PT. X preventive maintenance komponen burner yang ada
merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak di PT. X.
kelapa sawit mentah (CPO) crude palm oil di
Kalimantan Selatan, berdiri tahun 2000. Penjadwalan II. Landasan Teori
perawatan yang ada di PT. X belum terjadwal dengan
baik terutama untuk boiler (burner dengan part-part II.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
induced draft fan, secondary fan, dan forced draft
fan), dengan penyebab kerusakan pada fan yang Maintenance merupakan kegiatan untuk
korosi dan perputaran fan tidak mencapai 300rpm, memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan
sehingga membuat bearing tidak balanced dan pabrik dengan mengadakan perbaikan atau
sehingga performansi tekanan pada fan tidak kontinu. penyesuaian atau penggantian yang diperlukan
Dalam hal ini diperlukan penjadwalan yang baik supaya tercipta suatu keadaan operasional produksi
sehingga controlling dilakukan secara kontinu. yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Gita Eka direncanakan. (Assauri, 2004). Secara umum
Rahmadani (2011) tentang analisa keandalan pada maintenance dapat didefinisikan sebagai rangkaian
dapur bakar induksi 10 ton dengan menggunakan aktivitas yang dilakukan dipabrik untuk memelihara,
metode failure mode effect & criticality analysis memperbaiki dan menjaga fasilitas suatu produk atau
(FMECA) didapatkan bahwa hasil yang diperoleh sistem dalam keadaan yang aman sebelum terjadi
untuk perawatan memiliki hasil penilian resiko kerusakan dengan perencanaan yang seoptimal
critical yang tinggi dengan menggunakan analisa mungkin.
FMECA dan nilai keandalan akan naik sehingga
umur komponen semakin panjang. FMECA (failure
mode effect and acriticality analysis) adalah metode
untuk menentukan tingkat kegagalan dari masing-
masing komponen dan mengidentifikasi II.2 Tipe Pemeliharaan
permasalahan secara keseluruhan, pada akhirnya a. Metode Corrective Maintenance
bisa diminimalkan atau menghilangkan faktor-faktor

80
Mainita Chandra Saputri / Widya Teknik

Corrective maintenance adalah perawatan periode waktu (t) atau lebih. Fungsi keandalan
yang dilakukan untuk mengembalikan terhadap waktu dapat diformulasikan sebagai
kondisi mesin ke kondisi standard melalui berikut (Ebeling, 1997):
pekerjaan repair (perbaikan) atau adjutment
(penyetelan). R(t) = 1- F(t)=
b. Metode Preventive Maintenance
c. Preventive maintenance (pemeliharaan II.7 Laju Kegagalan
pencegahan) pertama kali diterapkan di Laju kegagalan (λ) adalah jumlah
Jepang pada tahun 1971. Konsep ini
kegagalan suatu komponen atau perangkat per
mencakup semua hal yang berhubungan
unit waktu. Laju kegagalan dapat dinyatakan
dengan maintenance dengan segala
sebagai perbandingan antara banyaknya
implementasinya dilapangan. Konsep ini
kegagalan yang terjadi selama selang waktu
mengikutsertakan pekerja dari bagian tertentu dengan total waktu operasi komponen
produksi untuk ambil bagian dalam
atau sistem. Laju kegagalan dinyatakan sebagai
kegiatan maintenance tersebut.
berikut (Ebeling, 1997):
II.3 Perawatan dan Interval Waktu Perawatan
Pencegahan =
Perawatan pencegahan dapat dilakukan jika laju
kegagalan semakin tinggi, dimana pada kurva
bathtub ditunjukkan dengan distribusi Weibull II.8 Ketersediaan (Availibility)
yang mempunyai nilai β > 1. Daerah ini juga Availability didefinisikan sebagai kemungkinan
disebut dengan nama wear out area (daerah bahwa suatu komponen atau perangkat dapat
keusangan). Kegagalan peralatan atau sistem melakukan fungsinya sesuai yang diperlukan
yang terjadi didaerah ini dapat dicegah dengan pada saat tertentu atau dalam periode tertentu
perawatan pencegahan (Jardin, 1970). Rumus ketika dioperasikan dan dipelihara dengan cara
untuk total biaya per unit waktu tersebut adalah: yang sudah ditentukan (Ebeling, 1997). Berikut
C(Tp) adalah persamaan availability untuk sistem seri
dan parallel:

M(Tp) =
a. Availability untuk sistem seri:
II.4 Konsep Preventive Maintenance AS(t) = (t)
Konsep preventive maintenance pertama
kali diterapkan di Jepang pada tahun 1971. b. Availability untuk sistem paralel:
Konsep ini mencakup semua hal yang AS(t) = (t))
berhubungan dengan maintenance dengan
segala implementasinya dilapangan.
II.9 Maintainability
Secara matematis dapat ditentukan dengan
Maintainability adalah peluang dari suatu
persamaan:
komponen atau perangkat yang mengalami
nT < t < (n+1)T; n = 0,1,2,
kerusakan untuk diperbaiki dan kembali berfungsi
II.5 Konsep Keandalan secara efektif dalam rentang waktu yang
Keandalan merupakan salah satu disediakan, dimana perbaikan tersebut harus
karakteristik dari peralatan, sistem, maupun dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
komponen. MIL-STD-721C mendefinisikan (Ebeling,1997).
keandalan sebagai peluang sebuah perangkat
a. Mean Time To Repair (MTTR)
untuk mampu melakukan fungsi yang ditujukan
MTTR adalah waktu rata-rata yang
dalam suatu interval waktu dan kondisi tertentu.
Perangkat yang dimaksud dalam definisi diperlukan untuk melakukan suatu perbaikan
tersebut dapat berupa sebuah komponen atau atau perawatan yang dibutuhkan untuk
mengembalikan suatu komponen atau
kumpulan dari banyak komponen.
perangkat ke kondisi dapat beroperasi
kembali. MTTR ini dapat diperoleh dengan
II.6 Fungsi Keandalan
Keandalan dari suatu komponen atau menghitung total waktu pada setiap kali
perangkat adalah peluang suatu komponen atau dilakukan sebuah perbaikan dibagi dengan
jumlah perbaikan yang dilakukan (Ebeling,
perangkat untuk tidak mengalami kerusakan
1997).
yang dapat menyebabkan suatu komponen atau
perangkat berhenti melakukan fungsinya selama

81
Mainita Chandra Saputri / Widya Teknik

Waktu Perbaikan perangkat lunak Weibull++6, nilai AvGOF


MTBF ( )  adalah selisih dari nilai data aktual dan data
Jumlah Perbaikan
yang dihasilkan dari referensi distribusi yang
b. Inhrent Availibility dimiliki perangkat lunak Weibull++6
Inherent availability dari sebuah perangkat (Reliasoft, 2005). sehingga semakin kecil
pada kondisi steady state dapat dimodelkan AvGOF maka semakin baik distribusi yang
dengan sebuah persamaan matematis yang diuji dibandingkan dengan yang lain.
menyatakan rasio antara periode dimana
sistem dapat beroperasi (Top) dengan total 2. Average of Plot (AvPlot)
waktu operasi (Top + Tdown) (Ebeling, 1997). AvPlot didasarkan pada normalized index dari
Top MTBF  uji plot fit. Hasil uji ditunjukkan dalam AvPlot
Availability   
Top  Tdown MTBF  MTTR    index yang merupakan normalisasi dari
koefisien korelasi (ρ’). Nilai koefisien korelasi
adalah -1 ≤ ρ’ ≤ 1. Jika nilai mutlaknya
II.10 Pengujian Distribusi mendekati 1, maka akan semakin baik. Pada
perangkat lunak Weibull ++6, nilai AvPlot
Dengan bantuan perangkat lunak Weibull index didapatkan dengan melakukan
++6 dilakukan penentuan distribusi waktu normalisasi dari koefisien korelasi diatas.
antar kegagalan dan lama waktu perbaikan Ketentuan yang dipakai adalah jika semakin
yang paling sesuai dengan menggunakan tiga kecil nilai AvPlot, maka distribusi yang diuji
macam pengujian distribusi, yaitu: akan lebih baik dari pada yang lain.

1. Average Goodness of Fit (AvGOF) 3. Nilai dari Likelihood Function Ratio (LKV)
Untuk menganalisis kesesuaian data dapat LKV adalah suatu metode untuk menentukan
dimanfaatkan uji goodness of fit (kesesuaian) jenis distribusi dari suatu data dengan cara
antara distribusi frekuensi hasil pengamatan membandingkan kemiripan dari dua model.
dengan distribusi frekuensi yang diharapkan. Uji ini berdasarkan pada likelihood ratio, yang
Uji goodness of fit berdasarkan pada uji menggambarkan berapa kali terdapat
Kolmogorov–Smirnov, yang beranggapan kecocokan suatu kelompok data terhadap
bahwa distribusi variabel yang sedang diuji karakteristik suatu model. Likelihood ratio
bersifat kontinu dan sampel diambil dari diukur berdasarkan nilai logaritmanya
populasi sederhana. sehingga sering disebut log-likelihood ratio.
Nilai AvGOF didapatkan dari uji Kolmogorov- Persamaan log-likelihood adalah:
Smirnov (KS) dengan membandingkan n
distribusi empiris data dengan distribusi   ln( L)   ln f ( x1; 1 ,  2 ,...,  k )
teoritis tertentu yang dihipotesiskan. Pada i 1
prinsipnya jika nilai KS lebih kecil maka akan Nilai maksimum dari persamaan 2.24
lebih baik. didapatkan dengan menurunkan persamaan
Persamaan untuk menghitung parameter KS tersebut secara parsial dan kemudian
adalah: disamakan dengan nol.

 0, j  1,2,3,..., k
Dn  max S n (t )  Q(t ) j

dengan: II.11 Failure Mode Effect & Criticality Analysis


SN(t) = fraksi kumulatif jumlah data kegagalan
hasil observasi pada (t) terhadap total (t) Failure Mode Effect & Criticality Analysis
pengamatan. adalah metode yang digunakan untuk
Q(t) = fraksi kumulatif jumlah kegagalan hasil menentukan tingkat kegagalan dari masing-
dari perhitungan jenis distribusi yang masing komponen dan untuk mengidentifikasi
diharapkan pada (t) terhadap total (t) permasalahan secara keseluruhan yang pada
perhitungan. akhirnya bisa diminimalkan atau
Hipotesa yang digunakan adalah: menghilangkan faktor-faktor yang
H0 = data mengikuti suatu distribusi kontinyu mempengaruhi proses produksi.
tertentu a. Peringkat Kekritisan
H1 = data mengikuti suatu distribusi kontinyu Dapat dilakukan dengan
yang lain menggunakan penilaian kekritisan
mode kegagalan berdasarkan nilai
Jika Dn < Dkritis, maka H0 gagal ditolak, kuantitaif dan kualitatif. Angka-angka
dengan Dkritis bisa didapatkan dari tabel uji kritis dihitung dengan menggunakan
KS yang tersedia di buku statistik. Pada nilai berikut:

82
Mainita Chandra Saputri / Widya Teknik

Cm = p 𝛼 berikuut : menentukan dan mengolah komponen


b. Tingkat Kegagalan FMECA burner, pengujian distribusi dengan weibull++6,
Tingkat Kegagalan FMECA diperoleh menentukan fungsi keandalan dan waktu antar
formula sebagai berikut: perbaikan dengan menganalisa identifikasi failure
m = αp effect agar dilakukan perangkingan menggunakan
III. Metode Penelitian FMEA dengan mengalikan severity, detection, dan
Penelitian membutuhkan sebuah metode yang occurance agar diperoleh nlai RPN tertinggi,
sesuai dengan gagasan dan tujuan yang diinginkan. selanjutnya dianalisa dengan metode FMECA agar
Adapun metodologi penelitian yang dilakukan diperoleh nilai kritis tertinggi dengan cara
sebagai berikut yaitu studi literatur untuk mengetahui mengalikan semua elemen yang ada di FMECA.
cara atau metode yang akan digunakan untuk Dengan diperolehnya nilai kritis selanjutnya akan
menyelesaikan suatu masalah yang bertujuan untuk dibuat penjadwalan preventive maintenance
mendapatkan teori – teori yang berhubungan dengan komponen burner (IDFan dan Seccondary Fan)
penyelesaian masalah yaitu perawatan mesin.
Selanjutnya dilakukan studi lapangan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data – data dan informasi IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
langsung dengan mengamati mesin – mesin yang IV.1 Pengumpulan Data
akan dijadikan objek penelitian. Kemudian dilakukan
pengumpulan data sebagai proses awal dalam Pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan penelitian, data – data yang dikumpulkan wawancara dan obesrvasi di perusahaan. Data yang
berupa : data komponen mesin, data kerusakan mesin dikumpulkan sebagai berikut : Data kerusakan
burner (IDFan, FDFan, dan Secondary Fan), data komponen burner (Secondary fan, forced draft fan,
perbaikan komponen buner (IDFan, FDFan, dan dan induced draft fan), data identifikasi failure effect,
Secondary Fan), dan data komponen kritis. Setelah berikut data penilaian titik kritis.
dilakukan pengumpulan data selanjutnya menentukan
identifikasi failure effect yang bertujuan untuk IV.2 Pengolahan Data
menentukan kompoonen – komponen kritis dengan
mencari penyebab, dampak, bentuk kegagalan yang a. Pengolahan data dilakukan dengan menilai
terajdi pada komponen yang akan dijadikan objek risk priority number dengan bantuan FMEA,
penelitian. Pengolahan data bertujuan untuk kemudian dilanjutkan dengan menilai
membuat suatu penjadwalan perawatan mesin yang criticality number dengan FMECA.
efektif, adapun langkah pengolahan data sebagai

Tabel 4.3 Penentuan titik kritis berdasarkan FMEA


Sub
Bentuk kegagalan Penyebab Dampak S O D RPN
peralatan

1. Bearing tidak balanced


akibat tidak ada pelumasan 1. Tidak dilakukan
Induced Proses pembakaran tidak
2. Kerak di fan pembersihan di fan 3 4 5 60
Draught Fan terjadi secara sempurna
mengakibatkan perputaran secara kontinu
fan tidak kontunu

1. Bearing tidak balanced 1. Tidak dilakukan


kurangnya pelumasan pembersihan di fan
Forced Draft Proses pembakaran tidak
2. Kerak di fan dikarenakan secara kontinu 4 4 6 96
Fan terjadi secara sempurna
perputaran fan tidak 2. Sistem udara gas buang
kontinu tidak merata

1. Putaran secoundery tidak 1. Belt slip


Penyemburan BBM tidak
Secondary fan mencapai 3000Rpm 2. Pelumasan bearing tidak
merata
3 3 7 63
2. Korosi diperahatikan

83
Mainita Chandra Saputri / Widya Teknik

Tabel 4.5 FMECA


Item Potential failure Failure mechanism S Redundancy Failure Failu Failu Operati Failure Item
modes (cause) e rate re re ng time mode critical
v effect mode (t) critical number
e Have Need prob ratio number (
r (IN) (M) abilit ( ( =
i y(
t
y

Forced Draft Bearing tidak Bearing tidak balanced 4 1 1 4,56 0,1 0,2 12 1.094 1.094
Fan balanced dan membuat performansi .
kerak difan tekanan menurun

Secondary fan Putaran secondary Capaian suhu 3 2 2 2,28 0,1 0,2 12 2.188 2.188
tidak mencapai secondary fan tidak
3000Rpm dan mencapai 300rpm
terjadinya korosi sehingga tidak dapat
membagi suhu panas ke
dalam pembakaran

b. Pengujian distribusi Analisa yang diperoleh sebagai berikut :


Uji distribusi menggunakan weibull++6 Nilai risk priority number (RPN) merupakan
dengan hasil olah data sebagai berikut : peringkat risiko untuk setiap mode kegagalan
komponen secondary fan diperoleh rata-rata yang didapatkan dengan mangalikan tiga elemen
waktu kerusakan sebesar 1216 jam, waktu yaitu severity, occurance, dan detetction diperoleh
perbaikan sebesar 156 jam, dan waktu mulai komponen secondary fan memiliki RPN tertinggi
operasi sebesar 2056 jam. Sedangan komponen dengan nilai 96 dan forced draft fan dengan nilai
forced draft fan diperoleh rata-rata waktu 63. Kemudian dilakukan analisa failure mode
kerusakan sebesar 1929 jam, waktu perbaikan effect criticality and analysis diperoleh komponen
170 jam, dan waktu mulai operasi sebesar 1571 secondary fan memiliki nilai kritis
jam. 2.188x dan komponen forced draft fan
memiliki nilai 1.094x . Dengan diperoleh
IV.3 Analisa
nilai critical number maka akan dibuat
penjadwalan preventive maintenance.

Gambar 5.1 Pengaruh interval waktu terhadap keandalan komponen burner (secondary fan)

84
Jurnal Ilmiah Widya Teknik
Volume 17 Nomor 2 2018
ISSN 1412-7350
Berdasarkan garfik Gambar 5.1 Sedangkan keandalan terendah dihasilkan pada
diperoleh hasil garfik reliability komponen interval waktu perawatan 1936 jam dengan nilai
burner (secondary fan) terhadap waktu yang keandalan 3,6%. Dengan asumsi nilai
menunjukan waktu operasi dengan realibility keandalan mencapai 88%, maka komponen
88%. Jika dilakukan dengan keandalan 88%, tersebut dilakukan perawatan secara kontinu.
maka sekitar 496 jam dilakukan trade off.

Gambar 5.2 Pengaruh interval waktu terhadap keandalan komponen burner (forced draft fan)

Berdasarkan garfik Gambar 5.2 diperoleh dan forced draft fan. Dengan asumsi
hasil garfik reliability komponen burner (forced kegagalan seperti bearing tidak
draft fan) terahadap waktu yang menunjukan balanced sehingga mengalami
waktu operasi dengan realibility. Jika dilakukan performansi menurun dan pelumasan,
keandalan 98%, maka sekitar 201 jam akan tekanan perputaran fan yang tidak
dilakukan trade off. Sedangkan keandalan mencapai 300rpm.
terendah dihasilkan pada interval waktu 3. Penjadwalan perawatan komponen
perawatan 2505 jam dengan nilai keandalan burner (secondary fan) setelah
0,4%. Dengan asumsi nilai keandalan mencapai mencapai keandalan 88% maka sekitar
98%, maka komponen tersebut dilakukan 496 jam akan dilakukan trade off secara
perawatan secara kontinu. kontinu. Sedangkan pada komponen
burner (forced draft fan) setelah
V. Kesimpulan mencapai keandalan 98% maka harus
Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukan trade off kontinu.
pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai
berikut : Daftar Pustaka

1. Hasil identifikasi critical dengan


menggunakan failure mode effect 1. ARMY, (2006). Failure Modes, Effect and
analysis dengan mencari nilai RPN Criticality Analysis (FMECA) For Command,
tertinggi untuk menentukan komponen Control, Communication, Computer,
yang memiliki resiko, kemudian Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance
dianalisa dengan metode failure mode (C4ISR). Washington.
effect criticality and analyasis diperoleh
komponen secondary fan sebagai 2. Benjamin S. Blanchard, 1995, Maintainability :
komponen kritis tertinggi dan forced A key to Effective Serviceability And
draft fan. Maintenance Management, A Willey –
2. Hasil analisa dengan menggunakan Interscience Publication New York
metode failure mode effect criticality
analysis diperoleh nilai kritis sebesar 96
dan 63 pada komponen secondary fan

85
Mainita Chandra Saputri / Widya Teknik

3. Chrysler Motors. (1986). Design Feasibility and


Reliability Assurance. In FMEA. Highland Park,
Mich : Chrysler Motors Engineering Office.

4. Eka, Rahmadani Gita. 2011. Analisa Keandalan


Pada Dapur Bakar Induksi 10 ton dengan
Metode Failure Mode Effect & Criticality
Analysis (FMECA). Jurusan Teknik Kesehatan &
Keselamatan Kerja Fakultas Teknik Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

5. Eko. 2010.
http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&o
p=read&&id=jbptunikompp-gdlekoprasety-
27053.

6. Ivan.2012.https://ivanemmoy.wordpress.com/20
12/07/10/penjelasan-umum-takuma-boiler/,
diakses pada tanggal 22 Oktober 2017

7. Miftah, G. 2012. Pemilihan Prioritas Perbaikan


Komponen Kritis Forming Machine pada Mesin
ERW 325 dengan Metode FMECA – TOPSIS
(Studi Kasus PT. KHI). Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Cilegon.

8. Mohr, R.R., 1994. Failure Modes and Effect


Analysis 8Th Edition, Sverdrup. Ford Motor
Company, 1992, Failure Mode and Effect
Analysis, System - Design Process Handbook,
Europe

9. Prakoso, Y. S., (2012), Penentuan Waktu


Perawatan Pencegahan pada Proses Continuous
Soap Making (CSM) Pembuatan Sabun Mandi
Batang dengan Menggunakan Simulasi Monte
Carlo, Tesis yang tidak dipublikasikan, Program
Studi Magister Manajemen Teknologi ITS,
Surabaya

10. Reliasoft Corporation, (2005), How are the value


in the AVGOF and AVPLOT columns calculated
in Weibull++’s Distribution Wizard.
http://www.weibull.com/hotwire/issue51/tooltips
51.htm , diakses pada tanggal 22 Oktober 2017

11. Supandi, 1990. Manajemen Perawatan Industri


Ganeca Exact Bandung

86

Anda mungkin juga menyukai