Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SGD KELOMPOK 4

KEPERAWATAN HIV & AIDS

Ketua : Jusi Miranti 30901900092

Sekretaris : Ika Erlinda 30901900085

ANGGOTA :

1. Achmad Ulil Albab 30901900006


2. Ajeng Fio Agnes 30901900014
3. Devi Oktaviani 30901900047
4. Dias Ayu Pramita 30901900054
5. Muhammad Aulia Akbar 30901900152
6. Nadia Chosida Noviyani 30901900133
7. Nurul Intan Sofiati 30901900164
8. Rachma Dwi Widyastuti 30901900172
9. Sheila Festalia 30901900206
10. Sisca Rosyabella 30901900213
11. Zuhandika 30901900249

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2021

(UNISSULA)
STEP 1

Kata sulit :

1. Ronchi basah (Rachma Dwi)

2. ELISA(sisca)

3. Homosex (jusi)

4. Klinik VCT (Nadia)

5. Tes CD4 (Devi)

6. Profilaksis (ulil)
STEP 2

Pertanyaan :

1. Apa pengertian dari hiv/aids? (sisca)

2. Apa etiologi dari kasus tersebut ? (Sheila)

3. Bagaimana patofisiologi dari kasus tersebut ? (Nadia)

4. Apa Tanda dan Gejala Hiv Aids ? (dias)

5. Apa saja faktor resiko Hiv Aids ? (Ajeng Fio)

6. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus tersebut ? (Devi)

7. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut ? (Sheila)

8. Apa manifestasi klinis dari kasus tersebut ? ( jusi)

9. Bagaimana diagnosa keperawatan pada kasus tersebut ? (sisca)

10. Bagaimana cara penularan Hiv ? ( ulil )

11. Bagaimana cara penanggulangan dari penyakit HIV Aids ? (Ika)

12. Sebutkan fase atau stadium dari kasus HIV Aids ? (Nadia)

13. Mengapa distress berkepanjangan dapat mempengaruhi kekebalan tubuh ? (Rachma Dwi)

jelaskan mekanisme perubahan sistem imun saat tubuh mengalami distress

14. Apakah ibu hamil akan menularkan virus tersebut kepada calon bayinya ? ( Akbar)

15. apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan bio psiko sosio kultural spiritual pada

pasien HIV/AIDS?

16. sebutkan jenis latihan atau olah raga yang baik untuk pasien HIV/AIDS?

17. bagaimana intervensi dari kasus tersebut ?

18. jelaskan mekanisme perubahan sistem imun saat tubuh mengalami distress ?
STEP 3
Jawaban kata sulit :
1. Ronki basah merupakan cakupan dari bunyi napas. Bunyi ini dapat digambarkan sebagai suara
krekels (crackles) atau rales. Ronki basah berupa suara berisik dan putus-putus akibat pertemuan
aliran udara dan cairan. (Jusi)

2. Enzyme-linked immunosorbent assay ELISA adalah teknik assay yang berbasiskan


plat/lempeng yang dirancang untuk mendeteksi dan kuantifikasi peptida, protein, antibodi dan
hormon. Pada ELISA, antigen harus diimobilisasi ke permukaan yang solid dan kemudian
ditambahkan antibodi yang berikatan dengan enzim. (Jusi)

3. Homoseksual adalah istilah untuk mendeskripsikan identitas seksual seseorang yang tertarik
secara personal, emosional, atau seksual kepada orang lain yang berjenis kelamin sama
dengannya. ( Nurul intan)

4. Klinik vct adalah klinik pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara
konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepda ODHA, keluarga dan lingkungannya.(Rachma
Dwi)

5. Tes CD4 adalah tes darah untuk menentukan seberapa baik kondisi sistem imun orang yang
telah didiagnosis terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan berfungsi untuk
mengukur jumlah sel CD4 positif (CD4 +). (Nadia Chosida)

6. Profilaksis berarti pencegahan infeksi dengan obat. Pajanan adalah peristiwa yang
menimbulkan risiko penularan. Jadi profilaksis prapajanan (atau PPrP) berarti penggunaan obat
untuk mencegah infeksi sebelum terjadi peristiwa yang berisiko. (Sheila)
Jawaban pertanyaan :

1. Pengertian hiv/aids : Pengertian HIV/AIDS. HIV (human immunodeficiency virus) adalah


virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan
diserang berbagai penyakit. (Sheila)

2. Etiologi pada kasus :


Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV & AIDS dapat menyerang semua golongan umu, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah:
- Lelaki homoseksual atau biseks.
- Orang yang ketagian obat intravena
- Partner seks dari penderita AIDS
- Penerima darah atau produk darah (transfusi).
- Bayi dari ibu/bapak terinfeksi. (Dias)

3. Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam
tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,
semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang
terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan. (Ajeng Fio)

4. Tanda Gejala pada Kasus tersebut yang memperkuat dokter mendiagnosa klien menderita HIV
adalah
- Ditemukannya hasil pemeriksaan antibody serum menggunakan ELISA
- Hasil reaktif
- Tes CD4 165 mm3 darah dan
- Nampak kesan TB paru pada x-ray thorax.
- Kemudian saat wawancara diketahui pasien mempunyai faktor resiko homosex, riwayat
pengguna narkoba jenis suntik dan tatto. Selain itu gejala daya tahan tubuh mulai menurun ,
Demam, batuk berdahak, berkeringat pada malam hari,badan lemas. (ulil)

5.Faktor Resiko HIV/AIDS


-Perilaku berisiko tinggi
a. Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
b. Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum secara bersama tanpa sterilisasi
yang memadai.
c. Hubungan seksual yang tidak aman : multi partner, pasangan sex individu yang di ketahui
terinfeksi HIV, kontaks seks per anal, homosex
-Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
-Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa penapisan
-Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak disterilisasi.
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensi mengandung
virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. (Nadia Chosida)

6. Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan


memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin
berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum
terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian,
terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi
aktivitas HIV dalam tubuh  penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama
CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.(Sisca)
7. Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan HIV
a. Skrining HIV
Untuk mengetahui tingkat resiko infeksi dan juga pola hidup kesehraian, apakah memang benar
faktor resiko tinggi untuk menderita penyakit HIV.
b. Tes Serologi/Tes Antibody
-Rapid test
-Tes ELISA
c. Tes Konfirmasi
-Wastern blot
-Indirect Fluorescent Antibody(IFA)
d. Deteksi Virus
-Antigen P24
-Viral load/PCR
-Pemeriksaan Infeksi Oportunistik
a. Hitung sel T CD4
Pemeriksaan sel CD4 ini dilakukan apabila pasien ada gejala infeksi oportunistik, untuk melihat
apakah pasien memerlukan pencegahan kotrimoksasol.
b. Viral load (VL)
Di periksa setelah pasien minum obat ARV 6 bulan kemudian.Dan seharusnya viral load sudah
tidak terdeteksi.Jika viral load kurang dari 1000 sudah menunjukan pengobatan baik. Namun jika
viral load lebih dari 1000 maka harus dilakukan pengulangan lagi apakah terjadi adanya
resistensi obat. Viral load adalah jumlah virus yang ada didalam darah. (Rachma Dwi)

8. Manifestasi klinis
penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
a.) Penderita asimotomatik tanpa gejala yang sering pada inkubasi yang berlangsung antara 7
bulan sampai 7 Tahun Lamanya.
b.)ARC dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem imun atau kekebalan.
c.)PGL dengan gejala limfadenopati umum.
d.)full bown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat merupakan
dialog kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali,spelenomegali,dan kandidiasis oral yang
disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi.
Gejala mayor:
1.) Batuk menetap>10% dalam satu bulan.
2.) Diare kronik berlangsung Kurang 1 bulan
3.)demam berkepanjangan >1 bulan
4.) Penurunan kesadaran
5.) demensia /HIV ensefalopati
Gejala minor
1.)Batuk menetap >1 bulan.
2.)dermatitis generalis
3.)herpes zooster multisegmental yang berulang
4.)kandidiasi orofaringel
5.)herpes simpleks kronis progresif
6.)limfadenopati generalista
7.)infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
8.)retinitas cytomegalovirus(Sisca)

9. Diagnosa :

- Tidak efektif koping keluarga b.d cemas tentang keadaan yang orang dicintai D.0096

- Resiko tinggi infeksi b.d imunosipresi D.0142

- Ansiestas b.d ganggu konsep diri D.0080. (Dias)

10. Penularan hiv aids adalah sebagai berikut :


- melalui darah. Misalnya : transfuse darah, terkena darah hiv pada kulit yang terluka jarum
suntik
- melalui cairan semen/air mani ( sperma atau peju pria). Misalnya : seorang pria berhubungan
badan dengan pasanganya tanpa menggunakan kondom atau pengamanan lainya.
- melalui cairan vagina pada Wanita. Misalnya : Wanita yang berhubungan badan tanpa
pengaman, pinjan meminjam alat bantu seks, oral sex.- melalui susu ibu (ASI). Misalnya : bayi
meminum ASI dari Wanita yang positif HIV
- Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung virus HIV pada penderita HIV positif antara lain
saliva, ( air liur atau air ludah ), fases ( kotoran atau tinja), air mata, air keringat, dan urin ( air
seni atau air kencing ). (Ika)

11. Penanggulangan HIV/AIDS


A. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang.
B. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di
Indonesia.
C. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan meniperkukuh ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
D. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk
memantapkan perilaku yang tidak memberikan kesempatan penularan dan merubah perilaku
yang beresiko tinggi.
E. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindung diri dan orang
lain terhadap infeksi HIV/AIDS.
F. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan
martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya. ( Intan )

12. Ada 4 fase atau stadium pada HIV Aids yaitu :


a. Stadium 1 (asimtomatis)
b. Stadium 2 (ringan)
c. Stadium 3 (lanjut)
d. Stadium 4 (berat) (Devi)
Fase 1 Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi.
Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini
antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan b
b.Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah positif
HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada2 orang lain. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala –gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala – gejala yang
berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus,
pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang
dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik
yaitu TBC, infeksi paru –paru yang menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas,
kanker,khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan
diare parah berminggu – minggu (ulil)

13. Mengapa distress berkepanjangan dapat mempengaruhi kekebalan tubuh? :


Karena stress psikologis yang berlangsung dalam jangka panjang dan kronis, dapat menyebabkan
kadar hormon kortisol dan kortikosteroid terus menerus tinggi, sehingga mengakibatkan
resistensi atau kekebalan terhadap hormon kortisol dan mengganggu efek antiinflamasi dari
sistem imunitas tubuh.(Dias)
14. Seorang ibu hamil yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus tersebut
pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV/AIDS paling mudah ditularkan
melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari
darah melalui tali plasenta (jusi)

15. PEMERIKSAAN FISIK :


Tidak ada gejala fisik spesifik pada infeksi HIV, gejala ringan mungkin muncul pada masa
serokonversi berupa flu-like syndrome, dan pada kondisi yang lebi berat dapat ditemukan tanda-
tanda infeksi oportunistik:
-Keadaan umum tampak sakit berat
-Ruam-ruam pada kulit
-Oral thrush
-Gangguan pernafasan
-Herpes berulang
-Gizi buruk (wasting syndrome)
-Tuberkulosis ekstra paru
PSIKOLOGI :
-shock ( kaget, goncangan batin)
- mengucilkan diri
- membuka status secara terbatas
- mencari orang lain yang HIV positif untuk berbagi rasa
- status khusus perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus
- perilaku mementingkan orang lain komitmen dan kesatuan kelompok
- penerimaan integrasi status positif hiv dengan identitas diri
SPIRITUAL :
- menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
- pandai mengambil hikmah
- ketabahan hati
KULTURAL:
Faktor budaya berkaitan dengan fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu rumah
tangga yang "baik-baik" tertular hiv /aids dari suaminya yang sering melakukan hubungan
seksual selain dengan istrinya. (Jusi )

16. jenis olahraga aerobik yang bisa dijadikan pilihan adalah joging, lari, berenang, dan
bersepeda. Para ahli menyarankan para penderita HIV/AIDS untuk berolahraga 30 menit dalam
sehari sebanyak lima kali seminggu. Jika terlalu berat, Anda dapat melakukannya secara
bertahap, hingga mencapai 150 menit per minggu ( jusi )
17. INTERVENSI :
Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tijauan kasus karena
rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
Diagnosa pertama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan perencanaan penulis yaitu : Kaji adanya alergi makanan, Monitor
adanya penurunan berat badan,Monitor adanya mual, muntah dan diare, kolaborasi dengan
dokter untuk pemasangan NGT, Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, Monitor kadar
albumin, Hb dan Ht, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien, Berikan substansi gula, Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan
dengan
ahli gizi.
Diagnosa kedua Nyeri akut b.d agen injuri fisik perencaan penulis yaitu : lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi,control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan,ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi,berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri,ajarkan teknik relaksasi
Diagnosa ketiga Intoleransi aktifitas b.d penurunan kekuatan otot, perencanaan penulis
yaitu : Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan,
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, Bantu
klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera, Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi, Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, Latih
pasien dalam pemenuhan kebutuhan, ADLs secara mandiri sesuai kemampuan, Dampingi dan
Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan, ADLs pasien.Berikan alat bantu jika
klien memerlukan, Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan. ( jusi )
18. mekanisme perubahan sistem imun saat tubuh mengalami distress adalah :
- Pelepasan Kortikosteroid, berfungsi untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stress,
membantu perkembangan otot, memicu hati untuk melepaskan gula yang memberi energi untuk
menghadapi stressor yang mengancam atau situasi darurat. Juga membantu tubuh
mempertahankan diri dari reaksi alergi atau inflamasi.
- Pelepasan Epinefrin dan norepinefrin, berfungsi untuk menggerakkan tubuh menghadapi
stressor dengan meningkatkan kerja jantung, dan menstimulasi hati untuk melepas cadangan
glukosa.
- Peningkatan kerja jantung, sistem pernapasan, dan tekanan darah
- Darah mengalir dari organ dalam menuju otot sketlatal (otot rangka tubuh)
- Pencernaan terhambat
- Pelepasan gula oleh hati
- Kemungkinan terjadi penggumpalan darah meningkat.
STEP 4

Mapping

HIV/AIDS

Definisi Etiologi Patofisiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus HIV (human


adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh dengan retro yang disebut human immunodeficiency virus)
menginfeksi dan menghancurkan immunodeficiency virus (HIV). HIV & dimulai dari transmisi virus ke
sel CD4. Jika makin banyak sel AIDS dapat menyerang semua golongan dalam tubuh yang
CD4 yang hancur, daya tahan
umu, termasuk bayi, pria maupun menyebabkan infeksi yang
tubuh akan makin melemah
sehingga rentan diserang berbagai wanita. Yang termasuk kelompok resiko terjadi dalam 3 fase:
penyakit. tinggi adalah:
serokonversi, asimtomatik, dan
- Lelaki homoseksual atau biseks.
acquired immunodeficiency
- Orang yang ketagian obat intravena
syndrome (AIDS).
- Partner seks dari penderita AIDS

Tanda dan Gejala Penatalaksanaan Faktor Resiko HIV/AIDS


- Ditemukannya hasil pemeriksaan adalah dengan memberikan terapi -Perilaku berisiko tinggi
antibody serum menggunakan ELISA antiretroviral (ARV) yang berfungsi -Mempunyai riwayat infeksi
- Hasil reaktif untuk mencegah sistem imun semakin menular seksual
berkurang yang berisiko mempermudah
- Tes CD4 165 mm3 darah dan timbulnya infeksi oportunistik. Hingga -Riwayat menerima transfusi
- Nampak kesan TB paru pada x-ray kini, belum terdapat penatalaksanaan darah berulang tanpa penapisan
thorax. yang bersifat kuratif untuk menangani
infeksi HIV.
- Kemudian saat wawancara diketahui
pasien mempunyai faktor resiko Diagnosa :
homosex, riwayat pengguna narkoba
jenis suntik dan tatto. Selain itu gejala - Tidak efektif koping keluarga b.d cemas tentang keadaan yang orang
daya tahan tubuh mulai menurun , dicintai D.0096
Demam, batuk berdahak, berkeringat
pada malam hari,badan lemas - Resiko tinggi infeksi b.d imunosipresi D.0142

Anda mungkin juga menyukai