Anda di halaman 1dari 40

update COVId19 Terkini

Erlina Burhan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI-RSUP Persahabatan
Perkembangan COVID19 sangat
dinamis

• Kita dituntut untuk belajar terus


• Potensi penularan langsung dan tidak langsung serta ada potensi airborne
• Virus bermutasi/berubah susunan genetiknya
• PCR dengan hasil Positif Persisten
• Long haul Covid19
• Kemungkinan Re-infeksi
• Vaksin: end game?

WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard [Internet]. Covid19.who.int. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.who.int/
COVID-19 G. Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 [Internet]. covid19.go.id. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
Penyebaran COVID-19
• Prinsip penyabaran lewat droplet, terdiri dari droplet besar dan
droplet kecil
• Transmisi dapat terjadi via:
• Transmisi kontak  via kontak langsung (berjabat tangan)
• Transmisi droplet  transmisi via droplet yang dikeluarkan penderita
• Tranmisi airborne  transmisi via droplet kecil yang dapat bertahan di
udara dalam beberapa jam
• Transmisi airborne sangat mungkin terjadi dalam beberapa
situasi:
• Ruangan tertutup
• Paparan jangka panjang (bernyanyi, berolahraga bersama)
• Ventilasi yang tidak adekuat

CDC COVID-19 [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention [cited 10 November 2020]. Available from:https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/more/scientific-brief-sars-cov-2.html
Selain sistem saluran napas Covid19 juga dapat
menyerang Organ Lain
Otak • Stroke, kejang, inflamasi otak
Mata • Konjungtivitis, inflamasi kornea
Hidung • Anosmia
• Pembekuan darah, vasokonstriksi pembuluh
Kardiovaskular
darah
Hati • Peningkatan enzim hati
Intestinal • Diare
Ginjal • AKI, proteinuria
• GBS, ensefalitis, kejang, halusinasi, gangguan
Neurologis
kesadaran/delirium
Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). WHO. 2020. who-china-joint-mission-on-covid-19---final-report-1100hr-28feb2020-11mar-update.pdf. (Accessed 6 June 2020)
Gejala Delirium
• Agitasi
Hiperaktif • Tidak bisa diam
• Perubahan mood  (kadang) agresif

• Lesu/mengantuk/bicara lambat
Hipoaktif • Tidak aktif
• Apatis

• Perubahan gejala hiperaktif ke hipoaktif atau


Campuran
sebaliknya
Tanpa Gejala
• Gejala kognitif saja
Motorik
Velthuijsen EL, Zwakhalen SMG, et.al. Detection and management of hyperactive and hypoactive delirium in older patients during hospitalization: a retrospective cohort study evaluating
daily practice. Int J Geriatr Psychiatry 2018; 33: 1521-9.
Kelompok yang berisiko untuk terjadi delirium

• Lansia (>65 tahun)


• Riwayat kelainan pada otak (stroke, demensia, Parkinson, dll)
• Riwayat delirium sebelumnya
• Riwayat gangguan penglihatan/pendengaran
• Penyakit komorbid (DM, hipertensi, dll)
• Penggunaan obat-obatan antipsikotik

Kennedy M. Delirium in Older Patients With COVID-19 Presenting to the Emergency Department. JAMA Network Open. 2020;3(11):e2029540. doi: 10.1001/jamanetworkopen.2020.29540
Ticinesi A, et al. Delirium in COVID-19: epidemiology and clinical correlations in a large group of patients admitted to an academic hospital. Aging Clinical and Experimental Research. 2020;32:2159-66
DEFINISI OPERASIONAL

SUSPEK PROBABLE

KONTAK
KONFIRMASI
ERAT
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Rapid Test Antigen

WHO. Antnigen-detection in the diagnosis of SARS-CoV-2 Infection Using Rapid Immunoassays Interim Guidance. 11 Sep 2020

WHO. Antigen-detection in the diagnosis of SARS-CoV-2 Infection Using Rapid Immunoassays Interim Guidance. 11 Sep 2020
Mutasi SARS-CoV2
• Terdapat beberapa penelitian yang mendapatkan adanya mutasi pada
virus SARS-CoV2
• Long dkk.  ditemukan mutasi pada spike protein asam amino
Gly614
• mutasi tersebut menyebabkan viral load pada nasofaring jauh lebih banyak,
namun tidak mempengaruhi keparahan gejala dan terapi yang diberikan
• Mutasi SARS-CoV 2 mink-associated di Denmark  menyerang pasien
segala umur
• Secara umum, tidak ada perbedaan gejala klinisnya dengan virus yang belum
bermutasi
• MUTASI TERBARU DITEMUKAN DI INGGRIS
Long SW, Olsen RJ, Christensen PA, Bernard DW, Davis JJ, Shukla M, et al. Molecular Architecture of Early Dissemination and Massive Second Wave of the SARS-CoV-2
Virus in a Major Metropolitan Area. Bonomo RA, editor. mBio. 2020 Oct 30;11(6):e02707-20, /mbio/11/6/mBio.02707-20.atom.
WHO. SARS-CoV2 mink Assoctiated variant strain. Denmark [cited 10 Nov 2020]. Available at: https://www.who.int/csr/don/06-november-2020-mink-associated-sars-
cov2-denmark/en/
Virus bermutasi ( terjadi perubahan susunan
materi genetik (Mutasi D614G)

Fungsi spike
meningkat,
Asam fleksibilitas
Glisin
Aspartat meningkat, tidak
(G614)
(D614) mudah hancur, lebih
stabil, lebih mudah
menular

Zhang L, Jackson C, Mou H, Ojha A, Rangarajan E, Izard T et al. The D614G mutation in the SARS-CoV-2 spike protein reduces S1 shedding and increases infectivity. 2020
MUTASI TERBARU DITEMUKAN DI INGGRIS
• Ditemukan pada bulan Oktober 2020 (sampel dari September 2020), tersebar di
UK: London (Tenggara dan Timur) Dan terdapat kasus dari UK di Australia
• Terdapat 17 mutasi, termasuk mutasi di receptor binding domain pada spike
glycoprotein (mutasi N501Y) --> diduga menyebabkan varian lebih infeksius
• Varian ini diduga memiliki kemampuan transmisi yang lebih tinggi dibandingkan
varian lainnya.
• Implikasi pada pengembangan vaksin: varian ini memiliki mutasi pada spike
protein yang ditargetkan oleh vaksin yang sedang dikembangkan, namun vaksin
tidak hanya menargetkan bagian yang bermutasi sehingga mutasi tersebut tidak
mengubah efektivitas vaksin

Morais, Ana H A et al. “Can Probiotics and Diet Promote Beneficial Immune Modulation and Purine Control in Coronavirus Infection?.”
Nutrients vol. 12,6 1737. 10 Jun. 2020, doi:10.3390/nu12061737
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN
RINGAN SEDANG BERAT
• Tanda klinis pneumonia DAN
• Tanpa bukti pneumonia virus • Remaja / dewasa salah satu dari
/ hipoksia • Tanda klinis pneumonia
• Demam, batuk, fatigue, (demam, batuk, sesak, • RR > 30 x/menit
anoreksia, napas pendek, takipnea)
• Distres pernapasan berat
myalgia • Tanpa pneumonia berat (SpO2
• SpO2 <93% room air
• Gejala tidak spesifik: nyeri > 93% room air)
tenggorokan, kongesti • Anak-anak
hidung, sakit kepala, diare, • Klinis pneumonia tidak berat
mual, muntah, anosmia, (batuk / sulit napas + napas KRITIS
ageusia  sebelum onset cepat dan/atau retraksi dinding
gejala pernapasan dada) Pasien dengan ARDS,
• Gejala atipikal pada pasien sepsis, dan syok sepsis
• Tanpa pneumonia berat
usia tua /
immunocompromised
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
Manajemen Kasus COVID-19

Diadapatkasi dari: Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Klasifikasi
Pemeriksaan Antiviral Anti-inflamasi Vitamin & Suplemen Pengobatan Lain
(WHO)
Ringan DPL, Swab PCR Oseltamivir1 Vitamin C Terapi O2: arus rendah
ATAU Vitamin D3
Vitamin E
Favipiravir2
Sedang DPL, PCR, AGD, GDS, Favipiravir2 Kortikosteroid, Vitamin C Plasma konvalesens,
SGOT/SGPT, Ureum, ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D3 sel punca
Kreatinin, D-Dimer, (jika sangat dipertimbangkan) Vitamin E
Remdesivir
Ferritin, Troponin, IL-6, Terapi O2:
k/p NT proBNP, XRay Noninvasif: arus
Thorax (k/p CT scan) sedang-tinggi (HFNC)

Berat DPL, PCR, seri AGD, Favipiravir2 Kortikosteroid, Vitamin C Plasma konvalesens,
GDS, SGOT/SGPT, ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D3 sel punca
Ureum, Kreatinin, D- Remdesivir Vitamin E
Dimer, Ferritin, IVIG
Troponin, IL-6, k/p NT HFNC/
proBNP, k/p CK-CKMB, Ventilator
CT scan
Kritis Favipiravir Kortikosteroid, Vitamin C Sel punca
ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D3
Remdesivir Vitamin E IVIG
Ventilator/
ECMO
1Oseltamivir diberikan terutama bila diduga ada infeksi influenza
2Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang merencanakan kehamilan
Perkembangan Terapi COVID-19
• Terapi Standar :
Beberapa pilihan terapi lain (Host
• Vit C Modifiers/Immune-Based
• VIT D Therapy):
• Azitromisin
• Supportif: Terapi Oksigen (NRM, HFNC ,VM, ECMO) • Inhibitor IL-6 (Tocilizumab
• Terapi antikoagulan • Plasma convalescent therapy
• Terapi simptomatis • Inhibitor IL-1 (Anakinra)
• Antivirus : • Human immunoglobulin
• Stem cell therapy
• Oseltamivir
• Imunomodulator lainnya
• Favipiravir
• Steroid
• Remdesivir

https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/therapeutic-options-under-investigation/
Probiotik pada Covid-19

• Dari meta analisis cochrane dan beberapa penelitian -> probiotik menurunkan insidensi
dan durasi dari infeksi saluran napas akut viral dan penurunan kebutuhan regimen
antibiotik pada infeksi napas akut bakterial
• Mekanisme utama masih kompleks dan belum diketahui sepenuhnya->dihipotesikan efek
antiinflamasi dan immunomodulator

• Efek anti-inflamasi dari L. rhamnosus, B. lactis, dan B. longum-> meningkatkan produksi


IL-10 dan penurunan sitokin proinflamasi IL-1 dan IL-6
• Lactobacilli(L. gasseri) ->meningkatkan sekresi IFN- dan IL12 yang mana sitokinn ini
mengubah sel T naif atau memori ke arah respons Th1->meningkatkan kekebalan
terhadap infeksi dan penyakit lain

Morais, Ana H A et al. “Can Probiotics and Diet Promote Beneficial Immune Modulation and Purine Control in Coronavirus Infection?.”
Nutrients vol. 12,6 1737. 10 Jun. 2020, doi:10.3390/nu12061737
Penggunaan Kolkisin pada COVID-19
• Saat ini terdapat setidaknya 10 RCT yang  Lopes et al.  RCT single center, double blind.
sedang berjalan untuk membuktikan Membandingkan pemberian kolkisin sebagai terapi
efektivitas kolkisin terhadap COVID-19 ajuvan COVID-19 dengan grup yang hanya dengan terapi
standar.
• Potensi kerja kolkisin pada COVID-19:
• Menghambat ekspresi E-selectin dan L-selectin  Didapatkan bahwa pemberian kolkisin:
 mencegah perlekatan netrofil di jaringan  Menurunkan kebutuhan penggunaan oksigen
• Mengubah struktur sitoskeleton netrofil 
mengganggu proses perpindahan netrofil  Menurunkan lama rawat
• Menghambat NLRP3 inflammasome   Menurunkan nilai CRP
menghambat cytokine storm
• Menghambat netrofil elastase  mencegah  Saat ini kolkisin sedang diteliti lebih lanjut dalam
aktivasi platelet RECOVERY Trial  clinical trial terbesar di dunia dengan
• Mencegah agregasi platelet melibatkan 18.000 pasien di UK

1. Schlesinger N, Firestein BL, Brunetti L. Colchicine in COVID-19: an Old Drug, New Use. Current Pharmacology Reports. 2020 Aug;6(4):137–45.
2. Reyes AZ, Hu KA, Teperman J, Wampler Muskardin TL, Tardif J-C, Shah B, et al. Anti-inflammatory therapy for COVID-19 infection: the case for colchicine. Ann Rheum Dis.
2020 Dec 8;annrheumdis-2020-219174.
Klasifikasi Gejala Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat

Isolasi Mandiri Isolasi Mandiri Rujuk ke RS Darurat Rujuk ke RS Rujukan


Tindak Lanjut
di Rumah di Rumah

10 sejak timbul 10 sejak timbul 1x PCR negatif + 3


Durasi Isolasi 10 hari tanpa gejala gejala + 3 hari bebas gejala + 3 hari bebas hari bebas gejala
gejala gejala

Pemantauan Lanjut isolasi


Lanjutan mandiri 7 hari

• Bila KAPASITAS Laboratorium dan sumber daya


memungkinkan, tetap lebih baik evaluasi Selesai
dengan pemeriksaan PCR
Sembuh
•Perbaikan klinis
•Perbaikan Laboratoris
•Perbaikan Radiologis
•Idealnya: PCR negatif
Hasil PCR tetap Positif?
Setelah isolasi mandiri
 ada kemungkinan hasil PCR tetap positif, walaupun sudah tidak ada gejala
• Penelitian di Korea: ditemukan bahwa walaupun sudah tidak ada virus yang yang
hidup di tubuh pasien, masih terdapat sisa-sisa virus sehingga akan masih
terdeteksi di spesimen pemeriksaan RT-PCR hingga 12 Minggu (Korea CDC, 2020;
Li et al., 2020; Xiao et al, 2020)
• Tidak adanya virus yang “hidup” resiko penularan rendah sehingga tidak akan
terjadi penularan ke orang lain

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/duration-isolation.html
Positif Presisten

• Penelitian di Korea ditemukan bahwa walaupun sudah tidak ditemukan virus yang dapat
bereplikasi 3 minggu setelah onset gejala pertama di tubuh pasien, SARS-CoV-2 RNA masih
terdeteksi di spesimen pemeriksaan RT-PCR hingga 12 Minggu (Korea CDC, 2020; Li et al.,
2020; Xiao et al, 2020)
• Spesimens dari pasien yang sudah dinyatakan recovered namun memiliki RT-PCR positif
karena muncul gejala lagi (reinfeksi) tidak terdeteksi replication-competent virus (Korea
CDC, 2020; Lu et al., 2020).

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/duration-
isolation.html?CDC_AA_refVal=https%3A%2F%2Fwww.cdc.gov%2Fcoronavirus%2F2019-
Persistent positivity and fluctuations of SARS-CoV-2 RNA in clinically-
recovered COVID-19 patients

• Analisis retrospektif 13,475 hasil RT-PCR (3 Maret hingga 4 Juni 2020), dari
7608 pasien terkonfirmasi dan clinically recover COVID-19
• Data pasien saat gejala klinis sudah tidak ada dan masih di rawat sebanyak
N = 501; follow-up: 1–53 hari
• Data setelah pasien di discharge N = 7127; follow-up post-discharge: 14–74
hari
• Pada pasien yang dirawat saat gejala kinis sudah tidak ada ditemukan
positivity rate di angka 46.9%, N = 235/501 (Cts values ≥24, viral-load
<1 × 106 quantitative droplet-PCR)
• day-14 post-discharge, positivity rate di angka 13.7% (976/7127)
• Kategori antara day-41 hingga day-60, 28/191 pasien (14.7%) didapatkan
presisten positive, namun memiliki viral-loads yang rendah (range Cts: 39.2–
43.6; viral-load dibawah 1 × 103)
• Diatas 60 hari tidak ditemukan hasil PCR positif (N= 8)

https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.06.024
Fenomena Long COVID-19

.
• Pasien Covid-19 seharusnya mengalami recovery setelah 2-6 minggu.
• Diantara usia 18-34 tahun dengan kesehatan yang baik, sekitar 20% dilaporkan
mengalami prolonged symptoms.
• Pada beberapa orang, beberapa gejala dapat bertahan atau muncul Kembali
setelah berminggu- minggu hingga berbulan- bulan setelah pulih.
• Faktor risiko: hipertensi, obesitas, kondisi Kesehatan mental.

Batuk, Sakit kepala, Nyeri


Fatigue kongesti, Anosmia, nyeri-nyeri Diare, mual abdomen dan Confusion
sesak napas ageusia badan nyeri dada

World Health Organization. Long-term Effects of Covid-19. Geneva: World Health Organization; 2020
Post COVID-19 Neurological Syndrome (PCNS)
• Merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan oleh survivor COVID-19
• Umumnya mengeluhkan adanya kelemahan otot seluruh tubuh
• Selain itu, ditemukan juga survivor COVID-19 dengan gangguan
kognitif dan gangguan neuropsikiatri
• Dihipotesiskan terjadi akibat infeksi sistem saraf pusat dan kombinasi
dengan keadaan hipoksia dan efek peningkatan mediator inflamasi
berkepanjangan
• Dihipotesiskan bahwa survivor COVID-19 memliliki potensi gangguan
neurologis jangka panjang pasca sembuh dari COVID-19
Heneka MT, Golenbock D, Latz E, Morgan D, Brown R. Immediate and long-term consequences of COVID-19 infections for the development of neurological disease. Alzheimer’s Research
& Therapy [Internet]. 2020 Dec [cited 2020 Nov 10];12(1). Available from: https://alzres.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13195-020-00640-3
Kasus Reinfeksi
• Tillet dkk.: kasus reinfeksi di Amerika.
• Seorang laki-laki 25 tahun dengan hasil positif swab PCR nasofaring
pada bulan April dan Juni 2020, dengan hasil negatif 2x di antaranya
• Didapatkan bahwa genom virus yang menginfeksi berbeda
• Pada infeksi kedua  manifestasi klinis lebih berat
• Sudah terdapat beberapa kasus yang dilaporkan, namun masih
diperlukan penelitian lebih lanjut

Tillett RL, Sevinsky JR, Hartley PD, Kerwin H, Crawford N, Gorzalski A, et al. Genomic evidence for reinfection with SARS-CoV-2: a case study. The Lancet Infectious Diseases.
2020 Oct;S1473309920307647.
Reinfeksi Sars-Co-V 2
April 2020 dilaporkan kasus reinfeksi SARS-CoV-2
terkonfirmasi pertama di Amerika Beberapa laporan kasus reinfeksi Sars-Co-V 2
Selama karantina pasien sembuh lalu hasil RT-PCR
negatif pada dua kali pemeriksaan setelahnya.
Namun, 48 hari setelah tes awal, pasien
dinyatakan positif lagi dengan RT-PCR (nilai Ct 35 ·
31; spesimen B)
”Namun,pengurutan genom dari isolat infeksi
pertama dan reinfeksi menujukan perbedaan
signifikan, sehingga kecil kemungkinan virus
berasal dari infeksi yang sama. Pada kasus
reinfeksi gejala penyakit lebih berat daripada
infeksi pertama, sehingga pasien perlu rawatan di
rumah sakit dan bantuan oksigen”
Penjelasan kasus reinfeksi

• Seorang yang sudah sembuh, mempunyai Antibodi dalam tubuhnya yg


memberikan kekebalan terhadap virus penyebab COVID19
• Namun antibodi yang terbentuk akan menghilang dalam waktu 3 -12
bulan
• Sehingga setelah 3-12 bulan masih ada kemungkinan untuk tertular
ulang atau reinfection
• Oleh sebab itu walaupun sudah sembuh, tetap harus menjalankan
protokol kesehatan
Hipotesis Mekanisme reinfeksi
• Mekanisme utama belum diketahui secara pasti,namun sudah ada
laporan reinfeksi terjadi karena dua virus dengan tipe yang berbeda yang
telah dibuktikan dengan analisis genome.
• Antibody yg terbentuk setelah sembuh akan menghilang setelah 3 – 12
bulan
• Tidak menutup kemungkinan reinfeksi terjadi karena satu virus dengan
tipe yang sama dan mengalami reaktivasi
• Perkiraan mekanisme yang dapat menjelaskan mengapa infeksi sekunder
lebih berat, adalah:.
• 1.Kadar virus yang sangat tinggi pada infeksi kedua
• 2.Kemungkinan bahwa infeksi ulang disebabkan oleh virus yang lebih ganas
• 3.Peningkatan respon imun terkait antibodi, yaitu di mana sel-sel imunitas yang memiliki reseptor
Fc,terinfeksi virus yang mengikat antibodi tertentu.Mekanisme ini telah terlihat sebelumnya pada
betacoronavirus yang menyebabkan sindrom pernafasan akut yang parah
Tillett RL, Sevinsky JR, Hartley PD, Kerwin H, Crawford N, Gorzalski A, et al. Genomic evidence for reinfection with SARS-CoV-2: a case study. The Lancet Infectious Diseases. 2020
PENCEGAHAN

3M
Meningkatkan sistem imun tubuh dan PHBS
Menghindari Kerumunan
Vaksin
Vaksin COVID-19 yang Ideal di Indonesia?

Efektif Aman Halal


Bagaimana Menilai Vaksin Yang Efektif?
Efikasi Vaksin

• Seberapa banyak penurunan insidensi sebuah penyakit pada kelompok


yang diberikan vaksin, dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan vaksin  perlu dilakukan uji klinis (RCT)

Efektivitas Vaksin

• Kemampuan sebuah vaksin untuk memberikan proteksi dan mencegah


penyakit
• Dipengaruhi berbagai hal  keadaan fasilitas kesehatan, kemungkinan
munculnya Kejadian Tidak Diinginkan (KTD), serta analisis Intention to Treat
(ITT)
MCNeil. Overview of vaccine efficacy and vaccine effectiveness. Canadian center for vaccinology Dalhousie university Halifax, nova scotia, Canada. Canada. Available from:
https://www.who.int/influenza_vaccines_plan/resources/Session4_VEfficacy_VEffectiveness.PDF
Keamanan Vaksin
 Vaksin yang aman harus melalui berbagai tahap uji coba sebelum
diberikan kepada manusia
 Harus dievaluasi dan diberikan lisensi oleh BPOM
 Setelah pemberian  dilakukan pemantauan berkala
 Pada kondisi pandemi, BPOM berhak memberikan keterangan
Emergency Use Authorization (EUA) terhadap vaksin dengan
memperhatikan berbagai penilaian  efikasi, keamanan, dan lainnya
 Hingga saat ini, BPOM belum mengeluarkan keterangan tertulis
mengenai EUA penggunaan vaksin COVID-19
Vaksin yang Dinyatakan Halal
 Terdapat 3 proses dalam menyatakan kehalalan suatu
produk
 Penelusuran bahan dan proses produksi
 Sistem jaminan halal
 Uji laboratorium
 Hingga saat ini, Kemenkes bekerja sama dengan BPOM dan
MUI untuk mengidentifikasi keamanan dan kehalalan calon
vaksin yang akan masuk ke Indonesia

Pemerintah Tengah Pastikan Keamanan dan Kehalalan Vaksin COVID-19 - Sehat Negeriku [Internet]. Sehat Negeriku. 2020 [cited 27 October 2020]. Available from: http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20201019/5435462/pemerintah-tengah-
pastikan-keamanan-dan-kehalalan-vaksin-covid-19/
Perkembangan Vaksin di Indonesia
 Uji Klinik Fase 3 Vaksin COVID 19 di Indonesia dilakukan oleh kerja
sama Sinovac dengan Bio Farma
 Dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokterian Universitas
Padjajaran
 Target Uji Klinis selesai pada Januari 2021
 Hasil uji klinis vaksin Sinovac dalam bentuk laporan sementara, akan
dievaluasi januari 2021 oleh BPOM
 Hasil laporan akan menjadi pertimbangan BPOM untuk pemberian
emergency use authorization (UEA), kemungkinan di akhir januari
 Vaksin Merah putih
Perkembangan Vaksin COVID-19:
Ada 6 Vaksin Limited/ Emergency Use (19 Des 2020)
• Gamaleya Research Institute (Rusia) • Wuhan Institute of Biological Products (Sinopharm/China)
• Vaksin kombinasi adenoviruses, Ad5 dan Ad26 • Vaksin Inactivated Virus
• Uji Klinis Fase 3 di Rusia, Belarus, Uni Emirat Arab • Uji Klinis Fase 3 dilakukan di Uni Emirat Arab (UAE), Peru,
(UEA), Venezuela, dan India dan Morocco
• Approved early use di Rusia namun belum ada hasil • Emergency Use di Uni Emirat Arab (UAE)
dari uji klinis fase 3 • Beijing Institute of Biological Products (Sinopharm/China)
• Vector Institute (Rusia) • Vaksin Inactivated Virus
• EpiVacCorona 🡪 protein virus • Uji Klinis Fase 3 dilakukan di Uniemirat Arab (UAE) dan
Argentina
• Diberikan izin Approved early use di Rusia sebelum
dilakukan Uji Klinis Fase 3 • Emergency Use di Uni Emirat Arab (UAE)
• Sinovac Biotech (China)
• CanSino Biologics (China) • Vaksin Inactivated Virus
• Vaksin adenovirus Ad5 • Uji Klinis Fase 3 di Brazil, Indonesia, Chili, Banglades dan
• Uji Klinis Fase 3 dilakukan di Saudia Arabia, Pakistan, Turki
Rusia • Emergency Use di China
• Telah disetujui untuk limited use di China

https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html
6 Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Covid-19

Masyarakat (tokoh
Tenaga medis, paramedis
agama/masyarakat), Tenaga Pendidik
contact tracing, pelayan
perangkat daerah (PAUD/TK, SD, SMP, SMA
publik (mencakup TNI,
(kecamatan, desa, RT/RW), dan sederajat, PT)
Polri, dan aparat hokum)
sebagian pelaku ekonomi

Aparatur pemerintah
Peserta BPJS Penerima Masyarakat yang berusia
(Pusat, Daerah, dan
Bantuan Iuran (PBI) 19-59 tahun
Legislatif)

https://nasional.kompas.com/read/2020/10/12/15243111/ini-6-kelompok-prioritas-penerima-vaksin-covid-19-pemerintah-legislatif?page=all#page2
Tahapan Pemberian Vaksin di Indonesia
(Information Center COVID-19)

Integrasi Data
• BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, TNI, dan Polri
Skrining Individu
• Menentukan kelompok prioritas

Registrasi

Supply chain Vaksin


• Lokasi, penyediaan, distribusi

Monitoring

https://covid19.go.id/berita/pemerintah-telah-siapkan-sistem-satu-data-vaksinasi-covid-19
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai