SKENARIO 4
Mencret Berkepanjangan
Seorang laki-laki berusia 25 tahun, datang ke dokter dengan keluhan diare yang
hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu, disertai sering demam, sariawan, tidak
nafsu makan dan berat badan menurun sebanyak 10 kg dalam waktu 3 bulan
terakhir. Dari anamnesis didapatkan pasien adalah anggota komunitas gay.
Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering dan
terdapat bercak-bercak putih. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin
didapatkanLED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada
pemeriksaan screening antibody HIV didapatkan hasil (+) kemudian dokter
menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah limfosit T CD4 dan
CD8.
Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami
gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter menganjurkan pasien
untuk datang ke dokter lain dengan alasan yang tidak jelas.
KATA SULIT
Kaheksia : Kumpulan gejala yang ditandai dengan anoreksia, penurunan berat
badan, kehilangan masa otot, disfungsi organ, gangguan metabolisme zat gizi serta
kelemahan.
Sel ragi : Indikator infeksi jamur pada sistem pencernaan
Screening antibodi : Pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi penyakit
yang belum tampak dengan metode ELISA.
LED : Pemeriksaan darah dengan mengukur kecepatan pengendapan tertentu dan
tidak spesifik terhadap penyakit tertentu.
Defisiensi imun : Gangguan yang disebabkan oleh kerusakan herediter yang
mempengaruhi sistem imun.
CD4 : bagian dari limfosit yang meregulasi sistem imun sebagai reseptor.
CD8 : bagian dari limfosit, sel T sitotoksin
PERTANYAAN
1. Apa ada hubungan antara komunitas gay dengan HIV?
2. Berapa nilai normal dari : a. LED
b. CD4
c. CD8
3. Bagaimana cara penularan HIV?
4. Mengapa yang dihitung limfosit CD4 dan CD8?
5. Mengapa jamur menginfeksi saluran pencernaan?
6. Mengapa penderita mengalami kaheksia?
7. Mengapa mukosa lidah kering?
8. Mengapa pada pemeriksaan difeses terdapat sel ragi?
9. HIV termasuk golongan virus apa?
10. Pada awalnya HIV itu dari monyet dan mengapa bisa ke manusia?
11. Bagaimana sikap dokter jika menghadapi pasien HIV?
12. Pertahanan sistem imun apa yang berperan dalam infeksi HIV?
13. Pemeriksaan laboratorium apa untuk mengidentifikasi HIV?
14. Bagaimana cara pencegahan HIV?
15. Bagaimana pandangan Islam tentang menangani HIV?
JAWABAN
1. Karena berganti-ganti pasangan sesama jenis
2. a. LED:
Pria dewasa : 0-15 mm/jam
Wanita dewasa: 0-20 mm/jam
Anak-anak : 0-10 mm/jam
b. CD4: 1400-1600/mm3
3.A. Melalui kontak cairan tubuh seperti darah, sperma, ASI
B. Penggunaan jarum suntik bergantian
C. Plasenta
4.A. Karena HIV menyerang dua komponen dari limfosit yaitu CD4 dan CD8. Jika nilai CD4 menurun dapat menjadi
patokan terjadinya infeksi HIV.
B. Karena virus HIV memiliki afinitas terhdapa molekul permukaan CD4.
5.Virus HIV menyerang sistem antibody melalui inhalasi dan oral (yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan)
lalu menyebabkan antibodi menurun.
6.Karena menurut skenario pasien terkena diare, tidak nafsu makan, malnutrisi.
7. Pengaruh defisiensi imun jadi kuman menyerang pertahanan pertama seperti mukosa dan jika sudah masuk ke
sel akan menyebabkan disfungsi organ.
8. Karena jamur menginfeksi saluran pencernaan
9. A. Famili : Retroviridae
B. Subfamili: Lentivirus
10.Darah bisa masuk dari monyet melalui kontak darah antara monyet dengan manusia.
11.Tetap melakukan penanganan sesuai SOP tetapi tetap berhati-hati.
12. Selular dan humoral
13.A. Screening : untuk melihat antibodi
B. ELISA : untuk pemeriksaan Ab HIV
C. Western bloting : untuk konfirmasi uji (+) ELISA
D. Viral load test : untuk mengetahui jmlh virus HIV
14.A. Tidak berganti-ganti pasangan
B. Menggunakan jarum suntik yang steril dan baru
C. Pada pasien HIV ketika akan melakukan hubungan seksual saat CD4 meningkat
15. A. Gaya hidup sesuai Al-Quran dan Hadist
B. Berusaha semaksimal mungkin dalam menyembuhkan penyakit
HIPOTESA
Terjadinya defisiensi imun salah satunya karena virus HIV.
Gejala meliputi kaheksia, mukosa lidah kering dan terdapat
bercak-bercak putih. Penularan dapat melalui melalui kontak
cairan tubuh seperti darah, sperma, ASI, penggunaan jarum
suntik bergantian, plasenta. Seseorang dapat didiagnosis (+)
HIV apabila pada pemeriksaan Screening, ELISA, Western
bloting, Viral load test ditemukan nilai abnormal pada LED,
CD4, CD8. HIV dapat dihindari dengan tidak berganti-ganti
pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril dan baru.
Sebaiknya penderita HIV tetap melakukan pengobatan terapi
ARV . Sebagai seorang dokter seharusnya bersikap sesuai
dengan KODEKI dalam menangani pasien.
SASARAN BELAJAR
LO. 1. Memahami dan Menjelaskan Defisiensi Imun
1.1. Definisi
1.2. Klasifikasi
1.3 Mekanisme
LO.2. Memahami dan Menjelaskan HIV
2.1. Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
2.5. Manifestasi
2.6.Diagnosis dan diagnosis banding
2.7. Penatalaksanaan
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosis
LO.3. Memahami dan Menjelaskan KODEKI dalam Menangani Pasien HIV
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Penderita
1.2 Klasifikasi
A.
1.3 Mekanisme
Defisiensi Imun Non-Spesifik
Defisiensi Imun Spesifik
2.2 Epidemiologi
A. Distribusi dan Frekuensi HIV/AIDS
1. Berdasarkan Orang
Menurut laporan Ditjen PP & PL Depkes RI (2009), 40,2% penderita
AIDS terdapat pada kelompok Pengguna Napza Suntik atau IDU.
Kumulatif kasus AIDS pada Pengguna Napza Suntik di Indonesia
hingga tahun 2009 adalah 7.966 kasus, 7.312 kasus adalah laki-laki
(91,8%), 605 kasus perempuan (7,6%) dan 49 kasus tidak diketahui
jenis kelaminnya (0,6%). 64,1% terdapat pada kelompok umur 20-29
tahun, 27,1% pada kelompok umur 30-39 tahun, 3,5% pada
kelompok umur 40-49 tahun, 1,5% pada kelompok umur 15-19
tahun, 0,6% pada kelompok umur 50-59 tahun, pada kelompok umur
5-14 tahun dan >60 tahun masing-masing 0,1% dan 2,8% tidak
diketahui kelompok umurnya.
2. Berdasarkan Tempat
Berdasarkan data dari Ditjen PP & PL Depkes RI (2009),
tercatat 19.973 kumulatif kasus AIDS terjadi di 32 provinsi dan
300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.Provinsi dengan rate
kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk tertinggi adalah
Papua. Pada kelompok pengguna napza suntik, proporsi AIDS
terbanyak dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat 32,99%, DKI
Jakarta 25,13%, Jawa Timur 12,82%, Bali 3,27%, Sumatera
Barat 2,81%.
3 Etiologi
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam famili
lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk
virus DNA dan dikenail selama periode inkubasi yang
panjang
Patofisiologi:
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda/gejala
tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada
infeksi HIV akut, 3-6 minggu dan bisa terjadi pada 5 hari dan 3
bulan setelah terinfeksi.
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara
lain:
1. Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi
kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang
terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan
bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya
a. Manifestasi pada Paru
* Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru
PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
* Cytomegalo Virus (CMV)
Gejala minor:
Kandidas orofaring
2.7 Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk
meningkatkan keadaan umum penderita.
2. Pengobatan infeksi oportunistikyaitu pengobatan yang
ditujukan untuk infeksi oportunistik dan dilakukan secara
empiris.
3. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan
obat antiretrovira (ARV)
Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan
pemeriksaan jumlah CD4 (bila tersedia) dan penentuan
stadium klinis infeksi HIV-nya.
2.8
Komplikasi
2.9
Pencegahan
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan Tersier
2.10 Prognosis
Tanpa pengobatan, waktu hidup bersih rata-rata setelah
terinfeksi HIV diperkirakan 9 sampai 11 tahun, tergantung
pada subtipe HIV, di daerah-daerah dimana banyak tersedia,
pengembangan ARV sebagai terapi efektif untuk infeksi HIV
dan AIDS mengurangi kematian tingkat dari penyakit
dengan 80%, dan meningkatkan harapan hidup untuk orang
yang terinfeksi HIV baru didiagnosis sekitar 20 tahun.
Pasal 8
Pasal 12
Pasal 13
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Alexandra I. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher
Djoerban Z, Djauzi S. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, vol III Jakarta :
Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Karnen, Baratawidjaja & Iris Rengganis. 2012. Imunologi Dasar. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta :
FKUI
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis (PPI-TB) di Puskesmas.
2010. Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Kementrian Kesehatan RI
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis, edisi 2. Jakarta. Erlangga