4 : 519-529
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2020.21.4.519
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mikroskopis organ burung merpati yang
menunjukkan gejala tortikolis dan untuk melakukan identifikasi virus penyakit tetelo atau Newcastle
Disease (ND) pada merpati tortikolis tersebut. Tiga ekor burung merpati dengan gejala tortikolis digunakan
sebagai sampel dengan kode A, B dan C. Perubahan mikroskopis pada organ diamati dengan pembuatan
preparat histopatologi dengan pengecatan Hematoksilin dan Eosin (HE). Isolasi dilakukan dengan
inokulasi sampel dalam ruangan alantois telur merpati berembrio yang diperoleh dari merpati yang
tidak ada riwayat vaksinasi dan tidak terindikasi ND. Identifikasi virus ND dilakukan dengan uji agar
gel presipitasi (AGP). Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan bahwa merpati mengalami neuritis
vagus, trakheitis, pneumonia, air sacculitis, hepatitis, pankreatitis, nefritis, jejunoileitis, ileokolitis dan
orchitis. Otak ditemukan perivascular cuffing. Perubahan degeneratif ditemukan pada hepar dan ginjal.
Jantung mengalami miokardial nekrosis, dan deplesi ditemukan di area pulpa putih lien. Proventrikulus
menunjukkan epitel mukosa memipih, sedangkan organ pulmo ditemukan kongesti. Hasil isolasi dengan
uji hemaglutinasi lambat cairan alantois telur merpati menunjukkan hasil positif HA dengan titer
bervariasi antara 2, 32 dan 64. Identifikasi serologis dilakukan dengan Uji AGP pada semua sampel
kultur dengan antiserum positip ND menunjukkan hasil positif terjadi presipitasi. Berdasarkan data
histopatologi dan konfirmasi uji AGP tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa burung merpati dengan
gejala tortikolis disebabkan oleh virus ND.
ABSTRACT
This study aimed to determine the microscopic conditions of organs of pigeons that suffered from
torticollis and identify the cause of disease in torticollis pigeons. Three pigeons showed torticollis symptoms
were obtained as sample and marked as pigeon A, B and C, respectively. Isolation of pathogen with
inoculation into embryonated pigeon eggs obtained from parents with no history of vaccination and not
indicated ND. Identification of ND with agar gel precipitation (AGP) test. Observation of microscopical
changes with histopathologic preparation using hematoxylin and eosin staining. Histopathological
examination showed that pigeons was done severe neuritis vagus, trakheitis, pneumonia, air sacculitis,
hepatitis, pankreatitis, nefritis, jejunoileitis, ileocolitis and orchitis. Perivascular cuffing found in brain.
Degenerative changes found in the hepar and ren. Cardiac severe necrotic lesion, and depletion in white
pulp area of spleen. Proventricular tissue showed flattening of mucosal epithelium, congestion lesions
found in pulmonary tissue. The results of slow hemagglutination test of pigeon egg allantoic fluid, which
519
Dewandaru et al. Jurnal Veteriner
tested for hemagglutination (HA) showed positive HA result with titers varying between 2, 32, and 64.
Serological identification carried out with the AGP test on all culture samples against ND antiserum
showing positive results of ND virus. Based on these dara, it can be concluded that the pigeons with
symptoms of torticollis is caused by ND virus.
520
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 519-529
antigen berlebihan sehingga jumlah antibodi Suliswanto, 2013). Telur diinkubasi pada suhu
yang mengikat antigen menjadi kurang dan 37o C tidak lebih dari tujuh hari. Telur yang
reaksi terlalu kecil untuk membentuk presipitat. mengalami kematian embrio segera didinginkan
Equivalence zone adalah kondisi paling pada suhu 4o C. Cairan korioalantois dikoleksi
seimbang antara jumlah antigen dan antibodi untuk uji identifikasi.
sehingga presipitasi yang maksimal dapat Prosedur Uji hemaglutinasi (HA), uji agar
terbentuk (Linjawi, 2017). gel presiptasi (AGP), dan uji hemaglutinasi
Kasus tortikolis pada merpati belum banyak inhibisi (HI) dilakukan sesuai metode Thayer
di laporkan, oleh karena itu perlu diteliti dan Beard (2008). Cairan alantois telur merpati
penyebabnya dalam rangka penanganan unggas berembrio hasil inokulasi dari sampel gerusan
secara tepat. Gambaran lesi makroskopis dan pulmo dan otak disiapkan untuk dilakukan uji
mikroskopis pada berbagai organ merpati sangat HA. Cairan alantois yang menunjukkan uji HA
mendukung konfirmasi diagnostik yang positif selanjutnya diidentifikasi serologis
dilakukan. Data yang diperoleh juga penting dengan uji AGP, menggunakan serum anti-
dalam pengendalian penyakit ND karena spesifik ND yang diperoleh dari ayam petelur
peluang burung merpati dalam penyebaran yang divaksin ND dengan titer HI 26. Serum
penyakit ND pada ayam komersial. anti ND tersebut merupakan koleksi
laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Hewan UGM, sedangkan kontrol virus positif
METODE PENELITIAN mengggunakan virus vaksin live attenuated ND
strain LaSota.
Burung merpati berjumlah tiga ekor,
dengan dua ekor jantan dan satu ekor betina
dewasa menunjukkan gejala tortikolis. Organ HASIL DAN PEMBAHASAN
otak, nervus vagus, trakhea, pulmo, air sac,
jantung, proventrikulus, ventrikulus, jejunum, Gambaran Penyakit pada Merpati.
ileum, kolon, hepar, limpa, pankreas, ginjal, Merpati A dan B berasal dari peternakan I
testis dan ovarium yang telah diawetkan dalam dengan populasi 20 ekor berumur enam bulan,
larutan formalin 10%, dibuat preparat morbiditas 20%, dan merpati C berasal dari
histopatologi. Organ diproses dengan paraffin peternakan II dengan populasi 20 ekor berumur
block dan diberi perlakuan pewarnaan dengan enam bulan, morbiditas 15%. Gejala klinis yang
Hematoxylin & Eosin (H&E). Pembuatan muncul yaitu leher merpati tortikolis disertai
preparat histopatologi dilakukan sesuai dengan inkoordinasi, dapat dilihat pada Gambar 1.
metode Alturkistani et al. (2016). Feses berupa diare berwarna kehijauan dengan
Media kultur virus secara in ovo digunakan konsistensi agak encer dan sedikit berair. Gejala
telur merpati berembrio, inokulasi sesuai metode klinis di peternakan I berlangsung selama dua
Gough et al. (1988). Sampel organ yang minggu, sedangkan di peternakan II selama tiga
digunakan untuk isolasi adalah otak dan pulmo hari. Jumlah kematian yang sama terjadi di
(Alexander dan Senne, 2008) dalam viral kedua peternakan, yaitu masing-masing
transport media (VTM) yang selanjutnya dibuat sebanyak dua ekor merpati atau mortalitas 10%.
suspensi. Phosphate buffer saline (PBS) Dari anamnesa dan lesi tortikolis tersebut maka
digunakan sebagai pengencer dan pencuci burung merpati dari kedua peternakan tersebut
suspensi. Sentrifugasi 1000g selama sekitar 10 diduga akibat infeksi virus Newcastle disease
menit pada suhu 25o C (OIE, 2012). Supernatan (ND). Data klinis ini sesuai dengan laporan (Ali
diambil dan ditambah antibiotik gentamisin et al., 2014; Bukhari et al., 2014) adanya kasus
0,25 mg/mL sebelum inokulasi, didiamkan tortikolis yang disebabkan oleh penyakit ND.
selama 30 menit pada suhu ruang (Alexander Morbiditas akibat infeksi ND pada merpati
dan Senne, 2008). Sebanyak 0,05 ml dari dewasa biasanya 10% atau lebih rendah (Capua
masing-masing suspensi empat sampel dan Alexander, 2009).
diinokulasikan pada masing-masing telur
merpati berembrio umur 11 hari melalui ruang Isolasi dan Identifikasi Penyebab
korioalantois, diinjeksi dengan posisi jarum Tortikolis
tegak lurus pada area ruang udara. Candling Hasil inokulasi pada telur merpati
secara rutin dilakukan pada telur untuk berembrio menyebabkan kematian embrio pada
mengetahui perkembangan embrio (Susanto dan hari ke-3 pasca inokulasi (72 jam). Embrio
521
Dewandaru et al. Jurnal Veteriner
Gambar 1. Foto gejala tortikolis yang ditunjukkan oleh merpati hitam (A), merpati cokelat (B) dan
merpati putih (C).
Gambar 2. Foto embrio merpati pascainokulasi. Embrio kontrol (K) terlihat pertumbuhan normal
dan tidak ada lesi; embrio yang diinjeksi sampel asal pulmo merpati A (PA) pertumbuhan
terhambat dan berukuran paling kecil dari sampel embrio lain; embrio yang diinjeksi
sampel asal otak merpati A (OA) terlihat kongesti (k) di sebagian area kulit; embrio
yang diinjeksi sampel asal pulmo merpati B (PB) terlihat kongesti (k) di sebagian area
kulit; embrio yang diinjeksi sampel asal otak merpati B (OB) terlihat gangguan
pertumbuhan dan kongesti di beberapa titik area kulit.
Gambar 3. Foto hasil uji hemaglutinasi lambat. Sampel asal pulmo merpati A (baris A), otak
merpati A (baris B), otak merpati B (baris C) dan pulmo merpati B (baris D).
merpati menunjukkan berbagai perubahan et al., 2013; Mutinda et al., 2015), virus
klinis, yaitu embrio teramati lebih merah karena Infectious Bronchitis (IB) (Selim et al., 2013),
kongesti area kulit, hemoragi, dan kekerdilan, dan virus Avian Influenza (AI) (El-Zoghby et al.,
yang dapat dilihat pada Gambar 2. Lesi tersebut 2012 ). Selain itu, lesi-lesi pada embrio yang
tidak spesifik terhadap penyakit ND, tetapi mirip disebabkan oleh virus dari hasil inokulasi yang
dengan lesi akibat infeksi virus lain pada embrio pernah dilaporkan di Indonesia diantaranya :
ayam (Hasan et al., 2010; Putra et al., 2012). plak dan edema pada membran korioalantois
Hemoragi, kekerdilan dan kerontokan bulu akibat virus ILT (Wibowo et al., 2002) ; embrio
ditemukan pada embrio pasca infeksi buatan kerdil, hemoragi dan bulu rontok akibat virus
virus Infectious Bursal Disease (IBD) (Ebrahimi AI (Wibowo et al., 2006) ; dan hemoragi akibat
522
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 519-529
Gambar 5. Foto Hasil Uji HI serologis titer antibodi serum merpati A (baris A) adalah 16 dan titer
antibodi serum merpati B (baris B) adalah 8.
virus IBD (Wibowo et al., 2015). penelitian ini menunjukkan hasil negatif,
Hasil uji HA diketahui titer antigen dari meskipun sudah dicoba beberapa kali dengan
sampel pulmo merpati B adalah 25 dan titer teknis yang sesuai referensi. Hal tersebut diduga
antigen dari sampel otak merpati B adalah 26. adanya perbedaan genotipe virus ND penyebab
Merpati A dengan sampel pulmo diketahui titer kasus ND pada merpati dengan virus ND pada
antigen adalah 21 dan sampel otak titer antigen ayam (Kim et al., 2008 ; Miller et al., 2014),
adalah 2 1. Hasil uji hemaglutinasi lambat sehingga diduga mempunyai perbedaan respon
diperlihatkan pada Gambar 3. Hasil positif imunitas di antara dua genotipe yang berbeda
ditunjukkan dengan adanya aglutinasi yang tersebut.
dapat diamati sebagai bentukan berpasir pada Kegagalan dalam melakukan uji HI dalam
dasar tabung (Leboffe dan Pierce, 2011). Uji HA penelitian ini dikonfirmasi dengan uji serologis
523
Dewandaru et al. Jurnal Veteriner
*Pewarnaan preparat digunakan Hematoxylin & Eosin (H & E). Keterangan : + (parah); ++ (sangat parah);
- (lesi tidak tampak).
524
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 519-529
Gambar 6. Foto mikrograf organ merpati terlihat : otak (nomor 1 dan 2) terdapat mononuklear
perivascular cuffing (PC), gliosis (G) dan hemoragi (H) di parenkim; saraf vagus (nomor
3) terdapat infiltrasi limfosit (L); trakhea (nomor 4) ditemukan desiliasi epitel mukosa
(E); pulmo (nomor 5 dan 6) mengalami kongesti (K) dan infiltrasi limfosit fokal di dinding
parabronkus (L) air sac (nomor 7) mengalami penebalan disertai banyak infiltrasi limfosit
(L); jantung (nomor 8) mengalami nekrosis miokardium disertai infiltrasi lemak (N);
hepar (nomor 9 dan 10) mengalami nekrosis (N), infiltrasi heterofil dan limfosit (H/L),
degenerasi hidrofik (D) serta infiltrasi limfosit (L); lien (nomor 11) mengalami deplesi
pulpa putih ditandai dengan lingkaran; pankreas (nomor 12) mengalami infiltrasi limfosit
(L); proventrikulus (nomor 13) mengalami perubahan pada epitel menjadi lebih pipih
(E); jejunum (nomor 14) tampak infiltrasi sel radang limfosit di tunika mukosa dan
tunika submukosa bersifat multifokal; ileum (nomor 15) tampak infiltrasi limfosit di
tunika mukosa dan submukosa (L); sekum merpati A (nomor 16) tampak infiltrasi
limfosit di tunika mukosa dan submukosa (L); kolon merpati kode B (nomor 17) tampak
infiltrasi limfosit di tunika submukosa (L); ginjal (nomor 18 dan 19) nekrosis apparatus
glomerulus beserta epitel glomerulus (N), degenerasi parenkimatosa epitel tubulus (D)
dan infiltrasi limfosit (L); testis (nomor 20) terlihat nekrosis tubulus seminiferus (sel-
sel nekrosis : N) disertai infiltrasi limofosit (L) dan makrofag (M) di tubulus seminiferus
(Pengecatan H&E, perbesaran 10 x 40).
525
Dewandaru et al. Jurnal Veteriner
yang lain, yaitu dengan uji agar gel presipitasi 6. Perivascular cuffing yang ditemukan di otak
(AGP) untuk memastikan keberadaan virus ND akibat infeksi ND pernah dilaporkan oleh Adi
dalam sampel kultur. Hasil uji AGP dalam et al. (2009), Ecco et al. (2011), Rwuaan et al.
penelitian ini terbentuk garis presipitasi di (2012), dan Schmidt et al. (2015), serta dapat
antara sumuran antigen dan antibodi pada ditemui gliosis sesuai data Cattoli et al. (2011).
semua sampel, setelah inkubasi selama 48 jam, Perivascular cuffing tidak spesifik untuk infeksi
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. virus ND, karena virus selain ND juga dapat
Desain uji AGP dalam penelitian, tidak menyebabkan lesi tersebut, diantaranya : infeksi
menggunakan serum anti berdekatan, sehingga Avian encephalomyelitis (Freitas dan Back,
tidak dapat ditunjukkan garis identitas, tetapi 2015). Gliosis juga tidak spesifik untuk infeksi
visualisasi reaksi ikatan spesifik antigen dan virus ND, karena infeksi virus Avian
antibodi terhadap ND dapat diamati pada garis encephalomyelitis dan infeksi virus Avian
presipitasi yang terbentuk antara sumuran Influenza dapat pula ditemukan gliosis (Freitas
antigen dan antibodi. Faktor yang mempe- dan Back, 2015 ; Chaves et al., 2011). Desiliasi
ngaruhi formasi presipitat pada hasil uji epitel mukosa pada trakhea, air sacculitis, dan
diantaranya: konsentrasi antigen atau antibodi kongesti pulmo pada unggas yang terinfeksi ND
yang berdampak pada posisi terbentuknya garis; pernah dilaporkan oleh Al-Mulhim et al. (2006)
konsentrasi elektrolit dan buffer kondisi pH; dan dan Nakamura et al. (2008). Lesi mikroskopis
suhu. Presipitasi yang baik dapat terjadi dengan jantung menunjukkan perubahan yang sama
adanya equivalence zone, yaitu kondisi paling pada penelitian Susta et al. (2014) berupa
seimbang antara jumlah antigen dan antibodi nekrosis miokardium, tetapi tidak disertai
sehingga presipitasi yang maksimal dapat infiltrasi lemak. Diferensial diagnosa terhadap
terbentuk (Linjawi, 2017). infeksi AI, juga ditemukan lesi nekrosis pada
Data uji HI yang dilakukan terhadap parenkim jantung yang dapat bersifat multifokal
sampel serum dari merpati yang menunjukkan ringan sampai dengan berat (Pantin-Jackwood
tortikolis yaitu: merpati A adalah 24 dan merpati et al., 2017). Deplesi pada lien juga pernah
B adalah 23, dapat dilihat pada Gambar 5. dilaporkan oleh Cattoli et al. (2011), Nakamura
Berdasarkan anamnesa yang diperoleh bahwa et al. (2013) dan Adi et al. (2019), yang
merpati tersebut tidak pernah dilakukan menunjukkan infeksi ringan pada organ
vaksinasi ND, membuktikan bahwa merpati tersebut. Infeksi yang parah ditunjukkan
menunjukkan adanya paparan infeksi virus ND, dengan adanya debris seluler dan karioreksis,
sehingga mempunyai kekebalan terhadap virus piknosis, dan infiltrasi makrofag dengan
ND. Menurut Kapczynski et al. (2013), titer vakuolisasi yang berisi debris nukleus (Susta et
antibodi yang tinggi, yaitu 25 atau lebih, dapat al., 2010). Degenerasi hidropik hepar yang
dicapai dalam waktu 3-4 minggu setelah infeksi. ditemukan dapat disertai dengan perubahan
Namun demikian adanya gejala penyakit yang melemak pada hepatosit (Bukhari et al., 2014).
telah lama muncul, dapat menjadi indikator Nekrosis hepar dan pankreas juga pernah
kejadian penyakit telah berlangsung lama dan dilaporkan oleh Cattoli et al. (2011). Diagnosa
akibatnya titer antibodi telah menurun. banding terhadap burung merpati yang
Berdasarkan anamnesa, diketahui tidak ada menderita trichomoniasis dengan gejala
riwayat vaksinasi sehingga antibodi yang tortikolis, yaitu temuan infiltrasi heterofil dan
terdeteksi adalah karena tantangan virus ND eosinofil, serta nekrosis hepatoseluler masif,
di lapangan yang telah beberapa waktu dengan temuan parasit di area nekrosis
menginfeksi. (ELTigani-Asil, 2016). Lesi mikroskopis ginjal
ditemukan nefritis di area intersisial, atau juga
Lesi Mikroskopis dapat berupa nekrosis yang mengindikasikan
Organ-organ hasil pemeriksaan histopato- perubahan patologik yang lebih parah (Etriwati
logis menunjukkan berbagai perubahan et al., 2017). Infiltrasi limfosit juga ditemukan
patologik, dapat disajikan pada Tabel 1. Lesi di berbagai organ sesuai data Bukhari et al.
yang muncul di berbagai organ tersebut (2014) dan Cattoli et al. (2011), dalam penelitian
mengindikasikan adanya infeksi sistemik. ini ditemukan di saraf vagus, organ-organ
Gambaran lesi secara mikroskopis pada berbagai pencernaan dan testis.
organ yang diperiksa dapat dilihat pada Gambar
526
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 519-529
Ahmed N, Dawson M, Smith C, Wood E. 2007. Chaves AJ, Busquets N, Valle R, Rivas R, Alert
Biology of Disease. New York. Taylor and JV, Dolz R, Ramis A, Darji A, Majo N. 2011.
Francis Group.. Hlm. 297. Neuropathogenesis of Highly Pathogenic
Avian Influenza Virus (H7N1) in
Alexander DJ, Senne DA. 2008. Newcastle Experimentally Infected Chickens.
Disease, Other Avian Paramyxovirus, and Veterinary research 42: 1-12.
Pneumovirus Infection. In: Saif YM. Disease
Dortmans JCFM, Koch G, Rottier PJM, Peeters
of Poultry. 12 th ed. Iowa. Blackwell
BPH. 2011. Virulence of Newcastle Disease
Publishing. Hlm. 75-92.
Virus : What is Known SO Far? Veterinary
Ali A, Siddique N, Abbas MA, Rafi MA, Naeem Research 42: 122.
K. 2014. Rehabilitation and Curing of
527
Dewandaru et al. Jurnal Veteriner
528
Jurnal Veteriner Desember 2020 Vol. 21 No. 4 : 519-529
Pantin-Jackwood MJ, Stephens CB, Bertan K, Susta L, Hamal KR, Miller PJ, Garcia SC, Brown
Swayne DE, Spackman E. 2017. The CC, Pedersen JC, Gongora V, Afonso CL.
Pathogenesis of H7N8 Low and Highly 2014. Separate Evolution of Virulent
Pathogenic Avian Influenza Viruses from Newcastle Disease Viruses from Mexico and
the United States 2016 Outbreak in Central America. Journal of Clinical
Chickens, Turkeys and Mallards. PloS One Microbiology 52: 1382-1390.
12: 1-21.
Thayer SG, Beard CW. 2008. Serologic
Putra HH, Wibowo MH, Untari T, Kurniasih. Procedures. In: Zavala LD, Swayne DE,
2012. Studi Lesi Makroskopis dan Glisson JE, Pearson JE, Reed WM,
Mikroskopis Embrio Ayam yang Diinfeksi Jackwood MW, Woolcock PR. A Laboratory
Virus Newcastle Disease Isolat Lapang yang Manual for the Isolation, Identification and
Virulen. Jurnal Sain Veteriner 30: 57- 67. Characterization of Avian Pathogens, 5th
Ed. Wisconsin. Omni Press. Hlm. 223-225.
Rwuaan JS, Rekwot PI, Omontese BO. 2012.
Effect of A Velogenic Newcastle Disease Turgeon ML. 2014. Immunology & Serology in
Virus on Body and Organ Weights of Laboratory Medicine, 6 th Ed. Missouri.
Vaccinated Shika Brown Cocks. Sokoto Elsevier. Hlm.143.
Journal of Veterinary Sciences 10: 7-12.
Wibowo MH, Asmara W. 2002. Isolasi dan
Schmidt RE, Reavill DR, Phalen DN. 2015. Propagasi Agen Penyebab Penyakit dari
Pathology of Pets and Aviary Birds, 2nd Ed. Kasus Terdiagnosa Penyakit Infectious
Iowa. John Wiley and Sons Inc. Hlm. 223 Laryngotracheitis (ILT) pada Telur Ayam
Berembrio. Jurnal Sain Veteriner 20: 52-
Selim K, Arafa AS, Hussein AH, El-Sanousi AA.
57.
2013. Molecular Characterization of
Infectious Bronchitis Viruses Isolated from Wibowo MH, Fadiar R, Anggoro D, Artanto S,
Broiler and Layer Chicken Farms in Egypt Amanu S, Wahyuni AETH. 2015. Deteksi
during 2012. International Journal of Molekuler Virus Infectious Bursal Disease
Veterinary Science and Medicine 1: 102- pada Sampel Bursa Fabrisius yang
108. Diperoleh dari Ayam Terdiagnosa Penyakit
IBD. Jurnal Sain Veteriner 33: 156-166.
Shafer A. 2006. Avian Influenza Agar Gel
Immunodiffusion Test to Detect Serum Wibowo MH, Tabbu CR. 2006. Isolasi dan
Antibodies to Type A Influenza Virus. High Identifikasi Serologis Virus Avian Influenza
Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dari Sampel Unggal yang Diperoleh di D.I.
Diagnostic Training Course. 1-12. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Sain
Veteriner 24: 77-83.
Susanto E, Suliswanto. 2013. Pengaruh Berat
Telur terhadap Daya Tetas Telur Ayam
Kampung. Jurnal Ternak 4: 27-30.
Susta L, Miller P, Alfonso C, Brown C. 2010.
Clinicopathological characterization in
poultry of three strains of Newcastle disease
virus isolated from recent outbreaks.
Veterinary Pathology 48: 349-360
529