Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KOASISTENSI ILMU PENYAKIT VIRAL

Periode : 5 15 Oktober 2014


Gelombang : XXIII

Oleh :
1. Dodo Nolanda, S.KH.
2. Dzulfikar Muh. Ramadhan, S.KH.
3. Ekix Dicko Cahyono, S.KH.
4. Ficky Wira Wicaksana, S.KH.
5. Hartanto Mulyo Raharjo, S.KH.
6. Gadis Hendiana Dewi, S.KH.
7. Gerda Adhita Widyawardani, S.KH.
8. Ghaluh Adji Nindiasari, S.KH.
9. Gocha Febriana Alfian R., S.KH.
10. Grista Kusuma Adhi P., S.KH.
11. Ima Mahmudah Rama P., S.KH.
12. Indah Kartika Sari, S.KH.
13. Itsna Syahra Syauqiyyah, S.KH.

061413143059
061413143105
061413143080
061413143051
061413143018
061413143028
061413143043
061413143126
061413143061
061413143122
061413143075
061413143048
061413143036

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Pemeriksaan Virologi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penyusunan Laporan ini sebagai salah satu syarat mengikuti atau menempuh
Koasistensi di Departemen Mikrobiologi Veteriner, Laboratorium Virologi Veteriner Program
Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga.
Laporan ini diharapkan memberikan pemahaman mengenai teknik dan metode
pemeriksaan virologik yang tepat untuk menentukan agen penyebab penyakit pada unggas.
Akhirnya penyusun berharap Laporan Kegiatan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................

1.3 Tujuan.....................................................................................................

1.4 Manfaat...................................................................................................

BAB II METODE PEMERIKSAAN.........................................................................

2.1 Alat..........................................................................................................

2.2 Bahan......................................................................................................

2.3 Sampel.....................................................................................................

2.4 Metode ...................................................................................................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................

10

3.1. Hasil.........................................................................................................

10

3.2. Pembahasan.............................................................................................

14

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

24

4.1. Kesimpulan..............................................................................................

24

4.2. Saran........................................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

25

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penanganan kasus penyakit pada unggas, pertama kali yang harus dilakukan adalah
analisis penyebabnya. Dengan melihat gejala klinik dan menganalisis gambaran pasca mati
dari ayam yang dinekropsi, diharapkan dapat diketahui penyakitnya. Namun terkadang
perubahannya tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan (isolasi dan identifikasi) terhadap
agen penyebabnya. (Tarmudji, 2005). Jika gejala klinik dan perubahan patologi anatomi
mengarah pada penyakit viral, tentunya harus dilakukan pemeriksaan sampel di laboratorium
virologi. Pemeriksaan di laboratorium virologi meliputi uji virologik dan serologik.
Virus merupakan partikel yang mengandung materi genetik dan hanya dapat
berkembang biak pada jaringan hidup. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan
virus adalah dengan menggunakan hewan percobaan, perbenihan jaringan dan telur ayam
bertunas (TAB). Beberapa virus mungkin tidak bisa berkembang dengan baik melalui caracara tersebut, sehingga memerlukan media kusus. Penggunakan TAB sebagai media pembiak
virus umumnya sering dipilih karena relatif murah dan mudah penanganannya. Pembiakan
virus berguna untuk isolasi dan identifikasi dari berbagai jenis virus serta produksi vaksin.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat dibiakkan pada TAB adalah
Newcastle Disease (ND). Penyakit ini disebabkan oleh Newcastle Disease Virus (NDV), yang
tergolong genus Avian Paramyxovirus, famili Paramyxoviridae. Infeksi dapat terjadi pada
semua umur. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada setiap kasus ND selalu
ditemukan adanya gejala gangguan pernapasan walaupun dalam bentuk campuran dengan
gejala gangguan pencernaan ataupun gangguan saraf (Tabbu, 2000). Keparahan tergantung
pada virulensi dari virus yang menginfeksi serta kerentanan host terhadap infeksi virus.
Morbiditas penyakit mencapai 100%.

Tanda-tanda klinis ayam yang terinfeksi Newcastle Disease (ND) bervariasi


tergantung pada patogenitas isolat dan spesien unggas. Pada ayam, strain lentogenic biasanya
menyebabkan infeksi subklinis atau penyakit pernapasan dengan disertai batuk, terengahengah, dan bersin. Strain mesogenik dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut dan tanda
neurologi di beberapa ayam tetapi tingkat kematian biasanya rendah. Strain lentogenik dan
mesogenik dapat menyebabkan gejala yang lebih parah jika disertai oleh infeksi sekunder.
Strain velogenik menimbulkan gejala yang parah seringkali fatal pada ayam, konjungtiva
kemerahan dan edema, diare berair berwarna kehijauan atau putih, tanda-tanda pernapasan
(termasuk sianosis) atau membengkak dari jaringan kepala dan leher, tanda neurologis
termasuk tremor, kejang, paresis atau kelumpuhan dari sayap atau kaki, torticollis (leher
bengkok) (OIE, 2008). Sampel diuji dengan metode perbenihan virus menggunakan TAB.
Hasil uji virologis nantinya dapat digunakan untuk memastikan apakah ayam tersebut benar
terserang penyakit ND atau tidak.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah tujuan dilakukan Pemeriksaan Virologik untuk sampel dari Unggas?
1.2.2. Apakah tujuan dilakukan Pemeriksaan Serologik dengan Metode Hemaglutinasi
Inhibisi (HI)?
1.2.3. Apakah tujuan dilakukan Pemeriksaan Serologik dengan Metode ELISA?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mahasiswa mampu melaksanakan Pemeriksaan Virologik untuk sampel dari
Unggas
1.3.2. Mahasiswa mampu melaksanakan Pemeriksaan Serologik dengan Metode
Hemaglutinasi Inhibisi (HI).
1.3.3. Mahasiswa mampu melaksanakan Pemeriksaan Serologik dengan Metode
ELISA.
1.4. Manfaat

1.4.1. Mahasisa PPDH diharapkan Mengerti, memahami dan mampu menjelaskan kasus
penyakit viral yang ditemui saat praktek di lapangan.
1.4.2. Mahasiswa PPDH diharapkan Mampu melakukan diagnosa penyakit viral dengan
metode virologik dan serologik

BAB II
MATERI DAN METODE
2.1

Bahan
Bahan yang digunakan untuk uji virologic diantaranya TAB (Telur Ayam
Bertunas) untuk isolasi virus, PZ yang ditambahkan dengan antibiotik sebagai pelarut.

2.2

Alat
Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel organ, diantaranya : pisau,
scalpel steril, pinset steril, gunting steril, petri disk, mortar-alu streril, tabung sentrifus
steril, rak tabung, erlemeyer steril, mikroplate, pipet volumetric, mikropipet,
mikrotube, becker glass.

2.3

Sampel
Sampel yang digunakan adalah berupa gerusan organ dari ayam yang diambil
dari Pasar Pecindilan, diantaranya

terbagi atas beberapa specimen yang diambil

yaitu :

Ayam

2.4

Organ
Caeca Tonsil
Trakea
Pulmo
Limpa
Proventrkulus

Metode
Berikut adalah langkah kerja yang dilakukan dalam mendapatkan spesimen dari
sampel, diantaranya :
1. Sampel berupa ayam dibasahi terlebih dahulu dengan air
2. Sampel ayam disembelih terlebih dahulu menggunakan pisau
3. Darah ditampung di dalam baskom
4. Kemudian perlahan kulit dibuka dengan scalpel steril dan gunting steril
5.

Diamati perlahan perubahan yang terjadi pada organ yang terlihat sangat mencolok
yang dapat mendukung dugaan awal terhadap suatu penyakit

6. Setelah terlihat organ yang mengalami perubahan maka dilakukan isolasi terhadap
organ

7. Organ diambil kemudian dilakukan penggerusan organ dengan mortar steril


8. Organ yang telah digerus dicampur dengan PZ yang telah ditambah dengan antibiotik
dan pasir kuarsa
9. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus steril,
10. Sentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm
11. Buang supernatan, lalu campur suspensi organ
12. Kemudian mulai dilakukan isolasi virus
Isolasi virus dilakukan pada TAB (Telur Ayam Berembrio) yang berumur 10 hari.
Berikut adalah tahapan Isolasi virus pada TAB ( Telur Ayam Berembrio) :
1.

Menentukan letak dilakukan injeksi virus pada TAB


Organ
Caeca tonsil
Ayam

Trakea

Letak
Injeksi
c.all
c.all

Dx
ND
ND, IB

CAM
ILT
Pulmo
c.all
IB, ND
Limpa
c.all
ND
Proventrikulus
c.all
ND
2. Virus diinjeksikan ke TAB, ada beberapa tempat untuk menginjeksikan virus, yaitu
pada cairan allantois dan pada selaput chorioallantois.
Berikut adalah cara inokulasi virus pada TAB:
2.4.1

Inokulasi pada cairan allantois


Umur TAB yang digunakan adalah 8-10 hari. Contoh virus yang dapat

ditanam dengan cara ini antara lain : virus New Castle Disease, virus Avian Influenza,
Virus Infectious Bronchitis, Virus egg Drop Syndrome dan lain-lain.
Cara kerja :

Dengan bantuan lampu peneropong, beri tanda x dengan pensil antara ruang hawa
dan isi telur.

Kulit telur pada daerah ruang hawa (+ 3-5 mm dari tanda batas ruang hawa)
dibuat lubang dengan bor/paku.

Melalui lubang paku, masukkan jarum spuit sedalam + 1 cm sejajar dengan


sumbu panjang telur.

Suntikkan suspense virus sebanyak 0,2 ml.

Setelah disuntik, lubang paku ditutup dengan paraffin atau selotip.

Telur dieramkan pada suhu 37C selama 48 jam atau lebih dengan posisi vertical
(ruang hawa disebelah atas).

Pengamatan dilakukan setiap hari, apabila embrio mati sebelum 24 jam, telur
dibuang. Telur yang embrionya mati lebih dari 24 jam atau yang masih hidup
sampai akhir pengamatan, dimasukkan dalam almari es untu pengamatan.

Pecah pada daerah ruang hawa dan dilakukan pegujian terhadap cairan alantois
atau perhatikan adanya perubahan pada embrio.

2.4.2

Inokulasi pada selaput khorioallantois


Umur embrio yang digunaan adalah antara 10-13 hari, sedang virus yang dapat

ditanam dengan cara ini antara lain : Virus cacar, Virus Herpes (Infectious
Laryngotracheitis), Aujezky, virus Infectious Bursal Disease, virus Viral Arthritis dan
sebagainya.
Cara kerja :

Beri tanda batas ruang hawa serta perhatikan letak embrio dan pembuluh
darahnya.

Pada kulit dekat embrio diberi tanda segitiga dengan pensil dan dihindarkan dari
pembuluh darah besar.

Dengan alat bor gigi, tanda segitiga pada kulit telur dikerat, jangan terlalu dalam
mengerat kulit telur agar tidak melukai selaput khorioallantois.

Bentukan segitiga pada kulit telur diangkat, sehingga terlihat selaput telurnya.

Buat lubang dengan paku pada titik pusat kulit telur yang membatasi daerah
ruang hawa. Udara dikeluarkan dari ruang hawa dengan menggunakan pipa
penghisap/bulb;

Dengan jarum spuit, selaput telur pada lubang segitiga dibuat robekan kecil.
Suspense virus diteteskan sambil udara terus dihisap melalui lubang paku pada
ruang hawa. Bila udara disedot dari ruang hawa, maka selaput khorioallantois
menjadi turun, sehingga diperoleh permukaan yang lebih luas sebagai tempat
inokulasi virus. Teteskan suspense virus sebanya 0,1-0,2 ml

Tempatkan potongan kulit telur segitiga pada tempat semula dan ditutup dengan
paraffin/selotip. Begitu pula lubang paku pada ruang hawa juga ditutup dengan
paraffin/selotip

Telur diinkubasikan pada suhu 37C selama 4-5 hari

Setelah masa inkubasi lewat, telur dipecah dan dilihat adanya bintil-bintil putih
pada selaput khorioallantois. Bintil-bintil yang terbentuk adalah koloni virus yang
lazim disebut pock.
Tahapan proses pemeriksaan Uji Hemaglutinasi (Hemaglutination Test) pada

inokulasi TAB diantaranya :

Isi mikroplate dengan 0,025 ml PZ mulai lubang 1 12 hingga baris ke XII

Isi lubang 1 baris baris I XII dengan antigen dari cairan allantois TAB sebanyak
0,025 ml

Campurkan Antigen dan PZ pada lubang , kemudian lakukan pengenceran


dimulai dari lubang 1 lalu dipindahkan ke lubang berikutnya hingga lubang 11
dan lubang digunakan sebagai control eritrosit (tanpa antigen)

Isi semua lubang dengan 0,05 ml eritrosit ayam 0,5 %

Inkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit, kemudian dibaca titernya.


(pembacaannya titer sebaiknya dibandingkan dengan control eritrosit)

Perhitungan titer antibody pada uji HA dimaksudkan untuk menentukan titer


standart sebagai syarat untuk melanjutkan uji HI (Hemaglutinin Inhibition Test)
Tahapan Uji Hambatan Hemaglutinasi atau HI Test Mikroteknik Terhadap

Virus ND
Cara kerja

Isi lubang mikroplat dengan 0,025 ml PZ dari lubang no. 1 12 hingga kolom F.

Isi lubang kolom A - F dengan antiserum ND sebanyak 0,025 ml hingga lubang


ke 10.

Campurkan Antiserum ND dan PZ pada lubang , kemudian lakukan pengenceran


dimulai dari lubang 1 lalu dipindahkan ke lubang berikutnya hingga lubang 10
dan lubang 11 dan 12 digunakan sebagai control eritrosit (tanpa antigen). Lubang
ke 11 digunakan untuk control antigen sedangkan pada lubang ke 12 digunakan
untuk control eritrosit.

Isi lubang dengan antigen yang berasal dari cairan alantois TAB sebanyak 0,05 ml
hingga lubang ke 11

Inkubasi di suhu kamar 37 selama 20 30 menit

Tambahkan eritrosit sebanyak 0, 05 ml pada lubang 1 hingga 12

Inkubasi pada suhu kamar 37o selama 20 30 menit

BAB III
HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Gejala klinis ayam
Gejala yang tampak pada ayam diantaranya adalah :
Terdapat discharge nasal
Wajah membengkak
Mata tertutup
Lemas
Menjulurkan lehernya ketika bernafas
Inokulasi specimen pada TAB
Sampel

Spesime
n
C. Tonsil

Trakea

Dx sementara

Inokulas
i

Diduga ND

C. all

Diduga ND

C. all

Diduga IB

C. all

Diduga ILT

CAM

Ayam
Diduga ND

C. all

Diduga IB

C. all

Pulmo

Limpa

Diduga ND

C. all

Proven

Diduga ND

C. all

TAB

Titer

Pengenceran Ag

TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3
TAB 1
TAB 2
TAB 3

Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 25
Titer 25
Titer 25
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28
Titer 28

0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ

0,1Ag + 0,7 PZ
0,1Ag + 0,7 PZ
0,1Ag + 0,7 PZ

0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ
0,05 Ag + 3,15 PZ

Berikut adalah hasil dari uji HA dan HI mikroteknik untuk menegakkan hasil
diagnose penyakit ND (Newcastle Disease)
Organ

Titer antibody
uji HA

Hasil Uji HI

Proventrikulu
Titer 22
+
s
Caeca Tonsil
Limpa
Titer 22
+
2
Trakea
Titer 2
+
2
Pulmo
Titer 2
Negative
Nb : (+) artinya terjadi hambatan pada proses aglutinasi
Ayam

Berikut adalah hasil dari pengamatan untuk diagnose awal gejala penyakit IB
(Infectious Bronchitis) pada TAB yang telah diisolasi virus IB dan telah diinkubasi selama
5 hari :
Organ
Caeca Tonsil
Ayam

Trakea
Pulmo
Limpa
Proventrikulus

Letak
injeksi
c.all
c.all
CAM
c.all
c.all
c.all
c.all
c.all

Dx

Hasil inkubasi TAB

ND
ND
ILT
IB
ND
IB
ND
ND

Positive
Positive
Negative
Negative
Negative
Negative
Positive
Positive

Px

3.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan pada pembelajaran diagnosa di laboratorium virologi adalah
ayam yang diambil dari Pasar Pecindilan. Sampel ayam yang telah didapatkan tersebut
diamati terlebih dahulu atas gejala klinis yang tampak serta dilakukan pengamatan kelainan
yang tampak secara patologis.
Pada ayam tampak gejala klinis adanya leleran pada hidung, wajah bengkak, mata
tertutup, ayam kesulitan bernafas, dan saat bernafas selalu menjulurkan kepala sehingga
dugaan awal yang tampak hanya merujuk pada penyakit ND (Newcastle Disease), ILT
(Infectious LaringoTracheitis) serta IB (Infectious Bronchitis). Kemudian ayam dilakukan uji
virologic dengan cara mengambil spesimen yang diduga mengandung Antigen ND, IB dan
ILT, spesimen yang diambil berupa organ trakea, pulmo, limpa, caeca tonsil dan

proventrikulus, dimana pada organ tersebut tampak perubahan secara makroskopis misalnya
pada caeca tonsil terdapat ptechie. Spesimen yang diduga mengandung antigen ND dan IB
diinokulasi pada TAB (Telur Ayam Bertunas) melalui cairan allantois sedangkan specimen
yang diduga mengandung antigen ILT diinokulasi pada TAB melalui Chorioallantois
Membrane (CAM). Telur Ayam Bertunas yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi selama
5 hari. Saat masa inkubasi terdapat kematian TAB pada umur 10 hari, dilakukan uji HA
pada TAB di masing masing specimen yang diduga ND. Setelah didapatkan hasil dari uji HA,
specimen yang bernilai positif dilanjutkan untuk uji berikutnya yaitu uji HI. Specimen yang
bernilai positif diantaranya adalah sebagai berikut: proventrikulus dan caeca tonsil, Limpa,
dan trakea. Uji HI dilakukan untuk mengetahui virus yang spesifik dapat menghambat
hemaglutinasi. Pada uji HI tampak adanya hambatan aglutinasi dalam 38 well pada
mikroplate. Oleh karena itu ayam positif pernah terpapar ND.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Bedasarkan perhitungan titer antibodi yang dilakukan melalui beberapa tahapan uji
virologic dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel ayam menderita penyakit ND (Newcastle
Disease). Hal tersebut ditandai pada uji HI terjadi hambatan terhadap aglutinasi. Selain itu
ditandai dengan adanya perdarahan pada embrio TAB. menunjukkan hasil positif virus ND
pada inokulasi dari specimen proventrikulus dan caeca tonsil, trakea dan limpa dari ayam
yang diduga ND sehingga dapat disimpulkan bahwa Virus ND yang menyerang ayam
tersebut bersifat Respirotropik-viscerotropik Mesogenik

Anda mungkin juga menyukai