Anda di halaman 1dari 15

MODUL TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PENCETAKAN TABLET

Disusun Oleh Kelompok 8 :

1. Muria Ramda Sari


2. Razy Kurniawan
3. Riska Anggia Juita

Dosen : Resva Meinisasti M.Farm, Apt.

PRODI DIII FARMASI


POLEKKES KEMENKES BENGKULU
TA 2019/2020
BAB 1

PENCETAKAN TABLET

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pencetakan Tablet
2. Mahasiswa mampu Memahami Bagimana cara Pencetakan Tablet

B. MATERI
1. Pengertian Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang
dibuat dengan cara pengempaan (BPOM, 2017). Tablet tersusun oleh bahan aktif dan
bahan tambahan. Pada proses pembuatan tablet, bahan-bahan tersebut akan mengalami
beberapa rangkaian proses tergantung dari metode pembuatan yang digunakan. Metode
pembuatan tablet ada dua macam yaitu kempa langsung dan granulasi. Proses granulasi
sendiri ada dua macam yaitu granulasi basah dan granulasi kering.
Saat ini di masyarakat beredar beberapa jenis tablet. Adapun jenis-jenis tablet
tersebut di antaranya adalah :

a. Tablet bukal dan sublingual


Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet
tersebut di antara pipi dan gusi. Sedangkan tablet sublingual adalah tablet yang
digunakan dengan meletakkan tablet tersebut di bawah lidah. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh sifat beberapa bahan aktif yang mudah larut dalam cairan mulut
seperti nitrogliserin dan hormon steroid.

b. Tablet efervesen
Penggunaan tablet ini adalah dengan melarutkannya terlebih dahulu dalam
air. Pada saat dilarutkan akan dihasilkan gas karbondioksida yang merupakan hasil
reaksi antara kandungan asam dan basa yang ada di dalamnya. Oleh karena itu pula
maka saat penyimpanan tablet ini harus disimpan dalam wadah yang rapat dan tahan
lembab untuk mencegah kedua bahan tersebut bereaksi.

c. Tablet kunyah
Tablet ini ketika digunakan harus dikunyah terlebih dahulu. Jenis ini biasanya
banyak digunakan untuk bahan aktif yang ditujukan bagi anak-anak seperti
multivitamin. Selain itu ada juga yang ditujukan untuk jenis sediaan antasida dan
beberapa antibiotik. Dalam formulasinya maka sediaan ini mengandung pemanis
sehingga saat dikunyah memberikan rasa enak di mulut.
d. Tablet multilapis (multilayered)
Tablet ini memiliki 2 atau 3 lapisan obat dalam satu tablet. Jenis tablet ini
banyak digunakan untuk membuat tablet salut kempa bagi pengobatan di daerah
kolon.

e. Tablet vaginal
Tablet ini digunakan dengan memasukkannya ke dalam vaginal. Pelepasan
obatnya biasanya lambat selama 20 sampai 30 menit yang biasanya digunakan
untuk terapi infeksi atau penggantian hormon.

f. Tablet hancur cepat (fast-disintegrating)


Tablet ini akan hancur dengan cepat ketika dilarutkan dalam air. Kondisi ini
akan memudahkan bagi pasien anak-anak atau orang tua yang membutuhkan
pengobatan dalam dosis rendah.

g. Tablet hisap (Lozenges)


Tablet ini akan melarut secara perlahan-lahan di dalam mulut. Kondisi ini
akan memudahkan dalam menelan obat dan sekaligus dapat mengendalikan
kecepatan pelepasan obat.

Tablet terdiri atas bahan aktif berkhasiat dan bahan lainnya yang disebut
dengan bahan tambahan atau eksipien. Jenis dan fungsi dari bahan tambahan
tersebut ada berbagai macam yaitu:

1. Pengisi
Bahan bersifat inert yang ditambahkan ke dalam formula tablet untuk penyesuaian
berat akhir tablet. Contoh bahan adalah laktosa.

2. Pengikat (binders)
Bahan ini akan meningkatkan daya lekat antar partikel dalam formula tablet sehingga
dalam proses pengempaan akan membentuk masa yang mampat. Contoh bahan
misalnya mucillago amyli dan solutio gelatin.

3. Penghancur (disintegrant)
Bahan ini bertugas untuk membantu hancurnya tablet setelah ditelan oleh pasien.
Penambahannya dapat dilakukan dengan dimasukkan dalam masa granul atau di
luar granul atau dibagi dua sehingga ada yang ikut digranul dan ada yang tidak.
Contoh bahan ini adalah amilum kering.
4. Pelicin
Bahan ini digunakan untuk mengurangi gesekan antar partikel. Ada tiga jenis dari
bahan ini yaitu glidant (membantu mengalirnya campuran bahan ketika dalam hopper
atau corong alimentasi) dan lubricant (mencegah gesekan antara tablet dengan
dinding die ketika dikempa dan gesekan antara dinding die dengan dinding punch).
Contoh bahan ini antara lain talk, magnesium stearat.

5. Pendapar
Bahan ini ditambahkan untuk menjaga stabilitas atau menetralkan bahan aktif yang
ada dalam tablet. Bahan ini misalnya ditambahkan pada sediaan children buffered
aspirin chewable tablet.

6. Pemanis
Bahan ini sangat diperlukan dalam formulasi tablet kunyah. Dengan adanya bahan ini
maka akan memberikan rasa manis di mulut. Contoh bahannya adalah sukrosa dan
manitol.

7. Pembasah
Bahan ini ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan bahan yang bersifat hidrofobik.
Penambahannya bisa dengan dimasukkan ke dalam cairan penyalut atau berupa
serbuk yang ikut digranul. Contoh bahannya adalah natrium lauril sulfat.

8. Penyalut
Bahan penyalut ditambahkan untuk memperoleh tablet salut lapis tipis atau salut gula
atau salut enterik.

9. Pembentuk matriks
Bahan yang ditambahkan untuk membantu mengatur pelepasan bahan aktif.

10. Pewarna
Bahan pewarna ditambahkan untuk tujuan estetika sediaan, memudahkan dalam
identifikasi produk atau membantu dalam proses pencampuran.

Bahan-bahan tersebut selanjutnya akan mengalami proses tahapan


pembuatan tablet sesuai dengan metode yang akan digunakan. Pada proses
pembuatan tablet ada dua macam metode yaitu:

1. Kempa langsung
Metode ini merupakan metode yang paling cepat dalam proses pembuatan tablet.
Pada pengempaan akan terjadi tiga tahapan proses yaitu:
a. Pengisian campuran bahan dari hopper ke ruang die
b. Pengempaan oleh punch atas

c. Pengeluaran tablet yang terbentuk oleh punch bawah

Oleh karena itu persyaratan bahan yang dapat diproses dengan metode ini
adalah memiliki sifat alir yang baik dan kompaktibilitas yang baik. Sifat alir akan
menjamin proses yang terus menerus selama tahapan pengisian di ruang die dan
dengan kompaktibilitas yang baik maka akan mudah menjadi tablet ketika dikempa
oleh punch atas.
Tahapan dalam proses pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
adalah :
a. Penimbangan bahan aktif dengan bahan tambahan
b. Pencampuran bahan aktif dengan semua bahan tambahan
c. Pengempaan tablet
Beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat alir serbuk atau
granul adalah:
1. Metode langsung dengan menggunakan corong seperti yang sudah diuraikan
sebelumya.

2. Metode tidak langsung

a. Sudut diam

Sejumlah 50 granul dimasukkan ke dalam alat uji sudut diam secara


perlahanlahan. Setelah penutup bagian bawah dibuka maka granul akan
mengalir ke bawah dan menyisakan setumpuk partikel berbentuk kerucut di
atas penyangga. Tinggi tumpukan granul dan diameter bagian bawah
tumpukan diukur. Besarnya sudut diam dihitung dengan rumus :

α = sudut diam
h = tinggi kerucut
d = diameter kerucut
Granul dengan sifat alir yang baik akan memiliki sudut diam pada rentang 20- 40°

b. Carrs Index
Pada uji indeks pengetapan digunakan alat Volumenometer. Sejumlah granul
dimasukkan ke gelas ukur sampai volume 100 ml (V0). Sesudah itu, gelas
ukur diletakkan pada bagian atas alat. Alat uji dihidupkan sehingga granul
tersebut akan mendapatkan getaran mekanik dari alat. Pada rentang waktu
tertentu dicatat volume granul dalam gelas ukur (Vt). Pemberian getaran
mekanik dilakukan sampai volum granulnya konstan. Indeks pengetapan
granul dihitung dengan rumus:
T% = V0 – VtV0 x 100%
Granul dengan sifat alir yang baik akan memiliki nilai T% < 20%.

Gambar . Alat Uji Pengetapan granul Volumenometer (Anonim2, 2018)

3. Granulasi
Proses granulasi merupakan peristiwa penggabungan partikel-partikel menjadi
ukuran yang lebih besar. Tujuan dari granulasi adalah meningkatkan sifat alir dan
kemampuan kempa dari partikel. Ada dua macam granulasi yaitu granulasi basah
dan granulasi kering.
a. Granulasi basah
Bahan aktif yang dapat dibuat tablet dengan metode ini adalah yang memiliki
sifat tahan lembab dan panas. Tahapan dalam granulasi basah adalah :
1) Penimbangan bahan aktif dan tambahan
2) Pencampuran bahan aktif dengan bahan pengisi dan atau sebagian bahan
penghancur
3) Pembuatan bahan pengikat
4) Pencampuran bahan pada no 2 dengan cairan bahan pengikat sampai
diperoleh masa yang kempal
5) Pengayakan basah sehingga diperoleh granul basah
6) Pengeringan granul basah sehingga diperoleh granul kering
7) Pengayakan granul kering
8) Penimbangan granul kering yang diperoleh
9) Pencampuran granul kering dengan pelicin dan atau sebagian bahan
penghancur
10) Pengempaan sehingga terbentuk tablet
b. Granulasi kering
Bahan yang tidak memenuhi persaratan kempa langsung dan granulasi basah
akan dibuat tablet dengan metode granulasi kering. Tahapan dalam proses
granulasi kering adalah:
1) Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan

2) Pencampuran bahan yang ikut digranul

3) Proses slugging untuk mendapatkan lembaran-lembaran masa padat

4) Penghancuran slug/lembaran padat

5) Pengayakan hasil pecahan slug sehingga diperoleh granul

6) Pencampuran dengan bahan pelicin dan atau sebagian bahan penghancur

7) Pengempaan masa sehingga diperoleh tablet

Pada proses pembuatan tablet tersebut dilakukan in proces control (IPC)


untuk memastikan bahwa setiap tahapan telah menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan. Tahapan yang harus dikontrol beserta dengan parameter ujinya
disajikan pada gambar diatas. Pada tahap pencampuran akhir dilakukan uji
penetapan homogenitas dengan melakukan pengambilan sampel pada mikser.
Sampel yang diambil harus dapat mewakili seluruh bagian dari mikser. Oleh karena
itu bentuk mikser yang digunakan akan mempengaruhi tempat pengambilan sampel
dan jumlah sampel yang akan diambil. Demikian juga untuk pengambilan sampel
ketika dilakukan uji pada tablet. Tablet yang diambil untuk sampel harus mewakili
seluruh tablet yang dihasilkan pada bets tersebut.
Gambar . Skema tahapan in proces control pada pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah

Sebagai contoh adalah proses pembuatan tablet asam mefenamat yang


dibuat dengan metode granulasi basah. Asam mefenamat dibuat dengan metode
granulasi basah karena tahan panas, tahan lembab dan memiliki sifat fisika kimia
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Sifat Fisika Kimia Asam Keterangan
Mefenamat Parameter
Struktur (Asam N-2,3-xililantrannilat)

Bobot Molekul 241,29


Pemerian serbuk hablur, putih atau hamper putih,
melebur pada suhu 230°C disertai
peruraian
Kelarutan larut dalam larutan alkali hidroksida
(NaOH), agak sukar larut dalam kloroform.
Sukar larut dalam etanol dan methanol.
Praktis tidak larut air
Susut Pengeringan < 1,0% (pada suhu 105°C selama 4 jam)
Sisa Pemijaran < 0,1%
Logam Berat < 20 bpj
Kandungan Asam mefenamat mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0%
Asam mefenamat tersebut dibuat tablet dengan komposisi seperti disajikan pada tabel 2.

Tabel II. Komposisi Hasil


Tablet Asam
Mefenamat Bahan
Asam mefenamat 250 mg
Avicel PH 101 80 mg
PVP 10% (dalam secukupnya
etanol 96%)
Avicel PH 101 36 mg
Xhantan gum 10 mg
Mg stearate 4 mg

Metode pembuatan tablet asam mefenamat adalah sebagai berikut:


1. Pencampuran kering komponen fase dalam yaitu Asam mefenamat dan Avicel PH 101

2. Penambahan sejumlah bahan pengikat PVP 10% sesuai dengan hasil bagian Research and
Development.

3. Pembuatan massa granul sehingga diperoleh granul basah dengan menggunakan ayakan
basah

4. Pengeringan granul basah sehingga diperoleh granul kering.

Pada tahapan ini maka dilakukan in process control dengan pengambilan sampel granul
kering untuk ditetapkan kadar airnya. Kadar air yang harus dipenuhi sebesar 2-4%. Penetapan
kadar air ini dapat dilakukan dengan menggunakan Halogen Moisture Analyzer seperti disajikan
pada gambar .
Gambar 5. Alat uji pengukuran kadar air granul (Anonim3, 2018)

5. Setelah granul dinyatakan kering maka baru bisa dilanjutkan dengan tahapan berikutnya yaitu
pengayakan kering

6. Granul yang telah diayak tersebut kemudian ditambahkan dengan sebagian Avicel PH 101,
Xanthan gum dan Magnesium stearat.
Pada tahapan ini maka dilakukan in process control dengan menetapkan
homogenitas asam mefenamat dalam campuran. Sejumlah sampel diambil dari dalam mikser
dan kemudian ditetapkan kadar asam mefenamatnya. Campuran dinyatakan homogen
apabila nilai CV kadar asam mefenamat dalam campuran tersebut < 5%. Analisis penetapan
kadar asam mefenamat dalam tablet dapat dilakukan dengan metode titrasi yaitu dengnan
menimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 0,5 g asam mefenamat.
Kemudian dilarutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P hangat yang telah dinetralkan
terhadap larutan merah fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk membantu
pelarutan, dinginkan lalu tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya
hingga 100 ml. Kemudian titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan larutan merah
fenol P sebagai indikator. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M setara dengan 24,13 mg C15H15NO2.
7. Campuran yang telah dinyatakan homogen kemudian dikempa sehingga terbentuk tablet.
Pada tahapan ini juga dilakukan in proces control dengan mengambil sejumlah sampel
tablet. Uji yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

a. Keseragaman sediaan tablet


Uji ini menggambarkan keseragaman bobot tablet yang pada Farmakope
Indonesia Edisi III dan IV disebut keseragaman bobot tablet. Pada Farmakope Indonesia
Edisi V dinyatakan bahwa keragaman sediaan menggambarkan keragaman jumlah zat
aktif tiap tabletnya. Tablet asam mefenamat memiliki dosis 250 mg (≥ 25 mg) maka
menurut ketentuan harus dilakukan uji keragaman bobot. Pada uji tersebut maka
dilakukan penimbangan seksama untuk 10 tablet satu per satu. Setelah itu dilakuka
penetapan persen kadarnya dari jumlah yang tertera pada etiket untuk setiap tablet.

Selanjutnya dihitung penerimaan berdasarkan tabel yang ada di kompendia.


Penetapan kadar asam mefenamat dalam tablet dilakukan dengan metode titrasi yaitu
dengnan menimbang tidak kurang dari 20 tablet kemudian di serbuk, menimbang
seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 0,5 g asam mefenamat. Kemudian
dilarutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P hangat yang telah dinetralkan
terhadap larutan merah fenol P. Dilakukan pemanasan atau sonikasi untuk membantu
pelarutan, dinginkan lalu tambahkan etanol mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya
hingga 100 ml. Kemudian titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan larutan
merah fenol P sebagai indikator. Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M setara dengan 24,13
mg C15H15NO2.

b. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet secara keseluruhan yang
diukur setelah diberikan suatu tekanan kepada tablet. Alat yang digunakan untuk
mengukur kekerasan tablet ada berbagai macam. Salah satunya adalah Monsanto Tablet
Hardness Tester. Tablet yang diuji dimasukkan pada alat kemudian diberikan tekanan
sampai tablet tersebut retak. Tablet yang baik akan memiliki rentang kekerasan antara 4-8
kg.

Gambar . Alat uji kekerasan tablet (Anonim4, 2018)

c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan permukaan tablet. Alat uji kerapuhan
tablet disebut friabilator. Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan kemudian ditimbang (W0).
Setelah itu dimasukkan ke dalam alat friabilator dan mesin dijalankan dengan kecepatan
25 RPM selama 4 menit. Setelah itu tablet dibebasdebukan lagi dan ditimbang (Wt).
Tablet yang baik akan memenuhi persyaratan kerapuhan tablet jika memiliki kerapuhan
kurang dari 0,8% atau 1% .

Gambar . Alat uji kerapuhan tablet (Anonim5, 2018)


d. Waktu hancur tablet
Waktu hancur tablet menggambarkan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya sehingga mampu melewati
ayakan yang terdapat pada bagian bawah alat. Alat uji waktu hancur tablet disebut
disintegration tester. Ujinya diawali dengan memasukkan sejumlah 6 tablet ke dalam alat
berupa keranjang. Keranjang kemudian dimasukkan ke dalam medium dan digerakkan
naik turun sebanyak 30 kali setiap menit. Waktu yang dibutuhkan oleh 6 tablet tidak
bersalut untuk hancur tidak lebih dari 15 menit dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut gula atau salut selaput.

Gambar . Alat uji waktu hancur tablet (Anonim6, 2018)

e. Disolusi tablet
Uji disolusi akan menggambarkan laju pelarutan obat dalam medium yang akan
mempengaruhi efek obat. Alat uji disolusi tablet disebut Dissolution tester. Uji dilakukan
dengan memasukkan sejumlah tablet ke dalam alat dan kemudian diukur laju pelepasan
obat pada media air atau media lain yang sesuai. Ketentuan kecepatan disolusi untuk
setiap zat aktif dicantumkan dalam farmakope.

Gambar . Alat uji disolusi tablet (Anonim7, 2018)


C. SOAL LATIHAN

1. Sebutkan 2 metode proses pembuatan tablet....


a. kempa langsug dan granulasi
b. pembasah dan penyalut
c. pewarna dan embau
d. penimbangan dan pencampuran
e. metode langsung dn tidak langsung

2. Pengertian dari granulasi ialah....


a. Peristiwa penggabungan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih besar
b. Peristiwa penggabungan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih kecil
c. Peristiwa pemecahan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih besar
d. Peristiwa pemecahan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih kecil
e. Peristiwa penurunan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih besar
3. Tujuan dari granulasi ialah....
a. Menurunkan sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel
b. Meningkatkan sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel
c. Menyebarkan sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel
d. Menetapkan sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel
e. Pencampuran sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel

4. proses granulasi ada 2 macam yaitu.....


a. Granulasi basah dan kering
b. Granulasi atas dan bawah
c. Granulasi panas dan dingin
d. Granulasi seimbang dan berat
e. Granulasi kecil dan besar

5. Apakah yang dimaksud dengan tablet bukal dan sublingual....


a. Digunakan dengan cara meletakan tablet tersebut diantara pipi dan gusi
b. Dilarutkan kedalam air terlebih dahulu
c. Dikunyah terlebih dahulu
d. Memiliki 2/3 lapisan obat
e. Dimasukan kedalam vagina

6. Pada uji Disolusi obat, Alat uji disolusi tablet disebut ...........
a. Dissolution tester
b. Desintegrasor
c. Tabung reaksi
d. Waterbath
e. Kondensor

7. Peristiwa penggabungan partikel-partikel menjadi ukuran yang lebih besar disebut .....
a. Disolusi
b. Desintegrasi
c. Pencetakan
d. Formulasi
e. Pengemasan

8. Peristiwa yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet disebut ........


a. Granulasi
b. Kekerasan tablet
c. Kerapuhan tablet
d. permukaan tablet
e. Bentuk tablet

9. Peristiwa yang menggambarkan kekuatan tablet secara keseluruhan yang diukur setelah
diberikan suatu tekanan kepada tablet disebut .............
a. Kekerasan tablet
b. Kerapuhan tablet
c. Granulasi
d. Bentuk tablet
e. Permukaan tablet

10. Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tablet disebut.............


a. Monsanto Tablet Hardness Tester
b. Dissolution tetster
c. Waterbath
d. Oven
e. Autoclave
D. KUNCI JAWABAN
1. A
2. A
3. B
4. A
5. A
6. A
7. B
8. C
9. A
10. A

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Hadisoewignyo, L., Fudholi, A., 2013, Sediaan Solida, Pustaka pelajar, Yogyakarta
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
3. Priyambodo, B, 2007, Manajemen farmasi Industri, Global Pustaka Utama
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai