Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No.

4 : 654-661
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2020.21.4.654
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Perubahan Patologi Sistem Hepatobiliari


Sapi Bali Terinfeksi Fasciola gigantica
(PATHOLOGICAL ALTERATION OF BALI CATTLE HEPATOBILIARY
SYSTEM INFECTED WITH FASCIOLA GIGANTICA)

Ida Bagus Oka Winaya1, Anak Agung Ayu Mirah Adi1,


I Ketut Berata1, I Made Kardena1,
Ida Bagus Windia Adnyana1, Ida Bagus Kade Suardana2

Laboratorium Patologi Veteriner,


1

Laboratorium Virologi Veteriner


2

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.


JL. Sudirman, Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia 80234.
Telp: (0361) 223791. Email: okawinaya@gmail.com.

ABSTRAK

Infeksi cacing hati (Fasciolosis) merupakan penyakit parasit penting yang menyerang sapi, kerbau
dan ruminansia lainnya. Penyakit ini di daerah tropis disebabkan oleh trematoda Fasciola gigantica.
Fasciolosis yang ditemukan pada sapi Bali disamping menyebabkan kerugian ekonomi tinggi juga
berpeluang menginfeksi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan patologi sistem
hepatobiliari sapi Bali terinfeksi Fasciola gigantica. Pada bulan Januari 2019 telah dilakukan pemeriksaan
terhadap 100 organ hati sapi Bali. Berdasarkan jenis kelaminnya 75 ekor berjenis kelamin betina dan 25
ekor berjenis kelamin jantan. Pada pemeriksaan makroskopis ditemukan cacing F. gigantica pada kantung
empedu 15 ekor sapi Bali. Pada organ hati positif Fasciolosis, permukaannya terlihat tidak rata disertai
pembesaran pada limfonodus. Jaringan hati sapi Bali positif terinfeksi F. gigantica dipotong dengan
ukuran 1x1x1 cm dan dimasukkan ke dalam pot yang telah diisi dengan larutan fiksatif neutral buffer
formalin 10%. Jaringan yang telah difiksasi kemudian diproses dalam mesin tissue processor dan diwarnai
dengan hematoksilin-eosin (HE). Pemeriksaan secara mikroskopik ditemukan adanya proliferasi saluran
empedu dan penyumbatan pada lumennya disertai cholangio cirrhosis. Ditemukan potongan longitudinal
cacing F. gigantica yang dikelilingi jaringan ikat fibrous di sekitar dan nekrosis koagulatif multifokal
dengan proliferasi fibroblas. Kongesti, perdarahan dan infiltrasi neutrofil juga terlihat pada daerah
nekrosis. Pada dinding kantung empedu ditemukan adanya perdarahan, adenomatus hyperplasia, infiltrasi
sel mononuklear dengan intensitas ringan dan fokus-fokus kalsifikasi. Ditemukan perubahan patologi
dengan intensitas berat disertai radang kronis pada sistem hepatobiliari sapi Bali penderita Fasciolosis.

Kata-kata kunci: Fasciola gigantica, hepatobiliari, sapi bali

ABSTRACT

Liver fluke infections is an important parasitic disease that common attack cattle, buffalo and others
ruminant. The disease in the tropics is caused by Fasciola gigantica trematodes. Fasciolosis found in Bali
cattle besides causing high economic loss also has the opportunity infect humans. This study aims to
determine the pathology changes of Bali cattle hepatobiliary system infected by F. gigantica. In January
2019 were examined a hundred of liver tissue Bali cattle. Based on the sex as many as 75 bali cattle are
cows and 25 are bulls. On macroscopic examination was found fifteen bali cattles in gallbladder containing
of F. gigantica. In positive Fasciolosis the surface of liver look uneven with enlargement of lymph nodes.
The tissue of Bali cattle liver infected with F. gigantica is cut into 1x1x1 cm and put in a pot that has been
filled with 10% neutral buffered formaline. The fixed tissue then processed in a tissue processor and
stained with hematoxylin-eosin (HE). Microscopic examination was found bile ducts proliferation and
blocked of the lumen accompanied by cholangio cirrhosis. Found longitudinal pieces of Fasciola gigantica
liver fluke surrounded by fibrous connective tissue and multifocal coagulative necrosis with fibroblast
proliferation. In some location the infiltration of neutrophil cells around the bile ducts can also be seen.
Congestion, bleeding, and neutrophil infiltration are also seen in areas of necrosis. In the bile duct wall

654
Winaya et al. Jurnal Veteriner

bleeding, adenomatus hyperplasia, infiltration of mononuclear cells with mild intensity and foci of
calcification are found. It can be concluded that there was a change with severe intensity accompanied by
chronic inflammation in the hepatobiliary system of Bali cattle with Fasciolosis.

Key words: Fasciola gigantica; hepatobiliary; Bali cattle

PENDAHULUAN dari 17 juta orang menderita human Fasciolosis


di seluruh dunia, terinfeksi secara insidentil
Infeksi cacing hati dikenal juga sebagai melalui air minum, mengkonsumsi hijauan
Fasciolosis atau Distomatosis merupakan tercemar dan mengkonsumsi hati sapi yang
penyakit parasit yang tersebar Di seluruh dunia. dimasak setengah matang (Mas-Coma et al.,
Penyakit ini disebabkan oleh Fasciola hepatica 2009a). Situasi ini berdampak pada penyakit
dan F. gigantica dan Disebar luaskan oleh siput zoonosis berperantara siput air yang
air (Lymnaea) (Mas-Coma et al., 2005). F. intensitasnya sangat tergantung pada
gigantica umumnya ditemukan pada daerah karakteristik iklim dan lingkungan setempat
beriklim tropis seperti Indonesia berhubungan (Mas-Coma et al., 2009b) Penelitian mengenai
erat dengan keberadaan inang antara siput air infeksi F. gigantica pada sapi bali beberapa
rubiginosa (Nguyen et al., 2012). Meskipun F. tahun belakangan ini telah dilakukan beberapa
gigantica dan F. hepatica secara geografis peneliti, di Desa Sobangan Kabupaten Badung
tersebar pada lokasi yang berbeda (Mas-Coma 36% (Putra et al., 2014). Sedangkan infeksi
et al., 2009a) namun kedua spesies memiliki cacing trematoda di Denpasar 23,1%, Tabanan
siklus hidup sama. Ternak mamalia dan 41,6%, Jembrana 28,9%, Singaraja 20,2%,
manusia merupakan induk semang definitifnya Klungkung 29,6%, Gianyar 60,4% dan Bangli
sedangkan hewan liar dapat bertindak sebagai 9,4%.
reservoir (Menard et al., 2000). Semua mamalia Fasciolosis dapat menjangkiti ternak
rentan terhadap infeksi cacing ini dan pada sapi ruminansia dan manusia. Pada manusia
penderita dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini ditandai oleh rusaknya jaringan
disfungsi pada sistem hepatobiliari (Mason, hati dan saluran empedu. Meskipun sebagian
2002). Siklus hidup dimulai ketika host definitif besar pasien tidak menunjukkan gejala klinis
terinfeksi menumpahkan telur yang namun klinis demam dan sakit pada bagian
mengandung satu mirasidium bersama feses ke abdominal umumnya terlihat pada infeksi akut
lingkungan, mirasidium kemudian menginfeksi atau kolik bilier, peradangan pada saluran dan
siput air untuk berkembang menjadi serkaria, kantung empedu pada infeksi berkepanjangan
serkaria selanjutnya keluar dari tubuh siput (Marcos et al, 2008). Pada hewan herbivora
berenang dalam air untuk mencapai tumbuhan Fasciolosis dapat menyebabkan pembesaran
dan berkembang menjadi metaserkaria. Pada pada hati dan perubahan patologis lainnya, yang
saluran cerna metaserkaria yang tanpa sengaja berakibat pada harus diafkirnya organ hati saat
tertelan oleh sapi kemudian menembus dinding pemeriksaan post mortem dilakukan. Kerugian
usus untuk mencapai jaringan hati dan saluran ekonomi yang sangat tinggi menimbulkan
empedu dan dalam beberapa minggu mereka sebuah situasi yang melanggengkan kemiskinan
akan tumbuh menjadi cacing dewasa (Taylor et dan menghambat peternak sapi mendapatkan
al, 2016). Persistensi cacing dewasa dalam sistem income tambahan yang sangat dibutuhkan.
hepatobiliari akan dapat menimbulkan iritasi Kerusakan jaringan hati oleh gigantica
terus menerus yang dapat merangsang immature juga dapat menyebabkan black disease
timbulnya respon radang kronis (Mellau et al, yang disebabkan oleh Clostridium novyi
2010). Cacing dewasa tinggal di saluran empedu sehingga meningkatkan angka mortalitas
dan menyebabkan peradangan kronis. Lebih dari (Festus et al., 2017; Phiri, 2006). Kerugian
700 juta hewan ternak ada dalam keadaan ekonomi lainnya dapat berupa pengeluaran
terancam di seluruh dunia dan kerugian untuk obat cacing, rendahnya produksi susu,
ekonomi akibat penyakit ini lebih dari 2 milyar penurunan berat badan, penyakit metabolisme
dollar Amerika per tahun (Vazquez dan Lewis, dan rendahnya performa reproduksi (Festus et
2013). al., 2018; Simwanza et al., 2012).
Di negara Mesir kedua cacing hati yaitu Abad ke 21 merupakan abad kebangkitan
Fasciola gigantica dan hepatica dapat ditemukan pengetahuan tentang human Fascioliasis yang
pada seekor sapi (Periago et al., 2008). Lebih dibuktikan dengan adanya sejumlah publikasi

655
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 654-661

dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini. diwarnai dengan zat warna Mayer’s
Implementasi pengetahuan secara utuh beserta hematoxylin-eosin (HE) (Kiernan, 2001).
terjemahannya menjadi hasil nyata dan tetap Preparat jaringan hati yang telah diwarnai,
menjadi tantangan di negara berkembang. diperiksa di bawah mikroskop Axio Zeiss yang
Populasi di negara berkembang paling tinggi dilengkapi dengan kamera DS-V1 dengan
beresiko terkena penyakit karena alasan berikut software Imager 2.
: (1) kurangnya pengetahuan baru, (2)
keterbatasan sumber daya atau (3) memiliki
sumber daya terbatas yang didedikasikan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah yang lebih mengancam dibandingkan
Fascioliasis (Mas-Coma et al., 2014; Ashrafi et Sebanyak 100 ekor sapi bali yang diperiksa
al., 2014). organ hatinya menunjukkan 15 ekor positif
Langkah kontrol infeksi Fasciola sp pada Fasciolosis (Tabel 1). Pada pemeriksaan patologi
ruminansia saat ini bergantung pada anatomi organ hati ditemukan adanya beberapa
penggunaan obat antelmintik yang dirancang cacing hati F. gigantica dewasa pada saluran
untuk membunuh cacing hati. Namun dan kantung empedu disertai pembengkakan
resistensi timbul terhadap triclabendazole obat pada limfonodusnya dan organ hati.
yang sangat efektif terhadap periode imatur dari Pemeriksaan histopatologi pada jaringan hati
perkembangan Fasciola sp. (Hodgkinson et al, nekrosis ditemukan potongan longitudinal
2013) Upaya lainnya untuk mengurangi cacing F. gigantica yang sedang memfagosit sel
kejadian Fasciolosis pada ternak ruminansia hati nekrosis. F. gigantica juga terlihat
telah dilakukan dengan pengadaan vaksin. dikelilingi oleh jaringan ikat fibrous. Zona-zona
Beberapa antigen Fasciola sp. telah nekrosis koagulatif ditemukan dengan proliferasi
dikarakterisasi dan efektivitasnya dalam fibrosis Di sekitar. Kongesti, perdarahan dan
menginduksi perlindungan juga telah infiltrasi neutrofil juga dapat ditemukan pada
dilakukan. Antigen dimaksud seperti cathepsin jaringan liver nekrosis. Pada saluran empedu
L1 dan L2, protein pengikat asam lemak, terlihat proliferasi saluran empedu, proliferasi
glutathione S-transferase, peroxiredoxin dan jaringan kolagen disekitar saluran empedu dan
leucine aminopeptidase (McManus dan Dalton, penyumbatan pada lumennya. Pada kantung
2006); Golden et al, 2010). Antigen telah diuji empedu ditemukan bentukan adenomatus
baik secara sendiri atau dalam kombinasi dan hyperplasia, perdarahan, infiltrasi sel radang
pada spesies inang yang berbeda termasuk mononuklear dengan intensitas ringan dan
kambing, sapi dan domba. Pada kondisi fokus-fokus kalsifikasi. Perubahan patologi pada
eksperimental didapatkan perlindungan yang sistem hepatobiliari sapi bali terinfeksi F.
bervariasi, mulai dari 29% hingga 72% dalam gigantica dapat dilihat pada Gambar 1 dan
hal pengurangan jumlah cacing hati. Tabel 2
Infeksi F. gigantica pada sapi bali diawali
oleh tertelannya metaserkaria. Setelah sampai
METODE PENELITIAN di saluran cerna larva kemudian migrasi
menembus dinding saluran cerna melewati
Penelitian ini dilakukan dengan metode rongga peritoneum menuju jaringan hati.
observasional cross sectional. Sampel jaringan Terjadi perdarahan, nekrosis dan reaksi
hati sapi Bali diambil dari rumah potong hewan peradangan selama cacing muda bermigrasi
(RPH) Sanggaran, Denpasar selama bulan pada jaringan hati. Fokus-fokus nekrosis yang
Januari 2019. 15 sampel positif Fasciolosis dari
seratus jaringan hati dan kantung empedu sapi Tabel 1. Sapi bali positif terinfeksi Fasciola
bali dimasukkan dalam pot yang telah diisi gigantica periode Januari 2019
neutral buffer formalin 10% kemudian
dilakukan trimming dengan ukuran 1x1x1 cm No Jenis kelamin Jumlah Positif
dan didehidrasi secara berturut-turut dengan (ekor) terinfeksi
alkohol 70%, 85%, 95% dan absolut. Selanjutnya (ekor)
dijernihkan dengan silol dan diinfiltrasi dengan
parafin cair dan diembedding dalam blok 1 Jantan 25 4
parafin. Selanjutnya dipotong dengan ketebalan 2 Betina 75 11
5 mikron menggunakan rotary microtome dan Jumlah 100 15

656
Winaya et al. Jurnal Veteriner

Gambar 1. Gambaran patologi sistem hepatobiliari sapi bali terinfeksi Fasciola gigantica.
(a) ditemukan beberapa cacing Fasciola gigantica dewasa pada lumen saluran empedu
(panah hitam), pembesaran pada lymph node berwarna sedikit coklat (panah kuning).
(b) pada daerah portal ditemukan proliferasi saluran empedu yang dikelilingi oleh
jaringan kolagen (panah hitam), (c) pada jaringan liver nekrosis ditemukan potongan
sagital cacing Fasciola gigantica (panah hitam) dan disekitarnya ditemukan banyak
jaringan ikat fibrous, (d) zona nekrosis koagulatif dengan proliferasi fibrosit Di sekitar,
(e) pada daerah nekrosis juga ditemukan kongesti dan perdarahan serta infiltrasi sel
netrofil (panah hitam), (f) pada kantung empedu dapat ditemukan adanya adenomatus
hyperplasia kelenjar (panah hitam), perdarahan (panah kuning), infiltrasi sel radang
monomorfonuklear (panah hijau) dan foci kalsifikasi (panah ungu). Pewarnaan
hematoksilin-eosi, barr 200X.

dipenuhi oleh debris hepatosit mulai dikelilingi mukosa kantung empedu terjadi akibat adanya
oleh sel fagosit dan jaringan ikat fibrous. Setelah spiny pada permukaan tubuh F. gigantica dan
minggu ke-12 migrasi cacing muda menuju dan kebiasaan makannya. Sedangkan proliferasi
dewasa pada kantung empedu. Keberadaan F. adenomatous kelenjar kantung empedu dan
gigantica pada kantung empedu merupakan kolagen karena adanya aktivasi prolin
tanda dimulainya respon radang berjalan kronis. (Moghaddan et al., 2004).
Pada tahapan ini banyak ditemukan adanya Perubahan makroskopis berupa pembesaran
proliferasi saluran empedu yang dikelilingi oleh hati dengan permukaan tidak rata berhubungan
jaringan kolagen. Biliary obstruksi akibat adanya reaksi radang, proliferasi saluran
pembengkakan epitel dan fibrosis juga banyak empedu disertai adanya aktivasi kolagen
ditemukan. Kerusakan yang ditemukan pada disekitarnya. Temuan ini sesuai dengan

657
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 654-661

Tabel 2. Perubahan patologi organ hati dan kantung empedu sapi bali fasciolosis

Organ Perubahan patologi anatomi Histopatologi

Hati, kantung Hati terlihat bengkak dengan Pada jaringan hati nekrosis ditemukan potongan
dan saluran permukaan tidak rata, kongesti sagital cacing hati Fasciola gigantica. Nekrosis
empedu. ditemukan pada membrana koagulatif multifokal disertai proliferasi fibro
serosa kantung empedu dan blas disekitarnya juga terlihat. Kongesti,
terasa kasar saat dipalpasi. nekrosis dan infiltrasi neutrofil juga dapat
Pembengkakan limfonodus ditemukan. Pada daerah portal ditemukan
pada bagian hilus, ditemukan proliferasi saluran empedu dan penyumbatan
juga adanya beberapa Fasciola pada lumennya disertai cholangio cirrhosis.
gigantica pada lumen saluran Pada mukosa kantung empedu ditemukan
empedu. bentukan adenomatus hyperplasia, perdarahan,
infiltrasi sel mononuklear dengan intensitas
ringan dan foki kalsifikasi.

pendapat Velusamy et al. (2002), yang vena porta, aliran empedu dan perforasi usus
mengatakan bahwa infeksi Fasciolosis kronis melalui peritoneum menembus kapsula dan
pada sapi ditandai dengan penebalan saluran parenkim hati untuk mencapai pembuluh
empedu dan fibrosis. Talukder et al. (2010), juga empedu. Migrasi cacing di dalam jaringan hati
mengatakan hal sama bahwa pembesaran hati menimbulkan kerusakan pada sel parenkim.
kambing penderita Fasciolosis disebabkan oleh Intensitas kerusakan yang timbul pada sel
reaksi radang pada parenkim, proliferasi kolagen parenkim sangat ditentukan oleh jumlah cacing
periportal dan fibrosis saluran empedu. yang bermigrasi. Sel parenkim hati nekrosis
Sedangkan pembesaran limfonodus Di sekitar akibat migrasi cacing akan digantikan oleh
hilus hati menunjukkan adanya respon imun jaringan ikat fibrous atau fibrosis dan dapat
akibat infeksi Fasciola sp. Hoyle dan Taylor merubah struktur organ hati. Oleh karenanya
(2003), mengatakan bahwa terjadi proliferasi sel struktur hati memiliki konsistensi lebih keras
mononuklear yang mensekresikan sitokin jika dibandingkan dengan hati normal.
interferon gamma, interleukin 2 dan interleukin Tingginya jumlah cacing yang menginfeksi
4 pada jaringan lymph node yang ditantang berhubungan langsung dengan tingkat fibrosis
dengan protein Fasciola sp secara in vitro. (Marcos et al., 2007). Pada studi ini fibrosis lebih
Pemeriksaan mikroskopis pada kantung empedu banyak ditemukan pada daerah portal
terlihat adanya hiperplastik kelenjar, dibandingkan lobuler. Regenerasi sel hati
perdarahan, infiltrasi sel radang mononuklear nekrosis oleh jaringan ikat di beberapa lobulus
dan foki kalsifikasi. Perubahan ini menyebabkan dan area portal akibat adanya iritasi secara terus
mukosa kantung empedu menjadi menebal menerus oleh spiny Fasciola gigantica. Apabila
(adenomatus) dan terasa kasar ketika dipalpasi. terjadi nekrosis berkepanjangan dan mengenai
Perubahan seperti itu banyak ditemukan pada matrik ekstraseluler maka akan direspon de-
kantung empedu yang mengandung beberapa ngan pembentukan jaringan kolagen (Machicado
cacing F. gigantica pada lumennya. Keberdaan et al., 2016). Hal ini sesuai juga dengan temuan
cacing F. giganticaa dewasa menimbulkan Ruiz-Campillo et al. (2017), yang mengatakan
iritasi berkepanjangan sampai timbul proliferasi bahwa pada domba penderita Fasciolosis kronis
hiperplastik. Nekrosis dan perdarahan yang ditemukan peningkatan kadar periostin sampai
terjadi dapat juga disebabkan oleh adanya spiny enam kali lipat dibandingkan dengan domba
(duri mikroskopik) pada permukaan tubuh tidak terinfeksi. Periostin merupakan protein
cacing yang merusak mukosa kantung empedu yang umum ditemukan pada jaringan kaya akan
(Shaikh et al., 2004). jaringan kolagen.
Menurut Jones et al. (2006), lesi pada organ Ditemukannya infiltrasi ringan neutrofil
hati dipicu oleh dua faktor yaitu adanya migrasi pada area nekrosis koagulatif jaringan hati
cacing muda dan dewasa yang terjadi secara berhubungan erat dengan adanya protein
terus menerus. Cacing melakukan migrasi excretory-secretory (ES) yang disekresikan oleh
menuju organ hati melalui aliran darah menuju cacing dewasa Fasciola sp. Protein ES ini

658
Winaya et al. Jurnal Veteriner

mampu menekan sistem imun yang ditandai pada sistem hepatobiliari dipengaruhi oleh
oleh terganggunya proliferasi limfosit. Jika jumlah cacing, lama infeksi, dan kondisi
keadaan supresi imun berlangsung persisten geografis serta iklim tempat sapi digembalakan
merupakan predisposisi infeksi bakteri yang (Affroze et al., 2013).
dapat mengancam kehidupan (Zhang et al.,
2005). Temuan ini juga sejalan dengan pendapat
Girones et al. (2007), yang mengatakan bahwa SIMPULAN
efek Fasciolosis kronis dapat menekan
kekebalan tubuh dan menghambat sekresi Temuan berupa proliferasi saluran empedu
sitokin yang mengendalikan polarisasi Th1 atau yang dikelilingi jaringan kolagen, adanya
Th2. Hambatan ini dapat membuat setiap potongan longitudinal F. gigantica dewasa
individu mudah mendapatkan infeksi secara disertai sel fibroblas di sekitarnya serta adanya
bersamaan oleh berbagai patogen lainnya seperti bentukan adenomatus hyperplasia, infiltrasi sel
virus, bakteri, protozoa dan cacing lainnya. mononuklear dan kalsifikasi menunjukkan
Fasciolosis pada ternak sapi ataupun terjadi perubahan patologi dengan intensitas
ruminansia lainnya dapat memicu keadaan berat disertai radang kronis pada sistem
patologis pada sistem hepatobiliari seiring hepatobiliari sapi Bali penderita Fasciolosis.
dengan perjalanan infeksi. Lesi yang timbul
akibat adanya migrasi cacing muda dan dewasa,
spiny dan sekresi protein ES. McGavin dan SARAN
Zachary (2007) mengatakan migrasi cacing
muda menyebabkan perdarahan serta Infeksi F. gigantica pada sapi bali dapat
kerusakan sel parenkim. Lintasan migrasi dicegah dengan cara tidak menggembalakan
cacing ditandai oleh adanya eritrosit, benang- sapi di daerah yang terdapat siput air.
benang fibrin dan reruntuhan sel hepatosit.
Cacing F. gigantica dewasa di dalam jaringan
hati dan kantung empedu merangsang UCAPAN TERIMA KASIH
timbulnya reaksi peradangan. Sel radang yang
dapat diamati seperti neutrofil, limfosit dan Terima kasih kepada pemilik tempat
makrofag dengan intensitas ringan (Jones et al., pemotongan hewan Darmasaba Kabupaten
2006). Saluran empedu merupakan lintasan bagi Badung atas ijin pengambilan organ hati sapi
cacing untuk menuju kantung empedu. Cacing Bali dan terima kasih juga kepada teknisi
dewasa yang menempel dalam waktu lama Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas
dapat menyebabkan timbulnya ruptur pada Kedokteran Hewan Universitas Udayana untuk
mukosa dan bila lesinya bertambah berat dapat pengerjaan preparat histopatologi.
merangsang terjadinya kalsifikasi (Kurniasih,
2007). Nekrosis yang terjadi pada sel parenkim
dan mukosa empedu juga dapat disebabkan oleh DAFTAR PUSTAKA
adanya iritasi mekanik yang bersifat kronis dari
spinula tegumen Fasciola sp. Sebaran lesi pada Affroze S, Bagum N, Islam MS, Rony SA, Islam
mukosa empedu berhubungan dengan jumlah MA, Mondal MMH. 2013. Risk factor and
cacing dan zat toksik yang disekresikan groos pathology of bovine liver fluke infection
(Lotfollazadeh et al., 2008). Kerusakan berat dan et netrokona district, Bangladesh. J Anim
reaksi peradangan kronis berkelanjutan pada Sci Adv 3(3): 83-90.
sistem hepatobiliari sapi terinfeksi Fasciola sp
Ashrafi K, Bargues MD, O’Neill S, Mas-Coma
dapat mempengaruhi produktivitas, performance
S. 2014. “ Fascioliasis : a worldwide parasitic
reproduksi dan sekaligus mudah terinfeksi oleh
disease of importance in travel medicine.
berbagai patogen. Hal seperti ini juga dialami
Travel Medicine and Infectious Disease 12
sapi perah penderita Fasciolosis yang
(6): 636-649.
disebabkan oleh F. hepatica (Flynn et al., 2009;
Kostenberger et al., 2017). Terdapat berbagai Festus I, Mushonga B, Green E, Muchenje V.
faktor yang dapat mempengaruhi intensitas lesi 2017. Finansial loss estimation of bovine
dan keberadaan cacing pada sistem hepatobiliari Fasciolosis in slaughtered cattle in south
sapi penderita Fasciolosis yang disebabkan oleh Africa. Parasite, Epidemiol, Control 2(4):
F. gigantica. Lesi yang diinduksi oleh cacing hati 27-34.

659
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 654-661

Festus I, Mushonga B, Green E, Muchenje V. Lotfollazadeh S, Mohri M. Bahadori SR, Desfouly


2018. Factors responsible for the post- MM, Tazik P. 2008. Relationship between
slaughter loss of carcass and offal’s in normocytic hypochromic anemia an iron
abattoirs in South Africa. Acta Trop 178: concentration together with enzyme
303–310. activities in cattle infected with Fasciola spp.
Journal of Helminthology 82: 85-88.
Flynn RJ, Mulcahy G, Welsh M, Cassidy JP,
Corbett D, Milligan C, Andersen P, Strain McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic
S, McNair J. 2009. Coinfection of cattle with Basis of Veterinary. Ed ke4. USA. Mosby
Fasciola hepatica and Mycobacterium bovis- Elsevier.
immunological consequences.
McManus DP, Dalton JP. 2006. Vaccines
Transboundary and Emerging disease 56:
against the zoonotic trematodes Schistosoma
269-274.
japonicum, Fasciola hepatica and Fasciola
Girones N, Valero MA, Garcia-Bodelon MA, gigantica. Parasitology 133: 543-561.
Checo-Calero I, Punzon C, Fresno M, Mas-
Machicado C, Machicado JD, Maco V, Terashima
Coma S. 2007. Immune suppression in
A, Marcos LA. 2016. Association of Fasciola
advanced chronic Fasciolosis: An
hepatica infection with liver fibrosis,
experimental study in rat model. The
cirrhosis and cancer: A Systemic Review.
Journal of Infectious Disease 195: 1-10.
Plos Negl Trop Dis 10(9): 1-11.
Golden O, Flynn RJ, Read C, Sekiya M, Donelly
Marcos LA, Yi P, Machicado A, Andrade R,
SM, Stack C, Dalton JP, Mulcahy J. 2010.
Samalvides F, Sanches D. 2007. Hepatic
Protection of cattle against a natural
Fibrosis and Fasciola hepatica. J
infection of Fasciola hepatica by vaccination
Helminthol 81 (4): 381-386.
with recombinant cathepsin L1 (rFhCL1).
2010. Vaccine 28: 5551–5557. Marcos LA, Terashima A, Gotuzzo E. 2008.
Update on hepatobiliary fluke: Fasciolosis,
Hodgkinson J, Cwiklinski K, Beesley NJ,
ophisthorchiasis, clonorchiasis. Curr opin
Paterson S, Williams DJL. 2013.
Infect Dis 21(5): 523-530.
Identification of putative markers of
triclabendazole resistance by a genome-wide Mastra IK, Saraswati NKH, Sutawijaya IMG,
analysis of genetically recombinant Fasciola Yunanto. 2014. Survailans dan monitoring
hepatica. Parasitology 140: 1523–1533. parasit gastrointestinal pada sapi bali di
Provinsi Bali, NTB dan NTT. Buletin
Hoyle DV, Taylor DW. 2003. The immune
Veteriner BBVet 26 (85) : 1-12.
response of regional lymph nodes during the
early stages of Fasciola hepatica infection Mas-Coma S, Bargues MD, Valero MA. 2005.
in cattle. Parasite Immunol 25(4): 221-229. Fasciolosis and other plant-borne trematode
zoonosis. Int J Parasitol 35: 1255-1278.
Jones TC, Hunt RD, King NW. 2006. Veterinary
Pathology. Ed ke6. USA: Blackwell Mas-Coma S, Valero MA, Bargues MD. 2009a.
Publishing. Fasciola, lymnaeids and human fasciolosis
with global overview on disease
Kostenberger K, Tichy A, Bauer K, Pless P,
transmission, epidemiology, evolutionary
Wittek T. 2017. Association between
genetic, molecular epidemiology and control.
Fasciolosis and milk production and the
Adv Parasitol 69: 41-146.
impact of anthelmintic treatment in dairy
herds. Parasitol Res 116(7): 1981-1987. Mas-Coma S, Valero MA, Bargues MD. 2009b.
Climate change effects on trematodiasis
Kiernan JA. 2001. Histological and
with emphasis on zoonotic fasciolosis and
histochemical methods. Theory and
schistosomiasis. Vet Parasitol 163: 264-280.
Practice. Third edition. Oxford, England.
Pergamon Press. Mas-Coma S, Valero MA, Bargues MD. 2014.
Fascioliasis in digenetic trematodes.
Kurniasih, 2007. Perkembangan Fasciolosis dan
Advances in Experimental Medicine and
Pencegahannya di Indonesia. Yogyakarta.
Biology 766 (4): 77-144.
UPT Perpustakaan Universitas Gadjah
Mada.

660
Winaya et al. Jurnal Veteriner

Mason C. 2002. An outbreak of fasciolosis with Ruiz-Campillo MT, Hernandez VM, Eicamilla A,
associated metabolic disease in a dairy herd. Stevenson M, Perez J, Martinez-Moreno A,
Res Vet Sci 72(1): 33. Donelly S, John DP, Cwiklinski K. 2017.
Menard A, L’Hostis M, Leray G, Marchandeau Immune Signatures of pathogenesis in the
S, Pascal M. 2000. Inventory of wild rodent peritoneal compartment during infection of
and logomorph as natural hosts of Fasciola sheep with Fasciola hepatica. Scientific
hepatica on a farm located in humid area Report 7: 1-14
in Loire Atlantique (France). Parasite 7: 77- Shaikh AA, Bilqees FM, Munif KM. 2004. Bile
82. duct hyperplasia and associated
Mellau LSB, Nonga HE, Karimuribo ED. 2010. abnormalities in the buffaloes infected with
A slaughterhouse survey of liver lesions in Fasciola gigantika. J of Pakistan zool 36
slaughtered cattle sheep and goats at Arusha (3): 231-237.
Tanzania. Res J Vet Sci 3: 179-188. Simwanza C, Mumba C, Pandey GS, Samui KL.
Moghaddan AS, Massoud J, Mahmoodi M, Mahvi 2012. Financial losses arising from
AH, Periago MV. 2004. Human and animals condemnation of liver due to Fasciolosis in
Fascioliasis in Mazadaran province cattle from the Western Province of
northern Iran. Parasitol 91: 61-69. Zambia. Int J Livest Res 2(3): 133–137.

Nguyen ST, Nguyen DT, Nguyen TV, Huynh Talukder S, Bhuiyan MJ, Hossain MM, Udin
VV, Le DQ, Fukuda Y, Nakai Y. 2012. MM, Paul S, Howlader MMR. 2010.
Prevalence of fasciola in cattle and its Pathological investigation of liver fluke
intermediate host Lymnaea snails in infection of slaughtered black bengal goat
central Vietnam. Trop Anim Health Prod in selected area of Bangladesh. Bangladesh
41: 3-4. Journal of Veterinary Medicine 8(1): 35-
40.
Periago MV, Valero MA, El-Sayed M, Ashrafi K,
El-Wakeel A, Mohamed MY. 2008. First Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2016 Veterinary
phenotypic description of Fasciola hepatica/ parasitology. 4th ed. West Sussex. John
gigantic intermediate form from the human Wiley and Sons. Hlm. 352-435.
endemic area of the Nile Delta, Egypt. Infect Vazquez MJ, Lewis FL. 2013. Investigating the
Genec Evol: 51-58. impact of Fasciolosis on carcass
Phiri AM. 2006. Common conditions leading to performance. Vet Parasitol 193: 307-311.
cattle carcass and offal condemnations at 3 Velusamy R, Dwivedi P, Sharma AK, Sing BP,
abattoirs in the Western Province of Zambia Chandra D. 2002. Pathomorphological
and their zoonotic. J S Afr Vet Assoc. 77(1): changes in the liver of calves experimental
28–32 infected with Fasciola gigantica. J Indian
Putra RD, Suratma NA, Oka IBM. 2014. Vet Pathol 26: 35-37.
Prevalensi trematoda pada sapi Bali yang Zhang W, Moreau F, Peigne F, Huang W,
dipelihara peternak Desa Sobangan Mengwi Chauvin A. 2005. Comparison of modulation
Kabupaten Badung. Indonesia Medicus of sheep, mouse and buffalo lymphocyte
Veterinus 3(5): 394-402. response by Fasciola hepatica and gigantica
Robinson MW, Dalton JP. 2009. Zoonotic excretory-secretory products. Parasitol Res
helminth infections with particular 95: 333-338.
emphasis on Fasciolosis and other
trematodiasis. Philos Trans R Soc Land B
Biol Sci 364: 2763-2776.

661

Anda mungkin juga menyukai