Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN SPIRITUALITAS PERAWAT DAN KOMPETENSI ASUHAN SPIRITUAL

Hana Nur Arini1, Wastu Adi Mulyono2, Ida Susilowati3


1Akademi Perawatan Pemerintah Kota Tegal
2Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
3 RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Email: lophenaa_lophenii@yahoo.co.id

ABSTRACT
6SLULWXDO FDUH LV UHODWHG WR QXUVHV¶ VSLULWXDOLW\ 0DQ\ IDFWRUV LQIOXHQFH QXUVHV¶ behavior in
DGGUHVVLQJ SDWLHQWV¶ VSLULWXDO QHHG 0DVWHULQJ VHOI-spirituality will empower nurses
WKHPVHOYHV WR PHHW SDWLHQWV¶ VSLULWXDO QHHGV A cross-sectional study was implemented to
investigate 59 nurses selected randomly at a type B hospital in Central Java. Assessing
QXUVHV¶ spirituality used modified questioner. Measuring spiritual care competences exploit
SCC scale. Both modified questioners were tested and the realibilities reached 0.936 and
0.937 respectively. Spearman's rank correlation test was selected to examine the
relationship. 5HVXOWV LQGLFDWHG WKDW PRVWO\ QXUVHV¶ VSLULWXDOLW\ DQG QXUVHV¶ VSLULWXDO
competency (47.45) was good and very good. Spearman's rank showed significant and fair
positif correlation between both variable (r+:0.504; p=0.000). It concluded that tKH QXUVHV¶
perception on value of spirituality contributes on developing personal and professional
capabilities to deliver spiritual care. Following research need to investigate ways to nourish
and to develop both spirituality and spiritual care competence.
Keywords: commitment, competency, education; professionalism, spiritual

ABSTRAK
Asuhan spiritual berkaitan dengan spiritualitas perawat. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku perawat dalam memberikan asuhan spiritual. Menguasai
spiritualitas sendiri akan memberdayakan diri perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual
pasien. Penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan spiritualitas dengan kompetensi
spiritual perawat. Studi cross-sectional dirancang untuk menginvesitigasi 59 perawat yang
dipilih secara simple random sampling di sebuah rumah sakit tipe B di Jawa Tengah.
Kuesiner modifikasi Spiritualitas perawat diukur menggunakan kuesioner modifikasi Utomo,
dan kompetensi spiritual diukur dengan modifikasi kuesioner SCC Van Leuween. Kedua
kuesioner diuji dan reliabilitasnya mencapai 0.936 and 0.937 secara berurutan. Spearman¶V
Rank dipilih untuk menguji korelasi. Hasil investigasi menunjukkan spiritualitas perawat
paling banyak (50.8%) baik dan kompetensi spiritual perawat (47.45%) adalah bagus dan
sangat bagus. Spearman's rank menunjukkan adanya hubungan sedang positif yang
bermakna antara kedua variabel (r: +0,504; p: 0,000). Disimpulkan bahwa persespsi perawat
terhadap nilai spiritual berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan professional
untuk memberikan asuhan spiritual. Riset selanjutnya perlu mengkaji berbagai cara untuk
memupuk dan mengembangkan baik spiritualitas maupun kompetensi asuhan spiritual.
Kata kunci: komitmen, kompetensi, pendidikan, profesionalisme, spiritual

130
PENDAHULUAN perawat mempengaruhi kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan spiritual
Perawat, sebagai tenaga kesehatan yang
pasien, membentuk hubungan, dan
professional, berkesempatan besar untuk
kemudian membantu pasien dengan
memberikan pelayanan kesehatan. Hal
kebutuhan perawatan kesehatannya
tersebut, terutama dalam pemberian
(Potter & Perry, 2005).
asuhan keperawatan yang komprehensif
untuk membantu pasien memenuhi Kompetensi perawat merupakan
kebutuhan dasar yang holistik. suatu hal yang sangat penting bagi
Kebutuhan sebagai makhluk kesuksesan pelayanan yang dimiliki
biopsikososial dan spiritual yang rumah sakit untuk memberikan kepuasan
berespon secara holistik dan unik pada pasien dalam memperoleh
terhadap perubahan kesehatannya. pelayanan asuhan keperawatan yang
Perawat tidak dapat mengabaikan maksimal (Muchson, 2012). Salah satu
aspek spiritual yang sudah menjadi kompetensi perawat yang cukup penting
bagian utuh dari interaksi perawat adalah kompetensi asuhan spiritual
dengan pasien (Hamid, 2008). pasien. Kompetensi perawat dalam
konteks asuhan spiritual adalah paralel
Pasien sangat mungkin memiliki
dengan proses keperawatan, yaitu
masalah psikososial atau keadaan yang
melakukan pengkajian, merumuskan
mengancam status kesehatannya seperti
diagnosa keperawatan, menyusun
cemas menghadapi operasi, atau
perencanaan dan intervensi keperawatan
hubungan yang kurang mendukung
serta mengevaluasi kebutuhan spiritual
dengan kerabat. Untuk mempertahankan
pasien.
atau meningkatkan kesehatan pasien,
perawat sebaiknya memperhatikan semua Studi pendahuluan melalui
aspek yang ada dalam diri pasien. wawancara dengan kepala seksi
Pendekatan holisitik memberikan keperawatan dan beberapa perawat
perhatian pada fungsi spiritual pasien yang pelaksana teridentifikasi penerapan
akan mempengaruhi keadaan sejahtera asuhan spiritual kepada pasien yang
pasien. Individu dikuatkan melalui ³VSLULW´ belum memuaskan. Pemenuhan
mereka, yang mengakibatkan peralihan ke kebutuhan spiritual pasien diperoleh dari
arah kesejahteraan. Pengaruh spiritualitas tim pembinaan kerohanian Islam yang
terutama sangat penting selama periode berjumlah 4 orang. Spesifikasi tugas tim
sakit. Ketika sakit, kehilangan, atau nyeri adalah memberikan santunan rohani bagi
mempengaruhi seseorang, energi pasien yang sedang rawat inap
orang tersebut menipis, dan spirit berdasarkan pesan dari perawat ruangan
orang tersebut akan terpengaruhi (Potter maupun dilihat dari kebutuhan pasien itu
& Perry, 2005). sendiri.
Individu mencapai tahap METODE PENELITIAN
perkembangan yang berbeda, bergantung Penelitian ini menggunakan rancangan
pada karakteristik individual dan cross-sectional. Dua variabel ordinal yaitu
interpretasi tentang pengalaman dan spiritualitas dan kompetensi asuhan
pertanyaan dalam kehidupan. Konsep spiritual dikorelasikan. Analisa data
perkembangan spiritualitas ini penting menggunakan uji Spearman Rank untuk
dalam memahami spiritualitas pasien dan mengetahui hubungan spiritualitas
bagaimana kematangan spiritualitas

131
dengan kompetensi asuhan spiritual.
Data diambil bulan Februari-Maret 2013. Tabel 1. Karakteristik Responden (n=54)
Populasi penelitian ini adalah seluruh
perawat pelaksana ruang rawat inap Karakteristik n Persen
berjumlah 146 orang. Teknik simple Responden (%)
random sampling digunakan untuk Umur (tahun)
menyeleksi sampel 59 perawat pelaksana 20-40 55 93,2
untuk menjadi responden. 41-65 4 6,8
>65 0 0
Instrumen pengumpulan data
berupa kuesioner. Kuesioner spiritualitas Jenis kelamin
merupakan adopsi dan modifikasi dari Laki-laki 13 22,0
kuesioner spiritualitas Utomo (2011), dan Perempuan 46 78,0
kuesioner kompetensi asuhan spiritual Tingkat pendidikan
diadopsi dan dimodifikasi dari spiritual care SPK 0 0
competence scale dari Leeuwen et al D3 41 69,5
(2008). Kedua instrumen dilakukan uji S1 18 30,5
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu Masa kerja
sebelum digunakan. Setelah <1 tahun 4 6,8
pengumpulan data, instrumen diuji 1-5 tahun 19 32,2
kembali untuk memperoleh data yang 5 tahun 36 61,0
valid. Hanya butir-butir yang valid saja
yang dilanjutkan dalam analisis data.
Hasil uji validitas untuk kuesioner Usia
spiritualitas terdapat 28 item pernyataan
Sebagian besar responden pada
yang valid dengan reliabilitas 0,936.
kelompok usia dewasa awal. Heber
Sedangkan pada kuesioner kompetensi
(dalam Rohman, 2009) menyatakan
asuhan spiritual diperoleh 18 item
bahwa pada rentang usia 25-38 tahun
pernyataan yang valid dengan reliabilitas
yang termasuk dalam rentang dewasa
0,937.
awal/muda, bahwa pada usia ini
HASIL DAN PEMBAHASAN telah benar-benar mengetahui konsep
Gambaran Umum benar dan salah, menggunakan
keyakinan moral, agama dan etik
Sebagian besar responden sebagai dasar dari sistem nilai, sudah
(93,2%) merupakan kelompok dewasa merencanakan kehidupan, mengevaluasi
awal ( 20-40 tahun). Mayoritas responden apa yang sudah dikerjakan terhadap
adalah perawat perempuan yaitu 78,0%. kepercayaan dan nilai spiritualitasnya.
Sebagian besar responden memiliki Tuck & Lyn (dalam Djewarut, 2008)
pendidikan keperawatan terakhir tingkat menyatakan adanya kecenderungan
D3 yaitu 69,5%, lainnya berpendidikan S1 semakin tua usia perawat semakin tuanya
yaitu 30,5%, dan tidak ada perawat yang orang perhatian terhadap aspek spiritual.
berpendidikan SPK. Responden pada Hal ini dimungkinkan dengan semakin
penelitian ini paling banyak memiliki masa bertambahnya usia, perhatian terhadap
kerja lebih dari 5 tahun yaitu 61,0%, masa aspek spiritual semakin meningkat
kerja 1-5 tahun yaitu 32,2%, dan masa disebabkan sebagai upaya memperbaiki
kerja kurang 1 tahun yaitu 6,8% (Tabel 1). diri dan permohonan ampunan.

132
Usia berkaitan erat dengan sehingga akan dapat membantu dalam
tingkat kedewasaan atau maturitas, yang meningkatkan kinerjanya dalam
berarti bahwa semakin meningkat usia memberikan asuhan keperawatan
seseorang akan semakin meningkat pula kepada pasien (Rozulaina, 2008).
kedewasaannya atau kematangannya
Masa Kerja
baik secara teknis, maupun psikologis,
serta akan semakin mampu Masa kerja responden paling
melaksanakan tugasnya. Usia yang banyak adalah pada masa kerja lebih dari
semakin meningkat akan meningkatkan 5 tahun. Semakin lama masa kerja
pula kemampuan seseorang dalam seseorang dalam bekerja maka semakin
mengambil keputusan, berpikir rasional, banyak pengetahuan dan pengalaman
mengendalikan emosi, toleran, dan yang dimilikinya, mempunyai kesempatan
semakin terbuka terhadap pandangan yang besar untuk meningkatkan
orang lain (Utami dan Supratman, 2009). produktivitas karena mereka sudah
paham mengenai pola kerjanya,
Jenis Kelamin mengetahui lingkungan kerja dengan baik,
Mayoritas responden adalah perawat dan memiliki ketrampilan yang memadai.
perempuan. Dilihat dari sejarah Hal ini dapat membantu dalam
perkembangan keperawatan dengan meningkatkan kinerja seorang perawat
adanya perjuangan seorang Florence (Rozulaina, 2008).
Nightingale sehingga dunia keperawatan Spiritualitas
identik dengan pekerjaan seorang
perempuan. Namun demikian kondisi Spiritualitas perawat merupakan salah
tersebut sekarang sudah berubah, satu variabel utama dalam penelitian.
banyak laki-laki yang menjadi perawat, Tabel 2 menunjukkan gambaran
tetapi kenyataannya proporsi perempuan spiritualitas responden perawat.
masih lebih banyak daripada laki-laki Spiritualitas responden diperoleh skor
(Utami dan Supratman, 2009). yang hampir merata dalam kategori
sangat baik (27,1%), kategori baik
Pendidikan (23,7%), kategori cukup (25,4%) dan
Pendidikan responden terbanyak adalah kategori kurang (23,7%). Jadi jika
pada tingkat pendidikan D3 Keperawatan. diakumulasikan dapat dikatakan bahwa
Tingkat D3 merupakan tingkat lebih dari setengah responden (50, 8%)
pendidikan tinggi. Perawat dengan
pendidikan yang cukup baik akan
melakukan praktik keperawatan yang Tabel 2. Spiritualitas Perawat (n=59)
efektif dan efisien yang selanjutnya akan
Spiritualitas n Persen
menghasilkan pelayanan kesehatan (%)
yang bermutu tingggi. Tingkat Sangat baik 16 27,1
pendidikan yang cukup akan memberikan
kontribusi terhadap praktik keperawatan. Baik 14 23,7
Pendidikan perawat berpengaruh Cukup 15 25,4
terhadap kinerja perawat karena semakin
tinggi pendidikan yang ditempuh semakin Kurang 14 23,7
banyak ilmu pengetahuan serta
ketrampilan yang dimiliki oleh perawat

133
memiliki spiritualitas yang baik dan sangat tumbuhnya spiritualitas di tempat kerja.
baik. Artinya perawat yang bukan hanya
Hasil penelitian menunjukkan dibebaskan mengembangan spiritual
bahwa spiritualitas perawat memiliki skor sendiri, tetapi juga difasilitasi oleh
hampir merata dalam kategori sangat lingkungan kerja dan juga didorong oleh
baik, baik, cukup, dan kurang. pemimpin unit kerjanya.
Responden dengan skor spiritualitas Kompetensi Asuhan Spiritual
sangat baik dan baik sebanyak 30
Kebutuhan spiritual sering disebut dalam
orang. Sedangkan responden dengan
literature keperawtan, meskipun demikian
skor cukup adalah 15 orang. Artinya
penjelasan mengenai kompetensi
lebih dari setengah (50,85%) responden
perawat dalam memberikan asuhan
memiliki skor spiritualitas lebih dari cukup.
spiritual masih belum jelas. Van Leeuwen
Sumiati et al (2007) menjelaskan bahwa
& Cusveller, B. (2004) telah melakuan
seseorang atau individu yang mempunyai
studi comprehensive terhadap literature
spiritualitas yang sangat baik dapat spiritual dan memberikan tiga label
memberikan pengaruh yang positif domain dalam kompetensi asuhan
terhadap pelayanan kesehatan khususnya
spiritual. Pertamwa domain these
adalah perawat. Hal ini terjadi karena
domains awareness and use of self.
pengalaman positif dari kualitas
Domain ini berisi kompetensi yang
spiritualitas yang dirasakan akan
menitikberatkan pada cara perawat
menumpah (spill over) ke lingkungannya
berhubungan dengan para pasien.
(Mulyono, 2011). Mereka akan bercerita
Domain kedua adalah spiritual
pengalaman pencerahan yang diperoleh
dimensions of nursing. Isi dari domain ini
dan refleksi kebahagiaanya dilihat dan
adalah kompetensi-kompetensi yang
dirasakan oleh sejawatnya.
dibutuhkan untuk menangani masalah
Seseorang yang memiliki spiritual dalam setiap tahap dalam proses
spiritualitas tinggi akan memiliki keperawatan. Domain terakhir adalah
kecenderungan untuk tidak menyakiti assurance of quality and expertise. Domin
orang lain, menjaga lingkungan mereka ini berisi kompetensi-kompetensi untuk
dan penuh cinta kasih. Spiritualitas yang menangani kondisi kontekstual untuk
tinggi dapat membantu seseorang untuk menyediakan asuhan spiritual dalam
menentukan langkah dengan baik, akan oraganisasi. Selanjutnya instrument
lebih memaknai hidup, dapat mengambil mengukur kompetensi asuhan spiritual
hikmah dari pengalaman hidupnya, serta dikembangkan. Enam domain dalam
selalu berintrospeksi diri (Wardhani dan instrument spiritual care competence
Wahyuningsih, 2008). Hal tersebut terjadi scale meliputi: pengkajian dan
karena selain memberikan pengalaman implementasi asuhan spiritual
transenden, luaran dari spiritualitas (assessment and implementation of
tersebut memberikan harmoni pada diri spiritual care), profesionalisasi dan
sendiri dan lingkunganya (Pawar, 2009). pengembangan kualitas asuhan
Spiritualitas perawat juga dapat (professionalisation and improving the
quality of spiritual care), dukungan
dipupuk dan dikembangkan dengan
dukungan tempat kerja. Mulyono (2011) personal dan konseling (personal support
melaporkan bahwa fasilitasi dari organisai and patient counseling), rujukan
professional (referral to professionals),
dan kepemimpinan berkontribusi terhadap

134
sikap terhadap spiritualitas pasien konsep kompetensi adalah holistik dan
(DWWLWXGH WRZDUGV WKH SDWLHQW¶V VSLULWXDOLW\), mampu berorientasi terhadap proses
dan komunikas (communication) (van keperawatan. Kesadaran akan konsep ini
Leeuwen, Tiesinga, Middel, Post, & semestinya memberikan pemahaman
Jochemsen (2009). dalam keperawatan bahwa pemberian
asuhan keperawatan hendaknya bersifat
Menggunakan terjemahan dan
komphrehensif atau holistik, yang tidak
modifikasi dari instrument tersebut,
saja memenuhi kebutuhan fisik/biologis
kompetensi asuhan spiritual tergambar
tetapi juga kebutuhan spiritual pasien. Dan
dari hasil penelitian ini. Tabel 3
mampu berorientasi terhadap unit spesifik
menunjukkan kompetensi perawat dalam
seperti asuhan spiritual pada pasien
asuhan spiritual pasien diperoleh skor
hampir merata dalam kategori sangat baik Hubungan Karakteristik Responden
(27,1%), kategori baik (25,4%), kategori dan Spiritualitas
cukup (22,0%), dan kategori kurang
Karakteristik responden dapat
(25,4%). Hasil ini menggabarkan bahwa
menimbulkan variasi terhadap
kompetensi asuhan spiritual perawat
pemahaman spiritualitas. Tabel 4
memiliki skor hampir merata dalam
menunjukkan hubungan karakteristik
kategori sangat baik, baik, cukup, dan
responden meliputi usia, jenis kelamin,
kurang. Responden dengan skor sangat
tingkat pendidikan, dan masa kerja
baik dan baik sebanyak 31 orang,
dengan spiritualitas menunjukkan
sedangkan responden dengan skor cukup
hubungan yang tidak bermakna, sama
sebanyak 13 orang. Artinya mayoritas
halnya dengan hubungan karakteristik
responden memiliki skor kompetensi
responden dengan kompetensi asuhan
asuhan spiritual lebih dari cukup.
spiritual menunjukkan hubungan yang
Meskipun demikian lebih dari tidak bermakna.
seperempat responden meyatakan kurang
Hubungan karakteristik
berkompeten dalam memberikan asuhan
responden meliputi usia, jenis kelamin,
spiritual. Hal ini dapat disebabkan karena
tingkat pendidikan dan masa kerja dengan
keraguan dalam memahami konsep.
variabel spiritualitas menunjukkan
Keraguan dapat timbul karena definisi
hubungan yang tidak bermakna.
terhadap konsep spiritual menimbulkan
McFadden (1996; dalam Wink & Dillon,
ketidakjelasan dalam praktik (McSherry &
2002) menyebutkan bahwa spiritualitas
Jamieson, 2013). Salah satu pendekatan
mungkin lebih berarti pada masa tua
karena banyaknya masa sulit yang sudah
Tabel 3 Kompetensi Asuhan Spiritual dihadapi. Perkembangan spiritual
Perawat (n=59) mungkin lebih dipengaruhi oleh perubahan
dalam sosial dan pribadi daripada usia,
Kompetensi n Persen meskipun keduanya sering terkait karena
Asuhan Spiritual (%) ketika menjadi tua mereka sudah lebih
Baik 15 25,4 banyak mengalami krisis dan kesulitan
Cukup 13 22,0 pada masa sebelumnya. Penelitian Rich
(2002) menyebutkan bahwa tidak ada
Kurang 15 25,4 perbedaan level spiritualitas antara laki-
laki dan perempuan tetapi mungkin pada
cara mereka mengekspresikan

135
spiritualitas. Clark (2004) menyebutkan faktor lain yang berpengaruh terhadap
adanya hubungan positif antara IQ dan kompetensi dalam asuhan spiritual yaitu
pendidikan, juga menemukan hubungan pengetahuan tentang asuhan spiritual saat
negatif antara pendidikan dan religiusitas mengikuti pendidikan formal maupun saat
juga spiritualitas. Berkaitan dengan bekerja, pengalaman perawat saat
semakin lama usia kerja, maka semakin menjalani masa pendidikannya di
menemukan kematangan dan pendidikan keperawatan tidak
emosionalnya. Namun hasil uji statistik mendapatkan pemahaman dan
menunjukkan tidak terdapat hubungan pengalaman belajar mengenai asuhan
antara masa kerja dengan spiritualitas, hal spiritual. Elvarida (2010) menyatakan,
ini dikarenakan proses dalam menentukan lama bekerja tidak selamanya menjadi
arah hidup, tujuan hidup, pengalaman jaminan bahwa perawat mampu
hidup yang telah dihadapi individu memberikan asuhan keperawatan, yang
berbeda-beda. terutama adalah adanya kemauan dari
perawat tersebut untuk secara aktif
Hubungan Karakteristik Responden
memadukan pengalaman tersebut dengan
dan Kompetensi Spiritual
keinginan yang tulus untuk melakukan
Hasil uji untuk mengetahui hubungan asuhan keperawatan.
spiritualitas dengan kompetensi perawat
Hubungan Spiritualitas dan
dalam asuhan spiritual pasien dengan
Kompetensi Asuhan Spiritual
Spearman Rank, diperoleh nilai
hubungan adalah positif dengan nilai Hasil uji statistik menunjukkan ada
r=+0,504 (p=0,000). Terdapat hubungan hubungan antara spiritualitas dengan
positif tingkat sedang antara spiritualitas kompetensi perawat dalam asuhan
adan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual pasien di rumah sakit. Rohman
spiritual pasien. (2009) menyatakan bahwa perawat yang
memelihara spiritualitasnya dapat
Hubungan karakteristik
menemukan sumber-sumber internal
responden dengan kompetensi asuhan
untuk merawat pasien melalui
spiritual juga menunjukkan hubungan
meningkatnya kenyamanan dalam diri,
yang tidak bermakna. Kemungkinan ada

Tabel 4. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kompetensi Asuhan Spiritual


Perawat (n=59)

Variabel bebas Variabel terikat r p


Usia Spiritualitas 0,049 0,712
Jenis kelamin Spiritualitas 0,254 0,052
Tingkat pendidikan Spiritualitas -0,140 0,292
Masa kerja Spiritualitas -0,100 0,453

Usia Kompetensi asuhan spiritual 0,004 0,975


Jenis kelamin Kompetensi asuhan spiritual 0,143 0,281
Tingkat pendidikan Kompetensi asuhan spiritual -0,202 0,125
Masa kerja Kompetensi asuhan spiritual -0,143 0,280

136
lebih sensitif terhadap kebutuhan namun dalam rentang kategori sedang
spiritualitas klien, dan memiliki koping yang artinya hubungan antara spiritualitas
yang lebih efektif terhadap stres yang perawat dengan kompetensi dalam
dihadapi dalam memberikan asuhan asuhan spiritual menunjukkan tingkat
keperawatan. Gunawan dan Setyorini keeratan hubungan yang sedang. Fulton
(2007) menjelaskan bahwa individu yang (1992; dalam Rohman, 2009) menyatakan
memiliki spiritualitas tinggi merasa diri bahwa perawat praktisi dan mahasiswa
mereka mempunyai ketrampilan sosial keperawatan tidak dipersiapkan secara
yang lebih baik. Rasa percaya tersebut baik dalam masa pendidikannya untuk
mungkin berkontribusi pada perilaku dapat mengatasi masalah-masalah
prososial. spiritual klien. Hal tersebut didasarkan
atas tidak memadainya pembahasan
Konsep spiritualitas sudah terkait
tentang aspek spiritual jika dibandingkan
dengan perkembangan keperawatan.
Oleh karena itu nilai-nilai professional dengan aspek fisik atau psikologis. Selain
dalam keperawatan sangat dekat dengan hal tersebut rasa tidak nyaman dalam
spiritualitas. Altruistic love, caring, dan membahas spiritual dapat mengganggu
genuiness bernilai spiritual tinggi yang perkembangan kompetensi asuhan
dapat ditemukan di semua pengajaran spiritual mahasiswa. Memperoleh
spiritualitas. Dalam lingkungan praktis, hal ketenangan atau kenyamanan merupakan
ini menciptakan iklim spiritual yang tahap paling awal dalam membuka
kondusif (Mulyono, 2011). Iklim spiritual kesadaran dan sensitivitas mahasiswa
tersebut dapat mendukung perkembangan terhadap isu kebutuhan spiritual pasien
spiritualitas yang berdampak pada perilaku (Mitchell, Bennett, & Manfrin-Ledet, 2006).
caring. Utomo (2011) menegaskan Rohman (2009) mengemukakan,
adanya keterkaitan antara spiritualitas pembahasan tentang aspek spiritualitas
dengan perilaku caring. dan asuhan spiritual dalam keperawatan
Aspek-aspek spiritualitas dirasakan masih sedikit. Demikian pula
berhubungan dengan nilai intrinsik dan minat peneliti untuk melakukan penelitian
positif emosional, hal tersebut kiranya terkait asuhan spiritual masih sangat
dapat mempengaruhi keberhasilan kurang. Hal ini juga turut memberikan
perawat dimana perawat yang dewasa kontribusi terhadap masih kurangnya
dan berhasil akan memiliki maksud dan tingkat kemampuan perawat dalam
rasa puas dalam hubungan dengan memberikan asuhan spiritual.
pekerjaan dan dengan kehidupan pada Keterbatasan dalam kemampuannya
umumnya dan apa yang telah untuk mengidentifikasi perilaku pasien
diabdikannya dalam pekerjaan akan lebih yang mengindikasikan distres spiritual.
daripada sekedar memperoleh imbalan. Responden juga menanyakan mengenai
Kondisi yang demikian diharapkan akan asuhan spiritual ketika pengumpulan data.
mendorong kesediaan perawat dalam Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
memberikan asuhan spiritual, sehingga perawat memahami tentang asuhan
tidak hanya asuhan perawatan spiritual.
fisik/biologis saja yang dipenuhi oleh Di rumah sakit sudah terdapat
perawat. pembimbing rohani yang khusus
Hasil penelitian menunjukkan nilai disediakan oleh rumah sakit dan sudah
SpeDUPDQ¶V UKR termasuk berpola positif adanya sistem kolaborasi antara

137
perawat dengan pembimbing rohani agar dapat memperhatikan dan
dalam menginformasikan ketika pasien meningkatkan spiritualitas dan kompetensi
membutuhkan bimbingan rohani. Kondisi asuhan spiritual misalnya dengan
tersebut kiranya berpengaruh pada mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
kemampuan perawat dalam memberikan pihak rumah sakit untuk meningkatkan
asuhan spiritual. Tetapi kondisi tersebut pengetahuan serta kemampuan
juga dapat mempengaruhi kompetensi pribadinya dalam melayani pasien. Pihak
dalam asuhan spiritual dengan anggapan rumah sakit diharapkan dapat
bahwa asuhan spiritual adalah tanggung menyelenggarakan kegiatan yang
jawab pemuka agama bukan perawat. bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas
Perawat yang mampu dan sensitif misalnya melalui aktivitas kerohanian dan
terhadap masalah spiritual pasien adalah melalui pelatihan-pelatihan terutama
sangat dibutuhkan (Mitchell, Bennett, & pelatihan yang bersifat soft skill.
Manfrin-Ledet, 2006). Pemberian reward yang baik sehingga
KESIMPULAN perawat dapat meningkatkan ketrampilan,
pengetahuan, motivasi, dan persepsinya
Responden pada penelitian ini mayoritas yang pada akhirnya akan meningkatkan
pada kelompok usia dewasa awal yaitu kualitas spiritual yang baik dan kompetensi
usia 20-40 tahun, mayoritas berjenis asuhan spiritual sehingga dapat
kelamin perempuan, tingkat pendidikan meningkatkan mutu pelayanan
terakhir mayoritas D3, dan masa kerja keperawatan. Riset selanjutnya perlu
sebagian besar responden pada mengkaji berbagai cara untuk memupuk
kelompok dengan masa kerja lebih dari dan mengembangkan baik spiritualitas
lima tahun. Spiritualitas dan kompetensi maupun kompetensi asuhan spiritual.
asuhan spiritual perawat di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga REFERENSI
diperoleh skor hampir merata dalam Clark, R. (2004). Religiousness,
kategori sangat baik, baik, cukup, dan spirituality, and IQ: Are they linked.
kurang. Hubungan karakteristik An undergraduate research journal,
responden dengan variabel spiritualitas 1(1). 35-46.
dan kompetensi asuhan spiritual Djewarut, H. (2009). Hubungan tingkat
menunjukkan hubungan yang tidak pengetahuan perawat tentang
bermakna. perawatan spiritual dengan
Hasil analisis menunjukkan pelaksanaan intervensi spiritual di
bahwa ada hubungan yang bermakna RS Dadi Makassar. Politeknik
antara spiritualitas dengan kompetensi Kesehatan Makassar,4(1), 24-26.
asuhan spiritual dengan arah hubungan Elvarida, M. (2010). Hubungan
karakteristik perawat terhadap
positif dan keeratan hubungan sedang.
Peran perawat dalam pemenuhan asuhan keperawatan lanjut usia di
kebutuhan spiritual pasien merupakan sub instalasi rawat inap A RSPAD
bagian dari peran dan fungsi perawat Gatot Soebroto Jakarta (Skripsi).
dalam pemberian asuhan keperawatan. Universitas Esa Unggul.
Gunawan, A & Indah S. (2007).
Persespsi perawat terhadap nilai spiritual
Hubungan antara spiritualitas
berkontribusi terhadap perkembangan
dengan perilaku prososial pada
kemampuan professional untuk relawan gempa bumi (Skripsi).
memberikan asuhan spiritual. Perawat Universitas Islam Indonesia.

138
Hamid, A. (2008). Asuhan keperawatan Rich, A. (2012). Gender and spirituality
jiwa. Jakarta: EGC. (Tesis). Liberty University.
Leeuwen, R., L.J Tiesinga., L.J Middel., Rohman. (2009). Faktor-faktor yang
H. Jochemsen., D. Post. (2008). An berhubungan dengan pemberian
instrument to measure nursing asuhan spiritual oleh perawat di RS
competencies in spiritual care: Islam Jakarta (Tesis). Universitas
validity and reliability of the spiritual Indonesia.
care competence scale Rozulaina, A. (2008). Hubungan
(SCCS).University of Groningen, The karakteristik perawat dengan
Netherlands. kinerja perawat dalam asuhan
McSherry, W., & Jamieson, S. (2013). keperawatan di BRSD RAA
The qualitative findings from an Soewondo Kabupaten Pati (Skripsi).
online survey investigating nurses' Universitas Muhammadiyah
perceptions of spirituality and Semarang.
spiritual care. Journal of Clinical Sumiati, T., Mediana D., Anggorowati.,
Nursing, 22(21-22), 3170-3182. doi: Bambang EW. (2007).
10.1111/jocn.12411. Pemahaman perawat terhadap
Mitchell, D. L., Bennett, M. J., & Manfrin- pemenuhan kebutuhan spiritual klien
Ledet, L. (2006). Spiritual pada pasien lansia di RSU Mardi
development of nursing students: Lestari Kabupaten Sragen.
Developing competence to provide Universitas Diponegoro.
spiritual care to patients at the end of Utami, Y.W. & Supratman. (2009).
life. Journal of Nursing Education, Hubungan antara pengetahuan
45(9), 365-370. dengan sikap perawat dalam
Muchson, A. (2012). Hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritual
kompetensi perawat dalam pasien di BRSUD Sukoharjo. Berita
melakukan perawatan luka pasca Ilmu Keperawatan, 2(2), 69-74.
bedah mayor dengan kepuasaan Utomo, P.B. (2011). Hubungan
pasien di ruang rawat inap RS spiritualitas perawat terhadap
Roemani Muhamaddiyah Semarang perilaku caring perawat di RSU
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah PKU Muhammadiyah Gombong
Semarang. (Skripsi). Universitas Jenderal
Mulyono, W.A. (2011). Penerapan Soedirman.
spiritualitas di tempat kerja di RSI F van Leeuwen, R., & Cusveller, B. (2004).
dan hubungannya dengan kepuasan Nursing competencies for spiritual
kerja perawat. Jurnal Keperawatan care. Journal of Advanced Nursing,
Soedirman, 6(2), 94-102. Diambil dari 48(3), 234-246. doi: 10.1111/j.1365-
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.ph 2648.2004.03192.x
p/jks/article/view/333 van Leeuwen, R., Tiesinga, L. J., Middel,
Pawar, B. S. (2009). Workplace B., Post, D., & Jochemsen, H.
spirituality facilitation: A (2009). The validity and reliability of
comprehensive model. Journal of an instrument to assess nursing
Business Ethics, 90, 375-386. competencies in spiritual care.
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Journal of Clinical Nursing, 18(20),
Buku ajar fundamental keperawatan: 2857-2869. doi: 10.1111/j.1365-
Konsep, proses, dan praktik. 2702.2008.02594.x
Jakarta: EGC.

139
Wardhani, D.R. & Hepi W. (2008). Wink, P., & Dillon, M. (2002). Spiritual
Hubungan antara spiritualitas development across the adult life
dengan agresivitas pada remaja course: Findings from a longitudinal
(Skripsi). Universitas Islam study. Journal of Adult Development,
Indonesia. 9(1), 79-94.

140

Anda mungkin juga menyukai