Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan dimana para

siswa bisa berinteraksi dengan guru, dengan kata lain berinteraksi

secara sosial. Sekolah adalah wahana yang baik bagi tumbuhnya

kemampuan bekerja sama, dengan itulah akan tumbuh rasa

kebersamaan yang memberi pengaruh positif bagi perkembangan

siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain disekolah siswa

akan mengalami proses interaksi dalam proses pembelajaran, guru

akan membelajarkan siswa dengan harapan siswa akan belajar.

Melalui interaksi yang baik akan timbul kerja sama antara siswa

dengan siswa ataupun siswa dengan guru.

Belajar bekerja sama disekolah dapat mempersiapkan siswa

untuk masa depannya di masyarakat yaitu memacu siswa untuk

belajar secara aktif ketika ia bekerja sama dan bukan hanya pasif. Hal

ini memotivasi siswa untuk mencapai prestasi akademik yang lebih

baik, menghormati perbedaan yang ada dan kemajuan dalam

kemampuan sosial. Kesemuanya itu akan membangun kemampuan

kerja sama seperti komunikasi, interaksi, rencana kerja sama, berbagi

ide, pengambilan keputusan, mendengarkan, bersedia untuk berubah,

saling tukar ide dan mensintesis ide (Sharan, dalam Suyanto 2005).

Belajar bekerja sama juga merupakan sebuah metode yang dapat

1
2

meningkatkan prestasi akademik yang implementasinya tidak

membutuhkan biaya mahal (Lyman dan Foyle, dalam Suyanto 2005).

Yudha M. Saputra, dkk (2005) juga mengatakan bahwa manfaat

pembelajaran kerjasama adalah mampu mengembangkan aspek

moralitas dan interaksi sosial peserta didik karena melalui kerjasama

anak memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi

dengan anak yang lain, mempersiapkan siswa untuk belajar

bagaimana caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan

informasi sendiri, baik guru, teman, bahan pelajaran ataupun sumber

belajar yang lain, meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja

sama dengan orang lain dalam sebuah tim, membentuk pribadi yang

terbuka dan menerima perbedaan yang terjadi, dan membiasakan

anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan analisisnya.

Selain itu manfaat yang dapat dihasilkan melalui pembelajaran

kerja sama adalah anak akan bertambah sikap tanggung jawabnya

terhadap dirinya sendiri maupun anggota kelompoknya, anak akan

bangkit sikap solidaritasnya dengan membantu teman yang

memerlukan bantuannya, anak akan merasakan perlunya kehadiran

teman dalam menjalani hidupnya, anak dapat mewujudkan sikap

kerjasama dalam kelompok dan merefleksikannya dalam kehidupan,

dan anak mampu bersikap jujur dengan mengatakan apa adanya

kepada teman dalam kelompoknya (Saputra, dkk 2005).


3

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa kerjasama

merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran. Kerjasama

merupakan suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat

aktifitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama

dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas

masing-masing.

Namun pada kenyataannya kerja sama siswa merupakan

problem yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan ini dapat

terindikasi setelah penulis melakukan observasi pada kelas IVA di

SDN 005 Malinau Kota. Bahwa kerja sama siswa masih rendah dapat

terlihat dari beberapa hal yang terjadi saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

Pertama, pada saat pembagian kelompok ada sebagian siswa yang

tidak mau bergabung dengan kelompok yang sudah dibagikan.

Kedua, pembagian tugas yang tidak merata. Hal ini terindikasi ketika

guru meminta siswa belajar secara berkelompok untuk berdiskusi.

Misalnya didalam kelompok tersebut terdiri dari lima orang siswa ,

tetapi dalam pelaksanaan diskusi hanya dua orang siswa saja yang

bekerja dan saling berbagi tugas-tugas, sedangkan siswa yang lainnya

hanya diam dan tidak ikut serta membantu.

Ketiga, kondisi kelas ribut dan tidak menghargai teman yang sedang

presentasi didepan kelas.


4

Keempat, ada siswa yang tidak dapat di satukan dalam kelompok yang

sama karena akan menghasilkan keributan di dalam kelas sehingga

mengganggu konsentrasi siswa yang lainnya.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan penulis dilapangan

dapat disimpulkan bahwa diperlukannya suatu model pembelajaran

yang cocok untuk menarik perhatian siswa dalam belajar, terlebih

untuk dapat meningkatkan kerja sama siswa di kelas. Untuk itu penulis

tertarik untuk menerapkan model pembelajaran“Kooperatif Tipe Team

Games Tournament (TGT) dengan judul “Optimalisasi Kemampuan

Kerja Sama Siswa Kelas IV A Melalui Model Pembelajaran Koopertif

Tipe Team Games Tournament Pada SDN 005 Malinau Kota”.

B. Identifikasi Isu
Berdasarkan hasil analisis dari isu-isu yang berkembang di SDN

005 Malinau Kota, maka penulis melakukan teknik analisis USG

(Urgency, Seriousness, Growth) untuk menyusun urutan prioritas isu

yang harus diselesaikan, sebagai dasar dalam menentukan gagasan

dan penyusunan rancangan aktualisasi, antara lain:

1. Masih rendahnya motivasi belajar siswa kelas IVA SDN 005

Malinau Kota. Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang

sangat penting bagi siswa, karena motivasi tersebut akan membuat

anak untuk tetap bersemangat dalam belajar. Motivasi belajar

siswa kelas IV A SDN 005 Malinau Kota terlihat masih kurang


5

sekali, bisa disebabkan karena gaya dan cara penyampaian materi

monoton sehingga siswa merasa bosan untuk belajar.

2. Belum optimalnya pemahaman materi matematika siwa kelas IVA

di SDN 005 Malinau Kota. Masalah ini terindikasi pada saat siswa

belajar matematika materi tentang bangun ruang dan datar. Terlihat

siswa bingung membedakan bangun ruang dengan bangun datar.

Masih ada sebagian besarsiswa yang tidak tahu nama bangun

ruang dan bangun datar. Sebagian besar siswa belum memahami

materi yang disampaikan oleh guru. Ini diduga guru terlalu cepat

dalam menyampaikan materi dan tidak menggunakan media

pembelajaran.

3. Belum optimalnya kerja sama siswa kelas IV A pada SDN 005

Malinau Kota. Permasalahan ini dapat terindikasi setelah penulis

melakukan observasi pada kelas IV A di SDN 005 Malinau Kota.

Bahwa kerja sama siswa masih rendah dapat terlihat dari beberapa

hal yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pertama, pada saat pembagian kelompok ada sebagian siswa yang

tidak mau bergabung dengan kelompok yang sudah dibagikan.

Kedua, pembagian tugas yang tidak merata. Hal ini terindikasi

ketika guru meminta siswa belajar secara berkelompok untuk

berdiskusi. Misalnya didalam kelompok tersebut terdiri dari lima

orang siswa , tetapi dalam pelaksanaan diskusi hanya dua orang


6

siswa saja yang bekerja dan saling berbagi tugas-tugas, sedangkan

siswa yang lainnya hanya diam dan tidak ikut serta membantu.

Ketiga, kondisi kelas ribut dan tidak menghargai teman yang

sedang presentasi didepan kelas.

Keempat, ada siswa yang tidak dapat di satukan dalam kelompok

yang sama karena akan menghasilkan keributan di dalam kelas

sehingga mengganggu konsentrasi siswa yang lainnya.

Berdasarkan hasil analisis isu dengan tekhnik analisis USG

(Urgency, Seriousness, Growth)di atas, maka isu yang diangkat

adalah isu dengan skor paling tinggi yaitu belum optimalnya kerja sama

siswa kelas IV A pada SDN 005 Malinau Kota.

C. Perumusan dan Penentuan Isu

Untuk menganalisa beberapa isu yang telah diidentifikasi diatas,

penulis menggunakan tehknik analisis USG (Urgency, Seriousness,

Growth). Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah salah

satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus

diselesaikan.Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan,

dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5. Isu yang

memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih

jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan

sebagai berikut:
7

1. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan

waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut

untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tersebut.

2. Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas terkait dengan akibat

yang timbul apabila isu tidak segera diselesaikan.

3. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi

berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan

makin memburuk kalau dibiarkan.

Tabel 1.1 Analisis USG (Urgency, seriousness and Growth)


Kriteria
No Isu aktual/Masalah
Pokok Skor Prioritas
U S G
1. Masih rendahnya
motivasi belajar
siswa kelas IV A 3 4 2 9 II
pada SDN 005
Malinau Kota

2. Belum optimalnya
pemahaman materi
matematika siswa
kelas IV A pada 3 2 2 7 III
SDN 005 Malinau
Kota

3. Belum optimalnya
kerja sama siswa
kelas IV A pada 4 4 5 13 I
SDN 005
MalinauKota
8

Keterangan:
Angka 5: sangat gawat/mendesak/cepat;
Angka 4: gawat/mendesak/cepat;
Angka 3: cukup gawat/mendesak/cepat;
Angka 2: kurang gawat/mendesak/cepat;
Angka 1: tidak gawat/mendesak/cepat

Tabel di atas menggambarkan analisis isu-isu yang ada dan

berkembang di SDN 005 Malinau Kota. Berdasarkan analisis tersebut

dapat diketahui bahwa belum optimalnya kerja sama siswa kelas IV A

SDN 005 Malinau Kotasebagai isu prioritas bagi penulis dalam

menentukan gagasan kreatif/kegiatan yang akan dilakukan dalam

menyusun rancangan aktualisasi.

D. Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Output yang

Diharapkan

Agar pemecahan isu tersebut dapat terlaksana dengan baik dan

tepat waktu, maka penulis menyusun rencana kegiatan untuk

dilaksanakan pada masa habituasi. Secara garis besar kegiatan yang

akan penulis laksanakan terdiri dari 6 (enam) kegiatan, yang masing-

masing kegiatan tersebut terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu

sebagai berikut:

1. Menyusun konsep tentang kegiatan model pembelajaran Team

Games Tournament. Adapun tahap kegiatannya yaitu datang ke

sekolah meminta persetujuan mentor dan menulis catatan hasil

konsultasi. Output yang didapatkan dalam tahapan ini adalah


9

mendapatkan izin dan persetujuan dari Kepala Sekolah tentang

penerapan model Team Games Tournament.

2. Menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). Adapun

tahapan kegiatannya yaitu sebelum memulai proses pembelajaran,

pendidik membuat RPP dan instrumen pembelajaran yang

digunakan untuk proses belajar mengajar untuk peserta didik.

Output yang didapatkan dalam tahapan kegiatan ini adalah

mendapat persetujuan dari mentor untuk melaksanakan

pembelajaran di kelas.

3. Membuat peraturan kelas dan jadwal piket kelas

Penulis membuat peraturan kelas dan membuat jadwal piket kelas

dengan maksud agar kelas lebih bersih dan tertib.Sehingga melalui

kegiatan membuat peraturan kelas dan jadwal kelas peserta didik

lebih peduli lingkungan dan tertib. Output yang didapatkan dari

tahap kegiatan ini yaitu mendapat respon dan dukungan yang

sangat baik dari mentor dan wali kelas IV A.

4. Melaksanakan model pembelajaran Team Games Tournament

(TGT). Adapun tahapan kegiatannya yaitu Penyajian Kelas (Class

Presentation) Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan

materi dalam penyajian kelas atau sering juga disebut dengan

presentasi kelas (class presentation). Belajar dalam Kelompok.

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan

kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik, jenis kelamin, etnik,


10

dan ras. Permainan (Games). Games atau permainan terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang

untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Pertandingan atau Lomba

(Tournament). Turnamen atau lomba adalah struktur belajar,

dimana game atau permainan terjadi. Penghargaan Kelompok

(Team Recognition). Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru

kemudian mengumumkan kelompok yang menang masing-masing

tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila

rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Output yang

didapatkan dari tahapan kegiatan ini adalah mendapatkan hasil

kerjasama yang optimal dari peserta didik.

5. Membuat alat ukur untuk pencapain hasil kerjasama. Adapun

tahapan kegiatannya yaitu membuat lembar observasi kerjasama

peserta didik. Output yang didapatkan dari kegiatan ini adalah

mendapat lembar observasi kerjasama peserta didik.

6. Mengoreksi hasil kerjasama peserta didik. Adapun tahapan

kegiatannya yaitu mengobservasi peserta didik selama kegiatan

belajar dalam kelompok menggunakan lembar observasi. Output

yang didapatkan dari kegiatan ini adalah memperoleh hasil

kerjasama peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai