PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manejemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2015). Dalam suatu
manajemen keperawatan diperlukan adanya manajer atau kepemimpinan yang
merencanakan, mengorganisasi, memimpin danmengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu,
keluarga dan masyarakat.
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali,2009).
Sasaran keselamatan pasien sesuai PMKRI No. 1691 tahun 2011 yaitu : 1).
Ketepatan identifikasi pasien. 2) peningkatan komunikasi yang efektif. 3) peningkatan
keamanan obat yang perlu di waspadai. 4) kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi. 5) pengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. 6) pengurangi
pasien resikojatuh.
Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal
dalam kegiatan keperawatan.Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang
berlaku dalam pengaturan pelayanan dirumah sakit khususnya pada unit
keperawatan.Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien
antar profesi kesehatan dirumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam
perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan
dalam gagasan atau informasi seseorang ke oranglain (Putra CS, 2016).
Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi
sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Komunikasi SBAR
adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi
dengan menggunakan alat terstruktur SBAR (Situation, Background, Assesement,
Recomendation) untuk mencapai keterampilan berfikir kritis dan menghemat waktu
(NHS,2012).
Dari hasil penelitian bahwa metode komunikasi SBAR yang digunakan oleh
perawat saat melaksanakan timbang terima (handover) pada pergantian shift di rawat inap
menunjukkan kemampuan masing-masing perawat dalam menggunakan metode
komunikasi SBAR berbeda, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
usia, pendidikan, pengalaman, masa kerja danlainnya (I Ketut Suardana dkk, 2018).
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahuimekanisme timbang terima secara umum
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan mekanisme timbang terima dengan SBAR
3. Mahasiswa dapat memahami mekanisme timbang terima menggunakan metode
SBAR
4. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme timbang terima atau handover
menggunakan metode SBAR
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa setelah mempelajari tentang mekanisme timbang
terima dengan SBAR mampu dan paham serta bisa menjadi acuan dalam
pembelajaran baik di lingkungan Kampus maupun Rumah Sakit.
2. Institusi / Kampus
Diharapkan mahasiswa mampu memahami serta paham dengan mekanisme
timbang terima menggunakan metode SBAR sehingga pihak kampus dapat
mempersiapkan para mahasiswa dengan matang sebelum turun praktik langsung
dilapangan/Rumah Sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika ada
informasi yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit ataupersepsi
medisyanglain.
c. Timbangterimamemilikibeberapametodepelaksanaandiantaranya
1. Menggunakantaperecorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan saat jaga
selanjutnya datang.Metode itu berupa one way communication (komunikasi
satu arah)Menggunakan komunikasi oral atau spoken
(lisan)Melakukanpertukaraninformasidenganberdiskusi.
2. Menggunakankomunikasitertulis
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record (rekam
medis) saja atau media tertulis lain,Berbagai metode yang digunakan tersebut
masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit
menggunakanketigametodeuntukdikombinasikan.
6. Faktor-Faktor Dalam Timbang Terima
a. Komunikasiyangobjectiveantarsesamapetugas kesehatan
b. Pemahamandalam penggunaanterminology keperawatan.
c. Kemampuanmenginterpretasimedical record
d. Kemampuanmengobservasidanmenganalisa pasie
e. Pemahamantentangprosedurklinik
7. Efek Timbang Terima Dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.Efek-
efekdarishiftkerjaatauoperanadalahsebagai berikut:
1. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.Saksono (2010)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanyadilakukan pada siang atau sore hari.Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisihdari
lingkunganmasyarakat.
2. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas kendali danpemantauan.
3. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagipenderitadiabetes.
4. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi
terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan
0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa
kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift
pagidanlebihbanyakterjadipadashiftmalam(Adiwardana,2011),
8. Dokumentasi Dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatanlainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yangperludidokumentasikandalam timbangterimaantaralain :
1) Identitas pasien.
2) Dokteryang menangani
3) Kondisiumumpasien saat ini
4) Masalah keperawatan.
5) Intervensiyangsudah dilakukan
6) Intervensiyangbelum dilakukan
7) Tindakan kolaborasi
8) Rencanaumumdanpersiapan lain
9) Tandatangandannamaterang
o Dapat digunakanlagiuntukkeperluanyang bermanfaat
o Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatanlainnya
tentang apa yang sudahdan akan dilakukan kepada pasien
o Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & YayanB,2012).
9. Skema Timbang Terima
10. Evaluasi Dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala
ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian
shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift
sorekemalamdipimpinolehperawatprimer
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift.Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station.Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan serta pesan khusus bila ada.Setiap klien dilakukan timbang terima
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasikeklien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien.Komunikasiantarperawat berjalandenganbaik.
B. Konsep Dasar SBAR
1. Definisi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam
melaporkan kondisi pasien3. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan
kondisi pasien saat transfer pasien6. Teknik SBAR (Situation, Background,
Assassement, Recomendation) menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme
komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi
dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan
keselamatan pasien.
SBAR adalah pola/tehnik komunikasi yang harus dilakukan untuk melapor
atau berkomunikasi dengan teman seprofesi atau antar profesi (interdisiplin ilmu)
untuk menghindari kesalahan komunikasi dan bertujuan agar dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi pasien.
2. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut
meliputi:
Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut
usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi
pasien apakah stabil atau tidak.
Background: Komponen background menampilkan pokok masalah atau apa
saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti
sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang
menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik
yang mendukung masalah pasien.
Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari
temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh
perawat.
Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:
S : Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa,
status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau
tujuan dari tes diagnosis
B : tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat),
antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis
monitoring yan g dibutuhkan.
A : prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas
kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan
R : pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan
keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan
intervensi nyeri
3. Kelebihan Dokumentasi SBAR (Rotgres, 2007)
Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan informasi dan
timbang terima
Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan
menggunakan elemen komunikasi SBAR
Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien.
Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.
4. Manfaat Dokumentasi SBAR (Rotgres, 2007)
Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat
Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & yayan , 2010).
5. Keuntungan Dokumentasi SBAR
Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
6. Tujuan SBAR
Untuk memastikan komunikasi yang optimal antara petugas kesehatan tentang
kondisi pasien.
7. Waktu Pemberian SBAR
Saat visite dokter
Saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien kritis.
Saat pertukaran shift
Saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan lain
Saat transfer pasien
8. Hal Yang Harus Dilakukan Sebelum Melakukan SBAR
Evaluasi kondisi pasien : Cek TTV dan pemeriksaan lainnya yang sesuai dengan
kondisi pasien (misalnya : cek gula darah, suara paru, suara peristaltik, dan lain.
Siapkan informasi-informasi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Review hasil laboratorium terakhir dan analisanya (kecenderungan naik, turun,
atau tidak ada perubahan), catatan keperawatan terkini, obat-obatan terkini.
9. Pencatatan SBAR Oleh Perawat Di CPPT
Minimal 1 shift dalam 24 jam (shift malam)
Bila ada perubahan kondisi pasien yang dilaporkan ke dokter
10. Cara Menjawab SBAR Saat Berkomunikasi Via Telpon TBAK
a. Write Down/Tuliskan
Tuliskan pesan verbal pada catatan integrasi di status atau rekam medis pasien
meliputi tanggal, jam instruksi, nama pemberi, nama penerima dan tanda tangan
penerima pesan.
b. Read Back/ Baca Kembali
Setelah dituliskan, pesan/Instruksi/ hasil dari laboratorium yang kritis dibacakan
kembali kepada pengirim pesan pertelepon/lisan.
c. Confirm/Konfirmasi
Penerima pesan memastikan pada pemberi pesan/instruksi untuk konfirmasi
kebenaran seluruh pesan/instruksi yang dituliskan.
Pengirim pesan akan menandatangani catatan yang dituliskan penerima pesan
sebagai tanda persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Masalah/Kasus
Di Rumah Sakit X tepatnya diruangan Bougenville, Perawat shift pagi akan
melakukan proses timbang terima dengan perawat shift sore. Dalam keadaan
tergesah-gesah proses timbang terima hanya dilakukan oleh beberapa orang perawat
dikarenakan beberapa orang lainnya belum berada di ruangan tersebut. Perawat
primer menunjuk perawat lainnya untuk menyampaikan hal-hal yang perlu
disampaikan kepada perawat shift sore. Dari depan pintu ruangan, perawat tersebut
hanya menyebutkan jumlah pasien yang berada di ruangan. Selain itu juga dikatakan
apa saja intervensi yang akan diberikan kepada pasien, baik intervensi mandiri
ataupun kolaborasi. Setelah selesai dilakukannya proses timbang terima, beberapa
perawat shift pagi baru saja kembali ke ruangan.
Dari data diatas apakah yang menjadi masalah dalam proses timbang terima?
b. Analisa kelompok
Berdasarkan data diatas kami kelompok menyimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan proses timbang terima.
1. Berdasarkan tujuan yang dimuat dalam bab 2, tujuan yang seharusnya dicapai
dalam proses timbang terima tidak dicapai. Tujuannya antara lain:
a. Menyampaikan masalah,kondisi, dan keadaan klien
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan pada asuhan
keperawatan klien
c. Menyampaikan hal-hal yang perlu ditindak lanjuti segera oleh dinas
berikutnya
d. Menyusun kerja untuk dinas berikutnya agar supaya dapat
memberikan informasi yang relevan serta berkesinambungan untuk
memberikan keefektifan dan keselamatan dalam bekerja
2. Masalah yang muncul pada data diatas juga adalah langkah-langkah timbang
teima yang masih kurang. Langkah-langkah timbang terima antara lain:
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan siap
b. Shift yang akan menyerahkan tugas perlu menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam proses timbang terima
c. Proses timbang terima dilakukan oleh perawat primer.
3. Prosedur yang dilakukan pada data diatas belum lengkap dan sesuai dengan
prosedur timbang terima yang disebutkan dalam bab 2.