0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan13 halaman
1. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi sel CD4 dan membutuhkan enzim reverse transkriptase dan integrase untuk bereplikasi.
2. Infeksi HIV memiliki 3 tahapan yaitu akut, tanpa gejala, dan tahap AIDS dengan gejala infeksi oportunistik.
3. Diagnosa HIV dilakukan dengan tes EIA atau PCR untuk mendeteksi antibodi atau DNA virus.
1. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi sel CD4 dan membutuhkan enzim reverse transkriptase dan integrase untuk bereplikasi.
2. Infeksi HIV memiliki 3 tahapan yaitu akut, tanpa gejala, dan tahap AIDS dengan gejala infeksi oportunistik.
3. Diagnosa HIV dilakukan dengan tes EIA atau PCR untuk mendeteksi antibodi atau DNA virus.
1. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi sel CD4 dan membutuhkan enzim reverse transkriptase dan integrase untuk bereplikasi.
2. Infeksi HIV memiliki 3 tahapan yaitu akut, tanpa gejala, dan tahap AIDS dengan gejala infeksi oportunistik.
3. Diagnosa HIV dilakukan dengan tes EIA atau PCR untuk mendeteksi antibodi atau DNA virus.
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UHAMKA 2021 OLEH : TIM DOSEN Tujuan Pembelajaran Memahami patofisiologi HIV AIDS mulai dari etiologi, perjalanan penyakit, gejala yang muncul, dan pemeriksaan yang dapat dilakukan. BAHAN KAJIAN • Struktur HIV, reverse transkriptase dan perannya dalam replikasi virus HIV. • Patofisiologi penyakit dan tahap HIV AIDS. • Infeksi oportunistik dalam HIV AIDS. • Cara infeksi dan penularan serta pencegahannya. • Diagnosa HIV Referensi yang Bisa Digunakan Buku Teks: 1. Greene, R.J., Haris, N.D., and Goodyer, L.I., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacists : A Basic for Clinic Pharmacy, 2nd Ed., Pharm. Press, London. 2. Kaplan, A. and L.L. Szabo., Clinical Chemistry Interpretation and Techniques, Lea and febiger, Philadelphia. 3. Kumar, V., Cotran, R.S., and Robin, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th Ed., W.B. Sounders, Philadelphia. 4. Price, S., Wilson, L., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta. 5. Frizzell, Handbook of Pathophysiology (2001) 6. Kumar, V., et.al., Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease , 7th ed (2005) 7. Alldredge, et al., Koda Kimble, Applied Therapeutics, the Clinical Use of Drugs (2013) 8. Gagle, 2019 1. Sekilas Tentang HIV • HIV pertama kali ditemukan tahun 1981 dari sekelompok gay yang ada di San Fransisco, dimana pada saat itu mereka yang sedang sakit menunjukkan gejala infeksi yang tidak biasa. • HIV termasuk retrovirus (double strand RNA) yang siklus gennya berbeda dengan siklus gen makhluk hidup pada umumnya. • HIV membutuhkan reverse transkriptase agar dapat bereplikasi di sel inang. • HIV punya 2 enzim penting lainnya yaitu HIV integrase dan HIV protease dalam bereplikasi.
2. Struktur virus HIV dan siklus hidup Siklus hidup dari virus HIV yaitu sebagai berikut. • Protein inti dari virus HIV yaitu double strand yang identic (+/+ RNA) yang dibungkus oleh cangkang protein kemudian oleh lipid bilayer/lipid envelope. Pada bagian lipid envelope terdapat glikoprotein (peplomers) yang membantu virus menempel pada sel inang. Peplomers HIV virus ada 2 yaitu GP41 dan GP120. • GP41 membantu virus menempel pada envelopenya, sedangkan GP120 membantu menempelkan virus ke sel inang yaitu pada bagian CD4 sel inang. CD4 sel inang ini suatu protein sel yang banyak terdapat pada permukaan sel T helper (CD4+, limfosit, CD4 sel), dan sedikit di makrofag dan monosit. Sel yang diserang adalah sel imun manusia. • Ketika virus HIV masuk, GP120 dari virus akan berikatan dengan CD4 sel inang, kemudian bungkus dari GP120 terbuka (uncoating) dan mengeluarkan ini RNA virus, inti RNA masuk ke sel inang. 1 strand RNA masuk ke sitoplasma, 1 strand lagi membentuk DNA double strand oleh enzim polymerase sel. • DNA double strand berikatan dengan DNA sel inang dengan bantuan enzim integrase virus, sehingga setiap DNA sel inang bereplikasi, DNA virus juga ikut bereplikasi. Oleh sebab itulah HIV belum bisa disembuhkan. • Pematangan virus dibantu oleh enzim protease virus. Jika virus sudah matang, virus akan menyebar.
3. Stadium infeksi HIV a. Stadium Akut ✔ Muncul beberapa minggu setelah sel terinfeksi virus. ✔ Gejala sangat tidak spesifik, yaitu demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, tidak enak badan. ✔ Setelah beberapa minggu, gejala hilang (tidak bergejala). ✔ Pada fase ini, terjadi pengurangan sementara jumlah CD4+ dan CD8+ limfosit. b. Stadium tanpa gejala ✔ Setelah stadium akut,pasien masuk ke stadium baru yang Panjang (bisa 5-10 tahun), dimana pada fase ini pasien tidak menunjukkan gejala apapun, bahkan pasien terlihat sehat. ✔ Pada fase ini, pelan namun pasti terjadi pengahncuran sel imun terutama CD4. ✔ Jumlah CD4 menurun secara signifikan menjadi <500 sel per mikroliter (normal 500- 1500 sel per mikroliter). Jumlah CD8 juga menurun.
c. Stadium bergejala / fase AIDS ✔ Terjadi saat level CD4 <200 sel per mikroliter dan mulai muncul gejala klinis karena jumlah virus mulai meningkat. ✔ Gejalanya mulai kompleks (AIDS related complex), mulai dari demam, keringat di malam hari, diare, dan infeksi oportunistik, juga penurunan berat badan, mual, dan muntah. ✔ Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat menurunnya daya tahan tubuh pasien, dan ini khas pada pasien HIV. ✔ Pasien dapat terserang kanker, paling sering yaitu kanker Kaposi sarkoma, menyerang kulit, mukosa mulut karena berasosiasi dengan virus herpes 8. ✔ Pada sistem saraf menyebabkan dementia (AIDS dementia complex).
4. Infeksi oportunistik yang mungkin terjadi pada pasien AIDS. • Jamur pada paru à pneumocystis, cryptococcus, histoplasmosis. • Jamur pada mulut à candida • Herpes pada mata, usus, paru, esofagus à cytomegalovirus • Infeksi mycobacterium avium complex à mengancam hidup pasien dg imunocompromised • Toksoplasmosis • Tuberculosis
• Virus akan berpindah melalui cairan tubuh yang sudah
terkontaminasi, yaitu : • Cairan kelamin (hubungan seksual) • Transfusi darah (jarum suntik) • Plasenta (ibu ke janin) • Air susu ibu (bu menyusui tidak boleh menyusui anaknya jika terkena HIV) • Salaman, mengobrol, tidak menularkan virus.
6. Diagnosa HIV • Enzyme Immunoassay à untuk deteksi antibodi HIV • Jika EIA positif, dikonfirmasi dengan Western Blot/ Imunofluoroassay (IFA) untuk deteksi protein HIV nya (protein p24, gp 120, gp 41). • PCR à untuk deteksi jumlah DNA virus HIV (viral load).