Anda di halaman 1dari 20

UAS Metodeologi Penelitian

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HIV RNA DAN JUMLAH CD4+


PADA PASIEN HIV/AIDS DI LABORATORIUM KLINIK PRODIA
KAMPUNG MELAYU JAKARTA

Disusun oleh :
Vivi Maykasari
Nim : 061911051

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


Program D IV Teknologi Laboratorium Medik
Universitas Binawan

Jakarta 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodefisiensi Virus (HIV) dan Aquired Immunodefisiensi
Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah global di seluruh dunia. Sampai dengan
tahun 2017 terdapat 36.9 juta orang hidup dengan HIV. Infeksi HIV dapat berlanjut
menjadi AIDS yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh dan berujung dengan
kematian. Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemik yang
terkonsentrasi HIV/AIDS (concentrated level epidemic) (1)
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 di Bali sampai dengan Maret
2019, HIV/AIDS tersebar di 461 (89,7%) dari 514 kabupaten/kota dari seluruh
Propinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV sampai dengan Maret 2019
sebanyak 338.363 orang dan tertinggi di Propinsi DKI Jakarta dengan jumlah 60.501
orang. Jumlah kumulatif penderita AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2019
adalah 115.601 orang. Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-
29 tahun (32.3%),kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), 40-49
tahun (13.4%), 50-59 tahun (5%), dan 15-19 tahun (3,3%). Persentase pada laki-laki
sebanyak 58% dan perempuan 33%. Sementara itu 9% tidak rnelaporkan jenis
kelamin.Angka kematian karena AIDS mengalami penurunan dari 1.09% di tahun
2017 menjadi 1.03% pada Desember 2018 (1)
Virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah,jarum
suntik yang terkontaminasi serta selama proses kehamilan dari ibu ke janin, saat
persalinan atau menyusui. Faktor resiko penularan terbanyak melalui hubungan
seksual beresiko, heteroseksual (70.3%), penggunaan alat suntik tidak steril (8.4%),
homoseksual (6.6%) dan penularan melalui perinatal (2.9%) (1)
Virus HIV dikelompokkan ke dalam genus Lentivirus dalam keluarga
Retroviridae, subfamili Retrovirinae. Atas dasar karakteristik genetik dan perbedaan
antigen virus, HIV diklasifikasikan menjadi tipe 1 (HIV-1) yang banyak menyerang
manusia dan tipe 2 (HIV-2) yang tersebar di Afrika Barat. HIV termasuk jenis virus
RNA dengan berat molekul 9.7 kb (kilo bases) .AIDS adalah sindroma penyakit
defisiensi imunitas seluler yang di dapat, yang di sebabkan oleh virus HIV yang
merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu CD 4 (Lymfocyte T
Helper)
Diagnosis laboratorium untuk infeksi HIV dapat dilakukan dengan 2 metode
pemeriksaan yaitu pemeriksaan serologis dan virologis. Pemeriksaan serologis
mendeteksi adanya antigen atau antibodi terhadap HIVdengan strategi 3 metode dan
yang umum dipakai adalah Tes Rapid dan EIA(Enzyme immunoassay). Pemeriksaan
virologis dilakukan dengan mendeteksi adanya RNA HIV dalam sampel dengan
metode PCR yaitu dengan mengukur jumlah virus dalam darah yang bersifat
kuantitatif .Selain itu ada juga pemeriksaan jumlah CD4+ untuk pemantauan terapi
anti retroviral.(PNPK, kemenkes 2019). Pada pertengahan tahun 1990 mulai
dipantau secara rutin viral load atau HIV RNA , yang secara langsung mengukur
replikasi virus HIV dalam darah.. (2) Pemeriksaan HIV RNA adalah pemeriksaan
kuantitatif terhadap virus HIV dalam sampel plasma yang memiliki sensitivitas yang
lebih baik dan rentang pengukuran yang lebih luas dalam mengkuantitasi HIV-RNA.
Pemeriksaan ini digunakan bersama dengan gambaran klinis dan penanda
laboratorium lainnya untuk penatalaksanaan klinis pasien yang terinfeksi .
Pemeriksaan HIV-RNA juga sering digunakan untuk menentukan efektivitas atau
kegagalan terapi antiretroviral. Pengukuran plasma HIV-RNA secara serial dan
berkala membantu penderita dan dokter untuk menentukan waktu permulaan
pemberian terapi antiretroviral.
Sejak awal HIV/AIDS menjadi pandemik di seluruh dunia, para klinisi telah
melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4+ sebagai indikator penurunan sistem imun
untuk memantau progresivitas infeksi HIV . Hitung jumlah sel T CD4+ diperlukan
sebagai salah satu pertimbangan klinis untuk memulainya pengobatan, menentukan
klasifikasi penyakit HIV dan menilai prognosis dan memantau pengobatan. Semakin
rendah jumlah sel limfosit CD4+ menandakan bahwa sistim kekebalan tubuh
seseorang semakin rendah dan semakin mungkin mengalami infeksi oportunistik
(IO). (3)
Menurut Centers of Diseases Control (CDC),hasil pemeriksaan CD4+ dikategorikan
menjadi 3 yaitu ≥500 sel/mm3, 200-499 sel/mm3 dan <200 sel/mm3.
Penderita dikatakan AIDS bila jumlah CD4 <200 sel/mm3. Hal ini
menunjukkan bahwa pada jumlah CD4 <200 sel/mm3 penderitaaan lebih mudah
terkena infeksi oportunistik. Infeksi Oportunistik (IO) adalah infeksi yang
memanfaatkan kelemahan menurunnya sistem imun,yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus bakteri dan protozoa yang ada di dalam tubuh yang
pada orang sehat tidak menimbulkan gejala berarti (3).
Laboratorium klinik Prodia Kampung Melayu merupakan laboratorium
swasta yang berada di wilayah DKI Jakarta dan banyak dikunjungi oleh pasien
dengan berbagai keluhan penyakit dan diantaranya pasien dengan HIV positif.
Banyak pasien HIV positif baik secara individu ataupun rujukan dari fasilitas
kesehatan lainnya yang melakukan pemeriksaan HIV RNA dan jumlah CD+ untuk
memantau perjalanan penyakit yang mereka derita, namun belum ada publikasi data
mengenai hasil pemeriksaan HIV RNA dan jumlah CD4+ tersebut. Berdasarkan hal
itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran hasil
pemeriksaan HIV RNA dan Jumlah C4+ pada pasien HIV/AIDS di Laboratorium
Prodia Kampung Melayu.

B. Identifikasi Masalah
1. Penyakit HIV/AIDS telah menjadi masalah masyarakat dunia
2. Terjadi peningkatan kasus infeksi HIV di Indonesia dari tahun 1987 hingga
tahun 2022 dan tertinggi di wilayah DKI Jakarta.
3. Faktor resiko penularan HIV/ AIDS di dominasi kelompok heteroseksul
(70%)
4. Kombinasi pemeriksaan HIV RNA dan Jumlah CD4+ masih sangat
dibutuhkan
5. Pada pasien HIV/AIDS untuk menilai perkembangan pennyakit dan
imunitas tubuh penderita serta pemantauan terapi anti retroviral.
6. Belum adanya publikasi mengenai gambaran hasil pemeriksaan HIV RNA
dan jumlah CD4+ pada pasien HIV/AIDS di Laboratorium klinik Prodia
Kampung Melayu Jakarta.

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan HIV RNA dan jumlah CD4 + pada

pasien HIV/AIDS di Laboratorium klinik Prodia Kampung Melayu tahum

2022

2) Tujuan khusus:

a) Mengetahui Jumlah penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis elamin dan

usia.

b) Mengetahui hasil pemeriksaan HIV RNA secara kuantitatif pada

penderita

HIV/AIDS.

c) Mengetahui hasil pemeriksaan jumlah CD+ pada penderita HIV/AIDS.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi dan tenaga Kesehatan Memberikan kontribusi berupa informasi

kepada klinisi untuk pengambilan keputusan dalam menangani penderita

HIV/AIDS.

2. Bagi Akademisi

a) Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan HIV RNA dan Jumlah

CD4+ pada penderita HIV/AIDS di Laboratorium Klinik Prodia tahun 2022


b) Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai resiko infeksi HIV dan

pentingnya peranan pemeriksaan HIV RNA dan hitung jumlah CD4+

pada pasen HIV/AIDS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

INFEKSI HIV / AIDS


a) Definisi HIV / AIDS
HIV yaitu virus yang menyebabkan AIDS dengan cara menyerang jenis sel
limfosit yang bernama CD4 sehingga merusak sistem kekebalan manusia. Gejala –
gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi
oportunistik terjadi karena penurunsn sistem kekebalan tubuh akibat infeksi virus
HIV tersebut. AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV yang ditandai oleh
berbagai gejala klinis termasuk immunodefisiensi berat yang disertai infeksi
oportunistik dan keganasan serta degenerasi susunan syaraf pusat. AIDS merupakan
dampak dari perkembangbiakan dari virus HIV dalam tubuh penderita yang tak
terkendali dan menyebabkan hancurnya kekebalan tubuh yang berujung pada
kematian. (1)

b) Etiologi
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottleib dan kawan-kawan di Los
Angeles pada tanggal 5 Juni 1981. Sementara itu pada tahun 1983 HIV ditemukan
oleh DR. Luc Montagnier dkk dari institut Pasteur Perancis. Mereka berhasil
mengisolasi virus penyebab AIDS. Kemudian pada Juli 1984,
DR Robert Gallo dari lembaga kanker Nasional menyatakan bahwa dia menemukan
virus baru dari penderita AIDS yang diberinama HTLV– III. Virus itu terus
berkembang dengan namaHIV. (4)
HIV adalah virus Ribonucleicacid yang termasuk dalam famili Retroviridae genus
Lentivirirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA
pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang
panjang. Satu kali terinfeksi oleh retrovirus, maka infeksi ini akan bersifat permanen
seumur hidup. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia
dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan tubuh manusia, seperti sel T4 CD4+ makrofag, dan sel dendritik. HIV
merusak sel Th CD4+ secara langsung dan tidak langsung, sel Th CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi dengan baik.
c) Struktur dan Morfologi
HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili Retroviridae,
famili Lentivirinae, genus Lentivirus. HIV termasuk virus Ribonucleic Acid (RNA)
dengan berat molekul 97 kb (kilobases). Strukturnya terdiri dari lapisan luar atau
envelop yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein gp4.
Dibagian dalamnya terdapat lapisan kedua yang terdiri dari protein p17. Setelah itu
terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein p24. Didalam inti terdapat komponen
penting berupa dua buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase. (5)
Bagian envelope yang terdiri atas glikoprotein, ternyata mempunyai peran
yang penting pada terjadinya infeksi oleh karena mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor spesifik CD4 dari sel Host. Molekul RNA dikelilingi oleh kapsid
berlapis dua dan suatu membran selubung yang mengandung protein.

Gambar 1
Struktur dan genom Virus HIV
Sumber: Wikipedia Indonesia
d) Patogenitas
Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang mempunyai marker permukaan
seperti sel CD4+, yaitu sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan
makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit
T yang menjadi target utama HIV. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efektoksik
akan menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang
disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian akan
menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen .(5)
e) Stadium klinis atau manifestasi klinis
Stadium klinis HIV/AIDS di bagi dalam beberapa tahap diantaranya (1)
Infeksi Primer (Sindrom retroviral Akut
1) Serokonversi
2) Infeksi kronik asimtomatik
3) AIDS indikator yang sesuai dengan CDC yaitu yang jumlah CD4 <200sel/mm3
Setelah HIV menginfeksi seseorang, kemudian terjadi sindrom retroviral akut
semacam flu disertai viremia hebat dan akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu.
Serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan
setelah infeksi. Pada masa ini, tidak ada dijumpai tanda-tanda khusus, penderita HIV
tampak sehat dan merasa sehat serta test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan
virus ini, tahap ini disebut juga periode jendela (window periode). Kemudian
dimulailah infeksi HIV asimptomatik yaitu masa tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi
penurunan CD4+ secara bertahap. Mula-mula penurunan jumlah CD4+ sekitar 30-60
sel/tahun, tetapi pada 2 tahun berikutnya penurunan menjadi cepat, 50-100 sel/tahun,
sehingga tanpa pengobatan, rata-rata masa dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah 8-
10 tahun, dimana jumlah CD4+ akan mencapai <200 sel/Μl.
Gambar 2
Hubungan Antara HIV RNA dan jumlah CD+ Pada Pasien HIV
Sumber: Wikipedia Indonesia

Pada gambar 2, sindrom retroviral akut diikuti oleh penurunan CD4+ (dalam
gambar tampak sebagai garis warna biru) dan peningkatan kadar RNA HIV dalam
plasma (Viral Load = dalam gambar tampak sebagai garis yang ditandai warna
merah). Hitung CD4+ secara perlahan akan menurun dalam waktu beberapa tahun
dengan laju penurunan CD4+ yang lebih cepat pada 15-25 tahun sebelum pasien jatuh
dalam keadaan AIDS. Viral load akan meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan
kemudian turun sampai suatu titik tertentu. Dengan berlanjutnya infeksi, viral load
secara perlahan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan hitung sel CD4+
< 200/mm3,diikuti timbulnya IO, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun
secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis. Pada pasien tanpa pengobatan
ARV rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun.
Setelah terjadi infeksi HIV ada periode antara masuknya HIV hingga terbentuknya
antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium. Periode ini sekitar
12 minggu. Selama masa jendela, meski hasil permeriksaan laboratorium masih
negatif, namun pasien sangat infeksius, mudah menularakan HIV kepada orang lain .
Terdapat beberapa klasifikasi klinis HIV/AIDS antara lain menurut CDC dan
WHO. Klasifikasi dari CDC tahun 1993 berdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4
tampak pada tabel 1.
Tabel 1.
Klasifikasi berdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4
CD4(sell/mm3) Kategori Klinis
Total % A B C
(Asimtomatik) (Simtomatik) (AIDS)
>500 >29 A1 B1 C1
200 – 499 14-28 A2 B2 C3
<200 <14 A3 B3 C3

Kategori klinis A meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimtomatik), Persisten


eneralized Lymphadenopathy, dan infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta
atau adanya riwayat infeksi HIV akut. Kategori B terdiri atas kondisi dengan gejala
(simtomatik) pada remaja atau dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak
termasuk dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari beberapa kriteria
berikut:
a) Keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya kerusakan
kekebalan yang diperantarakan sel atau
b) Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan penanganan klinis atau
membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi HIV, misalnya
kandidiasis orofaringeal, oral hairy leukoplakia, herpes zoster dan lain-lain.
Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS misalnya
Sarcoma kaposi, pneumonia pneumocystis carinii, kandidiasis esophagus dan
lain lain (3)
c) Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO tahun 2010
tertera pada tabel 2
Tabel 2.
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Menurut WHO

Stadium Gambaran klinis skala aktivits

I 1. Asimptomatik Asimplomatik
2. Limfadenopati generalisata Aktivitas normal

II 1. Berat Badan menurun <10% Simptomatik,Aktivitas


2. Kelainan kulit dan mukosa yang normal.
Ringanseperti,dermatitis soboroik
prurigo,onikomikosis, ulkus oral yang
rekuren, kheilitis angularis
3. Herpes Zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti,
sinusitis bakterialis

III 1. Berat badan menurun >10% Pada umumnya lemah,


2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas di tempat tidur
lebih dari 1 bulan kurang dari 50%.
3. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Oral hairy Leukoplakia
6. TB paru dalam tahun terakhir
7. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis

IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya


lemah, didefinisikan oleh CDC aktivitas di tempat tidur
2. neumonia pneumocystis carinii kurang dari 50%.
3.Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virussitomegalo
7. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus, trakea, bronkus dan paru
11. Mikobakteriosis atipikal diseminata
12. Septikemia salmonellosis non tifoid
13. Tuberculosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarcoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

f) Cara Penularan

Cara penularan HIV yang paling sering adalah melalui hubungan seksual dengan
orang yang terinfeksi dan kontak dengan darah yang terkontaminasi terutama dengan
penggunaan jarum suntik secara bersama-sama diantara pengguna narkoba suntik.
Belum ada bukti yang menyatakan bahwa kontak yang tidak disengaja (misalnya
melalui makanan, gelas dan piring, kamar mandi atau bersin) dapat menyebabkan
infeksi.Selain itu penularan secara vertikal yaitu penularan ibu ke anak jugadapat
terjadi saat persalinan dan menyusui Berdasarkan laporan Direktorat Jendral
Pencegahan dan penangulangan Penyakit Kemenkes RI tahun 2018, Faktor resiko
penularan terbanyak melalui hubungan seksual beresiko heteroseksual (70%),
penggunaan alat suntik tidak steril (8.4%), homoseksual (6.6%) dan penularan
melalui perinatal (2.9%). Angka kematian karna AIDS mengalami penurunan dari
1.09% di tahun 2017 menjadi 1.03% pada Desember 2018.

g.. Diagnosis Laboratorium


Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menggunakan 2 metode
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan serologis dan virologis.
1. Metode pemeriksaan serologis
Antibodi dan antigen dapat dideteksi melalui pemeriksaa serologis.Adapumetode
pemeriksaan serologis yang sering digunakan adalah Rapid Test dan EIA (Enzim
Immuno Assay).Secara umum tujuan pemeriksaan tes cepat dan EIA adalah sama,
yaitu mendeteksi antibodi saja (generasi pertama) atau antigen dan antibodi (generasi
ketiga dan keempat ) (1)
a) Metode Rapid Test
Pemeriksaan HIV dengan rapid tes menggunakan metode imunokromatografi.
Hasil reaktif menunjukkan warna, garis, atau titik di zona tes dan di zona
kontrol. Rapid tes mudah dilakukan dan tidakmembutuhkan peralatan khusus
serta hasil dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 30 menit (Rahayu
Sukmini, 2019). Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada 3 (Tiga) strategi
pemeriksaan didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia.
Reagensia pertama harus memiliki sensitivitas tertinggi, ≥ 99 %, sedangkan
reagensia kedua memiliki spesifisitas ≥ 98% serta lebih tinggi dari
spesifisitas reagensia pertama dan reagensia ketiga memiliki spesifisitas ≥
99% serta lebih tinggi dari spesifisitas reagensia pertama atau kedua (6)
b) Metode EIA (Enzim Immuno Assay)
EIA memiliki sensitifitas yang tinggi 98-100% untuk mendeteksi antibody
anti-HIV. Spesimen untuk pemeriksaan HIV dengan teknik EIA enggunakan
darah, cairan rongga mulut, atau urin. Umumnya metode EIA mendeteksi
antibody terhadap protein p6 dan gp 41 yang merupakan bagian virus HIV.
Antibodi HIV dideteksi dengan teknik penangkapan berlapis. Jika
terdapat antibodi dalam tes serum ini, ia terperangkap dalam lapisan antara
antigen HIV, yang melekat dalam tes, dan enzim yang ditambahka kedalam
tes. Kemudian dilakukan pencucian secara seksama untuk melepaskan enzim
yang tak terikat. Reagen pewarna ditambahkan, setiap enzim yang terikat akan
dikatalisasi sehingga terjadi perubahan warna pada reagen. Adanya antibodi
HIV akan mengubah warna tersebut. Berdasarkan standar laboratorium
Kementerian Kesehatan RI, tes elisa bukan sebagai tes konfirmasi (6)

2) Metode Virologis
Pemeriksaan virologis ini dilakukan dengan pemeriksaan viral load atau HIV
RNA dengan metode PCR yaitu dengan mengukur jumlah virus dalam darah
yang bersifat kuantitatif yang dinyatakan dalam satuan copy per mililiter (6)
2. Pemeriksaan HIV RNA
Pemeriksaan HIV RNA / Viral Load adalah tes yang digunakan untuk
mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam
darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL)
darah. Dengan mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur
besarnya replikasi virus. Untuk melakukan replikasi, virus membutuhkan RNA
sebagai "cetakan" atau "blue print" agar dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus
HIV membawa dua kopi RNA. Ini artinya jika pada hasil tes didapatkan jumlah HIV
RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti di dalam tiap mililiter darah terdapat
10.000 partikel virus (Linda astari, 2009). Pada pertengahan tahun 1990-an, sejak
ditemukan teknologi baru untuk mengukur secara kuantitatif HIV RNA di dalam
plasma atau dikenal sebagai viral load HIV, pemeriksaan ini mulai rutin dilakukan
oleh para klinisi sebagai prediktor yang lebih baik untuk memprediksi progresifitas
perjalanan infeksi HIV.Tes viral load HIV ditujukan pada pasien-pasien yang telah
didiagnosa mengalami infeksi HIV atau AIDS
Tes ini dapat juga dilakukan pada bayi yang baru lahir, yang ibunya diketahui
menderita HIV atau AIDS oleh karena dapat mendeteksi HIV dalam darah lebih cepat
dibandingkan tes-tes yang lain. Dengan demikian jika memang didapatkan virus HIV
di dalam sampel darah bayi tersebut, dokter dapat mempertimbangkan untuk
memberikan terapi lebih awal. Wanita hamil yang pernah mengalami atau baru saja
mengalami paparan terhadap HIV dapat juga melakukan tes viral load HIV. Tes ini
akan membantu mereka membuat keputusan, seperti misalnya kapan mereka harus
memulai terapi antiretroviral untuk menghindari penularan infeksi HIV pada bayi
mereka. Deteksi RNA virus penting juga dilakukan pada penderita dengan infeksi
yang masih akut (sebelum terbentuk antibodi) atau pada kasus yang sangat jarang,
pada seseorang yang terinfeksi tanpa terbentuk antibody . HIV RNA dalam plasma
dapat diukur melalui beberapa metode atau teknik pemeriksaan, yakni: (1)
Polymerase Chain Reaction (PCR); (2) branched-chain DNA (b-DNA); (3) Nucleic
acid sequence-based amplification (NASBA). Ketiga metode tersebut dapat
mengukur HIV RNA dalam plasma secara kuantitatif dengan akurat, namun masing-
masing metode bekerja dengan cara yang berbeda-beda sehingga menunjukkan hasil
yang berbeda untuk pemeriksaan sampel yang sama. Oleh karena itu penting untuk
diperhatikan supaya menggunakan satu jenis tes atau metode yang sama pada setiap
pemeriksaan viral load agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dari waktu ke
waktu (7)

4. Pemeriksaan Jumlah CD4+


Pemeriksaan CD4+ merupakan pemeriksaan baku untuk menilai prognosis berlanjut
ke AIDS atau kematian,untuk membentuk diagnosis diferensial pada pasien yang
bergejala, dan untuk mengambil keputusan terapeutik mengenali terapi
antiretroviral (ART) dan profilaksis untuk pathogen oportunistik. Jumlah CD4+
adalah indikator yang paling diandalkan untuk prognosis (Ditjend P2P, 2018).
Pemeriksaan gold standar untuk penghitungan sel limfosit CD4+ adalah dengan
menggunakan flowcytometry. Dengan metode antibodi monoklonal yang dilabel
flouresens Penentuan jumlah absolut CD4+ dengan flowcytometry dapat dihitung
dengan dua metode yaitu dengan metode dual-platform (DP) dan
singleplatform. Hasil tes CD4+ biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel yang ada
dalam satu millimeter kubik darah (mm3) atau per mikroliter (/ul). Jumlah CD4+
yang normal biasanya berkisar antara 500-1600/ul. Pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) umumnya menurun perlahan, namun dalam beberapa kasus, jumlah CD4+
dapat menurun dengan lebih cepat. Karena jumlah CD4 mudah dipengaruhi oleh
jumlah leukosit dan limfosit, sebaiknya persentase sel CD4+ dapat juga dipakai
sebagai alternatif. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah CD4+ mutlak, nilai
normal berkisar 30-60% (6)
KERANGKA KONSEP

= = Area Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel

1. Penderita HIV/AIDS adalah pasien dengan diagnosis HIV/AIDS Yang dilihat


dari data Laboratorium.
2. Pemeriksaan HIV RNA adalah pemeriksaan kuantitatif human immunodeficiency
virus (HIV) RNA dalam sampel plasma menggunakan alat Cobas Taqman
dengan metode Real Time PCR yang hasilnya dinyatakan dalam satuan kopi per
mili liter (mL) darah. Hasilnya dinyatakan Virus Terdeteksi bila >2 x 10 1
copies/mL dan Tak terdeteksi bila <2 x 101 copis/mL.
3. Pemeriksaan Jumlah CD4+ adalah pengukuran jumlah sel Limfosit T CD4+
dengan sampel darah EDTA yang diukur dengan alat FASVIA dengan metode
flowcytometri dan hasilnya di nyatakan dalan satuan sel/mm 3 dengan nilai
rujukan 500 – 1600 sel/mm3. Jumlah CD4+ dikelompokan kedalam 3 kategori
yaitu <200 sel/mm3, 200 – 499sel/mm3 dan >500 sel/mm3.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dengan
pengambilan data sekunder dari Sistem Informasi Laboratorium Klinik
ProdiaKampung Melayu Jakarta Pelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-
sectional dengan pengambilan data sekunder dari Sistem Informasi Laboratorium
Klinik ProdiaKampung Melayu Jakarta.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Kampung Melayu Jakarta
antara bulan Mei sampai bulan Agstus tahun 2022.

D. Populasi dan Sampel


a) Populasi pada penelitian ini adalah data pasien dengan diagnosis HIV/AIDS
yang tercatat di Laboratorium Klinik Prodia Kampung Melayu Jakarta.
b) Sampel pada penelitian ini adalah data pasien HIV/AIDS yang melakukan
pemeriksaan HIV RNA dan pemeriksaan Jumlah CD4+ tahun 2202 di
Laboratorium Klinik Prodia Kampung Melayu Jakarta sebanyak 86 pasien.
E. Teknik Pengumpulan Data
a) Mengajukan pembuatan surat izin pengambilan data dari institusi Poltekkes
Kemenkes Jakarta III.
b) Menyerahkan surat izin pengambilan data dari institusi dan proposal ke
Branch Manager Laboratorium Prodia Kampung Melayu.
c) Mendapatkan surat izin pengambilan data dari Branch Manager
d) Melakukan penelusuran dan pencatatan data pasien dengan infeksi
HIV/AIDS yang melakukan pemeriksaan HIV RNA dan Jumlah CD4+ di
Laboratorium Klinik Prodia Kampung Melayu tahun 2022
e) Merekap, menganalisis dan menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel.
Teknik Penyajian dan Analisis Data, Data yang telah terkumpul disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi analisis data dengan menghitung persentase.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA. Jakarta; 2019.
2. Fajar E. Studi kasus pada pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA
MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
derajat sarjana strata-1 kedokteran umum. 2013.
3. Dr. drh.Didik Budijanto. PROFIL_KESEHATAN_2018_Buku ini diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes. 2018;
4. Eva G. Bahan Ajar Imuniserologi Kemenkes 2018.
5. Rasmalia. Epidemioloi I HIV dan penaggulangannya. 2013 Rasmaliah. 2013.
6. Keputusan Menteri PNPK. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK 
TATA LAKSANA HIV INDONESIA. 2019.
7. Elisabet fajar. Elizabet Fajar dan Sofro, Hubungan antara Stadium KlinisViral Load
dan jumlah CD4 pada pasien  HIV AIDS Di RSUP Dr. Karyadi  ,2013 dalam Journal
UNDIP. 2013;
 

Anda mungkin juga menyukai