Anda di halaman 1dari 46

COVID-19 dr Mariani Rasjid Hs, SpP

SITUASI GLOBAL COVID-19

Sumber: https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6
Situasi covid-19 nasional
GAMBARAN UMUM
COVID-19 di Indonesia
Data di Indonesia Komorbiditas pada
34 Provinsi Kasus Meninggal
(Terkonfirmasi COVID-19)
108.376
Kasus Konfirmasi
(+2.040) 2.902 800 Rumah
Rumah Sakit Sakit Rujukan
5.131 COVID-19 COVID-19
Kasus Meninggal
(19 kematian/1 juta
penduduk)

Update Terakhir: 31-


07-2020 | 185 201.716
Sumber: Situs Laboratorium Perangkat
Kemkes RI Pengujian Oksigen
COVID-19 (Kebutuhan
4.694.280)
Patogenesis

(A) Spike proteins (Protein S) pada permukaan virus mengikat reseptor ACE-2 di
permukaan sel target
(B) Transmembrane serine protease tipe 2 (TMPRSS2) menempel dan kemudian Rabi F, et al. SARS-CoV-2
and Coronavirus Disease
memotong reseptor ACE-2. Pada proses ini Protein S teraktivasi 2019: What We Know So
Far. Pathogens 2020, 9, 231;
(C) Reseptor ACE-2 yang terpotong dan Potein S yang aktif memfasilitasi virus doi:10.3390/pathogens90302
masuk ekspresi TMPRSS2 meningkatkan pengambilan sel oleh Coronavirus 31
Sel Target pada Infeksi SARS-CoV-2

https://www.the-scientist.com/news-opinion/receptors-for-sars-cov-2-present-in-wide-variety-of-human-cells-67496
Patogenesis Badai Sitokin

Shi, Y., Wang, Y., Shao, C. et al. COVID-19 infection: the perspectives on immune responses. Cell Death Differ (2020). https://doi.org/10.1038/s41418-020-0530-3
Transmisi

LANGSUNG
▪ Droplet →
Percikan langsung TIDAK LANGSUNG
▪ Jarak 1-2 meter ▪ Droplet → tumpah ke
dari orang yang permukaan benda
batuk/bersin tanpa
ditutup ▪ Kemudian kita
menyentuh dengan
tangan, tangan
menyentuh wajah
(mata, hidung, mulut)
tanpa cuci tangan
Transmisi via airborne?
• Morawska dan Milton didukung oleh 239 ilmuwan di 32 negara di
dunia, mendesak tenaga kesehatan dan otoritas kesehatan publik
untuk mempertimbangkan potensi penularan melalui udara dalam
commentary ‘It is time to address airborne transmission of COVID-
19’ dalam jurnal Clinical Infectious Disease, 2020

• Respon WHO pada 7 Juli 2020:


• Kemungkinan transmisi airborne di setting publik, terutama pada
kondisi padat, tertutup, dan berventilasi buruk
• WHO terbuka dengan bukti-bukti yang ada dan mempertimbangkan
kewaspadaan yang perlu diterapkan terkait dengan implikasi cara
penularan tersebut

Morawska, L. & Milton, D. Clin. Infect. Dis. https://doi.org/10.1093/cid/ciaa939 (2020).


Gejala COVID-19
1. Demam (87.9%)
2. Batuk (kering [67.7%]; berdahak [33.4%], darah [0.9%])
3. Gangguan pernapasan (kesulitan bernapas) [18.6%]
4. Nyeri tenggorokan (13.9%)
5. Nyeri Kepala (13.6%)
6. Nyeri otot (14.8%)
7. Gangguan penciuman
8. Penurunan pengecapan
9. Mual/ muntah/ nyeri perut (5.0%)
10.Diarrhea (3.7%)
11.Lemas (38.1%)

Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). WHO. 2020. who-china-joint-mission-on-covid-19---final-report-1100hr-28feb2020-11mar-update.pdf. (Accessed 6 June 2020)
Gejala Pada Organ Lain
Otak • Stroke, kejang, inflamasi otak
Mata • Konjungtivitis, inflamasi kornea
Hidung • Anosmia
• Pembekuan darah, vasokonstriksi pembuluh
Kardiovaskular
darah
Hati • Peningkatan enzim hati
Intestinal • Diare
Ginjal • AKI, proteinuria
• GBS, ensefalitis, kejang, halusinasi, gangguan
Neurologis
kesadaran
SECARA UMUM FAKTOR PENYEBAB
KERUSAKAN BERBAGAI ORGAN

• Virus berikatan pada reseptor yg ada diberbagai organ tersebut (ACE-2) → bukti masih
belum cukup, masih banyak penelitian berlangsung
• Reaksi sistem imun tubuh atau badai sitokin
• Kondisi sitokin yang dihasilkan jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan dan sistem
imun mulai menyerang jaringan yang sehat.
• Pembuluh darah bocor, tekanan darah turun, terbentuknya bekuan-bekuan darah,
dan kegagalan organ katastropik.
• Efek samping/adverse event dari pengobatan terhadap COVID-19
• Obatan-obatan seperti klorokuin --> Aritmia
• Antiviral seperti remdesivir --> hepatotoksik (?)
• Dosis vitamin C yang terlalu tinggi (>3 gram/hari) --> Ginjal (?)

Baraniuk R. Receptors for SARS-CoV-2 Present in Wide Variety of Human Cells. Available on: https://www.the-scientist.com/news-opinion/receptors-for-sars-cov-2-present-in-wide-variety-of-human-cells-67496
Jacob RA, Sotoudeh G. Vitamin C function and status in chronic disease. Nutr Clin Care 2002;5:66-74. [PubMed abstract]
Pemeriksaan Penunjang
 Darah Perifer Lengkap/Darah Rutin  Bilirubin total, direk, indirek
 Leukopenia/normal, limfopenia, monositosis  Kultur MO dengan resistensi
 LED  Anti HIV
 Gula darah  Pencitraan:
 Ur, Cr
 Rontgen toraks AP/PA:
 SGOT, SGPT menunjukkan gambaran pneumonia
 Na, K, Cl  CT Scan toraks : menunjukkan
 Analisis gas darah gambaran opasitas ground-glass
 Prokalsitonin (GGO)
 PT, APTT  EKG (pasien dengan hipertensi &
 Waktu perdarahan takikardi)
Pencitraan

Rontgen Toraks CT Toraks

Gambaran Opasitas Ground-glass (GGO)

Gambaran Pneumonia:
Infiltrat, konsolidasi
Diagnosis
• WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler
untuk seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID- No Jenis Spesimen Positif (%)
19.
1 Bilasan 93 %
• Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi bronkoalveolar
molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test), 2 Biopsi 46 %
seperti pemeriksaan RT-PCR. fibrobronkoskopi
3 Sputum 72 %
4 Swab nasal 63 %
5 Swab faring 32 %
6 Feses 29 %
7 Darah 1%
8 Urin 0%

Sumber: Wang W, Xu Y, Gao R, et al. Detection of SARS-CoV-2 in


Different Types of Clinical Specimens. JAMA. Published online March
11, 2020. doi:10.1001/jama.2020.3786

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
RT-PCR & Rapid Test
Rapid Test
• RT-PCR: Diagnosis Pasti COVID- False Positive :
19 (Gold Standard) - Kemungkinan bereaksi silang dengan
patogen-patogen lain seperti jenis-jenis
• Rapid Test Diagnostic (RDT) human coronavirus yang lain
- Rheumatoid factor
tidak dapat digunakan untuk
diagnosis maupun skrining
(ditemukan pada kondisi lanjut)
False negative :
- Belum terbentuk antibodi saat
pengambilan sampel (masa inkubasi)
- Pasien immunocompromised (gangguan
• Rapid Test hanya untuk pembentukan antibodi)
surveilans dan kepentingan - Kadar antibodi di bawah deteksi alat
epidemiologi
Interpretasi
Definisi Kasus
SUSPEK PROBABLE TERKONFIRMASI
• Individu dengan ISPA dan riwayat • Kasus suspek dengan • Pasien dengan atau
perjalanan ke daerah transmisi ISPA
Berat/ARDS/Meninggal
tanpa gejala DAN
lokal
• Individu dengan gejala ISPA DAN dengan gambaran klinis hasil PCR POSITIF
.
• Riwayat kontak dengan kasus sesuai COVID19 DAN
konfirmasi • Tidak ada hasil
• Individu dengan ISPA Berat/ pemeriksaan PCR dengan
Pneumonia Berat tanpa diketahui alasan apapun
penyebabnya
.

Istilah PDP dan ODP diganti dengan Suspek


Istilah OTG diganti dengan Kasus Konfirmasi tanpa gejala
(asimtomatik)
Kontak Erat
• Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus Probable atau
kasus Konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka
waktu ≥ 15 menit
• Sentuhan fisik langsung dengan kasus Probable atau
Konfirmasi
• Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap
kasus Probable atau Konfirmasi tanpa menggunakan APD
yang sesuai standar
• Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Pelaku Perjalanan
• Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri
maupun luar negeri pada 14 hari terakhir

Discarded
 Seseorang dengan status Kasus Suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali
NEGATIF selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu > 24 jam
 Seseorang dengan status Kontak Erat yang telah menyelesaikan masa karantina
selama 14 hari

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Alur
Manajemen
Kesehatan
Masyarakat

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala
Demam > 38C, Demam >38c, Pasien remaja /
Batuk, Sesak napas, dewasa, dengan :
Nyeri tenggorokan, Batuk ▪ Demam ATAU
persisten/menetap gejala ISPA disertai
Hidung tersumbat, salah satu dari :
dan sakit
RINGAN

SEDANG

BERAT
Malaise tenggorokan ▪ RR > 30x/menit
(tanpa pneumonia, Pada pasien anak : ▪ Distres napas
tanpa komorbid) berat
batuk dengan
takipnea (frekuensi ▪ SpO2 <90% pada
napas berdasarkan udara kamar
usia)
Pasien Anak
Batuk ATAU kesulitan
bernapas, disertai salah satu
dari :
1. Sianosis sentral ATAU
SpO2 <90% pada udara
kamar
2. Distres napas berat
3. Tanda pneumonia berat
Classification of
COVID-19
Disease States
and Potential
Therapeutic
Targets

Siddiqi, Hasan K. et al.


COVID-19 Illness in Native and Immunosuppressed States: A Clinical-Therapeutic Staging Proposal
The Journal of Heart and Lung Transplantation. DOI10.1016/j.healun.2020.03.012
Terapi dan Monitoring
Isolasi • Semua kasus (ringan-berat)

• Hand hygiene, APD lengkap, Kewaspadaan tertusuk benda


Implementasi PPI tajam, pembersihan alat kesehatan dan lingkungan RS, waspada
pencegahan tindakan saluran napas

Serial foto toraks • melihat perjalanan atau perkembangan penyakit

• Target saturasi SpO2≥90% (tidak hamil) ≥92-95% (hamil)


Suplementasi oksigen • Anak dengan tanda kegawatan target SpO2 ≥94%, jika tidak ≥90%

• Berdasarkan diagnosis klinis, epidemiologi lokal dan panduan


tatalaksana
Antimikroba empiris • Pemberian antibiotik dalam 1 jam dari asesmen awal untuk
pasien dengan sepsis
kortikosteroid sistemik tidak diberikan
• Belum terbukti manfaatnya, cenderung harm, kecuali ada
rutin untuk tatalaksana pneumonia
indikasi lain
virus atau ARDS
Terapi dan Monitoring

Terapi simptomatik • Demam, batuk

Terapi cairan • Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok

Ventilasi Mekanis • Bila gagal napas

• Apabila syok sepsis


Penggunaan vasopressor
• norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan dopamin

• Perburukan klinis: gagal napas cepat progresif dan


Observasi sepsis, dan penerapan tatalaksana suportif segera
• Pemilihan terapi penyakit penyerta untuk
Komorbid menyesuaikan tatalaksana kondisi kritis dan prognosis
• Komunikasi dengan pasien dan keluarga: prognosis
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19

1. Tanpa Gejala
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet untuk
dibawa ke rumah)
• Vitamin C 3 x 1 tab (untuk 14 hari)*
• Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
• Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
2. Gejala Ringan
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
• Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)*
• Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin,1x 400 mg (untuk 5 hari)
ATAU
• Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 1x 750 mg (untuk 5 hari)
• Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
• Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan), 2 x
600 mg (untuk 5 hari)
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
3. Gejala Sedang
• Rujuk dan isolasi ke Rumah Sakit/Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet selama 14 hari
• Vitamin C diberikan 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9 % habis dalam 1 jam
secara Intravena (IV) selama perawatan
• Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg
(untuk 5 hari)
• Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5-7 hari) dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam
per IV atau oral (untuk 5-7 hari)
• Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari
ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
• Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Terkonfirmasi (Positif) COVID-19
4. Gejala Berat
• Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
• Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
• Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg perhari (hari ke 1-3) dilanjutkan 2 x 250 mg (hari ke 4 -10) ATAU
Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari)
• Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari)
• Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading dose 2 x 1600 mg hari ke-1
dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
• Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
• Diberikan obat suportif lainnya dan pengobatan komorbid yang ada
• Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan ventilator
mekanik
Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
*Pilihan Vitamin C:
• Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
• Tablet isap Vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
• Multivitamin yang mengandung Vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari)
• Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, Zink

• Dosis anak disesuaikan


• Di Faskes Primer: Vitamin C dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
• Bila tidak tersedia Oseltamivir maupun Favipiravir (Avigan), maka diberikan:
• Kombinasi Lopinavir + Ritonavir ( 2 x 400/100 mg) selama 10 hari
ATAU
• Remdisivir 200 mg IV drip, dilanjutkan 1 x 100 mg IV, semua diberikan dalam drip 3
jam, selama 9 – 13 hari.
• Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang
merencanakan kehamilan

• Pasien dengan komorbid kardiovaskuler: edukasi indikasi dan efek samping


penggunaan obat Azitromisin dan Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin secara
bersamaan

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Keterangan
• EKG sebelum pemberian dan serial pada pemberian Azitromisin dan Klorokuin
fosfat / Hidroksiklorokuin secara bersamaan (beberapa kasus memperpanjang
QTc interval)

• Pemberian Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin:


• Tidak dianjurkan kepada pasien yang berusia > 50 tahun
• Tidak diberikan pada pasien kritis yang masih dalam keadaan syok dan aritmia
• Pemantauan dan pertimbangan khusus pada pasien anak dengan kondisi berat-kritis
• Tidak diberikan kepada pasien rawat jalan

• Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang terkait jantung
sebaiknya pasien dirawat

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Tatalaksana:
Pasien Belum Terkonfirmasi COVID-19
• Semua Suspek yang dirawat (gejala sedang dan berat)
diperlakukan sama dengan Kasus Terkonfirmasi sampai terbukti
bukan COVID-19

Protokol Tatalaksana COVID-19 (PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI) April 2020
Sembuh
• Memenuhi kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat
pernyataan selesai pemantauan berdasarkan penilaian
dokter di fasyankes atau oleh DPJP
• Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis mungkin
memiliki hasil pemeriksaan follow up RT-PCR persisten
positif
• Karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat mendeteksi bagian
tubuh virus walaupun virus sudah tidak aktif
• Penentuan sembuh berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan
oleh DPJP

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Pulang

• Perbaikan klinis menyeluruh (gambaran radiologis dan


pemeriksaan darah) yang dinilai oleh DPJP, pasien dinyatakan
boleh pulang
• Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien,
baik terkait COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang
dialami pasien

• Pasien Konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah


dipulangkan tetap melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari
sebagai pemulihan dan kewaspadaan terhadap munculnya
gejala COVID-19

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Selesai Isolasi
• Kasus Konfirmasi Asimptomatik yang tidak dilakukan pemeriksaan
follow up RT-PCR dihitung 10 hari isolasi mandiri sejak diagnosis
konfirmasi

• Kasus Probable/Kasus Konfirmasi Simptomatik yang tidak dilakukan


pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak onset ditambah
minimal 3 hari tidak bergejala (demam, gangguan pernapasan)

• Kasus Probable/Kasus Simptomatik dengan follow up RT-PCR 1 kali


NEGATIF, ditambah minimal 3 hari setelah tidak bergejala (demam,
gangguan pernapasan)

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi Ke-5. Juli 2020.
Contoh Kasus
1. Jika seorang pasien memiliki gejala selama 2 hari,
Pasien dapat keluar dari ruang isolasi setelah 10 hari + 3 hari =
13 hari dari tanggal pertama kali muncul gejala atau onset
gejala
2. Jika seorang pasien dengan gejala selama 14 hari,
Pasien dapat keluar dari ruang isolasi : 14 hari + 3 hari = 17
hari setelah tanggal pertama kali onset gejala
3. Jika seorang pasien dengan gejala selama 30 hari,
Pasien dapat keluar ruang isolasi : 30 hari + 3 hari = 33 hari
setelah tanggal pertama kali onset gejala
*Negara tertentu mungkin memilih untuk melanjutkan menggunakan pemeriksaan sebagai bagian
kriteria discharge atau keluar dari ruang isolasi. Jika begitu, maka dapat menggunakan rekomendasi
awal yaitu 2 kali negatif tes PCR setidaknya 24 jam
World Health Organization. Criteria for releasing COVID-19 patients from isolation. 17 Juni 2020.
Perkembangan Terapi COVID-19
• Terdapat beberapa opsi untuk terapi :Beberapa pilihan terapi lain
• Azitromisin (Host Modifiers/Immune-Based
Therapy):
• Klorokuin fosfat / Hidroksiklorokuin
• Antivirus : • Stem cell therapy
• Oseltamivir • Plasma convalescent therapy
• Favipiravir • Inhibitor IL-6 (Tocilizumab,
Sarilumab, Siltuximab)
• Kombinasi Lopinavir + Ritonavir, • Inhibitor IL-1 (Anakinra)
• Remdesivir • Interferon
• Human immunoglobulin
• Imunomodulator lainnya
• Steroid

Therapeutic Options Under Investigation [Internet]. 2020 [cited 24 July 2020]. Available from: https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/therapeutic-options-under-investigation/
PENCEGAHAN COVID-19
Menggunakan masker bila keluar rumah

Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain

Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat

Sering mencuci tangan dan tidak menyentuh daerah wajah

Istirahat yang cukup

Makan makanan bergizi

Aktivitas fisik rutin

Mengkonsumsi suplemen tambahan / vitamin bila perlu


PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
Jenis APD yang
digunakan
menurut WHO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis alat


pelindung diri (APD) dalam menghadapi wabah COVID-19. Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan. Jakarta; 2020
Jenis APD yang
digunakan
menurut WHO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis alat


pelindung diri (APD) dalam menghadapi wabah COVID-19. Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan. Jakarta; 2020
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai